Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA SISTEM ENDOKRIN,

IMUNOLOGI, PENCERNAAN, PERKEMBANGAN DAN REPRODUKSI


PRIA
“ DIABETES MELITUS TIPE II ”

Dosen Pengampuh : Ns. Sarwan, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:

KELOMPOK II :
1. MARSELA GUMELENG 2101034
2. TESALONIKA DOMITS
3. LIUNCANDA ALLAN MARINU

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan nikmat, iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi kesempatan yang luar biasa
ini untuk menyelesaikan tugas.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah terdapat perkataan
yang tidak berkenan dihati.

Manado,21 Maret 2023


Kelompok II
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI........................................................................................................ viii

BAB 1 Pendahuluan.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.3. Manfaat pemulisan………………………………………………………....2

BAB 2 PEMBAHASAN .........................................................................................5

2.2.1 Definisi...................................................................................................... 5

2.1.2 Etiologi...................................................................................................... 5

2.1.3 Patofisiologi...............................................................................................6

2.1.4 Manifestasi klinis...................................................................................... 6

2.1.5 Pemeriksaan diagnostik.............................................................................7

2.1.6 Komplikasi................................................................................................ 8

2.1.7 Penatalaksanaan.........................................................................................9

2.1.8 Pathway................................................................................................... 11

2.1 Konsep Keperawatan...............................................................................12

2.1.1 Pengkajian...............................................................................................12

2.1.2 Diagnosis Keperawatan...........................................................................13

2.1.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................13

2.1.4 Implementasi keperawatan......................................................................16


2.1.5 Evaluasi keperawatan..............................................................................17

BAB 3

PENUTUP ............................................................................................................19

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………….20

3.2 Saran………………………………………………………………………..21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang
disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk memproduksi insulin atau
kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas pada metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus
terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada sel target. Diabetes mellitus
dikategorikan menjadi empat tipe yaitu diabetes mellitus tipe-1, diabetes mellitus tipe-2,
diabetes mellitus gestational dan diabetes mellitus tipe lain yang disebabkan oleh faktor-
faktor lain.(Kerner and Brückel, 2014)

Prevalensi diabetes yang terjadi di seluruh dunia diperkirakan 2,8 % pada tahun 2000
dan 4,4 % pada 2030.Jumlah penderita diabetes diproyeksikan meningkat dari 171 juta di
tahun 2000 hingga mencapai 366 juta di tahun 2030. Negara-negara Asia berkontribusi
lebih dari 60% dari populasi diabetes dunia. (Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus, 2011)

Di Indonesia prevalensi penduduk yang berumur ≥15 tahun dengan diabetes mellitus
pada tahun 2013 adalah sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah kasus adalah sebesar
12.191.564 juta. Sebanyak 30,4% kasus telah terdiagnosis sebelumnya dan 73,7% tidak
terdiagnosis sebelumnya. Pada daerah bali prevalensi diabetes mellitus sebesar 1,3%
dengan kota Denpasar sebagai penyumbang terbanyak dibandingkan dengan kota lainnya
yaitu sebesar 2% (Riskesdas, 2013)

Melihat kenaikan insiden diabetes mellitus secara global yang sebagian besar disebabkan
oleh perubahan pola gaya hidup yang kurang sehat, dapat diperkirakan bahwa kejadian
diabetes mellitus akan meningkat drastis. Melihat bahwa diabetes mellitus akan
memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya

manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka sangat diperlukan
program pengendalian dan penatalaksanan diabetes mellitus tipe-2.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti membuat perumusan masalah yaitu,


bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Tipe I I?
C. TUJUAN

Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian terhadap pasien Diabetes Mellitus Tipe II

2. Merumuskan diagnosa terhadap pasien Diabetes Mellitus Tipe II

3. Menyusun intervensi terhadap pasien Diabetes Mellitus Tipe II

4. Melaksanakan implementasi terhadap pasien Diabetes Mellitus Tipe II

5. Melakukan evaluasi terhadap pasien Diabetes Mellitus

Tipe II

Tujuan Umum
1.Untuk memperoleh pengalaman langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI DM TIPE II

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya


hiperglikemia yang dikarenakan organ pankreas tidak mampu memproduksi insulin
atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas yang di
temukan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada penderita
penyakit diabetes melitus dikarenakan aktivitas insulin pada target sel kurang (Kerner
and Bruckel, 2014).

Diabetes melitus merupakan kelainan yang terjadi karena meningkatnya kadar gula
darah atau hiperglikemia. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi
karena peningkatan kadar gula dalam darah yang terjadi karena adanya kelainan sekresi
insulin sehingga memperlambat kerja insulin (Hasdinah dan Suprapto, 2014).

B. ETIOLOGI DM TIPE II

Penyebab DM tipe 2 belum diketahui secara pasti penyebabnya, diperkirakan


faktor genetik menjadi penyebab terjadinya retensi insulin pada pasien DM. Akibat dari
gabungan dari abnormalitas komplek insulin dan sistem transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
mempertahankan Euglikemia.

Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II, yaitu :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), obesitas,
riwayat keluarga, dan kelompok etnik (Rendy, 2012).
C. PATOFISIOLOGI DM TIPE II

Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan karena menurunnya insulin


atau defisiensi insulin (Fatimah, 2015). Defisiensi insulin terjadi karena :

a. Kerusakan

b. Menurunnya reseptor insulin pada jaringan perifer

c. Menurunnya reseptor glukosa di kelenjar pankreas

Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena sel-sel insulin gagal karena tidak mampu
merespons dengan baik atau biasa disebut dengan resistensi insulin (Teixeria, 2011).
Resistensi insulin disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan juga bisa menjadi
penyebab terjadinya DM. Pasien DM tipe 2 produksi glukosa dalam hati berlebihan
akan teteapi tidak terjadi kerusan sel beta langrhans secara autoimun (Fatimah, 2015).
Pada perkembangan awal DM tipe 2 sel beta akan mengalami gangguan sekresi insulin,
apabila tidak segera ditangani makan akan menyebabkan kerusakan pada sel beta
pankreas. Ketika kadar gula dalam darah meningkat, pankreas akan mengelurkan
hormon yang dinamakan insulin sehingga memungkinkan sel tubuh akan akan
menyerap glukosa tersebut sebagi energi. Hiperglikemia pada pasien dm terjadi karena
menurunnya penyerapan glukosa oleh sel yang di ikuti dengan meningkatnya
pengeluran glukosa dalam hati.

Pengeluaran glukosa dalam hati akan meningkat karena adanya proses yang
menghasilkan glukogenolisis dan glukoneogenesis tanpa hambatan karena insulin tidak
diproduksi (Sherwood, 2011)

D. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS

1. Diabetes Mellitus tipe-1


Diabetes mellitus tipe-1 adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ketidak
mampuan tubuh untuk menghasilkan atau memproduksi insulin yang diakibatkan oleh
rusaknya sel-β pada pancreas. Diabetes mellitus tipe-1 disebut dengan kondisi autoimun
oleh karena sistem imun pada tubuh menyerang sel-sel dalam pankreas yang dikira
membahayakan tubuh. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi
pada tubuh.Diabetes mellitus tipe-1 sering terjadi pada masa anak-anak tetapi penyakit
ini dapat berkembang pada orang dewasa.(Kerner and Brückel, 2014)
2. Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 adalah jenis yang paling umum dari diabetes mellitus .
Diabetes tipe-2 ditandai dengan cacat progresif dari fungsi sel-β pankreas yang
menyebabkan tubuh kita tidak dapat memproduksi insulin dengan baik. Diabetes mellitus
tipe-2 terjadi ketika tubuh tidak lagi dapat memproduksi insulin yang cukup untuk
mengimbangi terganggunya kemampuan untuk memproduksi insulin. Pada diabetes
mellitus tipe-2 tubuh kita baik menolak efek dari insulin atau tidak memproduksi insulin
yang cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa yang normal.(Kerner and Brückel,
2014)
Beberapa pasien dengan diabetes tipe ini akan tetap tidak terdiagnosis selama
bertahun-tahun karena gejala jenis ini dapat berkembang sedikit demi sedikit dan itu
tergantung pada pasien . Diabetes tipe-2 sering terjadi pada usia pertengahan dan orang
tua, tetapi lebih umum untuk beberapa orang obesitas yang memiliki aktivitas fisik yang
kurang.
(Kerner and Brückel, 2014)
3. Diabetes Mellitus Gestational
Definisi diabetes mellitus gestational adalah intoleransi glukosa pada waktu
kehamilan, pada wanita normal atau yang mempunyai gangguan toleransi glukosa
setelah terminasi kehamilan.Diabetes melitus gestational terjadi di sekitar 5–7% dari
semua kasus pada kehamilan.(Kerner and Brückel, 2014)
4. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe lain ini disebabkan oleh karena kelainan genetic pada kerja insulin,
kelainan pada sel- β, penyakit pancreas, endocrinopathies,
infeksi, dank arena obat atau zat kimia dan juga sindroma penyakit lain.(Kerner and
Brückel, 2014)
E. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya:
a. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat melebihi
batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam
tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha
untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering
terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa
(PERKENI, 2011).
c. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan
(Subekti, 2009).

d. Timbul rasa lapar (Polifagia)


Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah
cukup tinggi (PERKENI, 2011).

e. Peyusutan berat badan


Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti, 2009).

F. KOMPLIKASI DM TIPE II
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia, yaitu kadar gula dalam darah berada di bawah nilai normal < 50
mg/dl
b. Hiperglikemia, yaitu suatu keadaan kadar gula dalam darah meningkat secara
tiba-tiba dan dapat berkembang menjadi metabolisme yang berbahaya.
2. Komplikasi kronis
a. Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
pembekuan darah di sebagian otak, jantung koroner, stroke, dan gagal jantung
kongesif
b. Komplikasi makro vaskuler, yang biasanya terjadi pada pasien DM adalah
nefropati, dan amputasi ( perkeni, 2015)

G. PENATALAKSANAAN DM TIPE II
Penatalaksanaan diabetes dititikberatkan pada 4 pilar penatalaksanaan diabetes, yaitu
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
a. Edukasi
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam perubahan perilaku sehat yang memerlukan
partisipasi efektif dari klien dan keluarga klien. Tujuan utama dari pemberian edukasi
pada pasien DM dan juga pada keluarga adalah harapan diamana pasien dan keluarga
akan mengerti bagaimana cara penanganan yang tepat dilakukan pada pasien DM.
Edukasi pada pasien bisa dilakukan meliputi pemantauan kadar gula darah, perawatan
luka, kepatuhan dalam pengansumsian obat, peningkatan aktivitas fisik, pengurangan
asupan kalori dan juga pengertian serta komplikasi dari penyakit tersebut (Suzanna,
2014).
b. Terapi Gizi Medis
Pasien DM harus mampu memenuhi prinsip 3J pada dietnya, meliputi (jumlah makanan
yang dikonsumsi, jadwal diet yang ketat dan juga jenis makanan apa yang dianjurkan
dan pantangan makannya) (Rendy, 2012).

c. Olahraga
Olahragasecara teratur 3-4x dalam seminggu kurang lebih 30 menit (Suzanna, 2014).
d. Intervensi farmakologis
Berupa pemberian obat Hipoglikemik oral (sulfonilurea, biguanid/metformin, inhibitor
alfa glukosidase dan insulin) (Ernawati, 2013).
Dengan penanganan yang benar baik pencegahan dan perawatannya, diharapkan
gangren dapat dilakukan pengobatannya secara benar agar pasien DM bisa berkurang.
Penatalaksanaan gangren sebagai berikut :
a. Kontrol kadar gula darah
Pengendalian gula darah dan berbagai upaya sangat penting dilakukan untuk
memperbaiki keadaan umum penderita dengan nutrisi yang memadai.
b. Penanganan ulkus/gangren
Tindakan yang dilakukan untuk penanganan ulkus/gangren ini, antara lain : bedah
minor seperti insisi, pengaliran abses, debridemen, dan nekrotomi dengan tujuan untuk
mengeluarkan semua jaringan nekrosis untuk mengeliminasi infeksi, sehingga
diharapkan dapat mempercepat penyembuhan luka.
c. Memperbaiki sirkulasi darah
1) Memperbaiki status rheologi, merupakan tindakan memberikan
obat antiagregasi trombosit hipolipidemik yang bertujuan untuk memperbaiki jaringan
yang terserang.
2) Memperbaiki struktur vaskuler, merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara
embolektomi, endarteriktomi atau biasa disebut dengan rekontruksi pembuluh darah.
d. Penanganan infeksi
Berikan antibiotik ika terindikasi adanya infeksi.
e. Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan dengan cara manajemen jaringan, kontrol infeksi dan infeksi,
serta perluasan tepi luka.
a) Tissue managemen (Managemen jaringan)
Manajemen jaringan dilakukan melalui debridemen, yaitu menghilangkan jaringan mati
pada luka. Jaringan yang perlu dihilangkan adalah jaringan nekrotik dan slaf. Manfaat
debridemen adalah menghilangkan jaringan yang sudah tidak tervaskularisasi, bakteri,
dan eksudat sehingga akan menciptakan kondisi luka yang dapat menstimulasi
munculnya jaringan yang sehat. Ada beberapa cara debridemen yang dapat dilakukan,
berupa :
(1) Debridemen mekanis
Yaitu metode yang dilakukan dengan cara menempelkan kasa lembab kemudian tutup
atau letakkan kasa kering diatasnya. Biarkan hingga kasa kering setelah kering angkat.
(2) Debridemen bedah
Pengangkatan jaringan mati dengan menggunakan tindakan medis berupa tindakan
pembedahan atau operasi.
(3) Debridemen autolitik
Tindakan pembalutan luka setelah dicuci atau dibersihkan.
(4) Debridemen Enzim
Debridemen enzim merupakan cara debridemen dengan menggunakan enzim yang
dibuat secara kimiawi untuk dapat mencerna jaringan mati atau melonggarkan ikatan
antara ikatan antara jaringan mati dan jaringan hidup. Enzim ini bersifat selektif, yaitu
hanya akan memakan jaringan mati. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan
jenis debridemen ini adalah menghindari penggunaan balutan luka yang mengandung
logam berat seperti silver, mineral, seng, cairan basa atau asam, karena dapat
menginaktivasi enzim. Pada luka dengan skar (luka jaringan nekrotik yang kering),
maka kita perlu melakukan sayatan pada skar dengan menggunakan pisau agar enzim
dapat meresap pada skar dan permukaan luka tetap lembab.
(5) Debridemen biologi
Debridemen biologi dapat dilakukan dengan menggunakan belatung yang sudah
disteril. Jenis belatung yang digunakan adalah spesies Lucia Cerrata atau Phaenica
Sericata. Belatung ini diletakkan didasar luka selama 1-4 hari. Belatung ini
mensekresikan enzim preteolitik yang dapat memecah jaringan nekrotik dan mencerna
jaringan yang sudah dipecah. Sekresi dari belatung ini memiliki efek anti mikrobial
yang membantu dalam mencegah pertumbuhan dan proliferasi bakteri, termasuk
Metchilin-resistant Staphylococcus aureus.
b) Kontrol infeksi dan inflamasi
Infeksi bisa bersifat lokal (termasuk didalamnya selulitis), atau sistemik (sepsis). Tanda
infeksi yaitu meningkatnya eksudat, nyeri, adanya kemerahan (eritema) yang baru atau
meningkatnya kemerahan pada luka, peningkatan temperatur pada daerah luka, dan bau
luka atau eksudat. Cara yang dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh,
debridemen, pembersihan luka dan mencuci luka untuk menghilangkan bakteri,
eksudat, dan jaringan mati, serta memberikan balutan luka anti mikroba.
c) Mempertahankan kelembaban
d) Perluasan tepi luka
Salah satu tanda dari penyembuhan luka pasien bisa dilihat dengan
luasnya sel epitel menuju tengah luka (Yunita, 2015).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang untuk DM dilakukan pemeriksaan glukosa darah
sewaktu, kadar glukosa darah puasa, kemudian dilanjutkan dengan Tes Toleransi
Glukosa Oral standar. Untuk kelompok resiko tinggi DM, seperti usia dewasa tua,
tekanan darah tinggi, obesitas, riwayat keluarga, dan menghasilkan hasil pemeriksaan
negatif, perlu pemeriksaan penyaring setiap tahun. Bagi pasienberusia tua tanpa faktor
resiko pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun (Yunita, 2015).
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat
digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu
(TGT), glukosa darah puasa terganggu (GDPT). Pertama Glukosa darah puasa
terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan
pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam <140 mg/dl. Kedua Toleransi glukosa
terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-
199 mg/dl Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
HbA1c 5,7-6,4%.
Konsep Defisiensi Pengetahuan
Definisi Defisiensi Pengetahuan
Defisiensi pengetahuan adalah kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengantopictertentu (Amin dan Hardhi, 2015).
Pengetahuan merupakan hasil dari penginderaan manusia atapun hasil pengetahuan
seseorang terhadap objek yang dilihat (Notoatmodjo, 2012).
Dalam KBBI pada tahun 2011 pengetahuan ialah suatu proses pembelajaran yang
berkaiatan dengan sesuatu yang diketahui. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi dan faktor
luar seperti saran informasi serta keadaan sosial budaya.
Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Defisiensi Pengetahuan
1. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang
dengan salah satunya usaha untuk mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman dan Riyanto, 2013). Semakin tinggi
pendidikan sesorang maka semakin cepat menerima dan memahami suatu informasi
sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011).

2. Informasi
Informasi adalah suatu tekhnik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu. Informasi diperoleh dari pendidikan formal atau non formal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
pengetahuan.
3. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi proses masuknya pengetahuan
kedalam individu karena terdapat interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan individu. Lingkungan yang baik maka didapatkan
pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
4. Pengalaman
Pengalaman didapatkan berdasarkan pemahanan sendiri maupun dari orang lain untuk
meningkatkan pengetahuan.
5. Usia
Meningkatnya usia seseorang maka daya ingat akan semakin bertambah hal itulah yang
menyebabkan pengetahuan seseorang semakin bertambah (Budiman dan Riyanto,
2013).
PATHWAY
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Ny S.k umur 8 tahun dengan pekerjaan ibu rumah tangga datang dengan keluhan nyeri di
bagian kaki terdapat luka ditelapak kaki sebelah kanan ,kesadaran compos mentis tekanan darah :
182 mmhg N: 94x/menit,R: 15x/m,Suhu badan : 3,3

3.1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 12/03/2022 waktu pengkajian : 20:05
Tanggal masuk Rs: 10/03/2022

A.IDENTIFIKASI
I.KLIEN
Nama : N.y S.k
Tempat /tanggal lahir : Manado,28/07/1953
Jenis kelamin :p
Status perkawinan : cerai ( meninggal)
Jumlah anak : 3 anak
Agama /suku :Kristen
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : daerah
Pendidikan : SD
Pekerjaaan : IRT
Alamat rumah : kombos timur lingkungan III
B. DATA MEDIK
I.Dikrim oleh : UGD
II Diagnosa medic
• Saat masuk : Anemia
• Saat pengkajian : Ulkus diabetes mellitus ragio radis dextra

C. KEADAAN UMUM
Keadaan sakit : pasien tampak sakit sedang
Alasan : pasien terbaring lemah
Penggunaan Alamat medic : terpasang IFVD Ns,09 persen ,10gtt
Alasana masuk rumah sakit : keluhan : pasien mengatakan nyeri luka
di kaki dan badan terasa lemah
Riwayat Keluhan Utama : nyeri pada luka di kaki,di sebabkan oleh
kaki belas pada saat sedang berlibbur dengan keluarga dan akhirny terjadi luka di kaki
sebelah kanan

Faktor pencetus :
Timbulnya keluhan : bertahap
II TANDA-TANDA VITAL :
a. Kesadaran
Kualitatif : compos mentis
b. Tekanan darah : 110/70
c. Nadi :77x/menit
d. Pernapasan : 20x/menit
e. Suhu badan :3
f. Saturasi : 98
III.PENGUKURAN

a. Lingkar lengan Atas : 25 cm


b. Tinggi badan : 154
c. Berat badan :58 kg
d. IMT : 24,5 kg/menit

D. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


1. Kajia presepsi kesehatan manajemen kesehatan
a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum
sakit sering mengontrol ,seperti mengontrol Tekanan darah,dan kolestrol di
puskesmas
- Keadaaan setelahh sakit : setelah sakit pasien hanya
memeriksakan Tekanan darahnya saja
b. Data objektif
Observasi
- Kebersihan rambut : Rambut tampak bersih
- Kulit kepala : terlihat kulit kepala
bersih,tidak ada ketombe

- Kebersihan kulit : Normal tidak terdapat strie


atau scar
- Kebersihan genetalia :-
II KAJI NUTRISI METABOLIK
 Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan
ssebelum sakit makan 3x sehari,makanan Nasi,ikan dan sayuran
- Keadaan setelah sakit : pasien mengatakan nafasu
makan menurun,dan pasien mengatakan makanan yang di makan saat sakit yaitu
bubur yang di berikan Rumah sakit ,dan biasanya pasien tidak menghabiskan
 Data objektiv
Observasi
- Kemampuan mengunyah : tidak mampu mengunyah
keras dan makanan tidak di habiskan
- Pemeriksaan Diagnostik
• HB 8,7
• SWAB Antingen SARC COV-2(-)
• GDS 317Mg/dl
III. KAJI POLA ELIMINASI
a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan
sebelum sakit BAK 3-4 kli shari dan BAB 1-2 kali sehari
- Keadaan setelah sakit :BAK 3-4 kali sehari dan
BAB 1 kali dalam sehari
b. Data objektif
Observasi :warna feses kuning
kecoklatan dan warna urin kuning muda,dengan konsistensi feses lunak
IV. KAJI POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum
sakit jarang berolahraga tapi masih bisa berkativitas di sekitar kompleks rumah
meskipun di bantu oleh tongkat
- Keadaan setelah sakit : Pasien mengatakan tidak
dapat beraktivitas lebi lagi karena luka di kaki sebelah kanan dia
b. Data objektif
Observasi : Pasien tampak lemah dan
aktivitas di bantu oleh keluarga

AKTIVATAS HARIAN :
1. Makan :0
2. Mandi :2
3. Berpakaian :2
4. Kerapian :2
5. BAB :3
6. BAK :3
7. Mobilisasi tempat tidur :2
8. Ambulasi :3
Gaya jalan : di bantu oleh keluarga dan Alat ( tongkat)
Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
P : nyeri saat bergerak
Q: nyeri di tusuk tusuk
R: nyeri pada kaki sebelah kanan (ulkus pedis dextra)
S skala nyeri
T : nyeri hilang timbul
LUKA
Lokasi : kaki sebelah kanan pada tumiti
Warna : kemerahan (rubor)

V.KAJI POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas istrahat dan
tidur terganggu dan sering terjaga pada malam hari
- Keadaan setelah sakit : pasien mengatkan sulit tidur pada malam
hari,biasanya tidur pada jam 11 malam dan terbangun pada jam 1 dini hari
sampai pagi
b. Data objektif
Observasi
Ekspresi wajaah mengantuk,tampak gelisah

VI . KAJI POLA KONGNITIF PRESEPTUAL


a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit tidak
mampu melihat terlalu jau dan pendenagaran masih sedikit baik
- Keadaan setelah sakit : pasien mengatakan setelah sakit
penglihatan terganggu dan pendengaran sudha mulai tergnaggu
b. Data objektif
Observasi :
Pasien masihh bisa berkomunikasi meski kurang pendegaran ,terlihat
pasien tampak bingung ketika berkomunnikasi
VII. KAJI POLA PERSEPSI DAN KOSEP DIRI
a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sering beraktivitas di
sekitaran kompleks rumah
- Keadaan setelah sakit : Pasien mengatakan ingin cepat pulang ke
rumah
b. Data objektif
Observasi :
Suara dan cara bicara : Klien tidak merespon dengan baik
Rentang penglihatan :

VIII. KAJI POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA KOPING


a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan tinggal bersama anak
dan 3 orang cucuNya dan menjalin hubungan yang baik dan harmonis
- Keadaan setelah sakit : pasien mengatakan berkonikasi dengan
keluarga dengan baik dan saat ini 3 orang anak dan cucunya bergantian
menjaganya di Rumah sakit.
b. Data objektiv : Berkomunikasi dengan baik dengan anak dan cucunya
IX. KAJI POLA REPRODUKSI –SEKSUALITAS
a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengataakan sudah berhenti
melakukan seksualitas
- Keadaan setelah sakit : pasien mengatakan sudah tidak melakukan
seksualitas lagi
b. Data objektif
Observasi
Paien sudah lanjut usia Monopous

X.KAJI POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS

a. Data subjektif
- Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan apabila ada masalah
ia sering membicaaraknya dengan keluarganya atau orang terdekatnya (Anak)
- Keadaan setelah sakit : pasien mengatakan apabila ia stres
dengan penyakitnya,ia selalu menonton film di youtube untuk menghilangkan
kehawatiran mengenai sakitnya
b. Data objektif
Observasi :
Pasien tampak senang karena ia sakit ada yang menemaninya
XI . KAJI POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
a. Data subjektif
-Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan sering pergi ke
gereja setiap minggu untuk beribadah
- Keadaan setelah sakit : pasien mengatakan beribadah di tempat
tidur
b. Data objektif :
observasi
pasien tampak sering beribadah di temani oleh keluarga


Analisa Data :

NO Data Etiologi Masalah

1. Ds. Neuropati Nyeri akut


- Pasien mengatakan ↓
nyeri pada kaki Ulkus luka
Do ↓
- Skala nyeri 7 Adanya penurunan pada kaki
- Pasien tampak meringis ↓
Pengeluaran histamin dan
Prostaglandin

Nyeri akut
2. Ds. Hiperglikemia Gangguan pola tidur
- Pasien mengatakan sulit ↓
tidur di malam hari Glukosaria divresi osmatik
- Pasien mengatakan ↓
sering terjaga pada Terjadi piliuria
malam hari

Do
Gangguan pola tidur
- Pasien tampak
mengantuk
3. Ds. Kelemahan pada anggota Gangguan Mobilitas
- Pasien mengataakan gerak fisik
nyeri pada kaki saat di ↓
gerekan Hemiparase/kanan

Do. Gangguan Mobilitas Fisik
- Pasien tampak lemah
4. Ds. DM TIPE II Oerfusi perifer tidak
- Pasien mengatakan ↓ efekti
nyeri ekstemitas Sel beta pangkreas hancur
- Pasien mengatakan ↓
badan lemas Kenaikan pemkan glukosa

Viskositas darah menigkat
Do. ↓
- terjadi pembekakan Aliran darah melambat
- tampak pucat ↓
Edema

Perfusi perifer tidak efektif
ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1. Nyeri akut b/d agen Setelah di lakukan Menjemen nyeri (l.08238)
pencedera fisiologi asuhan keperawatan 1x Obseverasi
mis,inflamasi 8 jam di harapkan 1. Identifikasi lokasi
tingkat nyeri menurun karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas
Ds. dengn intensitas nyeri
- Pasien 2. Identifikasi sekala nyeri
mengatakan Kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang memperberat
nyeri pada Tingkat nyeri dan mempringan nyri
kaki 1. Keluhan Terapeutik
Do nyeri 1. Berikan teknik non farmakologi
- Pasien menurun untuk mengurangi rasa nyeri mis
tampak 2. Pasien (menarik napas dalam)
meringis tampak 2. Control lingkungan yang
- Tammpak sudah tidak memperberat rasa nyri mis
gelisah meringis ( ruangan,kebisingan )
3. Pasien Edukasi
sudah tidak
1. Jelaskan penyebab periode nyeri,dan
gelisah
pemici nyeri
2. Jelaksan strategi meredakan nyeri

2 Gangguan pola Setelah di lakukan Edukasi aktfitas/istirahat


tidur b/d tindakan asuhan Observasi :
lingkungan keperawatan di 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
harapkan pola tidur menerima informasi
Ds. membaik dengan
Terapaeutik
- Pasien 1. Berikan kesempatan kepada pasien
mengeluh Kriteria hasil : dan keluarga untuk bertanya
sulit tidur 1. Keluhan tidur Edukasi
- Pasien membaik (4) 1. Jelaskan pentingnya mekukan
mengatakan 2. Keluhan sering aktivitas secara rutin
sering terjaga 2. Anjurkan cara mengidentifikasi
terbangun membaik(4) kebutuhan istrahat mis kelelahan
pada malam
hari
Do.
- Tampak
mengantuk
k
3. Gangguan mobilitas Setelah di lakukan Dukungan mobilisasi
fisik b/d gangguan tindakan asuhan Observasi
muskolskeletal keperawatan di 1. Identifikasi adanya keluhan nyeri atau
harapkan meningkat keluhan fisik lainya
Ds. dengan
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
- Pasien Pergerkan
mengatakan Kriteria Hasil : Tera Peeutik
nyeri pada 1. Pergerakan 1. Libatkan keluarga untuk membantu
- kaki saat di ekstremitas pasien dalam meningkatka
gerakan meningkat (4) pergerakan
2. Kekuatan otot Edukasi
meningkat (4)
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi
Do. sederhana yang di lakukan mis, duduk

- Pasien di temat tidur


tampak
terbaring
lemah

implemntasi Evaluasi
Observasi S. pasien sudah tidak mengeluh nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri O. Pasien tampak tidak meringis
Nyri 6-7 Nyeri 4 terasa di tusuk-tusuk
-memberikan teknik non farmakologis berupa terapi A. Masalah teratasi sebagian
musik P. intervensi di lanjutkan
H= pasien tampak tenang
-menjelaskan penyebab pemicu nyeri
H= pasien tampak mengerti
- Menganjurkan posisi yang nyaman

0bservasi S : pasien masih mengatakan sulit


Menidentifikasi pola dan aktifitas tidur dengan tidur
mengajarkan posisi tidur yang baik O : Paien tampak mengantuk
- Menidentifikasi faktor penggangu tidur A : masalah belum teratasi
seperti suhu dalam ruangan P : intervensi dilanjutkan
Teraupetik :
Melakuan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
dengan mengatur posisi tidur klien yang baik dan
benar
Menyesuaikan jadwal pemberian obat
Edukasi :
Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Observasi S : pasien mengatakan tidak dapat
menidentifikasi keluhan nyeri dan keluhan fisik mengerakan bagian ekstremitas (kaki)

- Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan O : pasien tampak membaik


Pergerakan A: masalah teratasi sebagian
teraPeiutik P : intervensi di lanjutkan
- Melibatkan keluarga untuk membantu Pasien
dalam Prosedur mobilisasi meningkatkan
Pergerakan
Edukasi
- Mejelaskan tujuan dan Prosedur mobilisasi
Menganjurkan melakukan mobilisasi sederhana yang
di lakukan mis: dudk di temPat tidur
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti ,sari.(2015).diabetes militus dan Pentalaksanaan keperawatan yogyakarta: nuha


medika.

Emawati, (2013). Penatalaksanaan keperawatan diabetes melitus terpadu dengan peneraan


teori keperawatan self Care orem.Jakarta : mitra wacana media.

Anda mungkin juga menyukai