SURIJAH MANCA
21606055
i
PROPOSAL PENELITIAN
I. JUDUL PENELITIAN
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan klinis termasuk dengan manifestasi yaitu berupa hilangnya toleransi karbohidrat
gangguan kapasitas tubuh dalam menggunakan glukosa, lemak dan protein akibat dari
Menurut Masriadi (2013) diabetes mellitus tipe 2 lebih sering dijumpai dari
dari seluruh kasus diabetes mellitus. Hayek (2014) menyatakan bahwa diabetes
mellitus tipe 2 umumnya terjadi pada orang dewasa (kadang dapat terjadi pada anak
dan remaja), dan disebabkan oleh adanya kekurangan hormone insulin secara relative.
Umumnya terjadi secara perlahan-lahan dan tanpa gejala serta secara bertahap akan
bertambah berat. Diabetes mellitus tipe 2 sering disebut juga dengan insulin
1
2
darah menjadi tinggi yang dimana disebabkan karena tubuh tidak dapat merespon
yang serius karena dapat mengakibatkan gagalnya terapi dan meningkatkan angka
sebesar 5,5% pasien masuk rumah sakit akibat ketidakpatuhan terhadap terapi
pengobatan. Kepatuhan (adherence) yang baik merupakan hal yang penting. Adanya
ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit ini dapat memberikan efek negatif yang
sangat besar karena persentase kasus penyakit tersebut di seluruh dunia mencapai
54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001. Angka ini bahkan diperkirakan akan
prevalensi diabetes mellitus terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini terdapat 415
juta orang dewasa berusia 20-79 dengan diabetes di seluruh dunia termasuk 193 juta
yang tidak terdiagnosis. Pada akhir tahun 2015 terdapat 5.0 kematian, dan jika tidak
dihentikan pada tahun 2040 akan ada 642 juta orang yang akan hidup dengan
urutan ke 7 dengan penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India,
mencegah penyakit, menjaga kesehatan dan mengatasi penyakit dan kecacatan dengan
kebutuhan klien terhadap perawatan diri sendiri. Perawatan diri sendiri (self care)
dibutuhkan oleh setiap individu manusia, baik laki-laki maupun perempuan, anak-
anak maupun dewasa. Saat self care tidak dapat terpenuhi maka akan mengakibatkan
menilai apa yang membuat klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya, apa yang harus
seharusnya tidak perlu terjadi atau dapat diperlambat. Resiko komplikasi ini
kesakitan dan kematian DM dan sangat mengurangi kualitas hidup dari pasien DM
seseorang terhadap posisi dalam hidupnya dalam konteks sistem nilai dan budaya
dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan hidupnya, harapan, standar dan
fokusnya. Kualitas hidup merupakan konsep yang sangat luas, yang mempengaruhi
kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat lingkungan yang penting. Dokter
pendapat mereka tentang kualitas hidup pasien mungkin saja sangat berbeda dengan
4
pandangan pasien. Faktor sosial dan budaya sangat mempengaruhi pandangan pribadi
panjangnya usia seseorang dan faktanya pasien sangat membutuhkan untuk terus
meningkatkan kualitas hidup pasien DM karena kualitas hidup sangat berkorelasi erat
dengan respon terhadap terapi, perkembangan penyakit dan bahkan kematian akibat
gagal ginjal, dimana 60% dari pasien tersebut adalah pasien DM. Semakin rendah
kejadian Diabetes Mellitus di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,1% di tahun 2007
meningkat menjadi 2,1% di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta
DM sebesar 2,5-2,3% pada penduduk yang usianya lebih dari 15 tahun, bahkan di
daerah urban prevalensi DM sebesar 1,4% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi
tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan Negara maju, sehingga diabetes
Kota Makassar, angka kejadian penyakit Diabetes Mellitus pada tahun 2016 yaitu
5700 kasus, pada tahun 2017 meningkat menjadi 14,067 kasus, pada tahun 2018
5
menjadi 14.604 kasus, dan semakin meningkat di tahum 2019 menjadi 21.452 kasus
jumlah kasus yang terus cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh peneliti dari data rekam medik Rumah Sakit Bhayangkara
di tahun 2017 pasien rawat jalan menjadi sebanyak 1089 orang dan rawat inap
sebanyak 410 orang, di tahun 2018 terjadi penurunan pada pasien rawat jalan
sebanyak 1017 orang dan rawat inap sebanyak 397 orang, di tahun 2019 pada pasien
rawat jalan bertambah menjadi 5421 orang dan rawat inap sebanyak 788 orang (RS
perhatian khususnya di Kota Makassar yang kini juga memiliki prevalensi penyakit
DM yang cukup tinggi yang dapat kita lihat dari paparan sebelumnya. Kecemasan ini
apabila tidak ditangani secara baik maka akan menimbulkan masalah tersendiri yang
menganai hubungan self care dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di
B. Rumusan Masalah
“hubungan self care dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS
Bhayangkara Makassar?”
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan self care dengan kualitas hidup pasien diabetes
2. Tujuan Khusus
c) Untuk mengetahui hubungan self care dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus
tipe 2.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai sumber ilmiah dan bahan tambahan bagi peneliti selanjutnya serta
2. Manfaat Institusi
Manfaat yang bisa diperoleh bagi institusi adalah sebagai sumber referensi
tipe 2.
3. Manfaat Praktis
DM tipe 2 dalam upaya melakukan perawatan diri secara mandiri (self care) dengan
1. Pengertian
menimbulkan peningkatan kadar gula darah. Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu
sekresi insulin. Diabetes mellitus merupakan kelompok penyakit tidak menular yang
jiwa jika tidak ditangani secara baik. Diabetes mellitus merupakan suatu kumpulan
gejala yang timbul diakibatkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah karena
kekurangan insulin baik absolute maupun relatif (Word Health Organization, 2016
pasien dengan kategori lansia memiliki kualitas hidup yang baik dikarenakan pasien
memiliki kualitas hidup yang rendah dari pada laki-laki. Hal ini dikarenakan rasa
cemas dan berlebih dan rasa kurang puas terhadap pengobatan, pendidikan semakin
tinggi, memiliki rasional yang tinggi, lama penderita diabetes mellitus seseorang
8
dengan durasi DM tipe 2 <10 tahun memiliki kualitas hidup lebih buruk dari mereka
Self care diabetes yang efektif merupakan bagian penting dalam perawatan
klien penderita diabetes (Inge Ruth, 2014). Peningkatan self care diabetes akan
berdampak terhadap peningkatan status kesehatan dan kualitas hidup pasien diabetes
karena self care diabetes merupakan upaya dasar untuk mengontrol dan mencegah
terjadinya komplikasi yang timbul oleh kondisi diabetes (Reny chaidir, 2017).
dengan kumpulan gejala klinis yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah
atau hiperglikemia akibat penurunan sekresi insulin dan kerja insulin di pankreas.
2. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM diantaranya (Devi,
2019):
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula
dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini lenih
sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa.
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa
terbawah oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena
glukosa didalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup
tinggi.
3. Klasifikasi
a. Diabetes tipe 1
Biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena kerusakan sel β
menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses autoimun, namun
hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan terhadap ketoasidosis,
memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap
b. Diabetes tipe 2
oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
atau ganguan fungsi insulin (resistensi insulin). Biasanya terjadi pada usia dewasa
(WHO, 2014). Seringkali diabetes mellitus tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah
onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari
memburuknya faktor risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas
penyebabnya hormone yang disekresikan plasenta menghambat kerja insulin. hal ini
biasa terjadi pada saat hamil muda dan akan normal setelah proses persalinan. Penting
untuk mengetahui jenis DM, karena dapat berdampak buruk pada janin jika tidak
ditangani segera. Ada sekitar 2%-5% DM Gestational yang terjadi dari seluruh
kehamilan dan khususnya pada wanita obesitas akan berisiko sekitar 30%-40%
fisebabkan defek genetic fungsin insulin, defek genetic kerja insulin (kerusakan
genetic sel beta pankreas dan kerja insulin), penyakit eksokrin pankreas,
4. Patofisiologi
Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya insulin namun tidak mutlak. Ini berarti
bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi
insulin perifer (Devi, 2019). Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada
kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin
yang memadai, maka pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.
11
5. Komplikasi DM tipe 2
1. Hipoglikemia
diabetes yang disebabkan karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare,
2. Ketoasidosis diabetik
dalam darah sedangkan insulin dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan
kekacauan metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis
(Fatimah, 2015).
hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price &
Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price & Wilson (2014)
dalam Fatimah (2015) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil
diantaranya:
12
mg/24 jam atau >200 ih/menit) minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6
bulan. Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal terminal.
Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien diabetes yaitu stroke dan risiko
jantung coroner.
adanya iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak disertai dengan nyeri dada
2) Penyakit serebrovaskuler
komplikasi akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo, gangguan
13
penglihatan, kelemahan dan bicara pelo (Smaltzer & Bare, 2014 dalam Fatimah,
2015).
6. Faktor Risiko DM
1. Gaya hidup
sehari-hari. Makanan cepat saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah
Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga, menekan nafsu makan,
3. Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
DM. menurut Fauzi (2018), obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin
(resisten insulin). semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin
resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul didaerah sentral
atau perut (central obesity). Perhitungan berat badan ideal dengan Indeks Massa
23 - 24,9 Kelebihan
≥ 25,0 Obesitas
14
1. Usia
Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes tipe
2. DM tipe terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering setelah usia 45
tahun (American Hearth Association, 2015 dalam Fauzy, 2018). Meningkatnya risiko
fisiologis tubuh.
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua. Biasanya, seseorang
(Ehsa, 2018). Fakta menunjukka bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM
tingkat risiko terkena DM sebesar 4,3 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih
tinggi jika ayah penderita DM. apabila kedua orang tua menderita DM, maka akan
memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi (Meidikayanti, 2017).
Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam, penduduk asli
Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5
7. Pencegahan DM
dan mengkonsumsi makanan yang sehat. Untuk pengendalian ini dilakukan dengan
menurunkan berat badan sedikit (5%-7% dari total berat) disertai dengan 30 menit
kegiatan fisik/olahrag 5 hari per minggu disertai dengan mengonsumsi makanan sehat
secukupnya. Untuk itu setiap orang yang berusia sekitar 45 tahun dianjurkan untuk
mengidentifikasi diri terhadap risiko DM, terutama pada yang memiliki berat badan
a. Pencegahan primordial
mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM. Misalnya
ataupun melakukan diet, membatasi diri pada makanan tertentu atau kegiatan jasmani
b. Pencegahan primer
memiliki factor risiko, yakni mereka yang belum terpapar suatu penyakit tetapi
berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi glukosa. Hal ini dapat
mengenai program penurunan berat badan, latihan jasmani, bahaya merokok sampai
c. Pencegahan sekunder
penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM. Tindakan pencegahan sekunder
dilakukan dengan pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi serta pengendalian
16
risiko penyulit yang lain dengan pengobatan yang optimal. Melakukan deteksi dini
adanya penyulit merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Tindakan ini dilakukan
sejak awal pengelolaan penyakit DM. program penyuluhan memegang peran penting
pertama dan perlu selalu diulang pada pertemuan berikutnya ) (Putri, 2018).
d. Pencegahan tersier
dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas
hidup. Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan
menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk
Rumah Sakit rujukan. Kerja sama yang baik antara para ahli diberbagai disiplin
(jantung, ginjak, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vascular, radiologi, rehabilitasi
medis, gizi, podiatris dan lain-lain) yang sangat diperlukan dalam menunjang
8. Penatalaksaan
a. Edukasi pasien: penting utnuk mempunyai perawatan pribadi, edukasi mandiri, dan
lain-lain.
17
komplikasi metabolik akut (lihat selanjutnya) dan terapi hipoglikemik seumur hidup,
gagal jantung, hipertensi), system saraf (neuropati system saraf otonom dan/atau saraf
sensoris perifer) dan kaki (ulkus, gangrene, dan infeksi). Fungsi ginjal (kreatinin dan
memungkinkan pasien menjalani hidup normal hal ini membutuhkan edukasi dan
seperti rokok, hipertensi (usaha tekanan darah <120/80 mmHg), dan hyperlipidemia.
Kontrol kadar glukosa yang optimal dengan sendirinya dapat memperbaiki kadar
kolesterol, namun apabila kadar kolesterol tetap tinggi setelah ini, terapi penurunan
lipid secara agresif dengan statin dapat dilakukan. Hampir semua orang yang
menderita diabetes dan memiliki penyakit vascular seharusnya mendapat terapi statis.
1. Sarankan perubahan pola makan, usahakan mencapai berat badan ideal (karena
obesitas dapat meningkatkan resistensi terhadap insulin, dan pengurangan berat badan
dapat mengurangi resistensi pada diabetes tipe 2). Batasi asupan karbohidrat olahan
dan perbanyak asupan karbohidrat kompleks. Kurangi asupan lemak jenuh, hindari
2. Obat hipoglikemik oral diindikasikan pada diabetes tipe 2 apabila diet saja tidak
dari sel β pankreas (dengan menutup saluran K+, menyebabkan depolarisasi sel).
insulin dan glukoneo genesis di hati. Efek sampingnya: gangguan saluran pencernaan
jarang terjadi pada penggunaan obat ini dibandingkan dengan golongan sulfonylurea
hepatotoksisitas.
8. Insulin diberikan melalui subkutan dan digunakan pada semua pasien dengan diabetes
tipe 1 dan sebagian pasien dengan diabetes tipe 2. Ada beberapa jenis insulin:
rekombinan manusia adalah yang paling sering digunakan, walaupun beberapa pasien
lebih memilih menggunakan insulin sapi atau babi. Sediaan yang berbeda memiliki
onset dan lama kerja yang bervariasi (pendek, menengah, atau panjang). Sediaan
sering digunakan. Analog insulin adalah insulin yang mengalami modifikasi kimiawi,
19
misalnya lispro, yang memilki onset yang cepat dan lama kerja yang lebih singkat,
samping dari insulin adalah hipoglikemia, kenaikan berat badan, dan lipohipertrofi
1. Pengertian
Self care merupakan salah satu teori keperewatan yang dikemukakan oleh
Dorothem Orem. Definisi self care menurut Orem adalah tindakan manusia yang
dilakukan oleh seseorang untuk dirinya guna mengantur fungsinya sebagai seorang
Pengertian lain dari self care yang dikemukakan oleh Orem yaitu suatu
pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu untuk
keadaan, baik sehat maupun sakit (Ariani, 2016). Jika self care dibentuk dengan
efektif, maka hal tersebut akan membantu integritas struktur dan fungsi manusia dan
penderita DM dan menjadi tanggung jawab penuh bagi penderita DM. self care DM
mencegah komplikasi akut dan kronis. Beberapa studi menunjukkan bahwa menjaga
glukosa darah tetap normal dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi karena DM.
untuk mengontrol glukosa darah, meliputi pengaturan pola makan (diet), latihan fisik
(olahraga), perawatan kaki, penggunaan obat diabetes, dan monitoring gula darah.
pengendalian kadar gula darah. Terapi pada DM memiliki tujuan utama yaitu untuk
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara
memelihara kualitas hidup yang baik dan menjaga kadar glukosa darah dalam batas
mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid mendekati normal, mencapai dan
mempertahankan berat badan dalam batas normal atau kurang lebih 10% dari verat
badan ideal, mencegah komplikasi akut dan kronik, serta meningkatkan kualitas
hidup. Penatalaksanaan nutrisi dimulai dari menilai kondisi pasien atau status gizi
pasien dengan cara menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT). Hal ini bertujuan agar
pasien mengetahui apakah penderita mengalami obesitas, normal, atau kurang gizi.
mengonsumsi makanan berkolestrol harus batasi karena akan hiperkolestrol yang kan
dianjurkan adalah karbohidrat 45-65%, protein 10-205, lemak 20-25%, kolestrol <300
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin dengan cara menurunkan kadar
glukosa. Manfaat lainnya adalah memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot,
mengubah kadar lemak darah yaitu menurunkan kolestrol total dan trigliserida serta
menerus tanpa berhenti sehingga otot-otot berkontraksi dan relaksasi seraca teratur.
Otot yang berkontraksi seraca teratur ini akan merangsang peningkatan aliran darah
dan penarikan glukosa ke dalam sel. Latihan CRIPE sebaiknya dilakukan minimal 3
kali dalam seminggu dan dua hari lainnya melakukan olahraga yang disenangi
penderita diabetes.
kadar gula darah secara mandiri berfungsi sebagai deteksi dini dan mencegah
Kadar gula darah dalam rentang normal atau mendekati normal adalah tujuan
dari terapi farmokologi dengan insulin. Insulin juga merupakan terapi obat jangka
glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik, dan Obat Hipoglikemia Oral (OHO)
ketika tidak dapat menjaga gula darah dalam rentang normal. Insulin dibutuhkan
OHO saat ini terbagi menjadi 2 kelompok yaitu obat yang memperbaiki kerja
insulin dan obat yang meningkatkan kerja insulin. Golongan obat yang memperbaiki
kerja insulin adalah obat=obatan seperti metformin, glitazone, dan akarbose. Obat-
obatan ini bekerja pada tempat di mana terdapat insulin yang mengatur glukosa darah
seperti pada hati, usus, otot, dan jaringan lemak. Sementara golongan obat yang
meningkatkan kerja insulin adalah sulfonil, repaglinid, dan insulin yang disuntikkan.
e. Perawatan kaki
DM untuk merawat kaki yang bertujuan mengurangi resiko ulkus kaki. Hal-hal yang
perlu diperhatikan saat perawatan kaki adalah penderita DM harus memeriksa kondisi
kaki setiap hari, mencuci kaki dengan bersih dan mengeringkannya menggunakan lap,
memeriksa dan memotong kuku kaki secara rutin, memilih alas kaki yang nyaman,
a. Umur
tipe 2 banyak diderita oleh orang dewasa berusia diatas 40 tahun. Proses
fungsi sel beta pankreas yang menghasilkan insulin dan menyebabkan gangguan
sekresi hormone atau penggunaan glukosa yang tidak adekuat pada tingkat sel yang
berdampak terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Usia 50 tahun keatas akan
b. Jenis kelamin
Pasien DM tipe 2 lebih banyak diderita oleh wanita dewasa. Angka kejadian
DM tipe 2 terus meningkat pada wanita. Hal ini karena produksi hormone estrogen
c. Tingkat pendidikan
pada pasien DM tipe 2. Penderita DM tipe 2 dengan tingkat pendidikan yang tinggi
dapat lebih terampil utnuk mengatur (manage) dirinya sendiri untuk melakukan
d. Pekerjaan
signifikan terkait dengan kemampuan kontrol glikemik sebagai salah satu kegiatan
DM. usaha memperbaiki kadar glukosa darah dapat dilakukan melalui terapi diabetes
secara intensif untuk peningkatan kualitas hidup. Perlu adanya pengetahuan, self
efficacy dan dukungan sosial untuk peningkatan kualitas hidup pasien diabetes
mellitus tipe 2. Self efficacy secara konstan mempengaruhi self care diabetes, pasien
yang memiliki self efficancy tinggi akan menunjukkan perilaku self care yang lebih
f. Pengetahuan
dengan hal. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
diagnosis suatu penyakit dan perlakuan yang harus diberikan, atau system promosi,
perawatan dan restorasi kesehatan. Setiap jenis pelayanan kesehatan yang diberikan
2017). Penderita DM tipe 2 yang telah terdaftar sebagai peserta dari BPJS kesehatan,
h. Dukungan keluarga
kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor presposisi seperti pengetahuan,
sikap, dan motivasi, faktor pemungkin seperti sarana atau fasilitas kesehatan dan
Salah satu sumber dukungan bagi penderita DM tipe 2 yaitu berasal dari
keluarga. Keluarga menurut (Friedman (2010) dalam Sefrina (2016) adalah kelompok
individu yang tinggal bersama dalam suatu rumah tangga dimana hubungan terjalin
Salah satu sumber dukungan bagi penderita DM tipe 2 yaitu berasal dari
mendefinisikan tenaga kesehatan adalah orang yang mengabdikan diri dalam bidang
1. Pengertian
dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan
dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan
berbagai aspek kehidupan memiliki dampak yang berbeda terhadap kualitas hidup
Wanita memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan. pasien
pada jaringan sub kutis, Pada laki-laki jumlah lemak tubuh < 25% dan pada
perempuan jumlah lemak tubuh < 35%. Keadaan ini menyebabkan kejadian Diabetes
Mellitus lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki (Hardi, 2016)
b. Usia
biokimia menyebabkan penurunan insulin dan terjadinya gangguan sel beta yang
ulkus diabetikum usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik karena
biasanya kondisi fisiknya yang lebih baik dibandingkan yang berusia tua. Usia tua
usia dapat mempengaruhi homeostasis tubuh, termasuk perubahan fungsi sel beta
atau penggunaan glukosa yang tidak adekuat pada tingkat sel yang berdampak
terhadap peningkatan kadar glukosa darah. Pada usia 50 tahun keatas akan terjadi
c. Pendidikan
baik akan menghasilkan perilaku positif sehingga lebih terbuka dan obyektif dalam
Diabetes Mellitus terhadap ianformasi kesehatan akan menuntut pasien untuk aktif
menjalankan aktivitas self care, sehungga kadar glukosa darah dapat terkendali dan
status kesehatan pasien tetap stabil (Javanbakht et al., 2012 dalam Hardi, 2016).
d. Status Kontrol
Motivasi untuk menjalankan kontrol rutin dari dukungan dari keluarga atau
aktiivitaas self care. Bila pasien patuh menjalankan aktivitas self care, maka
Diabetes Mellitus akan berada dalam batas normal, komplikasi tidak akan terjadi dan
e. Lama Menderita DM
Kualitas hidup yang rendah terdapat pada durasi Diabetes Mellitus yang
panjang. Hal ini dikarenakan lama menderita Diabetes Mellitus memiliki efek negatif
diantaranya ada kesehatan umum, kesejahteraan emosional dan fungsi sosial, hal ini
dapat memberikan efek psikologi seperti depresi, dimana pasien menunjukkan sikap
yang negatif dalam pengendalian diabetes melitus seperti tidak mengikuti program
diet yang telah diprogramkan, kurang aktifitas fisik, merokok dan kurangnya
f. Komplikasi Akibat DM
Komplikasi akut ataupun kronis yang dialami oleh pasien DM akan merupakan
pasien secara fisik, psikologis, dan sosial. Gangguan fungsi dan perubahan tersebut
Menurut WHO (2014) dalam Hardi (2016) terdapat empat aspek mengenai
alat bantu medis, energi dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan ketidaknyamanan,
seksual.
29
fisik dan kemanan kesehatan dan perawatan sosial : aksebilitas dan kulitas,
Banyak instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup. WHO
a. Kesehatan fisik
b. Psikologis
c. Tingkat aktivitas
d. Hubungan sosial
e. Lingkungan
f. Spiritualitas/agama/kepercayaan.
yang terdapat pada WHOQOL-100. Domain yang digabungkan adalah domain 1 dan
a. Kesehatan fisik
b. Psikologis
30
c. Hubungan sosial
Tabel Sintesa
Penelitian Sebelumnya
No Judul penelitian Peneliti Sampel & Hasil/Temuan
Desain
Penelitian
1 Kassahun et 1. 309 pasien Pasien dengan
Diabetes Related al, (2016) 2. Cross- pendidikan rendah
Know, Self Care sectional berkorelasi secara
Behaviours And study bermakna
Adherence To terhadap
Medicatios Among perawatan diri
Diabetic Patients In (self Care) yang
Southwest Ethiopia: buruk (p<0,05).
A Cross Sectional
Survey
2 Self Care Behaviors Rawashdeh 1. 177 pasien Pendidikan tinggi
Of Adults With Type (2017) 2. Cross- secara signifikan
2 Diabetes Mellitus sectional mempengaruhi
In Greece. study self care
behaviours
(p<0,001).
3 Influence Of Cosansu et al, 1. 350 pasien Hasil uji
Psychosocial Factors (2014) 2. Cross menemukan
On Self Care sectional tingkat
Behaviors And study pendidikan pasien
Glycemic Control In DM tipe 2
Turkish Patients With berhubungan
Type2 Diabetes dengan
Mellitus manajemen diri
pada diabetes
4 Hidayah mellitus.
Hubungan Perilaku 3. 79 pasien
(2019) Hasil penelitian
Self-Management 4. Cross
menunjukkan
Dengan Kadar Gula sectional
bahwa tanda dan
Darah Pada Pasien study
gejala yang
Diabetes Mellitus muncul pada
Tipe 2 Di Wilayah kedua pasien
Kerja Puskesmas hampir sama,
Pucang Sewu, namun terdapat
Surabaya beberapa
perbedaan dengan
31
V. KERANGKA KONSEP
Dasar pemikiran dari variable penelitian yaitu faktor risiko yang mempengaruhi
kejadian diabetes mellitus. Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik
cukup tinggi di dunia. Faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus yaitu:
faktor genetik, obesitas, usia, tekanan darah, aktifitas fisik, kadar kolesterol, stress, dan
3. Perawatan kaki
4. Minum obat,
Adapun dasar pemikiran variabel penelitian seperti pada gambar. 1 berikut ini:
Kualitas Hidup
Self Care Pasien Diabetes
Mellitus tipe 2
Keterangan:
: Variabel Independen yang akan diteliti
: Variabel Dependen
: Garis Penghubung
33
1. Self Care
Kegiatan self care diabetes dalam penelitian ini yaitu untuk menanyakan
mengenai aktivitas perawatan diri yang dilakukan selama 7 hari terakhir yang
berhubungan dengan pengukuran pola makan (diet), latihan fisik, pemantauan kadar
Kriteria objektif
Keadaan yang menggambarkan sejauh mana tingkat dari kualitas hidup pasien
yang menderita diabetes diukur sesuai indikator. Total Skor jawaban responden
tentang kualitas hidup dibagi total butir pertanyaan. Skor terkecilnya adalah 1, dan
skor terbesarnya adalah 5. Skor rata-rata dikali 5 kemudian skor maximal dibagi 3.
Kriteria objektif
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan self care dengan kualitas hidup pasien
Hipotesis Nul (Ho) : Tidak ada hubungan self care dengan kualitas hidup
Makassar.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional. Dalam penelitian ini
peneliti mencari hubungan self care dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus tipe
2 di RS Bhayangkara Makassar.
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diabetes mellitus tipe 2 pada
tahun 2019 dengan jumlah pasien rawat jalan sebanyak 5421 orang dan rawat inap
sebanyak 788 orang. Jadi populasi pada penelitian ini adalah 6.209.
2. Sampel
35
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi
yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur (Sabri & Hustono, 2014). Adapun jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 98 orang dan responden diabetes mellitus
a) Kriteria Inklusi :
b) Kriteria Eksklusi :
Adapun rumus sampel yang digunakan yaitu rumus slovin dengan kemaknaan
N
n=
1+ N (e)2
6.209
n=
1+ 6.209 (0,1)2
6.209
n=
1+ 6.209 (0,01)
6.209
n=
63,09
n = 98,41
Keterangan:
36
n = Besar sampel
N = Besar populasi
e = Tingkat signifikan
3. Teknik Sampling
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
tersebut diisi oleh peneliti atau perwakilan yang telah ditunjuk oleh peneliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rekan kerja atau pengurus RS
Bhayangkara Makassar dengan cara mengambil surat izin pengambilan data awal dari
a) Observasi
dengan orang dan tempat pada saat dilakukan penelitian (Sugiyono, 2015).
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan pengamatan langsung
saat dilakukan proses pemberian kusioner pada responden melalui lembar observasi.
b) Dokumen
37
mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat
berupa gambar, tabel, atau daftar periksa, dokumenter. Sedangkan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa gambar untuk dokumentasi, daftar periksa untuk
pendidikan, pekerjaan dan lembar kuesioner untuk menilai self care dan kualitas hidup
pasien diabetes mellitus tipe 2. Lembar observasi adalah panduan bagi peneliti untuk
wawancara. Lembar penilaian penelitian ini terdiri dari dua form kuesioner untuk 2 item
E. Pengolahan Data
tersebut dilakukan:
1) Editing
Tahap editing data atau yang disebut juga tahap pemeriksaan data adalah
proses peneliti memeriksa kembali data yang telah terkumpul untuk mengetahui
apakah data yang terkumpul cukup baik dan dapat diolah dengan baik (Darto,
2014).
2) Coding
jawaban dengan kode berupa angka ataupun huruf kemudian di masukkan dalam
38
lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya. Hal ini penting untuk di
lakukan karena alat yang di gunakan untuk analisa data dalam komputer yang
3) Entry Data
dalam master tabel atau database komputer. Entry data dalam penelitian ini di
lakukan dengan menggunakan program Software Statistic T-Test (SPSS Versi 23).
4) Cleaning
melakukan cleaning yaitu memeriksa kembali data yang sudah di entry untuk
mengetahui kemungkinan adanya data yang masih salah atau tidak lengkap sebelum
di lakukan analisis.
e) Scoring
Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor (Nursalam, 2014).
Self Care
f) Tabulating
cara memasukkan data ke dalam tabel, atau dapat dikatakan bahwa tabulasi data
adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan dalam
pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang
hasil penelitian, karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah tersusun dan
F. Analisis Data
dengan menggunakan computer Software Product and Service Solution (SPSS) yaitu
dengan menggunakan metode uji statistik yaitu analisis univariat pada variabel
tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat
distribusi beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chi-
Setelah memperoleh nilai skor dari tabel, selanjutnya data dianalisa dengan
menggunakan:
a) Analisis Univariat
Pada analisa univariat digunakan untuk melihat hubungan self care dengan
b) Analisis Bivariat
Analisis data bivariat adalah analisis yang dilakukan lebih dari dua
Uji statistik dalam penelitian ini yang pertama dilakukan adalah uji
normalitas untuk mengetahui data yang terdistribusi normal atau tidak. Jika data
G. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian ini dijelaskan dalam bentuk tabel distribusi
H. Etika Penelitian
penelitian meliputi:
persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dan memenuhi
kriteria inklusi. Lembar ini juga dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat
persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa
responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode pengganti nama responden.
3) Confidentiality (Kerahasiaan)
Responden harus diperlakukan sama sesuai dengan keadaan nya, tidak ada
Aji. 2016. Hubungan Perilaku Nongkrong, Pola Konsumsi Fast Food, Dan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kadar Gula Darah Siswa Kelas Xi Sma Pangudi Luhur Dan Sman 8
Yogyakarta. Diperoleh dari: https://repository.usd.ac.id/7269/2/121434026_full.pdf.
Diakses 18 Maret 2020.
Al Hayek AA, Robert AA, Saeed AA, Al Zaid AA, Al Sabaan FS. Factors associated with
health-related quality of life among Saudi patients with type 2 diabetes mellitus: a
cross-sectional survey. Diabetes Metab J. 2014;38:220-29.
http://dx.doi.org/10.4093/dmj.2014.38.3.220. Available from http://e-dmj.org.
Diakses 18 Maret 2020.
Andayani TM, Ibrahim MIM, Asdie AH. The Association of Diabetes Related Factor And
Quality Of Life In Type 2 Diabetes Mellitus. International J Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences; 2010. 2(1): 139-45.
Andrian. 2014. Hubungan Positif Antara Strategi Coping Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Diperoleh dari:
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2552/2/BAB%20II.pdf. Diakses 10 April 2020.
Armansyah. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan
Ketidakpatuhan terhadap Pengobatan di Wilayah Kerja UPT. Kesmas Sukawati.
Diperoleh dari: http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/736/2/BAB%20I.pdf.
Diakses 16 Maret 2020.
Ariani, 2016, Perawatan Diri (Self Care) Berdasarkan Orem. Diperoleh dari:
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6432/BAB%20II.pdf?
sequence=6&i. Diakses 18 Maret 2020.
Askandar. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2. Fakultas Kedokteran. Diperoleh
dari: books.google.co.id › books. Diakses 18 Maret 2020.
Asnaniar. 2019. Hubungan Self Care Management Diabetes dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2. Diperoleh dari:
http://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/sf10410. Diakses 28 Maret
2020.
Arviani. 2015. Gambaran Asupan Makan Pasien dengan Kadar Glukosa darah Pada pasien
Diabetes mellitus tipe II RSUD Dr. Moewardi. Diperoleh dari:
http://eprints.ums.ac.id/38292/4/BAB%20I.pdf. Diakses 18 Maret 2020.
Azrimaidaliza. 2011. Asupan Zat Gizi dan penyakit Diabetes mellitus. Diperoleh dari:
http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/article/view/86/92. Diakses 18 Maret
2020.
Chasens ER, Korytkowski M, Sereika SM, Burke LE. Effect Of Poor Sleep Quality And
Excessive Daytime Sleepiness On Factors Associated With Diabetes Self-
Management. Diabetes Educ; 2013. 39 (1): 74-82. doi: 10.1177/0145721712467683.
Cosansu, et al. 2014. Influence of psychosocial factors on self-care behaviors and glycemic
control in Turkish patients with type 2 diabetes mellitus. Diperoleh dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24084701. Diakses 18 Maret 2020.
Fatimah, 2015, Diabetes Melitus Tipe 2. Medical Faculty, Lampung University. Diperoleh
dari: http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/615/619.
Diakses 18 Maret 2020.
Hadiyati. 2017. Konsep Kualitas Pelayanan Kesehatan berdasar atas Ekspektasi Peserta
Jaminan Kesehatan Nasional. Diperoleh dari:
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/download/1054/pdf. Diakses 18
Maret 2020.
Hardi. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien DM. Diperoleh dari:
http://eprints.umpo.ac.id/4621/3/BAB%202.pdf. Diakses 10 April 2020.
Hidayah. 2019. Hubungan Perilaku Self-Management Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Pucang Sewu, Surabaya.
Diperoleh dari: https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/download/14045/8208.
Izza. 2019. Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Yang Menjalani Terapi Diet
Ditinjau Dari Theory of Planned Behavior. Diperoleh dari:
http://repository.unair.ac.id/84169/4/TKP.11-19%20Izz%20k.pdf. Diakses 18 Maret
2020.
Kusumadewi, MD. 2012. Peran Stressor Harian, Optimisme Dan Regulasi Diri Terhadap
Kualitas Hidup Individu Dengan Diabetes Melitus Tipe 2. JPI; 8(1):43-61.
Muhlisin. 2017. Teori Self Care Dari Orem Dan Pendekatan Dalam Praktek Keperawatan.
Diperoleh dari: http://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/viewFile/3800/2460.
Diakses 18 Maret 2020.
Nur. 2017. Hubungan Gangguan Kognitif dengan Manajemen Diri pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Kuranji Padang. Diperoleh dari:
http://scholar.unand.ac.id/29785/2/BAB%20I.pdf. Diakses 18 Maret 2020.
Nuradhani, Arman, & Sudirman. 2017. Pengaruh Diabetes Self Management Education
(Dsme) Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Type II di Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 11
Nomor 4 Tahun 2017. eISSN : 2302-2531.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan dan Teori Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
________, 2018, Metode dan Teknik Sampling. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Rambipuji Kabupaten
Jember. Diperoleh dari:
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/76564/Ary%20Januar
%20Pranata%20P.%20-%20122310101039-1.pdf?sequence=1. Diakses 18 Maret
2020.
Putra. 2017. Hubungan Antara Kadar Glukosa Darah Dengan Kadar Α-Amilase Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Obesitas. Diperoleh dari:
http://repository.unimus.ac.id/1113/3/BAB%20II.pdf. Diakses 18 Maret 2020.
Puji E dkk, 2017. Buku Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 17. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Makassar
Pranata. 2016. Hubungan Diabetes Distress dengan Perilaku Perawatan Diri pada
Rachmawati. 2015. Gambaran Kontrol dan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Diperoleh
dari: http://eprints.undip.ac.id/51779/1/Skripsi_Nita_Rachmawati_PDF.pdf. Diakses
18 Maret 2020.
Rawashdeh. 2017. Self Care Behaviors Of Adults With Type 2 Diabetes Mellitus In Greece.
Diperoleh dari:
https://pdfs.semanticscholar.org/c1a9/9a2931c8f815549b6841219feeecdd8ac9e8.pdf.
Diakses 18 Maret 2020.
Rizky. 2019. Monitoring dan Evaluasi Gizi Terhadap Penderita Diabetes Mellitus Tipe II.
Diperoleh dari: http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1162/4/Chapter2.doc.pdf. Diakses
18 Maret 2020.
Sabri, & Hastono. 2014. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja grafindo.
Sari. 2017. Nursing Agency Untuk Meningkatkan Kepatuhan,Self-Care Agency (SCA) dan
Aktivitas Perawatan Diri pada Penderita Diabetes Mellitus (DM). Diperoleh dari:
https://media.neliti.com/media/publications/231989-nursing-agency-untuk-
meningkatkan-kepatu-93112acf.pdf. Diakses 18 Maret 2020.
Sefrina. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga dan Keberfungsian Sosial Pada Pasien
Skizofrenia Rawat Jalan. Jurnal Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah
Malang. ISSN: 2301-8267. Vol. 04, No.02.
Spasic A, Radovanović RV, Dordevic AC, Stefanovic N, Cvetkovic T. Quality of life in type
2 diabetic patients. Scientific J Faculty Med in Nis. 2014;31 (3): 193-200. DOI:
10.2478/afmnai-2014-0024.
Vard N, Abedi HA, Amini M. Efective Factors on Fatigue Rate In Type Two Diabetes
Patiens: Investigation. Jundishapur J Cronic Dis Care; 2014. 4(1):1-5. DOI:
10.5812/jjcdc.26611.
Wahyuni. 2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II RS Bhayangkara Andi Mappa Oudang Makassar.
Diperoleh dari:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8208/JURNAL%20RAGIL
%20WAHYUNI.pdf. Diakses 18 Maret 2020.
Kepada Yth,
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi Ilmu
NPM : 21606055
BHAYANGKARA MAKASSAR”.
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika
Bapak/Ibu telah menjadi responden dan terjadi hal-hal yang merugikan, maka diperbolehkan
Peneliti
(SURIJAH MANCA)
LAMPIRAN II
Setelah mendapatkan penjelasan tentang prosedur penelitian ini, maka saya bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar atas nama : SURIJAH MANCA,
MAKASSAR”. Saya telah memahami maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui “Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
tugas akhir dari peneliti. Partisipasi saya dalam penelitian ini tidak menimbulkan kerugian
bagi saya sehingga jawaban yang saya berikan adalah yang sebenarnya dan dijaga
kerahasiaannya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.
Makasar,.........................2020
Responden
(……………………………………)
LAMPIRAN III
LEMBAR KUESIONER
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Inisial :......................................................................
2. Umur : .....................................................................
4. Pendidikan : .....................................................................
5. Pekerjaan : .....................................................................
LAMPIRAN IV
LEMBAR KUESIONER
SUMMARY DIABETES SELF-CARE ACTIVITIES (SDSCA)
Pertanyaan di bawah ini menanyakan mengenai aktivitas perawatan diri yang anda lakukan
selama 7 hari terakhir ini untuk penyakit diabetes. Berilah tanda (√) sesuai dengan jumlah
Jumlah Hari
No Pertanyaan
0 1 2 3 4 5 6 7
Dalam satu minggu terakhir ini berapa
hari Bapak/Ibu mengikuti perencanaan
1
makan (diet) sesuai dengan yang
dianjurkan
Dalam satu minggu terakhir ini berapa
hari Bapak/Ibu membatasi jumlah kalori
2
yang di makan sesuai dengan anjuran
untuk mengontrol diabetes
Dalam satu minggu terakhir ini berapa
LAMPIRAN V
LEMBAR KUESIONER
KUALITAS HIDUP
Petunjuk pengisian : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cara memberi tanda centang