“DIABETES MELITUS”
Dosen Pembimbing :
DISUSUN OLEH :
Kelompok 1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Komunitas yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Komunitas Rentan :
Penyakit Tidak Menular dengan baik. Shalawat serta salam kami sampaikan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta
orang-orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.
Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Komunitas dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Asuhan Keperawatan Pada Komunitas Rentan : Penyakit Tidak Menular, yang
disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidaklah sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta
masukan yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan
makalah yang akan datang menjadi lebih baik.
Terima kasih
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit tidak menular?
2. Apa saja jenis-jenis factor resiko penyakit tidak menular?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyakit tidak menular?
1.4 Manfaat
1. Manfaat Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat makalah
dan menambah wawasan tentang Penyakit Tidak Menular
2. Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dan menambah ilmu pengetahuan terutama
mengenai Penyakit Tidak Menular dalam bidang keperawatan
5
BAB II
ISI
1. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskuler adalah istilah untuk semua penyakit yang
mempengaruhi jantung dan pembuluh darah. Hal ini sependapat dengan
yang disampaikan (Wicaksono, 2016) bahwa penyakit kardiovaskuler
adalah penyakit yang mempengaruhi jantung dan pembuluh darah dan
yang termasuk di dalamnya ialah penyakit jantung koroner, penyakit
jantung, penyakit arteri (atherosklerosis), stroke, dan hipertensi.
Terdapat dua faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler, antara lain
ialah: Pertama, faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti; merokok,
aktivitas fisik, pola makan atau diet yang buruk dan kedua, faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi seperti; peningkatan tekanan darah, obesitas,
riwayat diabetes melitus dan sebagainya. (Wati, 2015) mengemukakan
bahwa diet yang buruk tersebut meliputi:
6
a. Hiperkolesterol
Hubungan antara diet dengan kenaikan kadar kolesterol serum
telah terbukti secara nyata. Faktor paling penting adalah masukan
lemak hewani yang tinggi dari makanan sehingga menyebabkan
kenaikan kadar lipid serum. Fraksi lipoprotein kolesterol yang
berdensitas rendah atau Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan
faktor yang terkait dalam peningkatan risiko penyakit jantung.
Kandungan kolesterol dalam diet merupakan masalah penting jika
jumlahnya terlalu tinggi atau kalau seseorang memiliki kepekaan
khusus terhadap substansi ini. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl
dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan
menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan
stroke.
Tingginya kadar kolesterol dalam darah juga berhubungan dengan
konsumsi lemak jenuh dalam proporsi yang tinggi, seperti lemak
jenuh dalam pelbagai susu, telur dan daging sementara konsumsi
lemak tak jenuh yang terdapat di dalam minyak nabati, seperti minyak
jagung dan minyak kedelai, relatif lebih sedikit. Penurunan kadar
kolesterol darah dimungkinkan dengan cara mengurangi konsumsi
lemak hewani.
Cara ini dapat dicapai dengan mengurangi makan-makanan yang
berlemak, seperti sate kambing, sate babi, gulai kambing, lapis legit,
tarcis, kue-kue kering, makanan gorengan, keju, mentega, margarin
dan full cream dan tidak menggoreng makanan. Kolesterol hanya
ditemukan pada merah telur mengandung sekitar 250 gram kolesterol,
otak, jerohan, hati, produk susu, krim dan lain-lain serta udang
kepiting, cumi-cumi dan susu full-cream.
7
manusia. Serat makanan dapat memberikan pengaruh protektif karena
beberapa jenis serat menimbulkan efek penurunan kadar lipid darah.
(Pranandari, Arso, & Fatmasari, 2017) dalam jurnal penelitiannya
mengemukakan bahwa serat dapat larut air dan menjerat lemak di
dalam usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat
kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Di dalam saluran
pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir
kolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses, dan
dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol
dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah
resiko penyakit kardiovaskuler.
Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang
sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. Berikut merupakan
contoh serat pangan.
8
d. Hiperglikemia
Hiperglikemi merupakan salah satu faktor terpenting dalam
patogenesis timbulnya komplikasi kronik, khususnya vaskuler
diabetik. Metabolisme abnormal yang menyertai diabetes
menyebabkan disfungsi arteri. Abnormalitas meliputi hiperglikemia
kronis, dislipidemia dan resistensi insulin. Faktor-faktor ini membuat
arteri rentan terhadap atherosklerosis (Kurniati, 2011). Dikatakan
hiperglikemia dimana ketika kadar glukosa darah puasa lebih dari 126
mg/dl dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan lebih dari 200
mg/dl
e. Konsumsi Kopi
Minum kopi berbahaya bagi penderita hipertensi karena senyawa
kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Cara kerja
kafein dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam
sel saraf yang akan memicu produksi hormon adrenalin dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung dan
aktivitas otot, serta perangsang hati untuk melepaskan senyawa gula
dalam aliran darah untuk menghasilkan energi tinggi ekstra.
2. Diabetes Melitus
(Induniasih & Ratna, 2016) mengatakan bahwa diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin atau
kedua-duanya. Definisi lain yang dimaksud dengan diabetes melitus
(DM) adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala
yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.
9
2.1.3 Kelompok Yang Rentan Terhadap Masalah Kesehatan
1. Dewasa Muda
(Sirait, Sulistiowati, Sihombing, Kusuma, & Idayani, 2016) mengatakan
bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young
adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menegaskan kembali
bahwa masa dewasa muda dimulai sekitar usia 18 sampai 22 tahun dan
berakhir pada usia 35 sampai 40 tahun. Hal ini sependapat oleh (Sari F. P.,
2016) menjelaskan bahwa massa dewasa muda merupakan periode
penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial
baru.
2. Dewasa Awal
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa
ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang
tua dan berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa awal yaitu
masa pengaturan, masa usia reproduktif, masa bermasalah, masa
ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa
ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan hidup
baru dan masa kreatif.
3. Dewasa Muda
(Sari F. P., 2016) harapan masyarakat untuk orang-orang dewasa awal
cukup jelas digariskan dan telah diketahui oleh mereka bahkan sebelum
mereka mencapai kedewasaan secara hukum. Pada usia itu, lebih daripada
usia lain, mereka benar-benar telah mengetahui harapan-harapan yang
ditujukan masyarakat pada mereka. Tugas-tugas perkembangan masa
dewasa awal dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat yang mencakup
mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup
bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan
anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab
sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang
cocok.
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi: data
inti dan data sub sistem.
3.2.1 Data Inti Komunitas
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
a. Lokasi:
Propinsi daerah tingkat 1 : Jawa Timur
Kabupaten/ kotamadya : Pacitan
Kecamatan : Sumber Asri
Kelurahan : Margorukun
11
RW : 05
RT : 03
Luas wilayah : 5.220 m2
Batas wilayah/wilayah
- Utara : Jalan raya melati
- Selatan : RT 06 /RW 04
- Barat : RT 07
- Timur : RT 18/ RW 03
Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Pemukiman : 4550 m2
2. Data demografi
a. Jumlah penderita hipertensi : 250 orang
b. Jumlah penderita TB Paru : 65 orang
c. Jumlah penderita asma : 20 orang
d. Jumlah penderita DM : 300 orang
Berdasarkan jenis kelamin
- Laki-laki : 120 orang (45 %)
- Perempuan : 180 orang (55 %)
Berdasarkan kelompok penderita DM
- Anak-anak :-
- Remaja :-
- Dewasa : 150 orang (50 %)
- Lansia : 90 orang (30 %)
- Ibu hamil : 60 orang (20%)
- Jumlah penderita DM gangren : 90 orang
Berdasarkan agama
- Islam : 20 orang (80%)
- Kristen : 30 orang (10%)
- Hindu : 15 orang (5%)
- Budha : 15 orang (5%)
- Katolik :-
12
Berdasarakan suku bangsa
- Jawa : 210 orang (70%)
- Madura : 75 orang (25%)
- Sunda : 9 orang (3%)
- WNI keturunan : 6 orang (2%)
Suku bangsa
- Jawa : 210 orang (70%)
- Madura : 75 orang (25%)
- Sunda : 9 orang (3%)
- WNI keturunan : 6 orang (2%)
Status perkawinan
- Kawin : 195 orang (65%)
- Tidak kawin : 60 orang (20%)
- Duda : 30 orang (10%)
- Janda : 15 orang (5%)
3.2.2 Data sub sistem
1. Data lingkungan fisik
a. Sumber air dan air minum
Penyediaan Air bersih
- PAM : 180 orang (60%)
- Sumur : 120 orang (40%)
- Sungai :-
Penyediaan air minum
- PAM : 150 orang (50%)
- Sumur : 90 orang (30%)
- Sungai :-
- Lain-lain/air mineral : 60 orang (20%)
Pengolahan air minum
- Selalu dimasak : 300 orang (100%)
- Air mentah :-
b. Saluran pembuangan air/sampah
13
Kebiasaan membuang sampah
- Diangkut petugas : 30%
- Dibuang sembarangan : 70%
Pembuangan air limbah
- Got/parit : 100%
- Sungai :-
Keadaan pembuangan air limbah
- Baik/lancar : 25%
- Kotor : 75%
c. Jamban
Kepemilikan jamban
- Memiliki jamban : 80%
- Tidak memiliki jamban : 20%
Macam jamban yang dimiliki
- Septitank : 75%
- Disungai : 25%
Keadaan jamban
- Bersih : 45%
- Kotor : 55%
d. Keadaan rumah
Tipe rumah
- Tipe A/permanen : 210 orang (70%)
- Tipe B/semipermanen : 75 orang (25%)
- Tipe C/tidak permanen : 15 orang (5%)
Status rumah
- Milik rumah sendiri : 180 orang (60%)
- Kontrak : 120 orang (40%)
Lantai rumah
- Tanah : 30 orang (10%)
- Papan : 90 orang (30%)
- Tegel/keramik : 180 orang (60%)
14
Ventilasi
- Ada : 240 orang (80%)
- Tidak ada : 60 orang (20%)
Luas kamar tidur
- Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
- Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
Penerangan rumah oleh matahari
- Baik : 120 orang (40%)
- Cukup : 150 orang (50%)
- Kurang : 30 orang (10%)
e. Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
- Memiliki : 240 orang (80%)
- Tidak memiliki : 60 orang (20%)
Pemanfaatan pekarangan
- Ya : 270 orang (90%)
- Tidak : 30 orang (10%)
2. Fasilitas umum dan kesehatan
a. Fasilitas umum
Sarana kegiatan kelompok
- Karang taruna : 1 kelompok
- Pengajian : 2 kelompok
- Ceramah agama : 1 kelompok
- PKK : 1 kali per bulan
Tempat perkumpulan umum
- Balai desa : ada (1 buah)
- Dukuh : ada (1 buah)
- RW : ada (1 buah)
- RT : ada (1 buah)
- Masjid/Mushola : ada (2 buah)
15
b. Fasilitas kesehatan
Pemanfaatan fasilitas kesehatan
- Puskesmas : 150 orang (50%)
- Rumah sakit : 50 orang (16,6%)
- Para dokter swasta : 25 orang (8,3%)
- Praktek kesehatan lain : 75 orang (25%)
Kebiasaan check up kesehatan
- Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
- Jarang : 210 orang (70%)
c. Ekonomi
Karekteristik pekerjaan
- PNS/ABRI : 60 orang (20%)
- Pegawai swasta : 60 orang (20%)
- Wiraswasta : 30 orang (10%)
- Buruh tani/pabrik : 150 orang (50%)
Penghasilan rata-rata perbulan
- < dari UMR : 150 orang (50%)
- UMR – 1.000.000,00 : 90 orang (30%)
- > dari UMR : 60 orang (20%)
Pengeluaran rata-rata perbulan
- < dari UMR : 165 orang (55%)
- UMR – 1.000.000,00 : 105 orang (35%)
- > dari UMR : 30 orang (10%)
Kepemilikan usaha
- Toko : 30 orang (10%)
- Warung makanan : 15 orang (5%)
- UKM : 9 orang (3%)
- Tidak punya : 246 orang (82%)
2. Keamanan dan transportasi
a. Keamanan
Diet makan
16
- Kebiasaan makan makanan manis : 70% (210 org)
- Kebiasaan makan makanan berlemak : 20% (60 org)
- Lain-lain : 10% (30 org)
Kepatuhan terhadap diet
- Patuh : 25% (75 org)
- Kadang-kadang : 30% (90 org)
- Tidak patuh : 45% (135 org)
Kebiasaan berolah raga
- Sering : 15% (45 org)
- Kadang-kadang : 40% (120 org)
- Tidak pernah : 45% (135 org)
Kebiasaan sehari-hari
Memakai alas kaki
- Setiap saat : 60% (180 org)
- Saat di luar rumah : 30% (90 org)
- Jarang memakai : 10% (30 org)
Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
- Sering : 10% (30 org)
- Kadang-kadang : 15% (40 org)
- Tidak pernah : 75% (225 org)
b. Transportasi
Fasilitas transportasi : Jalan raya, angkutan umum,
ambulan
Alat transportasi yang dimiliki
- Sepeda : 90 orang (30%)
- Motor : 120 orang (40%)
- Mobil : 6 orang (2%)
- Lain-lain/ becak : 84 orang (28%)
Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
- Angkutan umum : 165 orang (55%)
- Kendaraan pribadi : 135 orang (45%)
17
3. Politik dan pemerintahan
a. Struktur organisasi : ada
Terdapat kepala desa dan perangkatnya
Ada organisasi karang taruna
b. Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna,
panti, posyandu)
c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan ada yaitu
puskesmas
d. Kebijakan pemerintah khusus untuk penyakit DM belum
ada
e. Peran serta partai dalam pelayanan kesehatan belum ada
4. Sistem komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
Radio : 225 orang (75 %)
TV : 165 orang (55 %)
Telepon/handphone : 120 orang (40 %)
Majalah/koran : 135 orang (45%)
b. Fasilitas komunikasi yang menunjang untuk kelompok DM
Poster tentang diit DM : ada
Pamflet tentang penanganan DM : ada
Leaflet tentang penanganan DM : ada
c. Kegiatan yang menunjang kegiatan DM
Penyuluhan oleh kader dari masyarakat dan oleh petugas
kesehatan dari Puskesmas : ada tapi jarang
5. Pendidikan
Distribusi pendudukan berdasarkan tingkat pendidikan formal
SD : 135 orang (45%)
SLTP : 90 orang (30%)
SLTA : 60 orang (20%)
Perguruan tinggi : 15 orang (5%)
18
6. Rekreasi
Tempat wisata yang biasanya dikunjungi taman kota dan
alun – alun.
Ada program setahun sekali diadakan program wisata
bersama kader kesehatan RT 05 RW 03 Kelurahan Margo
Rukun.
19
2 Ds: Faktor Ketidakpatuhan
Dari hasil wawancara didapat penghasilan masyarakat /
ketidak patuhan masyarakat yang rendah penderita DM
untuk melaksanakan check up melaksanakan check
kesehatan sebanyak 219 orang up kesehatan di RT 3
(70%) RW 5 kelurahan
Margo Rukun
Do:
20
penderita DM yang setiap saat
memakai alas kaki sebanyak
45 orang (15%),saat dilauar
rumah 75 orang (25%) dan
jarang memakai 180 orang
(60%)
21
Resiko peningkatan 3 2 2 7
penderita ganggren di RT
5 RW 3 kelurahan Margo
Rukun berhubungan
dengan Kurangnya
pengetahuan penderita
DM tenytang pencegahan
terjadinya luka ganggren
22
- Penghasilan UMR-1.000.000 sebanyak 90 orang
- Penghasilan > UMR 60 orang
3. Resiko peningkatan penderita ganggren di RT 5 RW 3 kelurahan
Margo Rukun berhubungan dengan kurangnya pengetahuan penderita
DM tentang pencegahan terjadinya luka ganggren di tandai dengan:
Ds:
Dari hasil wawancara didapat jumlah penderita DM 300 orang
Do:
- Jumlah penderita DM dengan ganggren sebanyak 30% (90 orang)
- Distribusi penderita DM berdasarkan tingkat pendidikan formal :
SD : 45% (135 orang)
SLTP : 30% (90 orang)
SLTA : 20% (60 orang)
Perguruan tinggi : 5%(15 orang)
- Sebanyak 210 orang (70%) penderita DM tidak check up secara
rutin
- Kebiasaan sehari hari penderita DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang (15%), saat dilauar rumah 75 orang (25%)
dan jarang memakai 180 orang (60%)
23
No Diagnosa Tujuan Sasaran Strategi Rencana Waktu Tempat Evaluasi Evaluasi
Keperawatan Kegiatan Kriteria Standard
1. Ketidakpatuhan Jangka Seluruh Penyuluhan Rabu, Balai Verbal, Dilakukannya
terhadap diet di panjang : warga di kesehatan 16 desa psikomotor penyuluhan
RT 5 RW 3 Tidak RT 5 RW tentang Oktober kelurahan dan sikap kepada warag
kelurahan terjadinya 3 penyebab, cara 2019 Margo RT 5 RW 3
Margo Rukun penyakit DM kelurahan pencegahannya Rukun kelurahan
berhubungan di RT 5 RW 3 Margo dan penanganan Margo Rukun
dengan kelurahan Rukun DM sesuai tema
pengetahuan Margo Rukun dan waktu
yang kurang yang
Jangka pendek disepakati.
: Masyarakat - Warga
mengetahui mampu
tentang mengetahui
keefektifan efek
diet DM ketidakpatu
han diet
pada
penderita
DM
2. Ketidakpatuhan Jangka Seluruh Penyuluhan Kamis, Rumah Verbal, Dilakukannya
masyarakat panjang : warga di kesehatan 17 ketua RT psikomotor penyuluhan
atau penderita Masyarakat RT 5 RW tentang Oktober 5 RW 3 dan sikap kepada warag
DM mampu 3 pentingnya 2019 kelurahan RT 5 RW 3
melaksanakan melaksanakan kelurahan check up bagi Margo kelurahan
check up check up Margo penderita DM Rukun Margo Rukun
kesehatan di secara rutin Rukun dan sesuai tema
24
RT 5 RW 3 memberitahukan dan waktu
kelurahan Jangka pendek efek yang
Margo Rukun : Masyarakat ketidakpatuhan disepakati
berhubungan mengetahui check up tentang
dengan faktor tentang pentingnya
penghasilan pentingnya melakkan
yang rendah check up check up dan
secara rutin dampak
ketidakpatuhan
check up pada
penderita DM
3. Resiko Jangka Seluruh Penyuluhan Jum’at, Rumah Verbal, Dilakukannya
peningkatan panjang : warga di kesehatan 18 ketua RT psikomotor penyuluhan
penderita Meningkatkan RT 5 RW tentang resiko Oktober 5 RW 3 dan sikap kepada warag
gangren di RT derajat 3 terjadinya luka 2019 kelurahan RT 5 RW 3
5 RW 3 kesehatan kelurahan gangren pada Margo kelurahan
kelurahan masyarakat Margo penderita DM Rukun Margo Rukun
Margo Rukun Rukun dan pencegahan sesuai tema
berhubungan Jangka pendek terjadinya luka dan waktu
dengan : masyarakat gangren yang
kurangnya memahami disepakati
pengetahuan tentang resiko tentang resiko
penderita DM terjadinya terjadinya luka
tentang luka gangren gangren dan
pencegahan pada penderita pencegahan
terjadinya luka DM terjadinya luka
gangren gangren
25
Daftar Pustaka
Fitriyani. (2012). Faktor resiko diabetes militus tipe 2 peskesmas kecamatan citalengkil
dan puskesmas kecamatan pulo merak. Universitas Indonesia, 12-13.
Induniasih, I., & Ratna, W. (2016). Posyandu PTM-DM terhadap terkendalinya DM pada
penyandang DM tipe II di wilayah Puskesmas gamping II Sleman. Jurnal
Teknologi Kesehatan , 45-46.
Pranandari, L. L., Arso, S. S., & Fatmasari, E. Y. (2017). Analisis Implementasi Program Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 78-
79.
Ristianti, E. D., Ningsih , T. P., Dila, N. F., Cahyana, O., Rahma, M., & Kalsum, U. (2016).
Diabetes Militus. Epidimiologi Penyakit Tidak Menular, 8-9.
Sari, F. P. (2016). Prilaku Diet Sebagai Faktor Resiko Terhadap Penyakit Tidak Menular
Pada Mahasiswa . Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 89-90.
Sirait, A. M., Sulistiowati, E., Sihombing, M., Kusuma, A., & Idayani, S. (2016). Insiden
Dan Faktor Resiko Diabetes Melitus Pada Orang Di Kota Bogor, Faktor Resiko
Penyakit Tidak Menular. prospective cohort study risk factor non comunicable
diabeases, 151-152.
Wati, K. (2015). Diet Pada Penyakit Gangguan Metabolik Diabetes Militus. Akademi
Kesehatan Rustida, 6-7.
26