Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN KASUS LANJUT INTERNE

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2 + NEOPLASMA GANAS

PAYUDARA + PNEUMONIA + EFUSI PLEURA + PULMONARY

CANDIDIASIS + LEUKOSITOSIS + HIPOKALEMIA RINGAN

DI RUANGAN KUSAMBA RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

Oleh :

I GUSTI AGUNG PRIYANITI ANANDA KRESNA KEPAKISAN

NIM.P07131220052

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKAN

PROGRAM SARJANA TERAPAN

DENPASAR

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan
di RSUD Klungkung ini dengan judul “Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Penyakit
Diabetes Melitus Tipe 2 + Neoplasma Ganas Payudara + Pneumonia + Efusi Pleura +
Pulmonary Candidiasis + Leukositosis + Hipokalemia Ringan Di Ruangan Kusamba
Rsud Kabupaten Klungkung ”

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. dr. Christian, MMRS, MH, Sp.GK.AIFO.K selaku Kepala Instalasi Gizi RSUD
Kabupaten Klungkung
2. Ir. Dr. I Putu Suiraoka,SST.M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Denpasar
3. Kadek Andi Artawan,S.Tr.Gz selaku Clinical Intructur Asuhan Gizi Klinik di
RSUD Kabupaten Klungkung
4. Ibu Ni Wayan Mirharti, S.Tr.Gz selaku pembimbing kasus lanjut di RSUD
Kabupaten Klungkung
5. Bapak Dr. I Wayan Juni Arsana, SST.M.Fis selaku dosen pembimbing

Penulis menyadari bahwa laporan praktek kerja lapangan ini masih jauh dar
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis mengharapkan
laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 2 + NEOPLASMA
GANAS PAYUDARA + PNEUMONIA + EFUSI PLEURA +
PULMONARY CANDIDIASIS + LEUKOSITOSIS +
HIPOKALEMIA RINGAN
DI RUANGAN KUSAMBA RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

Telah Memperoleh Persetujuan:

Pembimbing Pembimbing Lapngan

Ni Wayan Miharti, S.Tr.Gz Dr. I Wayan Juniarsana, SSt.M.Fiz


NIP.198005252009022006 NIP. 196706071992031004

Mengetahui,
Ketua Jurusan Gizi

Dr. I Putu Suiraoka, SST, M.Kes


NIP.197301241995031001
BAB 1

(PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang

Diabetes melitus tipe 2 disebut juga dengan DM tidak tergantung insulin (Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang disebabkan oleh penurunan

sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin yang sering disebut

sebagai resistensi insulin (Guyton & Hall, 2019).

Prevalensi DM tahun 2017 sebesar 8,8% (total penduduk dunia usia 20-79

tahun : 4,84 miliar jiwa) diprediksi meningkat hingga 9,9% total (total penduduk

dunia usia 20-79 tahun : 4,84 miliar jiwa) tahun 2045. Indonesia menempati urutan

nomor 6 setelah Cina, India, USA, Brazil, Mexico pada tahun 2017. Jumlah

Penderita DM di Indonesia juga terbilang tinggi, dilihat dari laporan IDF bahwa

jumlah penderita DM sebanyak 10,3 juta jiwa pada tahun 2017 dan diperkirakan

akan meningkat pada tahun 2045 sebanyak 16,7 juta jiwa (International Diabetes

Federation, 2018).

Prevalensi komplikasi penderita diabetes melitus tipe 2 ini cenderung

meningkat dan semakin memburuk disebabkan karena ketidakmampuan penderita

dalam mengelola penyakitnya secara mandiri (American Diabetes Association,

2018). Dalam hal ini manajemen diri menjadi sangat penting dalam pengobatan

diabetes mellitus. Perawatan diri adalah salah satu manajemen diri diabetes

mellitus dan perlu untuk mendapatkan kontrol glikemik yang memadai

(Musmulyadi, M., Malik Z. M., & Mukhtar, 2019).


Tumor payudara merupakan salah satu jenis tumor yang terdapat pada payudara

dan yang paling sering menyerang kaum wanita. Tumor payudara terdiri dari

tumor ganas (kanker payudara) dan tumor jinak yaitu salah satunya fibroadenoma

mammae. Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor payudara yang paling

sering terjadi pada remaja dan wanita berusia dibawah 30 tahun (Sari, Indrawati,

& Harjanto, 2020)

Tumor payudara adalah benjolan non-kanker pada jaringan payudara, meski

demikian tumor payudara cukup sering terjadi dan merupakan salah satu faktor

risiko dari kanker payudara, dimana tumor dapat meningkatkan risiko kanker

payudara hingga sepertiganya (Naviri, 2019). Prevalensi kanker payudara pada

perempuan di Indonesia mencapai sebesar 40 per 100.000 dengan angka kematian

sebesar 16,6 per 100.000 wanita (Globocan, International Agency For Research

on Cancer (IARC). 2018).

Dengan bebarapa data diatas maka perlu dilakukan penatalaksanaan diabetes

melitus tipe 2 dan tumor payudara dengan salah satunya adalah memberikan

pelayana gizi berupa proses asuhan gizi terstandar. Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Klungkung merupakan salah satu rumah sakit yang memberikan

peayan gizi pada pasien dengan komplikasi, maka dengan itu Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Klungkung dapat dijadiikan salah satu tempat pembelajaran

bagi mahasiswa jurusan gizi dalam memberikan pelayan gizi yaitu berupa proses

asuhan gizi terstandar untuk pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tumor Ganas

Payudara.
B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu memahami proses dan pelaksanaan asuhan gizi klinik

pada pasien komplikasi dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tumor

Ganas Payudara di RSUD Kabupaten Klungkung.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan skrinning gizi pada pasien dengan komplikasi menggunakan

formulir skrining MST (Malnutrition Screening Tool) di Ruangan Kusamba

RSUD Kabupaten Klungkung.

b. Melakukan pengkajian gizi (nutrition assasment) pada pasien lanjut usia

dengan komplikasi di ruangan Kusambba RSUD Kabupaten Klungkung.

c. Menentukan diagnosa gizi (Nutrition Diagnose) pada pasien dengan diagnosa

Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tumor Ganas Payudara di ruangan Kusamba

RSUD Kabupaten Klungkung.

d. Melakukan intervensi gizi (Nutrition Intervention) pada pasien komplikasi

dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tumor Ganas Payudara di

ruangan Kusamba RSUD Kabupaten Klungkung.

e. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien dengan komplikasi diagnosa

Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tumor Ganas Payudara di ruangan Kusamba

RSUD Kabupaten Klungkung.

f. Memberikan konseling gizi terkait penatalaksanaan penyakit dan terapi gizi

untuk kondisi dan komplikasi pasien.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus Tipe 2

1. Pengertian

Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hiperglikemia

yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas untuk memproduksi

insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target tersebut. Abnormalitas

pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang ditemukan pada penderita

penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan kurangnya aktivitas insulin pada

sel target (Antari, 2017)

2. Patogenesis

Patogenesis diabetes melitus yaitu terjadinya resitensi insulin pada sel otor dan

hati, serta kegagalan sel beta pankreas yang disebut sebagai patofisiologi kerusakan

sentral dari DM tipe 2. Terjadinya gangguan toleranasi glukosa diakibatkan oleh

keterlibatan organ lain yaitu jaringan lemak (meningkatnya lipolisis),

gastrointestinal (definis inkretin), ginjal (peningkatan absoprsi glukosa) dan otak

(resistensi insulin) (Perkeni, 2021).

3. Patofisiologi

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah

tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup

sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam darah yang

menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam

jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk di dalam hati dari
makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin merupakan hormon yang

diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk memfasilitasi atau mengendalikan

kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.

Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh menurun yang

akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi atau hiperglikemi

(Antari, 2017).

4. Gejala dan Penyebab

Pada tahap awal Diabetes Melitus Tipe 2 biasanya tidak menunjukkan gejala

diabetes. Gejala umum penderita diabetes adalah sebagai berikut:

a. Meningkatnya rasa haus karena air dan elektrolit dalam tubuh berkurang

(polidipsia)

b. Meningkatnya rasa lapar karena kadar glukosa dalam jaringan berkurang

(polifagia),

c. Kondisi urin yang mengandung glukosa biasanya terjadi ketika kadar glukosa

darah 180 mg/dL (glikosuria),

d. Meningkatkan osmolaritas filtrat glomerulus dan reabosorpsi air dihambat

dalam tubulus ginjal sehingga volume urin meningkat (poliuria)

e. Dehidrasi karena meningkatnya kadar glukosa menyebabkan cairan

ekstraselular hipertonik dan air dalam sel keluar (Hardianto, 2021)

Penyebab Diabetes Melitus Tipe 2 ini difaktori oleh beberapa faktor resiko yaitu

Faktor keturunan atau genetik punya kontribusi yang besar dalam meningkatnya

resiko diabetes mellitus, Obesitas dan peningkatan berat badan pada orang dewasa
dianggap menjadi salah satu faktor risiko yang paling penting untuk diabetes

mellitus tipe-2 (Antari, 2017).

5. Diagnosis

Penegakan diagnosis Diabetes Melitus tipe 2 dilakukan dengan pemeriksaan

kadar glukosa darah dan HbAic. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan

adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.

Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakulan dengan glukometer. Diagnosis tidak

dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.

Tabel 1.
Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL. Puasa adalah kondisi tidak ada

asupan kalori minimal 8 jam.

Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dL 2 jam setelah Tes Toleransi Oral

(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

Pemeriksaan glukos aplas sewaktu ≥200 mg/dL dengan keluhan klasi atau krisis

hiperglikemia

Pemeriksaan HbA1c ≥ 6.5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normlam atau kriteria DM

digolongkan ke dalam kelompok pre-diabetes yang meliputi toleransi glukosa

terganggu (TGT) dan glukosa darah terganggu (GDPT)


a) Glukosa Darah Puasa (GDPT) : Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa

antara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam <140

mg/dL

b) Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) : Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam

setelah TTGO antara 140-199 mg/dL dan glukosa plasma puasa <100 mg/dL

c) Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

d) Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan

HbA1c yang menunjukan angka 5.7-6.4%

6. Diet Yang Dianjurkan

Pengaturan makanan untuk pasien diabtes melitus hampir sama dengan anjuran

makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pasien DM perlu diberikan

penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis makan ndan

jumlah kandungan kalori terutama pada mereka yang menggunakan obat yang

meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin. Komposisi makananan yang

dianjurkan terdiri dari :

a. Karbohidrat

• Karbohidrat yang dinajurkan sebesar 45-65% total asupan energi.

• Pembatasan karbihidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan

• Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi


• Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan

selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan

kalori sehari

b. Lemak

• Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori dan tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

• Komposisi yang dianjurkan : lemak jenuh (SAFA) < 7% kebutuhan kalori,

lemak tidak jenuh ganda (PUFA) < 10%

• Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) sebanyak 12-15%

c. Protein

• Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein

menjadi 0.8g/kg BB perbhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65%

diantaranya bernilai biologik tinggi.

• Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak,

ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-cangan.

d. Natrium

Anjuran asupan natrium untuk pasien DM sama dengan orang sehta

yaitu < 1500 mg/hari

e. Serat

Pasien DM dianjurkan mengkonsumsi serat dari kacang-ckacangan, buah

dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Jumlah konsumsi serat

yang disarankan adalah 20-35 gram perhari.


7. Makanan Yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan makanan yang dianjurkan yaitu karbohidrat kompleks seperti nasi, roti

mie dan kentang, diutamakan yang berserat tinggi, kemudian karbohidrat

sederhana tidak dianjurkan, pada sumber protein dianjurkan yang tidak

mengandung tinggi lemak seperti daging rendah lemak, ikan, ayam tanpa kulit,

tidak dianjurkan jeroan atau otak, pada lemak dianjurkan untuk ditumis, dibakar

tidak dianjurkan digoreng, dianjurkan mengonsumsi cukup banyak sayuran dan

buah.

B. Neoplasma Ganas Payudara

1. Definisi

Tumor atau neoplasma adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dalam

tubuh yang berdifat jinak dan ganas. Kanker payudara merupakan tumor ganas

payudara yang berasal dari jeringan payudara dan jaringan penunjang lainnya.

Tumor ganas payudara adalah penyebab kemiatian paling umum pada wanita

akibat kanker. Benjolan pada payudara merupakan indikasi adanya jenis tumor

atau kanker payudara.

2. Gejala

Terjadinya FAM di pengaruh hormone yang ada pada manusia. Hal ini bisa

diketahui berdasarkan ukuran dari fibroadenoma yang dapat berubah pada masa

menstruasi atau pada kehamilan seseorang. Hormon yang sedang bekerja adalah

hormon estergogen. Terdapat gejala pada timbulnya fibriadenoma mammae atau

(FAM).
3. Penatalaksanaan

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang harus didahului dengan

diagnose yang lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Berikut dalah

beberapa cara pengobatan kanker payudara :

a. Pembedahan

Mastektomi adalah sebuah tindakan operasi yang meliputi pengangkatan

seluruh jaringan payudara dengan tujuan menangani atau mencegah terjadinya

kanker payudara. Ada beberapa jenis mastektomi yaitu: -

1) Mastektomi Radial Modifikas(MRM) adalah sebuah tindakan pengangkatan

tumor payudara dan seluruh payudara termasuk kompleks seperti silicon.

2) Mastektomi Simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks

puting-areolar, tanpa diseksi kelenjar getah bening aksilla.

3) Mastektomi Subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara

dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola dengan atau tanpa

diseksi kelenjar getah bening aksilla.

4) Mastektomi Radial adalah tindakan pengangkatan payudara kompleks

putingareola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening

level I,II,III secara on bloc.

5) Mastektomi dengan teknik onkoplasti adalah sebuah rekinstruksi bedah yang

dipertimbangkan pada instusi yang mampu ataupun ahli bedah yang

kompeten dalam hal rekrostruksi payudara tanpa meninggalkan prinsip bedah

onkologi.
b. Terapi sistemik

Kemoterapi yaitu dapat berupa obat tunggal atau gabungan beberapa kombinasi

obat kemoterapi. Kemoterapi biasanya diberikan secara bertahap, biasanya

sebanyak 6-8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan dengan efek

samping yang masih dapat diterima.

1) Terapi hormonal yaitu terapi yang diberikan pada kasusu-kasus hormonal

positif. Terapi hormonal pada kanker payudara diberikan pada stadium 1

sampai stadium IV.

2) Terapi Target yaitu terapi yang hanya diberikn dirumah sakit tipe A/B dan

hanya diberikan pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang Her2

positif.

3) Terapi Radiasi yaitu pendefinisian target radiasi untuk radioterapi 2 dimensi

menggunakan prinsip penanda tulang dan batas-batas anatomi.

c. Radioterapi

Radioterapi merupakan sebuah salah satu modalitas yang penting dalam

tatalaksana kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi kuratif ajuvan dan

paliatif.

4. Makanan yang dibakar pemicu kanker

Pada makanan yang dibakar memunculkan HAA, PAH dan produk

samping lainnya yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan kita dalam jangka

panjang. Kondisi pemanasan yang drastis seperti pemanggangan (grilling dan

roasting) dapat menyebabkan kandungan HAA lebih tinggi secara signifikan.

Prekursor untuk kelompok senyawa aromatik polisiklik tersebut adalah


komponen pangan yang fundamental yaitu gula, asam amino dan kreatin, yang

mengalami reaksi Maillard membentuk HAA. Lebih dari dua lusin HAA telah

diidentifikasi dalam pangan yang diolah dengan pemanasan, beberapa jenis

HAA telah diklasifikasikan sebagai karsinogen yang potensial bagi manusia

oleh IARC (International Agency for Research on Cancer).

Mengenai PAH yang merupakan kelas terbesar karsinogen kimiawi

yang telah dikenal terlibat sebagai agen penyebab kanker payudara, paru-paru

dan usus besar dan telah dikaitkan dengan imunosupresi, teratogenisitas,

toksisitas saraf, reproduksi dan perkembangan serta toksisitas akut atau kronis

pada jaringan lain. PAH secara terus-menerus akan diproduksi dan dilepaskan

ke atmosfer dari alam dan sebagian besar dari sumber antropogenik. PAH

terutama dibentuk oleh pembakaran tidak sempurna atau pirolisis bahan

organik (pembakaran yang tidak sempurna pada batu bara, minyak, gas, kayu,

sampah atau zat organik lainnya) (Saputro, 2021).

Asupan daging panggang dan asap yang tinggi dikaitkan dengan

peningkatan risiko semua penyebab kematian (HR = 1,23, 95% CI = 1,03-1,46).

Asosiasi lain dicatat, tetapi perkiraan tidak signifikan secara statistik. Ini

termasuk asupan daging sapi / domba / babi asap pradiagnosis tinggi dan

peningkatan semua penyebab (HR = 1,17, 95% CI = 0,99 hingga 1,38, Ptrend

= 0,10) dan kanker payudara spesifik (HR = 1,23, 95% CI = 0,95 hingga 1,60,

Ptrend = 0,09) kematian. Juga, di antara wanita dengan asupan daging

panggang dan asap yang tinggi setelah diagnosis, semua penyebab risiko

kematian meningkat 31% (HR = 1,31, 95% CI = 0,96 hingga 1,78). Selanjutnya,
mortalitas spesifik kanker payudara menurun di antara wanita dengan asupan

unggas asap / ikan sebelum dan sesudah diagnosis (HR = 0,55, 95% CI = 0,31-

0,97) (Humberto Parada, Susan E.Steck, Patrik, Kathleen Conway, 2019)

C. Pneumonia

1. Pengertian

Pneumonia dapat didefinisikan sebagai peradangan akut pada parenkim

paru yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur dan

parasit. Pneumonia adalah infeksi radang parenkim paru yang disebabkan

karena infeksi mikroorganisme. Infeksi yang didapat dari masyarakat disebut

dengan pneumonia komunitas merupakan infeksi yang paling serius. Hal

tersebut selaras jika dikaitkan dengan jumlah kasus rawat inap, yang diikuti

dengan peningkatan kasus, komplikasi yang serius dan menjadi penyebab

utama kematian diantara kasus infeksi lainnya (Aulia, 2022).

2. Etiologi

Proses inflamasi terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh. Respon

inflamasi pertahanan tubuh untuk memerangi invasi bakteri di dalam tubuh.

Ketika bakteri dihilangkan dari tubuh, proses inflamasi berhenti. Di sisi lain,

jika bakteri tidak dapat dihilangkan, mereka akan terus tumbuh dan merusak

jaringan. Respon inflamasi yang tepat diperlukan untuk menghilangkan bakteri,

tetapi peradangan yang berlebihan dapat menyebabkan perkembangan lesi

lokal atau sistemik yang berkelanjutan Namun, patogen melepaskan produk,

model molekul terkait patogen (PAMP) yang dikenali oleh reseptor pengenalan

pola (PRRS) seperti reseptor Toll Like (TLR). Reseptor jamur ditemukan pada
permukaan makrofag alveolar dan mengaktifkan NF untuk melepaskan sitokin

inflamasi seperti tumor necrosis factor. Sitokin inflamasi ini meningkat selama

infeksi mikroba. Sitokin ini juga merangsang pelepasan prokalsitonin (Ramelia,

2022)

3. Diagnosis

Penegakkan diagnosis pneumonia komunitas dapat dilihat dari anamnesis,

gejala klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium dan juga radiologi. Diagnosis

pasti pnemonia komuniti ditegakkan jika ditemukan gejala gejela berikut ini

yaitu (Ramelia, 2022) :

• Batuk-batu

• Perubahan karakteristik dahak

• Suhu tubuh ≥ 38ºc (riwayat demam)

• Nyeri dada, sesak

• Leukosit ≥ 10000 µl atau < 4500 µl.

Kriteria Minor :

• Frekuensi nafas >30/menit

• paO2/FiO2 kurang dari 250mmHg

• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

• Tekanan sistolk < 90mmHg

• Tekanan diastolik > 60 mmHg

Kriteria Mayor:

• Membutuhkan ventilasi mekanik


• Infiltrat yang bertambah > 50%

• Membutuhkan vasopressor > 4jam (shock septik)

• Hasil laboratorium faal hati seperti kreatinin serum > 2mg/dl, kemudian

pada pasien dengan riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal yang

membutuhkan dialisis.

4. Tatalaksana

Tatalaksana dilakukan pemberian antibiotik pada penderita pneumonia

didasarkan pada data mikroorganisme dan hasil uji kepekaan. Terapi empiris

diberikan sampai diperoleh data mikroorganisme. Sebanyak 10% pasien

pneumonia komunitas dalam perawatan di rumah sakit disebabkan oleh bakteri.

Pemilihan antibiotik secara empiris karena beberapa faktor yaitu jenis

mikroorganisme penyebab berdasarkan pola kuman setempat, terbukti efektif,

faktor risiko resistensi antibiotik dan faktor komorbid. Terapi antimikroba harus

dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis pneumonia ditegakkan. Pasien

pneumonia yang dirawat diberikan antibiotik dalam waktu 8 jam sejak masuk

rumah sakit (< 4 jam akan menurunkan angka kematian). Karakteristik

farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik menentukan hasil dari terapi

terhadap infeksi pernapasan. Pemberian antibiotik harus segera di mulai,

dilanjutkan dengan total 7-10 hari pada pasien yang menunjukkan respons

dalam 72 jam pertama. Pasien dengan pemberian antibiotik parenteral dapat

diganti ke oral segera setelah ada perbaikan klinis. Antibiotik sesuai dengan

bakteri patogen dapat diberikan setelah hasil kultur tersedia, jika bakteri gram
(-) dicurigai sebagai kuman penyebab, pemberian antibiotik dapat dilanjutkan

(sampai 21 hari) (PDPI, 2019).

D. Efusi Pleura

1. Pengertian

Pleura adalah membran serosa yang terlipat di permukaan paru sehingga

membentuk struktur membranosa dua lapis. Pleura dibagi menjadi menjadi cairan

pleura. Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara pleura parietal dan visceral

(kavitas pleura). Hal ini dapat terjadi karena infeksi, keganasan, atau peradangan

yang terjadi pada jaringan parenkim atau karena gagal jantung kongestif.

2. Etiologi

a. Efusi Pleura Transudatif

Efusi pleura transudatif merupakan efusi pleura yang berfisat efusi transidate.

Efusi transudatif dapat dibedakan dengan berbagai faktor antara lain disebebkan

oleh gagal jantung, emboli pada paru, sirosisi hati atau yang merupakan

penyakit pada intraabdominal.

b. Efusi Pleura Eksudatif

Efusi pleuara eksudatif merupakan jenis cairan eksudat yang terjadi akbita

adanya peradangan atau proses infiltrasi pada pleura maupun jaringan yang

berdekatan dengan pleura. Selain itu adanya kerusakan pada dinding kapiler

juga dapat mengakibatkan terbentuknya cairan yang mengandung banyak

protein keluar dari oembuluh darah dan berkumpul pada rongga pleura.
Penyebab lain dari efusi pleura eksudatif juga bisa disebabkan oleh adanya

neoplasma, infeksi, penyakit jaringan ikat dan imunologik

3. Penatalaksana

a. Memposisikan klien semi fowler

b. Melakukan latihan nafas dalam

c. Memonitor pola nafas, suara nafas tamabahan, kecepatan kedalama dan

kesulitan saat bernafas

d. Berkolaborasi pemberian terapi obat

e. Perkusi toraks anterior dan posterior mulai dari apeks sampai basis paru

f. Memonitro keluhan sesak nafas pasie termasuk kegiatan yang dapat

meningkatkan rasa sesak nafas pasien

E. Pulmonary Candidiasis

1. Definisi

Infeksi jamur tetap menjadi masalah utama karena tingkat kejadiannya yang

meningkat secara signifikan mulai dari infeksi topikal superfisial hingga infeksi

sistemik yang serius, termasuk infeksi paru. Salah satu agen penyebab utama

untuk infeksi paru yang dimediasi jamur adalah Candida spp., Sekelompok

spesies jamur oportunistik yang menyebabkan kandidiasis paru terutama

mempengaruhi individu yang telah mengganggu status kekebalan tubuh (Kakde,

2023)

2. Patogenesis

Kandidiasis paru dapat terjadi dengan penyemaian hematogen parenkim paru

dari situs yang terinfeksi distal atau melalui invasi langsung organisme yang
dihirup atau disedot. Candida diperoleh melalui rute hematogen menunjukkan lesi

paru yang menyebar, bilateral, dan miliaria. Bentuk infeksi endobronkial tidak

memiliki komponen interstisial yang signifikan seperti yang terlihat dengan bentuk

hematogen. Bentuk endobronkial secara radiografi menunjukkan lesi paru yang

kecil, asimetris, tambal sulam, dan sering ditemukan di lobus bawah (Suhartono,

2021).

3. Diagnosis

Tidak ada tanda dan gejala patognomonik kandidiasis paru. Diagnosis harus

dipertimbangkan pada pasien demam immunocompromised dengan lesi paru,

terutama jika antibiotik spektrum luas digunakan tanpa respon. Keterlibatan

faring oral (sariawan) menunjukkan bahwa pasien menyimpan organisme

dalam tahap invasif. Lesi retina pada pemeriksaan oftalmoskopi dapat

membantu mengidentifikasi Candida invasif. Lesi kulit yang sering terlihat

pada orang dengan Candida invasif adalah papula eritematosa diskrit dengan

halo eritematosa. Temuan radiografi Candida pneumonia tidak spesifik. Pada

awal perjalanan infeksi, pasien memiliki radiografi dada normal. Isolasi

Candida dalam kultur dari cairan tubuh atau jaringan yang steril dan

identifikasi organisme dalam spesimen biopsi adalah diagnostik Candida

invasif. Studi serologis tidak memiliki nilai diagnostik. Tes untuk deteksi

antibodi, antigen, dan metabolit masih diselidiki saat ini. Bukti Candida

pneumonia memerlukan pemeriksaan jaringan atau evaluasi lavage alveolar

atau sampel sikat yang dilindungi dari bronkoskopi sebagai bukti langsung

invasi jaringan. Jika studi ini gagal untuk mengidentifikasi proses penyakit,
diagnosis kandidiasis paru dapat ditegakkan dengan biopsi paru-paru

(DOnoghue, 2019).

4. Tatalaksana

Pengobatan yang efektif termasuk koreksi imunosupresi pasien selain pemberian

amfoterisin B. Efek bersamaan dan sinergis flusitosin telah ditunjukkan dengan

amfoterisin B untuk sebagian besar spesies Candida dan direkomendasikan untuk

digunakan pada pasien sakit kritis (Suhartono, 2021).

F. Leukositosis

1. Definisi

Leukositosis adalah keadaan dimana ditemukan jumlah leukosit melebihi rata-

rata batas normal. Leukositosis adalah suatu respon normal terhadap infeksi atau

peradangan. Keadaan ini dapat dijumpai setelah gangguan emosi, setelah anestesia

atau berolahraga, dan selama kehamilan. Leukositosis abnormal dijumpai pada

keganasan dan gangguan sumsum tulang tertentu. Leukositosis juga biasa

ditemukan pada saat tubuh terinfeksi benda asing atau terjadi perdarahan pada

tubuh.

2. Etiologi

Leukositosis umumnya terjadi pada berbagai keadaan inflamasi. Seri tertentu

leukosit yang terkena bergantung pada penyebab yang mendasari, salah satunya

seperti inflamasi yang berat, terjadi kelainan alergi investasi parasite, reaksi obat,

atau bahkan kelainan vascular.

3. Epidemiologi
Insiden hiperleukositosis dan leukostasis tergantung pada jenis leukemia dan

fitur sitogenetik dan fenotipik leukemia. Pada beberapa leukemia, hubungan

ditemukan antara subtipe spesifik penyakit dan leukositosis. Di sini, kami

menyajikan data terbaru dan penting tentang epidemiologi hiperleukositosis dan

leukostasis pada leukemia berikut: AML, ALL, CML, dan CLL.

4. Diagnosa

Pemeriksaan diagnostic untuk leukositosis yaitu dengan pemeriksaan

laboratorium. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan laboratorium rutin,

laboratorium khusus meliputi biopsy jaringan, pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan

laboratorium rutin meliputi pemeriksaan darah, urin, dan kultur/bakteriologis

5. Makanan Yang Dianjurkan atau Tidak Dianjurkan

Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang tinggi zat besi seperti

sayur-sayuran hijau seperti bayam, namun tetap mengonsumsi energi seperti

nasi, mi, roti dan tidak lupa dengan protein hewani ikan, daging merah, daging

ayam, tahu dan tempe, buah-buahan (Asuhan Gizi dengan Metode International

Dietetics Nutrition Terminology (IDNT) Kasus Anemia Aplastik, 2023)

G. Hipokalemia Ringan

1. Definisi

Hipokalemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium darah.

Hipokalemia dapat terjadi dengan cepat. Kondisi ini sering terjadi pada pasien

yang mengalami diare berkepanjangan, juga ditandai dengan lemahnya denyut


nadi, turunya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah.perut

kembung, lemah dan lunaknya otot tubuh.

2. Etiologi

Etiologi dari hipokalemia antara lain asupan kalium dari makanan yang

menurun, kehilangan melalui saluran cerna, kehilangan melalui ginjal, kehilangan

yang meningkat melalui keringat pada udara panas, terdapat penyebab lain seperti

muntah berulang-ulang, ataupun diare kronik (Candra, 2019).

3. Patofisiologi

Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan

tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq)

terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-

5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160

mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga

berperan penting dalam menahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume

sel. Kalium ECF, meskipun hanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi

sangat berpengaruh dalam fungsi neuromuscular (Candra, 2019).

4. Diagnosa Hipokalemia Ringan

Dapat dilakukan pemeriksaan diagnostic melalui kalium pada serum jika

terdapat penurunan kurang dari 3,5 mEq/L, kemudian klorida serum, sering turun

kurang dari 98 mEq/L, glukosa serum yang agak tinggi, bikarbonat plasma

meningkat lebih besar dari 29 mEq/L, osmolalitas urine menurun, GDA: pH dan

bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolic.)

5. Komplikasi
Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat

menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan

kelumpuhan. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam

pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu

banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah

6. Makanan Yang Dianjurkan/Tidak Dianjurkan

Makanan yang dianjurkan adalah makanan yang tinggi kalium biasanya kismis,

pisang, apricot, jeruk, alpukat, kacang-kacangan dan kentang. Dapat diberikan

suplemen penambah kalium juga terhadap orang dewasa. (Amalia Yunia

Rahmawati, 2020)
BAB III

GAMBARAN UMUM KASUS LANJUT

A. Identifikasi Kasus

Ibu AIMP berusia 58 tahun dengan keluhan sesak nafas selama 10 hari, batuk

ringan dan demam selama 3 hari dirujuk ke RSUD Kabupaten klungkung pada

tanggal 18 Oktober 2023 dari RSU Bintang Kabupaten Klungkung. Pasien dirawat di

IGD selama satu hari dan kemudian dipindahkan ke ruangan kusamba kelas 1 untuk

mendapatkan perawatan dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2, Neoplasma Ganas

Payudara, Pneumonia, Efusi Pleura, Pulmonary Candidiasis, Leukositosis dan

Hipokalemia Ringan. Pasien mengalami penurunan berat badan selama sakit dilihat

dari kulit yang menyusut dan begelambir serta pakaian yang biasa digunakan terasa

longgar, kesadaran pasien compos mentis dengan tekanan darah 114/67 mmHg, Nadi

101 x/menit, Respirasi 16 x/menit, Suhu tubuh 36.4oC dan Saturasi 98%.

Setelah dilakukan pengujian laboratorium ditemukan hasil yaitu leukosit 21.55

Rubu/uL, Albumin 3.0 g/dL, Kreatinin 0.5 mg/dL, Natrium 130 mmol/L, Kalium 3.2

mmol/L dan Glukosa Darah Sementara 255 mg/dL.

Kebiasaan makan pasien dirumah adalah mengkonsumsi bubur setiap pagi @ 5

sdm dan konsumsi nasi 2x sehari @ 3 sdm, mengkonsumsi sumber protein hewani

berupa daging ayam (direbus/dikukus) 3x kali seminggu @1 ptg kecil, telur ayam

rebus sebagai cemilan seminggu 1 x @ 2 butir, ikan pindang 3 x seminggu @ 1 ptg

kecil, mengkonsumsi sumber protein nabati sebagai cemilan berupa tahu 2x seminggu

@ 2 ptg sedang dan tempe 2x seminggu @2 ptg kecil, mengkonsumsi sayuran

berkuah yaitu capcay 1x seminggu berisikan wortel @ 1 sdm, bunga kol @ 1sdm,
bayam @ 1 sdm, dan mengkonsumsi kangkung tumis 1x seminggu @ 6 sdm, tauge

tumis 1x seminggu @ 6 sdm. Mengkonsumsi buah-buahan berupa pisang hijau setiap

hari @ 1 ½ buah, apel 3 x seminggu @ ½ buah. Serta menyukai mengkonsumsi

kentang rebus sebagai cemilan 2x seminggu @ 1 ½ ptg besar dan mengkonsumsi susu

etawa setiap pagi dan malam hari @ 1 sachet ditambah dengan gula pasir @ 1 sdt.

Pasien tidak terlalu menyukai mengkonsumsi sayur-sayuran dan tidak berani

mengkonsumi terlalu banyak masakan yang digoreng akibat riwayat penyakit pasien

yaitu tumor payudara. Namun, pasien masih biasa mengkonsumsi makanan yang

diolah dengan cara dibakar.

Nama : AIMP

Alamat : Semarapura Klungkung

Umur : 58 tahun

Tgl Lahir : 14 November 1964

Lila : 28 cm

Tinggi Badan Estimasi : 146.5 cm

BB Estimasi : 50.1 kg

Jenis Kelamin : Perempuan

Bangsa/Suku : Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

Tempat Di Rawat : Ruangan Kusamba Kelas I RSUD Kabupaten

Klungkung

Tanggal MRS : 18 Oktober 2023

Diagnosa Medis : Diabetes Melitus Type II + Neoplasma Ganas Payudara


+ Pneumonia + Efusi pleura + Pulmonary Candidiasis

+ Leukositosis + Hipokalemia ringan

Diet Yang Diberikan : Diet DM dan Tinggi Kalium

Bentuk Makanan : Makanan Lunak

No.Register/Cm : 193436

Tanggal Pemangatan : 19 Oktober 2023

Tanggal Intervensi : 20 – 22 Oktober 2023

Tabel 1. Kondisi pasien

Keluhan Sesak nafas sejak 10 hari yang lalu, batuk dan demam

sejak 3 hari yang lalu

Tgl MRS 18 Oktober 2023

Tekanan Darah 110/60 mmHg

Nadi 101 x/menit

Suhu 37.9o C

Respirasi 26 x/menit

Kesadaran Compos mentis

Diagnose Diabetes Melitus Type II + Neoplasma Ganas

Payudara + Pneumonia + Efusi pleura + Pulmonary

Candidiasis + Hipokalemia ringan


B. Skrining Gizi

Skrinning Gizi dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2022 dengan menggunakan

skrinning MST (Malnutrition Screening Tool) dengan pengamatan langsung,

wawancara dengan pasien dan pengukuran secara langsung. Adapun forumlis

skrinning MST di RSUD Kabupaten Klungkung yang digunakan yaitu :

Tabel 2. Form Skrinning MST

Mallnutrition Screening Tool (MST)


Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak
direncanakan/tidak diinginkan selama 3 bulan terakhir?
a. Tidak ada penurunan berat badan
b. Tidak yakin, namun pasien tampak bertambah kurus 2
(tandanya baju dan celana menjadi longgar)
c. Ya, ada penurunan berat badan sebanyak
• 1-5 kg
• 6-10 kg
• 11-15 kg
• > 15 kg
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena penurunan
nafsu makan, keseulitan menerima makanan?
1
a. Ya
b. Tidak
Total Skor : 3
Keterangan :
o Resiko malnutrisi rendah (Total skor MST 0-1)
o Resiko malnutrisi sedang (Total skor MST 2-3)
o Resiko malnutrisi tinggi (Total skor MST 4-5)
Penilaian :

Berdasarkan dengan skrinning yang dilakukan pasien mengalami penurunan

nafsu makan yang sangat berkurang dan penurunan berat badan tidak diketahui

yang dilihat dari kulit yang menyusut dan bergelambir dan pakaian yang biasa

digunakan terasa longgar. Dan skor total akhir skrinning di dapatkan hasil 3

sehingga beresiko malnutrisi sedang dan diperlukan pemberian asuhan gizi

terstandar.

C. Proses Asuhan Gizi Terstandar

1. Pengkajian Gizi

Setelah melakukan skrinning awal, dilakukannya pengukuran antropometri

untuk melihat status gizi pasien. Dikarenakan keadaan pasien lemas dan susah untuk

berdiri maka dilakukan pengukuran lila untuk mencari berat badan estimasi dan

pengukuran demi span untuk mencari tinggi badan estimasi pasien. Dan berdasarkan

hasil pengukuran antropometri ditemukan hasil sebagai berikut :

- Lila : 28 cm

- Demi span : 64 cm

- Tinggi badan estimasi : 146.5 cm

- Berat badan estimasi : 50.2 kg

- BBI : 46,5 kg

- BB Normal : 51.1 kg

- IMT : 23.4 kg/m2


𝐵𝐵 50.2 50.2
IMT = 𝑇𝐵2 = (1.465)2 = 2.14 = 23.4 kg/m2
Tabel 3.
Kategori Indeks Massa Tubuh
Kategori IMT
Sangat Kurus Kekurangan berat badan tingkat
<17.0
berat
Kurus Kekurangan berat badan tingkat
17-<18.4
ringan
Normal Baik 18.5 – 25.0
Gemuk (Overweight) Kelebihan berat badan tingkat
>25.1 – 27.0
ringan
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat
>27.0
berat
Sumber : Kemenkes, 2019

- IMT berdasarkan Lila :

𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑢𝑟 (𝑐𝑚)


% Lila = 𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 (𝑐𝑚 x 100

28
= 30 𝑥 100

= 93%

Tabel 4.
Kategori IMT Berdasarkan Lila
Klasifikasi % Lila
Obesitas >120%
Overwight 110-120%
Gizi baik 85 -110%
Gizi kurang 70.1 -84.9%
Gizi buruk <70%
Sumber : WHO NCHS
Berdasarkan hasil IMT yaitu 23.0 kg/m2 masuk kedalam kategori normal sesuai

dengan standar IMT Indonesia sedangkan berdasarkan IMT dengan LILA pasien

termasuk ke dalam status gizi baik.

a. Data Biokimia

Setelah dilakukan pemeriksaan pada hasil laboratorium, didapatkan data

laboratorium terkait gizi sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Laboratorium Terkait Gizi

Tanggal Terminologi
Parameter Hasil Satuan Standar Keterangan
Pemeriksaan
18 Oktober - BD - Lekosit - 21.55 - Ribu/uL - 3.5-10 - Tinggi
2023 - BD-1.11.1 - Albumin - 3.0 - g/dL - 4-5.3 - Rendah
- B-1.2.2 - Kreatinin - 0.5 - mg/dL - 0.6-1.2 - Rendah
- BD-1.2.5 - Natrium - 130 - mmol/L - 136-145 - Rendah
- BD-1.2.7 - Kalium - 3.2 - mmol/L - 3.5-5.1 - Rendah
- BD-1.5.2 - Glukosa - 255 - mg/dL - 80-200 - Tinggi
Darah
Sewaktu
19 Oktober - BD-1.5.2 - Glukosa 123 mg/dL 80-200 Normal
2023 Darah
Sewaktu

Penilaian :

Berdasarkan data hasil pemeriksaan biokimia, diketahui bahwa leukosit pasien

tinggi yang hal ini menandakan kemungkinan adanya infeksi pada tubuh, albumin

rendah, kreatinina rendah, natrium rendah, kalium rendah dan gula darah sewaktu
tinggi atau melebihi batas normal menandakan adanya gangguan metabolisme

endokrin yangmengindikasikan adanya DM Tipe 2.

b. Data Fisik dan Klinis

Pemeriksaan fiaik dan klinis pada pasien difungsikan untuk mengetahui keadaan

lebih lanjut, dan setelah dilakukannya pemeriksaan fisik dan klinis adapun hasil

yang ditemukan yaitu :

1) Fisik

Tabel 6. Kondisi Fisik

Hasil
Terminologi Data Terkait Masalah
Pengamatan

- PD-1.1.1 Temuan Keseluruhan :


- Pasien lemas dan susah - Kondisi pasien
untuk beraktivitas lemas

19 Oktober - Sesak nafas sejak 10 - Nafsu makan

2023 hari yang lalu menurun


- Batuk sejak 3 hari yang - Sesak nafas yang
lalu belum hilang
- Batuk ringan

Penilaian :

Kesadaran pasien compos mentis namun masih terasa seikit lemas, terdapat batuk

ringan dan tidak nafsu makan.


2) Klinis

Tabel 7. Kondisi Klinis

Hasil
Terminologi Data Terkait Standar Masalah
Pengamatan

- PD-1.1.21 Tanda-tanda Vital :

- TD = 114/67 - 110/70 mmHg - Tekanan darah

- Nadi = 101 - 60-100 x/menit normal

- RR = 16 - 20-24 x/menit - Nadi melebihi


19 Oktober
- Suhu = 36.4oC - Suhu 36.5-37oC batas normal
2023
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - RR rendah

- Suhu normal

- Saturasi

normal

Penilaian :

Berdasarkan data-data diatas maka ditemukan tekanan darah normal, respirasi

rendah, suhu dan saturasi normal.

c. Data Riwayat Makan (Food History)

Melaksanakan wawancara dengan pasien dan kelurga pasien untuk mengetahui

anamnesa gizi pasien sebelum MRS dan setelah dirawat di RSUD Kabupaten

Klungkung dengan hasil sebagai berikut :


1) Hasil Anamnesa Gizi Sebelum Masuk Rumah Sakit

Untuk mengetahui pola dan kebiasaan makan pasien maka dilakukannya

wawancara gizi menggunakan metode SQ-FFQ dimana metode ini digunakan untuk

mendapatkan kecenderungan pasien dalam mengkonsumsi berbagai jenis bahan

makanan dengan porsi dan frekuensi penggunaan bahan makanan tersebut pada

konsumsi harian, mingguan dan bulanan yang kemudian akan diterjemahkan dalam

konsumsi satu hari dan dibandingkan dengan kebutuhan pasien menggunakan

rumus dubois.

Perhitungan Kebutuhan Gizi di Rumah Menggunakan Dubois :

BMR : 0.95 kkal x 50.2 x 24 jam = 1.144

Koreksi Tidur : 0.1 kkal x 8 jam x 50.2 kg = 40.16 -

= 1.184,16 kkal

Aktivitas Fisik : 10% x 1.184,16 kkal = 118,4 kkal +

= 1.302,56 kkal

SDA : 10% x 1.302,56 = 130.25 kkal +

TEE = 1432,81

Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien yang dilakukan pada tanggal 19

Oktober 2023 ditemukan hasil kebiasaan makan pasien yaitu sebagai berikut :
Tabel 8. Tingkat Konsumsi Makan Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit

Parameter Energi Protein Kalium


Lemak (g) KH (g)
Zat Gizi (kkal) (g) (mg)
Asupan 785.6 20.2 18.1 142.5 1311.2
Kebutuhan Pasien
Dengan Rumus 1432.81 53. 39.8 214,9 4700
Dubois
% Tingkat Konsumsi 54.8% 38.1% 45.4% 66.3% 27.8%
Kategori Kurang Defisit Defisit Kurang Defisit

Kriteria Tingkat Konsumsi di Rumah (Supariasa,2002) :

- Lebih : >110%

- Baik ; 100-110%

- Cukup : 80-100%

- Kurang : 70-80%

- Defisit : <70%

Penilaian :

Tingkat konsumsi pasien sebelum masuk rumah sakit berdasarkan dengan hasil

SQ-FFQ ditemukan hasil bahwa tingkat konsumsi eneergi masih kurang yaitu hanya

54.8%, tingkat konsumsi protein defisit yaitu hanya 38.1%, tingkat konsumsi lemak

defisit yaitu hanya 45.4% dan karbohidrat defisit yaitu 66.3% dan kalium defisit

yaitu 27.8%..
2) Hasil Anamnesa Gizi Di Rumah Sakit

Anamase gizi RS pasien dilakukan dengan metode Food Recall 1x24 jam yaitu

dengan wawancara pasien dan keluarga pasien untuk mendapatkan tingkat konsumsi

zat gizi pasien sehari sebelum pelaksaan intervensi gizi. Saat di rumah sakit pasien

mendapatkan diet DM dan tinggi kalium. Berikut hasil tingkat konsumsi zat

gizi pasien dengan Food Recall 1x24 jam sebagai berikut :

Tabel 9. Tingkat Konsumsi Pasien di Rumah Sakit

Parameter Energi Protein Kalium


Lemak (g) KH (g)
Zat Gizi (kkal) (g) (mg)
Asupan 1101.5 35.8 23.5 181.6 1510.1
Standar Rumah Sakit 1900 60 48 299 4700
% Tingkat Penerimaan 57.9% 59.6% 48.9% 60.7% 32.1%
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang

Kriteria Tingkat Konsumsi di Rumah Sakit (Gibson,2005) :

- Baik : >80 %

- Kurang : <80%

Penilaian :

Berdasarkan dengan hasil recall 1 x 24 jam yang dilakukan ditemukan hasil

tingkat konsumsi pasien di RS adalah energi kurang yaitu 51.8%, protein kurang

yaitu 58.3%, lemak kurang yaitu 59.8%, karbohidrat kurang yaitu 72.3% dan kalium

kurang 32.1%.
d. Data Riwayat Personal

1) Riwayat Penyakit Saat Ini

Pasien merupakan pasien rujukan dari RSU Bintang Kabupaten Klungkung ke

RSUD Kabupaten Klungkung. Pada tanggal 18 Oktober 2023 pasien masuk IGD

RSUD Kabupaten Klungkung dengan keluhan sesak nafas yang masih belum

teratasi sejak 10 hari, demam dan batuk ringan sejak 3 hari, keadaan compos mentis.

Dan setelah itu pasien dipindahkan dan dirawat di ruangan kusamba lantai 3 kelas I

dengan diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2 + Neoplasma Ganas Payudara +

Pneumonia + Efusi pleura + Pulmonary Candidiasis + Hipoalbumin + Hipokalemia

ringan.

2) Riwayat Perilaku Makan

Berdasarkan dengan hasil wawancara dengan pasien dan keluarga pasien. Saat

diruah pasien hanya bisa mengkonsumsi makanan dengan porsi sedikit.

Mengkonsumsi nasi hanya 3 sendok makan, dan mengkonsumsi bubur hanya 5

sendok makan. Pasien tidak menyukai mengkonsumsi sayuran karena alasan tidak

enak dan rasanya hambar dan tidak berani mengkonsumsi makanan yang digoreng

karena riwayat penyakit belaiu yaitu tumor payudara. Namun, pasien masih seperti

biasa mengkonsumsi makanan yang dibakar-bakar.

3) Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien merupakan pensiunan di suatu lembaga pemerintahan. Beliau memiliki

2 orang anak yang dimana 1 anak sudah bekerja dan satunya kuliah. Konsisi

ekonomi pasien menengah keatas dan mampu membiayai pengobatan pasien untuk

menjalani perawat di kelas I.


4) Terapi Medis

Selama dirawat pasien mendapatkan terapi medis berupa obat yang diberikan

kepada pasien selama dirawat yaitu :

Tabel 10.

Terapis medis

No. Nama Obat Dosis Fungsi IOM

Menurunkan asam Makanan yang

lambung dengan dikonsumsi dapat

cara menghambat menghambat

1. Omeprazol 40 mg 2x1 pompa proton yang penyerapan obat

berperan besar sehingga diberikan

dalam produksi sebelum makan

asam lambung

Bergungsi untuk Tidak ada interaksi

mengobatu obat dengan

oenyakit akibat makanan yang


Levofloxacin 500 1 x 750
2 infeksi bakteri, relevan sehingga
mg/100 ml mg iv
seperti oneumonia, tidak perlu

sinusitis, memperhatikan

prostattitism asupan makan.


konjungtivitis dan

infeksi kemih.

Cetirizine adalah Tidak boleh

anthistamin dan dikonsumsi

bekerja untuk berbarengan dengan

menghalangi zat makanan yang


3 Cetirizine 10 mg 1x1
alami (histamine) mengandung alkohol

yang dibentuk oleh

tubuh ketika gejala

alergi menyerang.

Sebagai pengencer Disarankan tidak

dahak dan antidot mengkonsumsi obat

pada pasien yang bersamaan dengan


4 Acetylcytein 200 mg 3x1
overdosis mengkonsumsi

paracetamol. makanan olahan

susu

Untuk Tidak disarankan

menghentikan untuk

5 Meropenem 1 g 3 x1 pertumbuhan mengkonsumsi

bakteri makanan yang terasa

pedas .
Berfungsi untuk Tidak boleh

menghilangkan diberikan dan

bronkospasme digunakan saat atau

6 jam dengan cepat setelah


6 Budesma 0.5 mg
sekali mengkonsumsi

alkohol karena dapat

menyebabkan

peradangan .

Berfungsi untuk Obat akan berfungsi

mengatasi gejala maksimal jika

7 Aminopgyllin 24 mg 1x1 asma dan penyakit mengkonsumi

paru obstruktif makanan tinggi

kronis lemak

Untuk Mengkonsumsi obat

mengencerkan tidak bersamaan

8 Acetylcyteine 200 mg 3x1 dahak atau lendir dengan alkohol dan

yang ada di dalam minuman soda.

mulut.

Berfungsi Tidak ada interaksi

mengatasi penyakit relevan makanan


9 Fluconazole 150 mg 1x1
akibat infeksi dengan obat

jamur termasuk
jamur candida

(candidiasis)

2. Diagonsa Gizi

Diagnonasi gizi merupakan identifikasi dan penegakan suatu masalah gizi yang

terjadi pada seorang pasien dan menjadi tanggung jawab nutrisionis/dietisien untuk

ditangani. Diagnosa gizi ditunjukan untuk menjelaskan dan menggambarkan

masalah gizi (problem) sepsifik yang ditemukan, faktor penyebab atau etiologi, serta

dibuktikan dengan adanya gejala/tanda (sign/symptom). Adapun tiga domain

diagnosa gizi yaitu :

1) Domain asupan yang terkait dengan jumlah asupan yang dikonsumsi

dibandingkan dengan kebutuhan individu

2) Domain klinis terkait dengan problem klinis yang berhubungan dengan medis

atau kondisi fisik

3) Domain behaviour terkait pengetahuan, kepercayaan, lingkungan, ketersediaan

pangan, serta keamanan pangan

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan hasil pengkajian data pasien, adapun masalah gizi yang

ditemukan pada pasien antara lain :

1) Domain asupan :

- NI-2.1 Asupan oral in adekuat


2) Domain klinis :

- NC-2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi

- NC-3.2 Penurunan berat bdan yang tidak diharapkan

3) Domain Behaviour :

- NB-1.6 Tidak patuh mengikuti rekomendasi gizi/diet

b. Diagnosa Gizi

Tabel 11. Diagnosa Gizi

NO. Masalah/Problem Etiologi/Akar Masalah Tanda/Gejala


Domain Asupan
Ditandai dengan tingkat
konsumsi pasien di Rumah
Sakit :
Penurunan nafsu makan
Energi : 51.8% (kurang)
NI-2.1 Asupan oral in akibat patofisiologis
1 Protein : 58.3% (kurang)
adekuat penyakit yang dialami
Lemak : 59.8% (kurang)
oleh pasien
Karbohidrat : 72.3%
(kurang)

Domain klinis
NC-2.2 Perubahan Berkaitan dengan Ditandai dengan :
nilai lab terkait gizi patofisiologis pasien - Leukosit = 21.55 ribu/uL
yaitu Diabetes Melitus - Albumin 3.0 g/dL
2 Tipe 2 dengan gangguan - Kreatinin 0.5 mg/dL
metabolisme endokrin - Kalium 3.2 mmol/L
dan leokosit tinggi yang - GDS 255 mg/dL
ditandai dengan infeksi
3
NC-3.2 Penurunan Berkaitan dengan Penyusutan pada lemak
berat badan yang tidak kurangnya intake tubuh dan pakaian yang
diharapkan makanan karena nafsu digunakan terlihat longgar
makan menurun saat digunakan
Domain Behaviour
Berkaitan dengan Pasien tidak begitu menyukai
kurangnya pengetahuan sayuran dan tidak berani
NB-1.6 Tidak patuh
serta perilaku yang salah mengkonsumsi makanan
4 mengikuti
terkait makanan dan zat yang digoreng namun masih
rekomendasi gizi/diet
gizi mengkonsumsi makanan
yang dibakar.

3. Intervensi Gizi

Intervensi merupakan tindakan yang terencana yang akan diberikan kepada

pasien berdasarkan dengan permasalahan yang ditegakkan pada diagnonasis gizi.

Langkah perencanaan intervensi dimulai dari penetapan terapi diet yang melipuri

jenis, bentuk dan rute pemberian makanan. Kebutuhan pasien dihitung

menggunakan data antropometri yang telah diukur dan disesuaikan dengan kondisi

penyakit yang dialami. Dan edukasi gizi terkait diet yang diberikan kemudian

disampaikan kepada pasien untuk menyepakati tujuan yang ingin dicapai.


a. Rencana Terapi Diet

Tabel 12. Rencana Terapi Diet

No. Diagnosa Gizi Intervensi


P (Problem) NI-2.1 Asupan oral in adekuat Tujuan :
Meningkatkan asupan
1 pasien sesuai dengan
kebutuhan pasien

E (Etiologi) Penurunan nafsu makan akibat Cara :


patofisiologis penyakit yang Memberikan diet yang
dialami oleh pasien sesuai dengan penyakit
yang diderita oleh pasien
dan memodifikasi
makanan sesuai dengan
kebutuhan pasien dengan
menganjurkan makan dan
porsi kecil tapi sering
S (Sign/Symptom) Ditandai dengan tingkat Target :
konsumsi pasien di Rumah Tingkat konsumsi pasien
Sakit : meningkat secara bertahap
Energi : 51.8% (kurang) hingga 80%
Protein : 58.3% (kurang)
Lemak : 59.8% (kurang)
Karbohidrat : 72.3% (kurang)
P (Problem) NC-2.2 Perubahan nilai lab Tujuan :
2 terkait gizi Membantu menormalkan
nilai laboratorium pasien
E (Etiologi) Berkaitan dengan patofisiologis Implementasi :
pasien yaitu Diabetes Melitus ND.1.2
Tipe 2 + Neoplasma Ganas Melakukan modifikasi
Payudara + Pneumonia + Efusi jenis dan jumlah makanan
pleura + Pulmonary Candidiasis yang dapat meningkatkan
+ Leukositosis + Hipokalemia kadar albumin, kreatinin,
kalium dan menurunkan
glukosa darah dengan
memantau jumlah makan,
jenis makan dan jadwal
makan

S (Sign/Symptom) - Leukosit = 21.55 ribu/uL Target :


- Albumin 3.0 g/dL Pemeriksaan biokimia
- Kreatinin 0.5 mg/dL mencapai nilai normal
- Kalium 3.2 mmol/L dalam waktu kurang lebih
- GDS 255 mg/d 3 minggu.

P (Problem) NC-3.2 Penurunan berat badan Tujuan :


yang tidak diharapkan Mempertahankan berat
3 badan dan statu gizi pasien
agar tidak terjadi malnutrisi

E (Etiologi) Berkaitan dengan kurangnya Implementasi :


intake makanan karena nafsu ND-1.2.2
makan menurun Memenuhi asupan selama
di RS dengan memberikan
diet yang sesuai dan sesuai
dengan kebutuhan pasien
S (Sign/Symptom) Penyusutan pada lemak tubuh Target :
dan pakaian yang digunakan Mempertahakan berat
terlihat longgar saat digunakan badan pasien agar tidak
terjadinya malnutrisi

P (Problem) NB-1.6 Tidak patuh mengikuti Tujuan :


rekomendasi gizi/diet Merubah pola dan prinsip
makan pasien dan
4 meningkatkan konsumsi
sayuran agar kebutuhan zat
gizi terpenuhi.

E (Etiologi) Berkaitan dengan kurangnya Cara :


pengetahuan serta perilaku E-1.3
yang salah terkait makanan dan Memberikan edukasi gizi
zat gizi mengenai penyakit yang
diderita pasien dan
menjelaskan mengenai
pemberian diet yang akan
diberikan.
S (Sign/Symptom) Pasien tidak begitu menyukai Target :
sayuran dan tidak berani Pasien dan keluarga pasien
mengkonsumsi makanan yang memahami mengenai
digoreng namun masih penyakit yang diderita oleh
mengkonsumsi makanan yang pasien dan memahami
dibakar. mengenai diet yang akan
dilakukan. Sehingga
terjadinya perubahan pola
dan prinsip makan pasien.
b. Pemberian Makanan dan Zat Gizi

1) Jenis Diet

Diet DM dan Tinggi Kalium dengan modifikasi energi 1724.58 kkal, protein

64.67 g, lemak 47.9 g dan karbohidrat 258.7 g

2) Tujuan

- Memberikan diet yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat

gizi pasien sesuai dengan kondisi penyakitnya

- Meningkatkan intake oral untuk meningkatkan mempertahakan status gizi

pasien

- Membantu menormalkan nilai laboratorium

- Mencegah agar tidak terjadinya penurunan berat badan kembali

3) Prinsip Diet

- Pemberian energi, protein, lemak dan karbohidrat sesuai dengan

perhitungan kebutuhan.

- Tinggi kalium

- Menggunakan prinsip 3J yaitu tepat jumlah makan, tepat jenis makan dan

tepat jadwal makan

4) Syarat Diet

- Kebutuhan energi total 1724.58 g berdasarkan dengan perhitungan zat gizi

menggunakan PERKENI.

- Kebutuhan protein sebanyak 15% dari kebutuhan total 64.67 g.

- Kebutuhan lemak 25% dari total kebutuhan 47.9 g.

- Kebutuhan karbohidrat 60% dari total kebutuhan 258.7 g.


- Kebutuhan kalium 4700 mg sesuai dengan kebutuhan AKG menurut umur

dan jenis kelamin.

- Kebutuhan serat 25 g/hari mengutamakan serat larut air dari buah-buahan

dan sayuran.

- Mengurangi konsumsi makanan manis, gurih, makanan yang diawetkan dan

makanan yang dibakar.

5) Bentuk Makanan

Bentuk makanan lunak

6) Jalur Pemberian

Oral

7) Frekuensi

3x makan utama dan 2 kali selingan

8) Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi

- BB estimasi : 50.1 kg

- TB estimasi : 146.5 cm

- Lila : 28 cm

- BB normal : 51.1 kg

- IMT : 23.4 kg/m2 (normal)


𝐵𝐵 50.2 50.2
IMT = 𝑇𝐵2 = (1.465)2 = 2.14 = 23.4 kg/m2
- IMT berdasarkan Lila : 93% (gizi baik)

𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑢𝑟𝑢𝑟 (𝑐𝑚)


% Lila = 𝐿𝑖𝑙𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 (𝑐𝑚 x 100

28
= 30 𝑥 100

= 93%

- Kebutuhan energi

Energi Bassal = 25 x BB normal

= 25 x 51.5 kg

= 1277.5 kkal

Koreksi Umur = 1277.5 x 5%

= 63.87 kkal

Aktivitas Fisik = 1277.5 x 10%

= 127.7 kkal

Faktor Stress = 1277.5 x 30%

= 383.25 kkal

Total Energi = Energi Basal – Koreksi Umur + Aktifitas Fisik +

Faktor Stres

= 1277.5 + 63.87 _ 127.7 + 383.25

= 1724.58 kkal

- Kebutuhan protein

Perhitungan protein = 15% x 1724.58 kkal

= 258.68 kkal : 4

= 64.67 g
- Kebutuhan lemak

Perhitungan lemak = 25% x 1724.58 kkal

= 431.1 kkal : 9

= 47.9 g

- Kebutuhan Kabohidrat

Perhitungan KH = (Total Energi – Energi Protein – Energi Lemak) : 4

= 1034.8 kkal : 4

= 258.7 g

9) Implementasi

Diet yang diberikan adalah diet DM dan tinggi kalium dengan bentuk makanan

lunak modifikasi 1724.58 kkal, protein 64.67 g, lemak 47.9 g dan karbohidrat 258.7

g. Makanan diberikan dengan jadwal 3 kali makanan utama dan 2 kali selingan

(menu terlampir).

Jam jadwal pemberian makan :

Makan pagi : 07.30 Wita

Snack pagi : 09.00 Wita

Makan siang : 12.00 Wita

Snack siang : 15.00 Wita

Makan sore : 18.00 Wita

10) Rencana Edukasi/Konseling Gizi

- Tempat : Ruangan Kusamba I/8 RSUD Kabupaten Klungkung

- Waktu : 09.00 – 09.15 Wita

- Media : Leaflet Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Tinggi Kalium


- Sasaran : pasien dan keluarga pasien

- Metode : Ceramah dan diskusi

- Tujuan :

• Meningkatan pemahaman dan keluarga pasien mengenai Diabetes Melitus

Tipe 2

• Memberikan informasi mengenai diet yang akan diberikan selama di

ruangan rawat inap

- Konten materi :

• Penjelasan mengenai penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 (pengertian, tanda,

gejala dan komplikasi)

• Penjelasan mengenai diet DM dan tinggi kalium (tujuan diet, syarat diet,

makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, serta jadwal makan)

- Evaluasi :

• Dengan menanyakan kembali kepada pasien mengenai konten

materi yang telah diberikan dan pasien bisa menjawab pertanyaan

yang diberikan sesuai dengan konten mateir yang diberikan.

4. Koordinasi Asuhan Gizi

Selama melaksanakan intervensi dilakukan koordinasi asuhan gizi dengan ahli

gizi senior dan juga tenaga medis lainnya. Adapun rencana koordinasi asuhan gizi

yaitu seperti berikut :

a. Koordinasi asuhan gizi dengan ahli gizi senior :


Melakukan koordinasi mengenai masalah gizi atau masalah dalam

melakukan asuhan gizi terstandar (PAGT)

b. Koordinasi asuhan gizi dengan dokter :

Mengikuti visite dokter pada pasien untuk mengetahui preskripsi diet yang

akan diberikan

c. Koordinasi asuhan gizi dengan perawat :

Melakukan koordinasi mengenai kondisi pasien yang meliputi fisik/klinis

dan hasil laboratorium pasien.

D. Monitoring Dan Evaluasi

Tabel 13.

Rencana Monitoring dan Evaluasi

Capaian/Hasil Rencana Tindak


Parameter Target/Tujuan Waktu
Monitor Lanjut
Asupan Zat Tingkat asupan Asupan ≥ 80% Setiap hari Jika tercapai : lanjutkan
Gizi mendekati atau diet
mencapai 80% Jika tidak berhasil :
Modifikasi makanan
yang diberikan
Antropometri Mempertahakan Status gizi 23 kg/m2 Dilakukan Jika tercapai : lanjutkan
berat badan/statu setiap hari diet
gizi pasien tetap Jika tidak berhasil :
normal Modifikasi makanan
yang diberikan
Klinis Pemeriksaan klinis Membantu memulihkan Dilakukan Jika tercapai : lanjutkan
pasien normal kondisi klinis menjadi setiap hari diet
normal Jika tidak berhasil :
Modifikasi makanan
yang diberikan
Biokimia Pemeriksaan Membantu Sesuai dokter Jika tercapai : lanjutkan
biokimia mencapai meningkatkan kadar DPJP diet
nilai normal dalam kalium dan mengontrol Jika tidak berhasil :
waktu ± 3 minggu gula darah Modifikasi makanan
yang diberikan
Perilaku Pasien dan keluarga Perubahan pola makan Dilakukan Jika tercapai : lanjutkan
memahami pasien. Dan pasien mau Setiap hari diet
mengenai informasi mengikuti diet yang Jika tidak berhasil :
gizi yang diberikan diberikan Melakukan
dan memperbaiki konseling/edukasi gizi
pola makan ulang
menjadi pola
makan sesuai
dengan gizi
seimbang
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Perkembangan Status Gizi

Berdasarkan dengan hasil pemantauan selama 3 hari ditemukan hasil lila, demi span

dan status gizi pasien sebagai berikut :

Tabel 15.
Perkembangan Status Gizi
Hasil
Tanggal Parameter Nilai Normal
Pemeriksaan
19 Oktober 2023 - Lila - 28 cm - 25 cm

(sebelum - Demi span - 64 cm --

intervensi) - IMT - 23.4 kg/m2 - 18.5 - 25 kg/m2

- Lila - 28 cm - 25 cm

20 Oktober 2023 - Demi span - 64 cm --

- IMT - 23.4 kg/m2 - 18.5 - 25 kg/m2

- Lila - 28 cm - 25 cm

21 Oktober 2023 - Demi span - 64 cm - 64 cm

- IMT - 23.4 kg/m2 - 18.5 - 25 kg/m2

- Lila - 28 cm - 25 cm

22 Oktober 2023 - Demi span - 64 cm --

- IMT - 23.4 kg/m2 - 18.5 - 25 kg/m2

- Lila - 28 cm - 25 cm
23 Oktober 2023 - Demi span - 64 cm --
- IMT - 23.4 kg/m2 - 18.5 - 25 kg/m2
Kesimpulan :

Pengukuran lila dan demi span dilakukan untuk menemukan status gizi pasien

dengan menghitung berat badan estimasi dan tinggi badan estimasi,sehingga bisa

menemukan status gizi pasien dengan IMT. Sesuai dengan data diatas lila pasien

masih belum menunjukan terjadinya kenaikan yang dimana menandakan status gizi

pasien masih tetap sama. Hal ini dikarenakan pelaksanaan hari intervensi yang

singkat, sehingga perkembangan lila belum dapat dinilai. Penggunaan ukuran lila

untuk mencari berat badan estimasi dilakukan karena kondisi pasien yang lemas dan

belum bisa untuk bangun dari tempat tidur.

2. Perkembangan Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 16.
Perkembangan Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Parameter Hasil Standar Normal Keterangan
18 Oktober 2023 - Lekosit - 21.55 Ribu/uL - 3.5 -10 Ribu/uL - Tinggi
- Albumin - 3.0 g/dL - 4-5.3 g/dL - Rendah
- Kreatinin - 0.5 mg/dL - 0.6-1.2 mg/dL - Rendah
- Natrium - 130 mmol/L - 136-145 mmol/L - Rendah
- Kalium - 3.2 mmol/L - 3.5-5.1 mmol/L - Rendah
- Glukosa - 255 mg/dL - 80-200 mg/dL - Tinggi
Darah
Sewaktu
- Gula Darah - 123 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
19 Oktober 2023
Sewaktu
- Gula Darah - 106 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
20 Oktober 2023
Sewaktu
21 Oktober 2023 - Lekosit - 17.10 Ribu/uL - 3.5 -10 Ribu/uL - Tinggi
- Glukosa - 99 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
Darah
Sewaktu
- Glukosa - 125 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
22 Oktober 2023 Darah
Sewaktu
- Glukosa - 123 mg/dL - 80-200 mg/dL - Normal
23 Oktober 2023 Darah
Sewaktu

Berdasarkna hasil laboratirum medis pasien diawal masuk rumah sakit

ditemukan hasil leukosit tinggi yaitu 21.55 Ribu/uL hal ini menunjukan bahwa

terjadinya infeksi pada tubuh, albumin rendah yaitu 3.0 g/dL, kreatinin rendah yaitu

0.5 mg/dL, Natrium rendah yaitu 139 mmol/L, Kalium rendah 3.2 mmol/L yang

mengindikasi pasien mengalami hipokalemia ringan, Glukosa Darah Sewaktu tinggi

yaitu 255 mg/dL yang mengindikasi pasien mengalami Diabete Melitus Tipe 2 dan

terjadinya gangguan fungsi endokrin. Pada tanggal 19 Oktober 2023 dilakukan

pemantauan kembali untuk gula darah sewkatu pasien dan hasil GDS pasien pada

saat itu adalah 123 mg/dL yang artinya GDS pasien sudah normal dan terjadinya

perkembangan.Pemantaun GDS pasien kembali pada tanggal 20 Okrober 2023

dimana hasil GDS pasien yaitu 106 mg/dL. Ditanggal 21 Oktober 2023 dilakukan

pengujian laboratorium kembali untuk melihat perkembangan leukosit dan GDS

dimana ditemukan hasil leukosit 17.10 Ribu/uL dan GDS 99 mg/dL. Kemudian pada

tanggal 22 Oktober 2023 dilanjutkan dengan pemantauan GDS pasien ditemukan

hasil yaitu GDS normal 125 mg/dL. Sehingga selama perawatan dan pelaksanaan
intervensi GDS pasien sudah normal walaupun masih belum terkontrol, sedangkan

untuk leukosit pasien sudah menunjukan perkembangan yaitu mulai menurun

walaupun masih belum berada di kategori normal.

3. Fisik/Klinis

a. Fisik

Berdasarkan pemantauan/monitoringkeadaan fisik pasien selama 3 hari dimulai

tanggal 20-22 Oktober 2023 ditemukan hasil yaitu sebagai berikut :

Tabel 17.
Perkembangan Fisik Pasien
Tanggal Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
- Lemas (masih belum teratasi)
- Sesak nafas (belum teratasi)
18 Oktober 2023
- Demam (belum teratasi)
- Batuk (belum teratasi)
- Lemas (masih belum teratasi)
- Sesak nafas (masih belum teratasi)
19 Oktober 2023
- Demam (teratasi)
- Batuk (teratasi)
- Lemas (masih belum teratasi)
20 Oktober 2023 - Sesak (masih belum teratasi)
- Nafsu makan menurun
- Lemas (masih belum teratasi)

21 Oktober 2023 - Sesak (masih belum teratasi)


- Nafsu makan meningkat

22 Oktober 2023 - Lemas (masih belum teratasi)


- Sesak (sudah berkurang)
- Nafsu makan menurun akibat terjadinya sariawan (kedua pipi
dalam bagian belakang, bagian bibir bagian dalam)
- Edema pada kaki

- Lemas (masih belum teratasi)


- Sesak (sudah berkurang)
22 Oktober 2023 - Nafsu makan menurun akibat terjadinya sariawan (kedua pipi
dalam bagian belakang, bagian bibir bagian dalam)
- Edema pada kaki
- Lemas (masih belum teratasi)
- Sesak (sudah berkurang)
- Nafsu makan menurun akibat terjadinya sariawan (kedua pipi
23 Oktober 2023
dalam bagian belakang, bagian bibir bagian dalam)
- Edema pada kaki (belum teratasi)
- Edema pada tangan kiri
Kesimpulan :

Berdasarkan hasil pemantauan fisik pasien ditemukan bahwa keadaan pasien

saat hari pertama intervensi masih lemas, sesak dan nafsu makan menurun. Kemudian

pada tangga 21 Oktober keadaan fisik pasien masih lemas namun sesak yang dialami

pasien sudah membaik dan nafsu makan pasien meningkat akibat. Dan pada tanggal 22

Oktober pasien mengalami sariawan pada kedua pipi bagian belakang dan bibir bagian

belakang sehingga nafsu makan pasien kembali menurun, dan pasien mengalami

edema pada bagian kaki.

b. Klinis

Pemantau/monitoring kondisi kinis pasien dilakukan berdasarkan pengamatan pada

pasien selama 3 hari. Adapun hasil pemantau/monitoring klinis pasien sebagai berikut :
Tabel 18.
Pemantauan Kondisi Klinis Pasien
Tanggal
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan
- TD = 97/59 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 110 - 60-100 x/menit - Tinggi
18 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.10oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 109/70 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 98 - 60-100 x/menit - Normal
19 Oktober 2023 - RR = 16 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.0oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 107/57 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 84 - 60-100 x/menit - Normal
20 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.10oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 90/60 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 99 - 60-100 x/menit - Normal
21 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.10oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 99 - Saturasi 95-100% - Normal
- TD = 90/60 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 101 - 60-100 x/menit - Tinggi
22 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 37oC - Suhu 36.5-37oC - Tinggi
- Saturasi = 94 - Saturasi 95-100% - Rendah
- TD = 110/65 - 110/70 mmHg - Rendah
- Nadi = 101 - 60-100 x/menit - Tinggi
23 Oktober 2023 - RR = 18 - 20-24 x/menit - Rendah
- Suhu = 36.50oC - Suhu 36.5-37oC - Normal
- Saturasi = 98 - Saturasi 95-100% - Normal

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil diatas terdapat perubahan pada suhu tubuh pasien yaitu

pasien mengalami kenaikan suhu tubuh di hari ketiga intervensi dari 36.10oC naik

menjadi 37oC, kemudian untuk nasi pasien mengalami peningkatan di hari ketogas

yaitu 99 x/menit menjadi 101 x/menit. Dan untuk kondisi klinis pasien seperti tekanan

darah, respirasi dan saturasi maish terpantau normal.

4. Asupan Makan

Tabel 19.
Konsumsi Pasien 1 Hari Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalium
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Total Asupan Intervensi Hari 1 1107 40.1 27.1 174.1 1650.9
Kebutuhan Energi 1724.5 64.67 47.9 258.7 4700
% Tingkat Konsumsi 64.1% 62% 56.5% 67.2% 35.1%
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang

Kesimpulan :

Berdasarkan dari hasil intervensi hasi pertama tingkat konsumsi pasien energi

yaitu 64.1%, protein 62%, lemak 56.5% karbohidrat 67.2% tingkat konsumsi pasien

masih belum mencapai 80% akibat dari nafsu makan pasien yang masih belum
meningkat dan pasien tidak mau mengkonsumsi nasi tim karena merasa susuah untuk

mengkonsumsi nasi sehingga konsumsi pasien masih kurang atau rendah.

Tabel 20.
Konsumsi Pasien 2 Hari Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalium
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Total Asupan Intervensi Hari 2 1314 51.5 40.1 190.3 2199.3
Kebutuhan Energi 1724.5 64.67 47.9 258.7 4700
% Tingkat Konsumsi 76.1% 79.6% 83.7% 73.5% 46.7%
Kategori Kurang Kurang Baik Kurang Kurang

Kesimpulan :

Berdasarkan dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konsumsi pasien sudah

mulai membaik dari konsumsi di intervensi hari pertama yaitu tingkat konsumsi pasien

untuk energi sebanyak 76.1%, protein 79.6%, lemak 83.7% dan karbohidrat 73,5% dan

kalium 46,7%. Tingkat konsumsi pasien di intervensi kedua masih berada dibawah 80%

selain dari konsumsi lemak yang sudah mencapai 83.7%. Hal ini disebabkan karena

pasien merasa bubur yang diberikan terasa hambar dan lauk yang diberikan kekurangan

garam. Dan untuk konsumsi bubur tidak dihabiskan karena merasa eneg jika

mengkonsumsi bubur sehingga bubur yang diberikan tidak habis dan meminta

peurbahan kembali ke nasi tim.


Tabel 21.
Konsumsi Pasien 3 Hari Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalium
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Total Asupan Intervensi Hari 3 1115.1 35.8 28 179.6 1794
Kebutuhan Energi 1724.5 64.67 47.9 258.7 4700
% Tingkat Konsumsi 64.6% 55.3% 58.4% 69.4% 38.1%
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang
Kesimpulan :

Berdasarkan tabel diatas dinyatakan bahwa tingkat konsumsi energi pasien di

intervensi hari ketiga adalah 64.6%, protein 55.3%, lemak 58.4% dan karbohidrat

68.4%. Intervensi hari ketiga terjadi penurun tingkat konsumsi hal ini dikarenakan

oleh kondisi fisik pasien yaitu adanya sariawan sehingga pasien sulit untuk

mengkonsumsi makanan yang diberikan.

Tabel 22.
Rata-rata Konsumsi Pasien 3 Hari Intervensi
Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalium
(kkal) (gram) (gram) (gram) (mg)
Total Asupan Intervensi Hari 1 1107 40.1 27.1 174.1 1650.9
Total Asupan Intervensi Hari 2 1314 51.5 40.1 190.3 2199.3
Total Asupan Intervensi Hari 3 1115.1 35.8 28 179.6 1794
Rata-rata Konsumsi 1178 42.4 31.6 180.3 1881.4
Kebutuhan Energi 1724.5 64.67 47.9 258.7 4700
% Tingkat Konsumsi 68.3% 65.5% 65.9% 69.6% 40%
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang

Kesimpulan :

Berdasarkan dengan tingkat konsumsi rata-rata intervensi 3 hari yaitu dihasilkan

tingkat konsumsi energi 68.3%, protein 65.5%, lemak 65.9% dan karbohidrat 69.6%

dan kalium 40%. Tingkat konsumsi pasien setelah dilaksanakan intervensi masih
kurang karena berada dibawah 80% dan hal ini sebebakan oleh konsisi pasien yaitu

nafsu makan menurun dan kondisi fisik yaitu terjadinya sariawan pada hari ketiga.

a. Konsumsi Energi

Asupan Energi
1724 1724 1724 1724
1800
1600 1314
1400 1101.5 1107 1115.1
1200
1000
800
600
400
200
0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan

% Tingkat Konsumsi
100% 100% 100% 100%
100%
76.10%
80% 64.10%
57.90% 55.30%
60%

40%

20%

0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan

Kesimpulan :

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa intervensi pertama tingkat

konsumsi pasien sudah terjadinya kenikan dibandingkan dengan konsumsi pasien


sebelum intervensi yaitu yang awalnya 57.9% menjadi 64.10, sedangkan pada

intervensi kedua dibandingkan dengan intervensi pertama tingkat konsumsi energi

pasien sudah mengalami peningkatan yaitu dari 64.10% menjadi 76.10% sedangkan

pada tingkat konsumsi energi di intervensi hari ketiga dibandingkan dengan

intervensi kedua tingkat konsumsi energi pasien mengalami penuruan yaitu dari

76.10% ke 55.30% hal ini disebabkan oleh pasien mengalami sariawan di bagian

pipi dalam dan bibir dalam sehingga pasien sulit untuk mengkonsumsi makanan.

b. Konsumsi Protein

Asupan Protein

64.67 64.67 64.67


70 60
60 51.5
50 40.1
35.8 35.8
40
30
20
10
0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan
% Tingkat Konsumsi Protein
100% 100% 100% 100%
100%
79.60%
80%
59.60% 62.00%
55.30%
60%

40%

20%

0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan

Kesimpulan :

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa intervensi pertama tingkat

konsumsi protein pasien pada sebelum intervensi dengan intervensi hari pertama

mengalami kenaikan yaitu dari 59.60% menjadi 62%, kemudian tingkat konsumsi

protein pasien di hari pertama dan hari kedua intrvensi juga telah mengalami

kenaikan yaitu dari 62% menjadi 79.60%, sedangkan pada intrevensi ketiga tingkat

konsumsi protein pasien mengalami penurunan yaitu dari 79.60% menjadi 55.30%

hal ini disebebkan karena pasien mengalami sariawan pada pipi bagian dalam dan

bibir bagian dalam saat intervensi hari ketiga, hal ini menyebabkan pasien susah

untuk mengkonsumsi makanan.


c. Konsumsi Lemak

Asupan Lemak
47.9 47.9 47.9
50
40 40.1
40
27.1 28
30 23.5

20

10

0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan

% Tingkat Konsumsi Lemak


100% 100% 100% 100%
100% 83.70%
80%
56.50% 58.40%
60% 48.90%

40%

20%

0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan
``

Kesimpulan :

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa intervensi pertama tingkat

konsumsi lemak pasien sudah mengalami kenaikan dibandingkan dengan tingkat

konsumsi lemak sebelum intervensi yaitu dari 48.9% menjadi 56.50%, kemudian

pada intervensi hari kedua tingkat konsumsi lemak pasien sudah mengalami
kenaikan dibandingkan dengan tingkat konsumsi lemak intervensi hari pertama

yaitu dari 56.50% menjadi 83.70% sedangkan pada tingkat konsumsi lemak pasien

di hari ketiga mengalami penurunan dibandingkan intervensi hari kedua yaitu dari

83.70% menjadi 68.40% hal ini dikarenakan pasien mengalami sariawan dan susah

untuk mengkonsumsi makanan yang diberikan.

d. Konsumsi Karbohidrat

Asupan Karbohidrat
299
300 258.7 258.7 258.7
250
181.6 190.3 179.6
174.1
200
150
100
50
0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan

% Tingkat Konsumsi Karbohidrat


100% 100% 100% 100%
100%
73.50% 69.40%
80% 67.20%
60.70%
60%

40%

20%

0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan
Kesimpulan :

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa intervensi pertama tingkat

konsumsi karbohidrat pasien mengalami peningkatan dibandingkan dengan tingkat

konsumsi karbohidrat sebelum intervesni yaitu 60.70% menjadi 67.20%, dan pada

intrevensi kedua tingkat konsumsi karbohidrat pasien sudah mengalami kenaikan

dibandingkan intervensi hari pertama yaitu 67.20% menjadi 73.50%, sedangkan

pada tingkat konsumsi karbohidrat pasien di hari ketiga mengalami penurunan

dibandingkan dengan hari intervesni kedua yaitu dari 73.50% menjadi 69.40%. Hal

ini dikarenakan oleh pasien mengalami sariawan saat di hari ketiga intervesni yang

menyebabkan pasien susah untuk mengkonsumsi makanan yang diberikan.

e. Konsumsi Kalium

Asupan Kalium
4700 4700 4700 4700
5000

4000

3000 2199.3
1650.9 1794
2000 1510.1

1000

0
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan
% Tingkat Konsumsi Kalium
100% 100% 100% 100%
100%

80%

60% 46.70%
35.10% 38.10%
32.10%
40%

20%

0%
Sebelum Hari 1 Hari 2 Hari 3
Intervensi

Kebutuhan Asupan

Kesimpulan :

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwatingkat konsusmi kalium

pasien di hari sebelum intervesnsi dibandingkan dengan intervensi hari pertama

mengalami kenaikan yaitu dari 32.10% menjadi 35.10%, kemudian pada intervensi

hari kedua mengelami kenaikan tingkat konsumsi kalium dibandingkan tingkat

konsumsi intervensi hari pertama yaitu dari 35.10% menjadi 46.70%, sedangkan

pada interevnsi hari ketiga tingkat konsumsi kalium pasien mengalami penurunan

dibandingkan dengan intervensi hari kedua yaitu dari 46.70% menjadi 38.10% hal

ini dikarenakan kondisi pasien yang sariawan sehingga tidak bisa mengkonsumsi

makanan yang diberikan dan keadaan pasien yang tidak menyukai mengkonsumsi

sayur-sayuran.
f. Kooridinasi Asuhan Gizi

Tabel 24.
Koordinasi Asuhan Gizi
Tanggal Koordinasi Proses Koordinasi

Tanggal 20 Oktober 2023 Koordinasi dengan ahli gizi senior mengernai

perubahan bentuk makanan. Yaitu perubahan

dari nasi tim ke bubur dikarenakan nafsu makan

pasien menurun.

Tanggal 21 Oktober 2023 Koordinasi dengan ahli gizi senior mengenai

perubahan bentuk makanan kembali. Yaitu

perubahan dari bubur ke nasi tim dikarenakan

pasien merasa mual jika mengkonsumsi bubur.

Tanggal 22 Oktober 2023 Melakukan koorinasi dengan ahli gizi senior

mengenai keadaan fisik/klinis pasien yaitu

terdapat sariawan dan edema pada kaki. Dan

berkodinasi mengenai modifikasi makanan

akibat perubahan fisik/klinis pasien.


BAB V

(Kesimpulan dan Saran )

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas didapatk kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil skrining dengan Malnutrution Screening Tool didapatkan

skor 3 yang mengindikasikan pasien mengalami malnutrisi sedang

2. Berdasarkan pengkajian gizi yang dilakukan, disimpulkan bahwa pasien

memiliki status gizi normal menggunakan IMT dengan BB estimasi dan TB

estimasi sedangkan mendapat status gizi baik menggunakan persentil Lila.

Hasil biokimia menunujkan leukosit tinggi yang mengindikasikan terjadinya

infeksi, albumin rendah, kreatinin rendah, natrium rendah, kalium rendah yang

mengindikasikan terjadinya hipokalemia ringan, dan gula darah tinggi yang

menandakan adanya gangguan metabolisme endokrin yang mengindikasikan

diabetes melitus tipe 2. Kemudian pada pemeriksaan fisik pasien mengalami

sesak nafas, lemas dan batuk ringan sedangkan pada kondisi klinis pasien

tekanan darah normal, nadi tinggi, respirasi rendah, suhu tubuh normal dan

saturasi normal. Kebiasaan makan pasien dilihat dari SQ-FFQ pasien tidak

terlalu suka mengkonsumsi sayur-sayuran tidak berani mengkonsumsi makanan

digoreng namun masih tetap mengkonsumsi makanan yang dibakar.

3. Berdasarkan dengan pengkajian yang sudah dilakukan, terdapat 3 domain

diagnosa pasien yaitu domain asupan dengan masalah asupan oral in adekuat

disebabkan oleh penurufan nafsu makan, domain klinis dengan masalah

perubahan nilai lab terkait gizi yang berkaitan dengan patofisiologis pasien dan
dengan masalah penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan

kurangnya intak makanan, dan domain behaviour dengan masalah pasien tidak

patuh mengikuti rekomendasi gizi/diet yang berkiatan dengan kurangnya

pengetahuan serta perilaku yang salah terkait gizi

4. Intervensi gizi yang diberikan yaitu Diet DM dan tinggi kalium dengan

memberikan makanan lunak secara oral dengan 3 kali makanan utama dan 2

kali selingan bertujuan untuk meningkatkan asupan pasien sesuai dengan

kebutuhan pasien dengan memodifikasi makanan sesuai dengan kebutuhan

pasien dengan menganjurkan makanan ddengan porsi kecil namun sering untuk

meningkatkan asupan pasien secara bertahap. Intervensi yang diberikan

bertujuan untuk membantu menormalkan nilai lab pasien dan mempertahankan

status gizi pasien. Selain interevensi gizi pasien juga diberikan edukasi tentang

diabetes melitus tipe 2 yang dialami pasien dan penjelasan mengenai diet yang

diberikan,

5. Setelah diberikan intervesnsi gizi selama 3 hari, asupan pasien sudah

mengalami peningkatakan sebelum intervensi dibandingkan dengan setelah

intervesni namun masih belum mencapai 80% hal ini disebakan karena nafsu

makan pasien masih belum baik dan pada intervensi hari ketiga pasien

mengalami sariawan sehingga susah untuk mengkonsumsi makanan yang

diberikan. Untuk hasil lab pasien selama interevnsi gula darah sekwatu pasien

sudah menurun dan mencapai batas normal untuk leukosit pasien sudah

menurun dibandingkan sebelum intervensi yang awalnya 21.55 Ribu/uL

menurun menjadi 17.10 Ribu/uL.


6. Konseling gizi yang lakukan sudah bejalan dengan baik, pasien dapat menerima

materi yang diberikan dilihat dari saat ditanyakan kembali mengenai konten

materi pasien dan keluarga pasien dapat menjawab dengan sesuai, Namun,

secara implementasi pasien masih belum bisa merubah kebiasaan makan pasien

yaitu masih tidak terlalu menyukai sayuran.

B. Saran

Saran yang diberikan adalah agar terapi diet dengan memodifikasi jenis

makanan dan memberikan KIE agar asupan pasien mencapai 80% serta

melaksanakan monitoring dan evaluasi pada nilai lab pasien hingga mencapai nilai

normal dan memantau Lila pasien agar tidak terjadinya penurunan berat badan

untuk mencegah terjadinya malnutrisi.


DAFTRA PUSTAKA

Aulia, F. (2022). Tatalaksana Pneumonia. Jurnal Medika Hutama.

DOnoghue, M. (2019). Fungal Infection Of Respiratory Tract. Science Direct.

Humberto Parada, Susan E.Steck, Patrik, Kathleen Conway. (2019). Grilled,

Barbecued, and Smoked Meat Intake and Survival Following Breast Cancer.

Journal of the National Cancer Institute.

Kakde, Y. (2023). Pulmonary Candidiasis in An Immunocompetent Patient. Internal

Medicine Section.

PDPI. (2019). Respirologi. Jurnal Respirologi Indonesia.

Perkeni. (2021). Pedomana Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di

Indonesia. Jakarta: PB.Perkeni.

Ramelia, A. S. (2022). Pneumonia Pada Perempuan Usia 56 Tahun . Continuing

Medical Education.

Saputro, E. (2021). Pemicu Kanker Dalam Sate, Ayam/Bebek/Ikan Bakar . Jurnal

Litbang, 60-78.

Suhartono, W. M. (2021). Species Distribution And Antifungal Susceptibility Of

Candida spp. resposible For Pulmonary Candidiasis. Journal Of Biology And

Education , 313-318.
Ali, A. M., Mirrakhimov, A. E., Abboud, C. N., & Cashen, A. F. (2016). Leukostasis

in adult acute hyperleukocytic leukemia: a clinician’s digest. Hematological

Oncology, 34, 69–78. https://doi.org/10.1002/hon

Amalia Yunia Rahmawati. (2020). Laporan Pendahuluan Hipokalemia. July, 1–23.

Asuhan Gizi dengan Metode International Dietetics Nutrition Terminology (IDNT)

Kasus Anemia Aplastik, (2023).

Antari, N. K. N. (2017). Diabetes Melitus Tipe 2. In Fakultas Kedokteran,

Universitas Lampung (Vol. 4, Issue 13).

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/653f627b3ce1272d2093

53541c305cee.pdf

Candra. (2019). Konsep Dasar Hipokalemia. Asuhan Keperawatan, 57, 3.

Hardianto, D. (2021). Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala,

Diagnosis, Pencegahan, Dan Pengobatan. Jurnal Bioteknologi & Biosains

Indonesia (JBBI), 7(2), 304–317. https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i2.4209

Novita, M. (2013). Laporan Pendahuluan Leukositosis. 1–12.

Setiawan, J. (2019). Laporan pendahuluan hiperleukositosis di ruang kemoterapi anak

rsud ulin banjarmasin. Akademi Keperawatan KESDAM VI/Tanjungpura.


LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil SQ-FFQ

Ukuran
Jenis Makanan Frekuensi
URT Berat Berat/hari
Sumber Karbohidrat
Bubur 1x sehari 5 sdm 50 50
Nasi 2x sehari 3 sdm 45 90
Sumber Protein Hewani
Ayam 3x seminggu 1 ptg sedang 50 21.43
Telur ayam 1x seminggu 2 butir 120 17.14
Sumber Protein Nabati
Tahu 2x seminggu 2 ptg sedang 80 22.86
Tempe 2x seminggu 2 ptg kecil 50 14.29
Sayuran
Wortel 1x sehari 1 sdm 10 10
Bunga kol 1x sehari 1 sdm 10 10
Bayam 1x sehari 1 sdm 10 10
Kangkung 1x seminggu 6 sdm 60 8.57
Tauge 1x seminggu 6 sdm 60 8.57
Buah-buahan
Pisang hijau 1x sehari 1 1/2 buah 150 150
Apel merah 1x sehari 1/2 buah 50 50
Snack
Kentang rebus 2x seminggu 1 1/2 ptg besar 225 64.29
Susu etawa 2x sehari 1 sachet 50 50
Gula 2x sehari 1 sdt 10 10
Lampiran 2. Hasil Recall di Rumah Sakit
Lampiran 4. Menu Intervensi

1. Menu Hari Pertama

Lemak Kalium
Nama Menu Bahan Makanan Jumlah Energi (kcal) Protein (g) Karbohidrat (g) Serat ( g)
(g) (mg)
MAKAN PAGI
Nasi Tim beras putih giling 50 180.4 3.3 0.3 39.8 0.4 40.5
Telur dadar telur ayam 40 62 5 4.2 0.4 0 50.4
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Gulai tempe tempe kedele murni 30 59.7 5.7 2.3 5.1 0.4 110.1
Orak arik wortel 25 6.5 0.2 0.1 1.2 0.9 72.5
buncis mentah 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 74.8
SNACK PAGI
Susu diabetasol bubuk susu 30 153.1 4.8 4.2 19.5 1.8 0
MAKAN SIANG
Nasi Tim beras putih giling 50 180.4 3.3 0.3 39.8 0.4 40.5
Ayam suir-suir daging ayam 40 114 10.8 7.6 0 0 72.8
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Semur tahu tahu 30 22.8 2.4 1.4 0.6 0.4 36.3
Sayur asem kacang panjang mentah 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 74.8
jagung kuning segar 25 27 0.8 0.3 6.3 0.7 62.3
labu siam mentah 25 5 0.2 0.1 1.1 0.3 48
Putih telur putih telur 30 15 3.1 0 0.3 0 42.9
Buah potong pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
SNACK SIANG
Susu diabetasol bubuk susu 30 153.1 4.8 4.2 19.5 1.8 0
MAKAN SORE
Nasi Tim beras putih giling 50 180.4 3.3 0.3 39.8 0.4 40.5
Tum ayam daging ayam 30 85.5 8.1 5.7 0 0 54.6
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Mendoan tempe tempe kedele murni 30 59.7 5.7 2.3 5.1 0.4 110.1
Sayur kare wortel 25 6.5 0.2 0.1 1.2 0.9 72.5
kentang 25 23.2 0.5 0 5.4 0.4 97.8
buncis mentah 25 8.7 0.5 0.1 2 0.8 74.8
Buah potong pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
Putih telur putih telur 30 15 3.1 0 0.3 0 42.9
TOTAL KANDUNGAN GIZI 1684.99 68.71 42.98 253.54 16.24 2148.85

2. Menu Hari Kedua

Energi Lemak Kalium


Nama Menu Bahan Makanan Jumlah protein (g) Kerbohidrat (g) Serat (g)
(kkal) (g) (mg)
MAKAN PAGI
Bubur beras putih giling 35 126.3 2.3 0.2 27.8 0.3 28.4
Telur dadar telur dadar 40 74.8 4.6 5.9 0.5 0 48
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Bobor tempe tempe kedele murni 20 39.8 3.8 1.5 3.4 0.3 73.4
Sayur tumis wortel 40 10.3 0.4 0.1 1.9 1.5 116
sawi hijau 30 4.5 0.7 0.1 0.6 0.6 60.6
Buah pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
SNACK PAGI
Susu susu diabetasol 35 178.6 5.6 4.9 22.8 2.1 0
MAKAN SIANG
Bubur beras putih giling 35 126.3 2.3 0.2 27.8 0.3 28.4
Semur daging
daging ayam 30 85.5 8.1 5.7 0 0 54.6
ayam
Tahu rebus tahu 30 22.8 2.4 1.4 0.6 0.4 36.3
Soup jagung jagung kuning segar 40 43.2 1.3 0.5 10 1.1 99.6
wortel 40 10.3 0.4 0.1 1.9 1.5 116
buncis mentah 30 10.5 0.6 0.1 2.4 1 89.7
Putih telur telur ayam bagian putih 35 17.5 3.7 0 0.3 0 50
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Buah pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
SNACK SIANG
Susu susu diabetasol 35 178.6 5.6 4.9 22.8 2.1 0
MAKAN SORE
Bubur beras putih giling 35 126.3 2.3 0.2 27.8 0.3 28.4
Opor ayam daging ayam 30 85.5 8.1 5.7 0 0 54.6
Tempe bb pecel tempe kedele murni 30 59.7 5.7 2.3 5.1 0.4 110.1
kacang tanah muda kulit 5 20.7 0.9 1.8 0.6 0.3 25.8
Sayur oseng kacang panjang mentah 50 17.4 0.9 0.2 4 1.6 149.5
toge kacang hijau mentah 20 12.2 1.3 0.7 1 0.1 48.4
Putih telur telur ayam bagian putih 35 17.5 3.7 0 0.3 0 50
minyak kelapa sawit 5 43.1 0 5 0 0 0
Buah pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
Total Kandungan Gizi 1710.92 67.23 48 255.21 20.58 2662.7

3. Menu Hari Ketiga

Jumlah Energi Protein Kalium


Nama Menu Bahan Makanan Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g)
(gr) (kkal) (g) (mg)
MAKAN PAGI
Nasi tim beras putih giling 40 144.4 2.7 0.2 31.8 0.3 32.4
Ayam suir-suir daging ayam 20 57 5.4 3.8 0 0 36.4
telur ayam 40 62 5 4.2 0.4 0 50.4
Telur dadar
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Buah pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
SNACK PAGI
Susu susu diabetasol 35 178.6 5.6 4.9 22.8 2.1 0
MAKAN SIANG
Nasi tim beras putih giling 45 162.4 3 0.3 35.8 0.4 36.5
Opor ayam daging ayam 30 85.5 8.1 5.7 0 0 54.6
Tempe bb tomat tempe kedele murni 20 39.8 3.8 1.5 3.4 0.3 73.4
White cabbage fresh 30 7.5 0.4 0.1 1.2 0.9 62.4
Carrot fresh 35 9 0.3 0.1 1.7 1.3 101.5
Capcay sawi hijau 35 5.3 0.8 0.1 0.7 0.7 70.7
telur ayam bagian putih 30 15 3.2 0 0.3 0 42.9
minyak kelapa sawit 3 25.9 0 3 0 0 0
Buah pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
SNACK SIANG
Susu susu diabetasol 35 178.6 5.6 4.9 22.8 2.1 0
MAKAN SORE
Nasi tim beras putih giling 2.25 162.4 3 0.3 35.8 0.4 36.5
Ayam asam
manis daging ayam 6 85.5 8.1 5.7 0 0 54.6
tahu 23 19 2 1.2 0.5 0.3 30.3
Tahu kuah santan
santan 3 2.1 0 0.2 0.1 0.1 2.1
sawi putih mentah 40 6 0.9 0.1 0.8 0.8 80.8
kacang merah 10 33.5 2.3 0.1 6 1.7 106.4
Urap sawi toge kacang hijau mentah 30 18.3 2 1 1.4 0.1 72.6
telur ayam bagian putih 30 15 3.2 0 0.3 0 42.9
minyak kelapa sawit 5 43.1 0 5 0 0 0
Buah pisang hijau 100 115.9 0.8 0.2 31.2 2.3 465
Total Kandungan Gizi 1729.41 67.77 45.91 259.42 18.24 2382.28
Lampiran 5. Leaflet
Lampiran 6. Form ADIME

Dokumentasi Kegiatan Asuhan Gizi di Rekam Medis

Nama Pasien : AIWP Nama Ruangan : Kusamba Lantai 3

Hari Pertama Hasil Skrining Gizi :


Hari dan tanggal : A : Pasien sesak, batuk ringan, demam dan lemas.
19 Oktober 2023 TD=109/70 mmHg, Nadi=98 x/menit, RR=16
x/menit, suhu=36.0oC, saturasi 98%, Lila = 28
cm, Demi span= 64 cm, Bbestimasi = 50.2 kg,
Tbestimasi 146.5 kg, IMT= 23 kg/m2(gizi
normal), IMT persentila Lila= 93% (Gizi baik)

D : NI-2.1 Asupan oral in adekuat, NC-2.2


Perubahan nilai lab terkait gizi, NC-3.2
Penurunan berat badan, NB-1.6 Tidak patuh
mengikuti rekomendasi Diet

I : Memberikan Diet DM dan Tinggi Kalium


dengan bentuk makanan lunak (nasi tim), frekuensi
3x makanan utama dan 2 kali selingan (snack susu)
Energi = 1724.58 kkal, Protein = 64.67 g,
lemak=47.9 g, karbohidrat = 258.7 g

ME : Lila dimontoring setiap hari, leukosit, gula


darah sewaktu, fisik/klinis di cek setiap hari,
kalium dan albumin di cek sesuai dengan arahan
dokter DPJP. Asupan dimonitoring setiap pasien
selesai makan.

Hari Pertama Re-skrining Gizi :


Hari dan tanggal : A : Sesak, lemas dan nafsu makan meningkat Lila =
20 Oktober 2023 28 cm, Demi span= 64 cm, Bbestimasi = 50.2 kg,
TBestimasi 146.5 kg, IMT= 23 kg/m2(gizi
normal), IMT persentila Lila= 93% (Gizi baik)

D : NI-2.1 Asupan oral in adekuat, NC-2.2


Perubahan nilai lab terkait gizi, NC-3.2
Penurunan berat badan, NB-1.6 Tidak patuh
mengikuti rekomendasi Diet

I : Memberikan Diet DM dan Tinggi Kalium


dengan bentuk makanan lunak (nasi tim), frekuensi
3x makanan utama dan 2 kali selingan (snack susu)
Energi = 1724.58 kkal, Protein = 64.67 g,
lemak=47.9 g, karbohidrat = 258.7 g

ME : Lila 28 cm, TD=107/57 mmHg (rendah),


Nadi 84 x/menit, RR=18 x/menit (rendah), suhu
36.10oC, saturasi =98% GDS terkontrol.
Asupan meingkat (Energi = 64.1%,
protein=62%, lemak=56.5%,
karbohidrat=67.2% dan kalium=35.1%)
Follow up Re-skrining Gizi :
Hari dan tanggal : A : Sesak, lemas dan nafsu makan meningkat Lila =
21 Oktober 2023 28 cm, Demi span= 64 cm, Bbestimasi = 50.2 kg,
TBestimasi 146.5 kg, IMT= 23 kg/m2(gizi
normal), IMT persentila Lila= 93% (Gizi baik)

D : NI-2.1 Asupan oral in adekuat, NC-2.2


Perubahan nilai lab terkait gizi, NC-3.2
Penurunan berat badan, NB-1.6 Tidak patuh
mengikuti rekomendasi Diet
I : Memberikan Diet DM dan Tinggi Kalium
dengan bentuk makanan lunak (bubur), frekuensi
3x makanan utama dan 2 kali selingan (snack susu)
(karena pasien susah mengkonsumsi makanan dan
diet dirubah menjadi bubur) Energi = 1724.58 kkal,
Protein = 64.67 g, lemak=47.9 g, karbohidrat =
258.7 g

ME : Lila 28 cm, GDS terkontrol, Leukosit menurun.


TD=90/60 mmHg(menurun), Nadi=99 x/menit,
RR=18 18 x/menit(rendah), Suhu=36.10oC,
Saturasi=99%. Asupan meningkat
(Energi=76.1%, protein=79.6%, lemak=83.7%,
karbohidrat 73.3% dan kalium 46.7%)
Follow up Re-skrining Gizi :
Hari dan tanggal : A : Lemas, sesak berkurang, nafsu makan menururn,
22 Oktober 2023 edema pada kaki,Lila = 28 cm, Demi span= 64
cm, Bbestimasi = 50.2 kg, TBestimasi 146.5 kg,
IMT= 23 kg/m2(gizi normal), IMT persentila
Lila= 93% (Gizi baik)

D : NI-2.1 Asupan oral in adekuat, NC-2.2


Perubahan nilai lab terkait gizi, NC-3.2
Penurunan berat badan, NB-1.6 Tidak patuh
mengikuti rekomendasi Diet

I : Memberikan Diet DM dan Tinggi Kalium


dengan bentuk makanan lunak (nasi tim), frekuensi
3x makanan utama dan 2 kali selingan (snack susu)
(karena pasien merasa eneg untuk mengkonsumsi
bubur) Energi = 1724.58 kkal, Protein = 64.67 g,
lemak=47.9 g, karbohidrat = 258.7 g
ME : Lila 28 cm, GDS terkontrol.
TD=90/60 mmHg (rendah), Nadi 101 x/menit
(tinggi), RR= 18 x/menit(rendah), Suhu=37oC
(meningkat). Asupan menurun akibat keadaan
fisik pasien yaitu munculnya sariawan pada
mulut (Energi=64.6%, protein=55.3%,
lemak=58.4%, karbohidrat=69.4% dan
kalium=38.1%

Lampiran 7. Dokumentasi

Makan pagi hari pertama

(20 Oktober 2023)

Snack pagi (susu)


Makan siang

Snack sore

Makan Sore
Menu pagi hari kedua (21

Oktober 2023)

Snack Pagi
Makan siang

Snack Siang

Makan sore
Makan pagi hari ketiga (22

Oktober 2023)

Snak Pagi
Makan Siang

Snack sore

Makan Sore

Anda mungkin juga menyukai