PROPOSAL PENELITIAN
Sebagai Syarat Tugas Penelitian Dalam Kebidanan
Disusun Oleh :
Hasna Try Aryani G2E021011
BAB III..............................................................................................................
A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus yang dikenal dengan DM merupakan salah satu masalah
kesehatan yang menjadi perhatian dunia. Diabetes Melitus adalah golongan penyakit
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat
dari gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. (Ningrum et al., 2022).
Diabetes Melitus (DM) itu sendiri dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe I dan tipe
II. Seseorang jika menderita diabetes melitus tipe I ini sangat sekali membutuhkan
suplai dari insulin yang berasal dari luar (eksogeninsulin), contohnya pun dengan
melakukan injeksi untuk tetap memberikan pertahanan hidup. Tidak adanya insulin
ini, pasien dapat terkena diabetik ketoasidosis, pada kondisi ini sangat menurunkan
kualitas hidup yang diproduksi dari metabolik asidosis tersebut. Sedangkan
seseorang penderita diabetes melitus tipe II mengalami penolakan pada tubuh
kepada insulin, keadaan ini dimana tubuh ataupun jaringan tubuh tidak merespon
terjadinya kerja dari insulin, sehingga pada seseorang tersebut hanya bisa menjaga
pola makannya, serta pencegahan yang dilakukan hipoglikemi atau hiperglikemi
serta kondisi tersebut akan dapat berkepanjangan secara terus menerus hingga
sepanjang hidupnya (Ikhwan et al., 2018).
Faktor risko DM akan sering muncul setelah usia >45 tahun. Sampai saat ini
memang belum ada mekanisme yang jelas tentang kaitan jenis kelamin dengan DM,
tetapi di Amerika Serikat banyak penderita DM berjenis kelamin perempuan. DM
bukan penyakit yang dapat ditularkan, tetapi penyakit ini dapat diturunkan pada
generasi berikutnya. (Guanabara et al., 2021).
Menurut yang di ambil dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2023,
terdapat kasus Diabetes Melitus Pada tahun 2014, 8,5% orang dewasa berusia 18
tahun ke atas menderita diabetes. Pada tahun 2019, diabetes menjadi penyebab
langsung 1,5 juta kematian dan 48% dari seluruh kematian akibat diabetes terjadi
sebelum usia 70 tahun. 460.000 kematian akibat penyakit ginjal lainnya disebabkan
oleh diabetes, dan peningkatan glukosa darah menyebabkan sekitar 20% kematian
kardiovaskular. Antara tahun 2000 dan 2019, ada peningkatan 3% dalam angka
kematian standar usia akibat diabetes. Di negara yang mayoritas memeiliki
penghasilan menengah ke bawah, angka kematian akibat diabetes meningkat 13%.
Sebaliknya, kemungkinan kematian akibat salah satu dari empat penyakit tidak
menular utama (penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan kronis, atau
diabetes) antara usia 30 dan 70 menurun sebesar 22% secara global antara tahun
2000 dan 2019., International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas edisi ke-8
memprediksi ada 425juta kasus Diabetes Melitus di dunia per tahun 2017 dan
diprediksi akan mengalami kenaikan hingga 45% pada tahun 2045 menjadi 629juta
kasus. (International Diabetes Federation, 2021)
Rata-rata pada seseorang yang menderita diabetes melitus di Indonesia
menjadi negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar ke-5 di dunia. Ini
merupakan berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF),
terdapat 19,5 juta warga Indonesia yang berkisaran usia 20-79 tahun yang menderita
penyakit diabetes melitus yaitu pada tahun 2021. (international Diabetes Federation,
2021).
Prevalensi yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah bertotal (1,9%) pada jumlah
kasus Penderita diabetes melitus di Provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Provinsi Jawa Tengah menyandang kasus DM mencapai
496,181 kasus tahun 2018 mengalami peningkatan menjadi 652,822 kasus di tahun
2019. (Riskesdas, 2018).
Penderita Diabetes Melitus (DM) tipe II ini bisa dikatakan penyakit yang
termasuk kedalam kategori penyakit kronis karena pada penyakit ini dan
membutuhkan terapi yang dilakukan semasa hidupnya. Namun kasus Diabetes
Melitus ini dapat dicegah dengan mengengatur atau mengendalikan kadar dari gula
darah agar tetap di batasan normal.
Walaupun penyakit ini akan tetap menyertai penderita sampai seumur hidup
sehingga akan berpengaruh sekali pada kecemasan penderita DM baik dari keadaan
kesehatan fisik, psikologis, social dan lingkungan, kecemasan yang terjadi pada
penderita diabetes melitus diakibatkan karena penyakit diabetes dianggap suatu
penyakit yang dirasa menakutkan, karena memiliki dampak yang negatif yang
sangat kompleks terhadap keberlangsungan kecemasan individu. Kecemasan ini
dapat terjadi karena seseorang dapat merasakan ancaman baik secara fisik maupun
psikologis, pada aspek sosial penderita diabetes melitus tipe II sangat amat penting
diperhatikan karena pada kenyataannya diabetes melitus tipe II adalah penyakit yang
dikatakan kronis dan memiliki masalah psikologis, sosial dan perilaku yang besar.
Adapaun aspek sosial tersebut adalah dukungan sosial, pada pendukung sosial
merupakan bentuk interaksi yang terjadi antar individu dan dapat memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis merujuk pada terpenuhinya kebutuhan akan
keamanan. Dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kondisi kecemasan pada
pasien penderita diabetes melitus tipe II dengan meregulasi proses psikologis dan
memfasilitasi perubahan biologis.
(Soelistijo, 2021)
Penatalaksanaan yang dilakukan pada penderita Diabetes Melitus Tipe II yaitu
memiliki 4 pilar berikut beberapa penatalaksanaan diabetes, yaitu ada Edukasi, Pola
makan/Diit, Olahraga, dan Pengobatan. Pada penderita diabetes melitus tipe II
sangat sekali penting dengan adanya edukasi karena dalam edukasi pasien diabetes
memiliki hidup yang lebih lama dan juga memiliki kebahagiaan semasa hidupnya,
kebutuhan seseorang yaitu dari kualitis hidup penderita diabetes melitus, sehingga
penderita diabetes melitus bisa merawat dirinya sendiri dengan baik dan benar, maka
dari pada itu dapat mengurangi komplikasi yang diderita pada penderita diabetes,
penekanan penderita tentang komplikasinya akan berkurang, peningkatan pada
progresifitas penderita diabetes sehingga bisa memiliki fungsi dan memiliki peran
yang baik di antara masyarakat, adapun pola makan/ diit, perencanaan makan yang
baik merupakan bagian penting dari penatalaksanaan diabetes secara total. Diit yang
seimbang akan dapat mengurangi beban kerja pada insulin dengan meniadakan
sistem kerja insulin mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi ini
melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan keluarganya,
selanjutnya melakukan olahraga, pada kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan
jasmani secara berkala (3-4 kali dalam satu minggu kurang lebih dilakukan selama
30 menit), ini juga adalah bagian pilar didalam pengolahan DM tipe 2. Kegiatan
sehari-hari seperti contoh berjalan kaki ke pasar, menggunakan tangga, dan
berkebun. Hal ini dapat dilakukan dengan jasmani selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah, yang terakhir adalah pengobatan itu
sendiri atau biasnya disebut dengan terapi farmakologi/obat-obatan, pada tahap ini
diberikan bersama dengan pola konsumsi makanan sehari-hari dan pelatihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis adapun yang dilakukan dengan obat oral
dan bentuk injeksi. Obat hipoglikemik oral, adapun cara kerjanya, Obat
Hipoglikemik Oral (OHO) dapat dibagii terdapat 5 golongan: Pemicu sekresi insulin
sulfonylurea dan glinid. Peningkat sensitivitas terhadap insulin metformin dan
tiazolidindion yaitu Penghambat pada glukoneogenesis. (Simamora et al., 2021)
Pada pasien Diabetes Melitus Tipe II perlu diberikan beberapa perawatan agar
tidak semakin parah dan tidak mengalami komplikasi yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan baik makroangiopati maupun mikroangiopati, (Darmawan et al.,
2019). Salah satu cara melakukan perawatan pada penderita Diabetes Melitus Tipe II
adalah dengan cara melakukan pola diit, diit merupakan salah satu pilar utama pada
penanganan diit pada pengaturan pola diit sama dengan mengatur kadar gula darah
dalam tubuh agar tetap normal. (Ardiani et al., 2021).
Salah satunya yaitu dilakukannya diit 3J (Jumlah, jenis, dan jadwal) (Darmawan et
al., 2019). Untuk yang pertama harus sesuai dengan tepat jumlah makanan
merupakan kebutuhan kalori dengan jumlah yang bisa dikatakan sesuai dan dapat
mencapai serta mempertahankan berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi badan
yang dapat dihitung dengan Indeks Masa Tubuh (IMT), yang dapat dilakukan
dengan membagi berat badan dan tinggi, sedangkan untuk jenis makanan yang
dikonsumsi harus memenuhi prinsip gizi yang seimbang yang merupakan bahan
makanan yang di anjurkan yaitu meliputi karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati,
sayuran, susu (diabetasol), buah, dan gula pengganti, yang terakhir merupakan tepat
jadwal makan Tepat jadwal makan adalah selang waktu makan yang baik yaitu 3
jam antara makanan utama dan makanan selingan. Pukul 06.00, 12.00, 18.00 adalah
makanan utama, sedangkan pukul 09.00, 15.00 dan 21.00 diisi dengan makanan
selingan. Pengaturan jadwal makan ini sangat penting bagi penderita DM karena
dengan membagi waktu makan menjadi porsi kecil tetapi sering, karbohidrat dicerna
dan diserap secara lebih lambat dan stabil (Soelistijo, 2021).
Pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk
menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki
kesadaran (literacy) serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya (life
skills) demi kepentingan kesehatan. Menurut (Carolina, 2018), Secara umum tujuan
pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang
kesehatan. Peran pendidikan kesehatan disini sangatlah penting khusususnya untuk
pasien penderita diabetes melitus tipe II supaya dapat memiliki kemampuan untuk
sebisa mungkin dapat diberlakukan secara mandiri dalam melakukan perawatan
dirinya sendiri, maka daripada itu pasien dan keluarga penderita diabetes harus bisa
menguasai alih tanggung jawab tersebut yaitu dengan cara harus dapat melakukan
perawatan secara mandiri (self care) sehingga pada pasien dan keluarga harus dapat
dibekali pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mencegah kemungkinan
rawat ulang (rehospita-lisasi) pada kondisi yang lebih buruk, dan tingkat pendidikan
pada seseorang merupakan pengetahuan serta penghasilan yang rendah akan
berdampak kepada penggunaan fasilitas kesehatan bagi masyarakat. (Agnes & Putri,
2019).
Tingkat pengetahuan yang baik ditandai dengan responden yang mampu
mengetahui faktor-faktor yang dapat menambah memperburuk Diabetes Melitus
menurut (Azis et al., 2020). Faktor tingkat pengetahuan sangat mempengaruhi
pemberian pendidikan kesehatan seberapa jauh responden dapat menerima
pendidikan kesehatan yang diberikan kepada peneliti. (Simbolon et al., 2021)
Jumlah penderita Diabetes Melitus di Wilayah Desa Kretek Kecamatan
Rowokele pada tahun 2023 mencapai 65 penderita diabetes melitus tipe II.
Berdasarkan studi pendahuluan yang diambil yaitu ada 5 sampel orang penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah desa Kretek Kecamatan Rowokele, 2 dari orang
tersebut tamatan SD dan 1 tamatan SMP serta 2 tamatan SMA. Didapatkan bahwa 3
dari 5 orang belum mengetahui tantang apa itu pola diit menggunakan metode 3J
(Jadwal, jumlah, dan jenis), penderita Diabetes Melitus Tipe II ini hanya
menerapkan makan yang menurutnya tidak mengandung gula, dan menghindari
berbagai macam minuman yang menurutnya manis.
Berdasarkan masalah yang telah disebutkan maka peneliti melakukan
penelitian untuk mengetahui efektivitas pemberian pendidikan kesehatan tentang
pola diit 3j terhadap tingkat kadar gula darah dalam tubuh pada penderita diabetes
melitus tipe II di wilayah desa kretek kecamatan rowokele, dan seberapa efektif
pemberian pendidikan kesehatan tentang pola diit 3J terhadap tingkat pengetahuan
pada penderita diabetes melitus tipe 2.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan dapat diperoleh rumusan
masalahan yaitu, “ Efektivitas pemberian pendidikan kesehatan tentang pola diit 3J
terhadap tingkat pengetahuan pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah
Desa Kretek Kecamatan Rowokele “.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pemberian pendidikan kesehatan tentang pola diit 3J
terhadap tingkat pengetahuan pada penderita diabetes melitus tipe II di Desa
Kretek.
2 . Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien penderita diabetes melitus tipe II
sebelum dilakukan pendidikan kesehatan.
b) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan penderita Diabetes Melitus Tipe 2
setelah dilakukannya pendidikan kesehatan.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
Peneliti menerapkan secara langsung ilmu yang didapat mengenai penyakit
diabetes melitus tipe II serta mampu memberikan informasi dari efektivitas
pemberian pendidikan kesehatan tentang pola diit 3J terhadap tingkat pengetahuan
pada penderita diabetes melitus tipe II di wilayah Desa Kretek, Kecamatan
Rowokele.
2. Bagi Tempat Penelitian
Menjadi salah satu rujukan untuk memberikan tindakan khusus terhadap
penderita diabetes melitus tipe II khususnya pada tingkat pengetahuan yang dimiliki
para penderita.
3. Bagi Pasien
Bagi pasien pengidap diabetes melitus tipe II menambah pengetahuan dengan
melakukan pendidikan kesehatan tentang pola diit dengan metode
3J.
E. KEASLIAN PENELITIAN
A. TINJAUAN TEORI
1. Diabetes Melitus
a. Pengertian Tentang Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu golongan dari suatu gangguan metabolik
heterogen yang bisa terjadinya hiperglikemia berkepanjangan, pengaruh dari
ketidakseimbangan pada kinerja insulin, ketidakseimbangan pada sekresi insulin,
atau kolaborasi keduannya. Pada diagnosa diabetes melitus sangat mementingkan
perawatan yang berkala dan edukasi pada pengelolaan diri pada penderita yang
disaat itu melakukan keberlangsungan dan dukungan untuk dapat mencegah
komplikasi yang akut dan sedikit mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.
Diabetes itu sendiri diklasifikasikan menjadi diabetes tipe I
Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II disebut
NonDependen Insulin Diabetes Mellitus. (Ikhwan et al., 2018)
No Diagnosa DM
Gejala dengan tipe klasik Diabetes Melitus + Gula 1.
2. Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian
Menurut (Notoadmojo, 2018) pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya
atau kegiatan yang menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk
menuju kepada kesehatan. Pendidikan kesehatan pada penderita Diabetes
Melitus merupakan salah satu langkah pencegahan Diabetes Melitus melalui
pemberian informasi berupa pengetahuan tentang emosional, intelektual,
maupun spiritual dan pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan, fisik, dan
sosial. Pendidikan kesehatan yang diberikan untuk mengasah pengetahuan,
sikap individu maupun tindakan dan diarahkan pada pencegahan diabetes yang
lebih baik. (Simbolon et al., 2021)
b. Metode
Menurut dari metodologi pendidikan edukasi kesehatan ini ialah beberapa
faktor yang berperan dalam suatu proses pendidikan disamping masuknya
sendiri metode, materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
melakukannya, dan alat-alat bantu atau peraga pendidikan. (Novalia et al.,
2022).
Menurut penelitian yang dilakukan (Hannan et al., 2018), menyatakan
bahwa pemberian edukasi menggunakan media leaflet dapat menambah
pengetahuan responden terhadap perilaku kepatuhan diet dengan mengatur pola
makan. Edukasi pada manajemen Diabetes Melitus sangat teramat penting,
dimana tujuan utama edukasi adalah memberikan pengetahuan kepada pasien
maupun keluarga tentang perubahan perilaku hidup sehat dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan perawatan mandiri.
(Previarsi et al., 2020)
Berdasarkan sumber dari (Nurmala et al., 2019), terdapat 2 metode pada
pemberian pendidikan kesehatan yaitu ada individual dan kelompok. 1)
Penyuluhan Individual
Pada metode ini sendiri merupakan langkah untuk mengubah perilaku
individu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan individu
tersebut.
2) Penyuluhan Kelompok
a) Kelompok besar Sebuah kelompok dikatakan besar ketika
jumlah pesertanya melebihi 15 orang. Untuk kelompok besar
ini, metode yang dapat digunakan misalnya adalah ceramah, seminar dan
demonstrasi.
1. Ceramah, dapat dilakukan kepada sasaran dengan memberikan
informasi secara lisan dari narasumber disertai tanya jawab
setelahnya. Ciri dari metode ceramah ini adalah adanya kelompok
sasaran yang telah ditentukan, ada pesan yang akan disampaikan,
adanya pertanyaan yang bisa diajukan walaupun dibatasi setelah
ceramah, dan adanya alat peraga jika kelompok sasarannya
jumlahnya sangat banyak.
2. Metode seminar, dilakukan untuk membahas sebuah isu dengan
dipandu oleh ahli di bidang tersebut.
3. Metode demonstrasi lebih mengutamakan pada peningkatan
kemampuan (skill) yang dilakukan dengan menggunakan alat
peraga.
b) Kelompok kecil
1. Metode diskusi kelompok kecil merupakan diskusi 5–15 peserta
yang dipimpin oleh satu orang membahas tentang suatu topik.
2. Metode curah, pendapat digunakan untuk mencari solusi dari semua
peserta diskusi dan sekaligus mengevaluasi bersama pendapat
tersebut.
3. Metode panel, melibatkan minimal 3 orang panelis yang dihadirkan
di depan khalayak sasaran menyangkut topik yang sudah ditentukan.
4. Metode bermain, digunakan untuk menggambarkan perilaku dari
pihak-pihak yang terkait dengan isu tertentu dan digunakan sebagai
bahan pemikiran kelompok sasaran.
4. Tingkat Pengetahuan
Teori menurut (Hardianto, 2021), pengetahuan merupakan sebagai hasil
pemahaman yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Pengetahuan pasien Diabetes Melitus dapat diartikan sebagai hasil
pemahaman dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan
memahami pencegahan, pengobatan termasuk gaya hidup maupun komplikasinya.
Pengetahuan diabetes sangat penting dalam mengembangkan sikap sehat terkait
diabetes yang meningkatkan keterampilan perawatan diri. Selain itu, peran
pengetahuan diabetes adalah untuk meningkatkan hasil klinis dan mencegah
komplikasi.
Menurut (Notoadmojo, 2018), pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang
terhadap sesuatu objek melalui indera yang dimilikinya yakni indra pendengaran,
indra penciuman, indra penglihatan, indra penciuman, dan indera peraba. Menurut
(Notoadmojo, 2018), tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6, yaitu :
a. Tahu (know)
Pengetahuan yang didapatkan pada seseorang sebatas hanya mengingat
kembali apa dapat di artikan pengetahuan pada tahap ini adalah tingkatan
paling rendah.
b. Memahami (comperhension)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini adalah dapat mengaplikasikan atau
menerapkan materi yang telah dipelajari.
d. Analisis (analysis)
Kemampuan menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam sebuah
komponen-komponen yang ada kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (syntesis)
Adalah sebuah pengetahuan yang dimiliki kemampuan seseorang dalam
mengaitkan berbagai fungsi elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi
suatu pola baru yang lebih menyeluruh.
f. Evaluasi (evaluation)
Karakteristik yang harus dipenuhi antara lain adanya rasa ingin tahu tentang
sesuatu; ilmuwan harus mempunyai usaha untuk memecahkan masalah;
bersikap dan bertindak objektif, dan sabar dalam melakukan observasi
c. Metode (method)
Metode ini berkaitan dengan hipotesis yang kemudian diuji. Esensi science
terletak pada metodenya. Sains merupakan sesuatu yang selalu berubah,
demikian juga metode, bukan merupakan sesuatu yang absolut atau mutlak
5. Kepatuhan Diit
a. Definisi Kepatuhan Diit
Kepatuhan merupakan perubahan pada sikap seseorang dan perilaku
individu yang dilakukan dan diberikan terapi baik diet, maupun aktivitas fisik
maupun meminum obat. (Nursihhah &
Wijaya septian, 2021)
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diit
Diit merupakan komponen utama untuk mengontrol kadar gula darah
pasien, karena dianggap paling aman untuk dilakukan. Namun dalam
pelaksanaannya, diit merupakan sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan.
Ada 3 faktor menurut (Alvinasyrah, 2021) yaitu :
1) Faktor Kepribadian
Untuk faktor kepribadian ini mencakup kondisi pada individu dan cara-
cara yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh mereka. Misalnya, cara
seseorang mengikuti diet untuk mencegah Diabetes Melitus Tipe II, yang
berkontribusi pada adaptasi, motivasi, dan harga diri, adalah contohnya.
Seseorang dengan Diabetes Melitus Tipe II harus mengikuti diit
berdasarkan prinsip 3J (tepat jadwal, jenis, dan jumlah) agar bisa
menyesuaikan. Hal ini karena penderita Diabetes Melitus Tipe II harus
mengikuti pola makan berdasarkan prinsi ini untuk menghindari sakit.
2) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi dapat membantu seseorang karena dapat
mempermudah mereka untuk menjalankan diit yang sesuai untuk
mereka. Faktor ekonomi yang baik juga dapat membantu seseorang
menjalankan diit yang berhasil untuk mereka, tetapi faktor ekonomi yang
baik juga dapat membantu seseorang mempertahankan diit yang berhasil
untuk mereka karena dapat membantu mereka mempertahankan diet yang
berhasil untuk mereka.
3) Faktor Keluarga
Faktor keluarga penting untuk memotivasi dan mendidik penderita
diabetes, serta membantu mereka mengatasi hambatan terkait diabetes.
Oleh karena itu, penderita Diabetes Melitus Tipe II yang mengikuti diit
dapat mempertahankan kadar gula darah yang stabil dan mudah diikuti.
Menurut Penelitan (Hestiani, 2017), terdapat keterkaitan antara respon diit
dengan kenaikan berat badan karena kenaikan berat badan disertai dengan
peningkatan jumlah makanan yang dikonsumsi sepanjang hari.
Diabetes Melitus
B. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Kerangka Teori Diabetes Melitus Tipe II
1. Pengertian DM
2. Klasifikasi DM
3. Etiologi DM
4. Manifestasi klinis
5. Pengelolaan DM Tipe II
6. Diagnosis
Tingkat
Pola Diit 3J Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Diit Pengetahuan
C. KERANGKA KONSEP
Pada kerangka konsep penelitian memiliki peran sebagai bentuk deskripsi atau
validasi yang keterkaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain, atau
diantara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti.
(Sugiyono, 2019).
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Diabetes Melitus Tipe II
D. HIPTOTESA
Menurut (Sugiyono, 2019), Hipotesa merupakan asumsi atau suatu dugaan dalam
suatu hal yang bisa dibuat senagai penjelasan hal itu yang sering dituntut untuk
melakukan pengecekannya.
A. Rancangan Penelitian
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien menderita Diabetes Mellitus tipe II.
2) Pasien bisa melakukan komunikasi dengan jelas.
3) Pasien yang menderita diabetes < 5 tahun
4) Pasien yang masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan olahraga.
5) Pasien yang bersedia dengan lapang hati menajdi responden.
b. Kriteria Eksklusi
1) Pasien dengan gangguan kejiwaan.
2) Pasien dengan penurunan kesadaran.
3) Pasien yang mengalami gangguan daya ingat.
4) Pasien yang mengalami gangguan pendengaran.
C. Tempat dan Waktu
Pada penelitian kali ini bertempat di Desa Kretek, Kecamatan
Rowokele, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, dinaungan
Puskesmas Rowokele, penelitian ini dilakukan pada bulan Mei- Juni 2023.
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2019), pada variabel penelitian ini yang pada
dasarnya adalah segala sesuatu yang ditentukan oleh peneliti untuk diteliti
sehingga diperoleh informasi tentangnya, setelah itu ditarik kesimpulan:
1. Variabel Bebas (independent variable) merupakan variabel risiko atau
variabel penyebab atau variabel yang mempengaruhi. Dalam hal ini
variabel bebasnya adalah Pola Diit 3J.
Daftar Pustaka
Agnes, & Putri, A. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang
Penatalaksanaan Diet Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli
Penyakit Dalam Rumah Sakit Sentra Medika Cikarang. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Medika Drg. Suherman, 1(2).
https://jurnal.medikasuherman.ac.id/imds/index.php/kesehatan/article/view/1 43
Anisa, N. A., & Indarjo, S. (2021). Indonesian Journal of Public Health and Nutrition
Perilaku Sehat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 yang Mengalami Gangren di Puskesmas
Halmahera Kota Semarang. Ijphn, 1(1), 72–68.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN
Ardiani, H. E., Permatasari, T. A. E., & Sugiatmi, S. (2021). Obesitas, Pola Diet, dan
Aktifitas Fisik dalam Penanganan Diabetes Melitus pada Masa Pandemi Covid-19.
Muhammadiyah Journal of Nutrition and Food Science (MJNF), 2(1), 1.
https://doi.org/10.24853/mjnf.2.1.1-12
Asaad, G., Sadegian, M., Lau, R., Xu, Y., Soria-Contreras, D. C., Bell, R. C., & Chan, C. B.
(2015). The reliability and validity of the perceived dietary adherence questionnaire for
people with type 2 diabetes. Nutrients, 7(7), 5484–
5496. https://doi.org/10.3390/nu7075231
Darmawan, S., Nani Hasanuddin Makassar, S., & Kemerdekaan, J. P. (2019). Kota Makassar,
Indonesia, 90245 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Jl. P.
Kemerdekaan VIII, 1(24), 90245.
Dhiyanti, A. Y., Tanuwijaya, L. K., & Arfiani, E. P. (2020). Analisis Kesesuaian Kandungan
Energi dan Zat Gizi Makro Rencana Menu dengan Standar Diet untuk Pasien Diabetes
Mellitus. Amerta Nutrition, 4(1), 1.
https://doi.org/10.20473/amnt.v4i1.2020.1-7
Guanabara, E., Ltda, K., Guanabara, E., & Ltda, K. (2021). faktor risiko kejadian diabetes
melitus. 9(2), 94–102.
Hannan, M., Muhith, A., Aliftitah, S., & Rochim, N. L. (2018). Promosi Kesehatan Dengan
Model Sesama Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Makan Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(3), 294.
https://doi.org/10.33366/cr.v6i3.1041