Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FAMILY CENTRED PADA PENYALAHGUNAAN NAPZA

KELOMPOK 8

Sunarsih

Deuis Ati K

Dudi Agus S.

Dudu Munfaridz

Meta Wulan

Irfan Malik

Anwar Sutisna

Mamat Zaini I

Aep Sepulloh

M. fuzi S

Yanti Widi P

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S 1
TAHUN 2020 - 2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Family Center Care merupakan suatu metode perawatan bagi Pasien dan

keluarganya, tidak hanya ditujukan pada individu tetapi semua anggota keluarga dianggap

sebagai menerima perawatan. Konsep FCC didasrkan pada sejumlah elemen pendukung

yang diantaranya: adanya pengakuan bahwa keluarga merupakan konstanta dalam

kehidupan Pasien, pengakuan terhadap kekuatan keluarga, serta fasilitas koaborasi antara

keluarga pasien dengan tenaga professional kesehatan (Institute for patient and family

centered care, 2011).

Patient and family Centered care setelah sekian lama dilupakan, kini concern dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dahulu, dokter adalah captain of ship yang menjadi

center dalam segala hal yang terkait dengan pengambilan keputusan dan tanggung jawab

dalam pelayanan kesehatan kepada pasien.perubahan paradigm ini tidak lain bertujuan untuk

mendapatkan outcomes pelayanan kesehatan yang lebih baik, pengalokasian sumber daya

yang tepat, dan mencapai kepuasan pasien dan keluarga yang lebih besar.halini

dimungkinkan karena patien and family centered care adalah pendekatan yang melibatkan

pasien.keluarga pasien dan staf dalam pembuatan kebijakan,program kesehatan, fasilitas

yang didapatkan, dan program perawatan dari hari ke hari. (Piper, 2009).

Mengulas tentang pemaknaan dari NAPZA, NAPZA itu sendiri memiliki arti, yaitu:

Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya. Selain itu juga, ada yang menyebutnya

NARKOBA (Narkotika dan Obat-obat Berbahaya) atau NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif).

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) adalah bahan/zat/obat yang bila

masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan saraf

pusat, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena

terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi), serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.

Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, yang menitikberatkan

pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA sering

disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu: zat yang bekerja pada otak, sehingga

menimbulkan perubahan pikiran perasaan, perilaku, perasaan, dan sikap.


Masalah penyalahgunaan NAPZA sekarang ini sudah merupakan bencana nasional.

Hal ini ditandai dengan dicanangkannya “Indonesia Darurat Narkoba”, makin meningkatnya

jumlah populasi penyalahgunaan, kompleksitas permasalahan, maupun jenis zat yang

disalahgunakan. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Bandung dan

Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resort Kota Besar Bandung, pada tahun 2015 sebanyak

555 kasus penyalahgunaan NAPZA dan hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan

yang cukup signifikan. Untuk saat ini lebih dari 300 tersangka yang mendekam di Tahanan

Satuan Reserse Narkoba Kepolisian Resort Kota Besar Bandung dikarenakan kasus

penyalahgunaan NAPZA. Pelaku penyalahgunaan NAPZA di Kota Bandung berusia di

bawah 20 tahun dan di atas 30 tahun. Namun, yang paling banyak berada pada usia di atas

30 tahun dengan jumlah 61 persen. Korban

penyalahgunaan NAPZA memiliki pekerjaaan yang beragam, yaitu: anggota

TNI/POLRI, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, wiraswasta, mahasiswa/pelajar,

tunakarya, dan profesi lainnya. Dilihat dari tingkat pendidikan, korban penyalahgunaan

NAPZA yang tertinggi terjadi pada lulusan SLTA dan terendah terjadi pada lulusan Sarjana.

Tempat yang menjadi lokasi transaksi atau tindak pidana, yaitu: tempat keramaian, tempat

permukiman, jalan umum, sekitar sekolah/kampus, dan lain-lainnya. Badan Narkotika

Nasional (BNN) Kota Bandung telah menyediakan program rehabilitasi untuk 750 orang.

Akan tetapi, korban penyalahgunaan NAPZA yang baru mendaftar untuk di rehabilitasi

sebanyak 274 orang. Beberapa pusat rehabilitasi untuk merawat korban penyalahgunaan

NAPZA yang ada di Kota Bandung, yaitu: RSUD Ujung Berung, Puskesmas Ibrahim Adjie,

Puskesmas Kopo, Puskesmas Pasir Kaliki, Klinik Yabes, Rumah Cemara, Sekar Mawar, dan

lain-lainnya.

Perawat merupakan salah satu tenaga professional kesehatan yang berperan dalam

upaya meningkatkan kesehatan pasien dan keluarga melalui kegiatan promosi kesehatan.

Dalam penerapan di lapangan, perawat memegang peranan sebagai agen pembawa

perubahan (change agent), sebagai fasilitator dalam pemberdayaan, dan sebagai praktisi

pembuat strategi (Piper, 2009).

Oleh karena itu perawat harus memiliki pengetahuan dan kompetensi yang cukup

dalam pelaksanaan Family Center Care sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan

baik. Pengetahuan (knowledge) juga diartikan sebagai hasilpengindraan manusia atau hasil
tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan

sebaginya), dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan

pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek (Notoadmojo, 2007).

2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui dengan jelas tentang Family

Center Care Pada Penyalahgunaan NAPZA

3. Tujuan penulisan

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dengan jelas tentang Family Center Care Pada Penyalahgunaan

NAPZA

b. Tujuan Khusus

1) Mendeskripsikan pengertian Family Center Care

4. Manfaat penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a. Bagi perawat

Memberikan wawasan agar perawat dirumah sakit dan Puskesmas dapat menerapkan

aplikasi family center care dalam memberikan asuhan keperawatan

b. Bagi orang tua

Ikut terlibat untuk memberikan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada

Pasien yang dirawat di rumah sakit atau Puskesmas

c. Bagi ilmu pengetahuan

Memberikan gambaran tentang family center care dan dapat diterapkan bagi sebagai

materi pembelajaran bagi mahasiswa lainya.

d. Bagi penulis lainnya

Bahan bacaan atau referensi untuk menambah wawasan mahasiswa S1 keperawatan

tentang pengetahuan aplikasi family centercare pada penyalhgunaan NAPZA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Family Centered

a. Pengertian

Family centered  care ( asuhan yang berpusat pada keluarga ) yaitu pendekatan yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan, family centered care juga
menekankan keterlibatan orang tua, keluarga, maupun orang terdekat dalam
menerapkan asuhan keperawatan. Penerapan family centered ca re bermanfaat untuk
meningkatkan kerjasama yang optimal pada keluarga dalam pengambilan keputusan
berdasarkan informasi dari keluarga.

Family centered care yaitu memampukan keluarga dengan menciptakan kesempatan dan
cara bagi semua anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi
baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.

b. Manfaat
 Keluarga mampu untuk merawat pasien secara mandiri
 Membina hubungan yang harmonis dan saling percaya
 Pasien akan merasa lebih nyaman karena keluarga telah perhatian kepadanya
 Motivasi pasien untuk sembuh sangat tinggi
 Keluarga dapat mengontrol keadaan pasien
Pada pasien – pasien dengan penyalahgunaan NAPZA dukungan keluarga sangatlah
dibutuhkan untuk  meningkatkan kwalitas hidup mereka dan agar mereka dapat
menjauhi barang “ harram ” tersebut. Dukungan dan motivasi dari keluarga akan dapat
mempengaruhi keadaan psikis penderita narkoba sehingga mereka akan berusaha untuk
memperbaiki hidup mereka agar lebih sehat lagi.

2. Pengertian NAPZA
a. NAPZA merupakan akronim dari narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya yang
merupakan jenis obat-obatan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kejiwaan.
Menurut UU RI No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika menyebutkan bahwa :

 Narkotika adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun bukan
tanaman baik sintetis maupun bukan sintetis yang menyeb ab kan penurunan dan 
perubahan kesadaran, mengurangi dan menghilanngkan rasa nyeri serta dapat
menimbulkan ketergantungan secara fisik maupun psikologik.
 Psikotropika adalah etiap bahan baik alami maupun buatan bukan narkotika yang
bersifat psikoaktif mempunyai pengaruh selektif  pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
 Zat Adiktif yaitu bahan lain yang bukan narkotika atau psikotropika yang merupakan
inhalasi yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan.
 NAPZA secara umum adalah zat-zat kimiawi yang apabila dimasukkan kedalam
tubuh baik secara oral ( diminum, dihisap, dihirup, disedot ) maupun disuntik akan
dapat mempengaruhi pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. Hal ini
dapat mempengaruhi keadaan sosial yang ditandai dengan indikasi negatif, waktu
pemakaian yang panjang dan pemakaian yang berlebihan ( Lumbantobing, 2007 ).
 Penyalahgunaan NAPZA yaitu pemakaian obat – obatan untuk sendiri tanpa indikasi
medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, baik secara teratur atau berkala sekurang –
kurangnya selama satu bulan. Pada penyalahgunaan ini cenderung terjadi toleransi
tubuh yaitu kecenderungan menambah dosis obat untuk mendapat khasiat yang sama
setelah pemakaian berulang. Disamping itu menyebabkan sindroma putus obat
apabila pemakaiannya dihentikan    ( Hawari, 2000 ).

b. Factor-faktor penyebab penyalahgunaan napza


a) Factor internal
Pola kepribadian seseorang besar pengaruhnya dalam penyalahgunaan napza, ciri
kepribadian yang lemah dan antisosial sering merupakan penyebab seseorang
menjadi penyalahgunaan napza.

b) Factor keluarga
Beberapa kondisi keluarga berpengaruh terhadap penyalahgunaan napza adalah
- hubungan antara anggota keluarga yang tidak harmonis.
- keluarga yang tidak utuh.
- suasana rumah di warnai dengan pertengkaran yang terus menerus
- kurang komunikasi dan kasih sayang antara anggota keluarga.

c) factor lingkungan teman sebaya


Pengaruh buruk dari lingkungan pergaulan khususnya pengaruh dan tekanan dari
kelompok teman sebaya sering menjadi sumber penyebab terjadinya penyalahgunaan
napza, kelompok teman sebaya tersebut berperan sebagai media awal dalam
perkenalan napza. Penyalahgunan napza pada kelompok teman sebaya merupakan
predictor yang kuat terhadap penyalahgunan napza masa remaja.

c. Apa sih pola keluarga remaja beresiko penyalahgunaan napza ?


Relasi keluarga yang harmonis dengan figur utama adalah sosok seorang ibu
yang pengertian, baik, penyayang, dan perhatian. Peran orang tua dalam keluarga figur
ayah dan ibu yang positif yaitu baik, perhatian, pengertian, sabar, percaya, dan
bijaksana. Penanaman nilai dan pendidikan dalam keluarga yaitu prinsip berperilaku
positif dan budi pekerti sopan santun, dengan ibu yang menanamkan nilai dan
pendidikan, makan dan nonton TV dirumah merupakan kebiasaan yang dilakukan
bersama-sama keluarga. Konflik yang timbul salah paham dengan saudara kandung dan
perilaku menyimpang, komunikasi dengan saudara kandung dan ibu, dan reaksi
keluarga adalah reaksi negatif. Kesan dan harapan keluarga bahagia. Dari kesimpulan
lima aspek di atas, dapat diketahui bahwa pola keluarga harmonis dapat menjadikan
remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA. Lingkungan dari dalam (keluarga) secara
keseluruhan bersifat positif, dan mengajarkan hal-hal positif, sehingga keluarga tidak
memiliki pengaruh besar dalam pembentukan perilaku remaja berisiko penyalahgunaan
NAPZA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA
dengan latar belakang keluarga yang positif. Subjek diharapkan meningkatkan
hubungannya dengan keluarga dengan cara meningkatkan intensitas komunikasi dengan
anggota keluarga, berkumpul bersama saat waktu luang, dan kegiatan-kegiatan positif
lainnya. Keluarga lebih banyak memberikan dampak positif dalam membentuk perilaku
remaja namun keluarga yang positif tidak menjamin remaja tidak berisiko
penyalahgunaan NAPZA. Sehingga factor dari luar seperti teman juga berpengaruh,
cara menyisati pengaruh teman untuk mencegah perilaku berisiko penyalahgunaan
NAPZA adalah dengan cara memulai dari diri sendiri dengan memberi contoh yang
baik, mengingatkan, meningkatkan kegiatan positif seperti ibadah dan belajar serta lebih
peka terhadap lingkungan sekitar.
Bagi orang tua (keluarga), diharapkan orang tua mampu berperan serta dalam
mengurangi perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA. Peran orang tua dan keluarga
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan perilaku- perilaku positif yang diajarkan
pada anak, meningkatkan komunikasi antar keluarga dengan mengobrol bersama,
meminimalkan konflik dalam keluarga terutama konflik yang terjadi pada orang tua,
dan melakukan kontrol pada anak dengan cara menghubungi ketika anak diluar atau
bermain, mengenal dan mengetahui kegiatan yang dilakukan diluar rumah terutama
dengan teman- temannya, karena pergaulan dengan teman juga berpengaruh terhadap
perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA. 
Hasil lain dalam penelitian ini menunjukkan bahwa remaja berisiko
penyalahgunaan NAPZA dengan latar belakang keluarga yang positif. Untuk itu dari
pihak sekolah diharapkan dapat memberikan penyuluhan terhadap siswa didiknya
mengenai bahaya NAPZA dan memberikan gambaran ciri-ciri risiko penyalahgunaan
NAPZA, waktu luangnya terhadap kegiatan disekolah yang bersifat positif dan diluar
sekolah serta memperhatikan bagaimana perkembangan siswa didiknya sehingga dapat
lebih tanggap perubahan yang terjadi pada siswa didiknya.

d. Dampak keluarga yang memiliki anak dengan penyalahgunaan NAPZA  dalam


bermasyarakat
Keluarga yang mempunyai anak pengguna NAPZA dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat akan mengalami proses berduka yang mendalam,
berkepanjangan serta berulang-ulang melalui tahapan yaitu menyangkal, tawar menawar
(bargaining), kesedihan mendalam dan diakhiri dengan tahapan
menerima. Upaya penyelesaian masalah yang dilakukan oleh keluarga adalah dalam
bentuk koping yang adaptif seperti mengalihkan kesedihan, peningkatan spiritual dan
menerima kenyataan. Namun keluarga juga melakukan koping yang maladaptif seperti
menutupi, menghindar dari masalah dan berkorban Keluarga yang mempunyai anak
pengguna NAPZA mengalami berbagai beban diantaranya adalah beban fisik, ekonomi,
sosial, dan psikologis serta mengalami stigma dan diskriminasi sosial.
Keluarga yang mempunyai anak pengguna NAPZA merupakan sebagai sebuah
sistem yang membutuhkan dukungan baik dari dalam keluarga maupun sistem sosial
yang lebih besar. Adapun dukungan yang dirasakan keluarga teridentifikasi bahwa
keluarga tidak menerima dukungan social hanya menerima dukungan dari keluarga
dalam bentuk dukungan moril, spiritual dan financial dan jenis dukungannya berupa
informasional. Pemberian nasehat yang dilakukan keluarga besar, masyarakat, aparatur,
petugas kesehatan kepada keluarga dengan anak pengguna NAPZA dirasakan oleh
partisipan dapat memberikan kedamaian secara emosional, sementara dukungan
instrumental sebagai perwujudan pemberian bantuan langsung dalam bentuk bantuan
finansial dimana keluarga sangat membutuhkan dukungan finansial untuk biaya
pengobatan pengguna NAPZA.
Harapan terhadap keluarga besar adalah sikap yang biasa-biasa saja dari
masyarakat saat berinteraksi dengan keluarga maupun pengguna NAPZA, tidak
memberikan stigma serta sikap yang proaktif dan tegas dari aparat dalam upaya
pemberantasan NAPZA diwilayah mereka. Harapan yang lain yaitu terhadap petugas
kesehatan dan fasilitas kesehatan yang menginginkan sikap pro aktif dan peningkatan
pelayanan yang menyeluruh sampai kelapisan bawah serta mengharapkan layanan
fasilitas gratis bagi pengguna.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Family centered care yaitu memampukan keluarga dengan menciptakan kesempatan dan
cara bagi semua anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi baru
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja berisiko penyalahgunaan NAPZA dengan


latar belakang keluarga yang positif. Subjek diharapkan meningkatkan hubungannya
dengan keluarga dengan cara meningkatkan intensitas komunikasi dengan anggota
keluarga, berkumpul bersama saat waktu luang, dan kegiatan-kegiatan positif lainnya.
Keluarga lebih banyak memberikan dampak positif dalam membentuk perilaku remaja
namun keluarga yang positif tidak menjamin remaja tidak berisiko penyalahgunaan
NAPZA. Sehingga factor dari luar seperti teman juga berpengaruh, cara menyisati
pengaruh teman untuk mencegah perilaku berisiko penyalahgunaan NAPZA adalah
dengan cara memulai dari diri sendiri dengan memberi contoh yang baik, mengingatkan,
meningkatkan kegiatan positif seperti ibadah dan belajar serta lebih peka terhadap
lingkungan sekitar.

2. Saran

Bagi perawat agar mampu menjadi edukator pada keluarga untk ikut melakukan
pencegahan dengan cara pendekatan yang melibatkan keluarga agar program perawatan
pasien dengan penyalahgunaan NAPZA dapat terpantau dari hari ke hari
DAFTAR PUSTAKA

Hawari Dadang, (2006). Penyalahgunaan Dan Ketergantungan NAPZA: Narkotika, alcohol dan
zat adiktif. Jakarta: FKUI.
Sholihah Qomariyatus,(2013).Efektivitas program p4gn terhadap pencegahan penyalahgunaan
napza. Lampung: KEMAS.
Nurmaya Alya,(2016).penyalahgunaan napza di kalangan remaja.Bima:Jurnal Psikologi.
Pendidikan & Konseling (JPPK) Jabbar abdul (2017). Family centered care.
Riadi Muchlisin (2013). Pengertian dan Jenis-jenis NAPZA Setyawan Dody (2014). Family
Centered Care (FCC)
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3,
Nopember 2010
Jurnal Indigenous Vol. 1, No. 1, Mei 2016: 74-83
https://pedulinapzaundip.wordpres.com/2011/08/10/penyalahgunaan-napza/

Anda mungkin juga menyukai