Anda di halaman 1dari 61

PRAKTIK KLINIK KMB

LAPORAN SEMINAR KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN : DIABETES MELITUS GANGREN PEDIS
SINISTRA DI RUANG EDELWIESS RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BAYU ASIH PUWAKARTA

Disusun Oleh :
1. Amelia Putri 020319599
2. Anisa Dhita 020319600
3. Feby Alicia 020319693
4. Fikri Ramadhan 020319615
5. Mindi Utari 020319625
6. Sarmila 020319641
7. Tiarah Asriningrum 020319644

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Melitus atau sering disebut DM merupakan gangguan
metabolisme yang disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas
memproduksi insulin dalam tubuh,sehingga insulin tidak dapat diproduksi
secara efektif dan dapat menyebabkan gula darah tinggi atau biasa disebut
hiperglikemia. Hiperglikemia DM yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan gangguan serius pada sistem tubuh terutama saraf dan
pembuluh darah (WHO, 2017). Diabetes merupakan penyakit kronis
berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang
melebihi batas normal (Kemenkes,2020). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa diabetes merupakan suatu penyakit kronis yang disebabkan karna
pankreas tidak dapat dapat memproduksi insulin dalam tubuh sehingga,
insulin tidak dapat diproduksi secara efektif dan bisa mengakibatkan
terjadinya peningkatan glukosa darah.
Menurut data dari WHO, menyebutkan bahwa Indonesia menempati
urutan keempat kasus diabetes dengan jumlah penderita terbesar setelah
India,Cina dan Amerika Serikat (WHO,2015). Penderita penyakit diabetes
melitus usia 20-79 tahun telah mencapai 463 juta.Prevalensi penyakit
diabetes melitus di dunia berdasarkan tahun 2019 sebanyak 9,3% dari
populasi absolut pada usia yang sama, tahun 2030 jumlah tersebut akan
tetap meningkat sebanyak 578 juta, kemudian, pada saat itu, pada tahun
2045 menjadi 700 juta orang. Pada 2019, Indonesia berada di posisi
ketujuh dengan pervalensi DM tertinggi 10,7 juta jiwa, di bawah China
116,4 juta, India 77 juta, AS 31 juta. Ketiga negara ini menempati urutan 3
teratas pada tahun 2019. (Kemenkes, 2020). Sedangkan untuk wilayah
Asia Tenggara Indonesia menempati urutan ketiga dengan angka
prevelensi sebesar 11,3% (Kemenkes,2020). Di Jawa Barat sendiri
penderita diabetes melitus pada tahun 2019 berjumlah 963.656 jiwa
sedangkan pada tahun 2020 jumlahnya meningkat menjadi 1.078.857
sekitar 21,36% dari jumlah penduduknya. Sedangkan di sekitar Jawa
Barat seperti Kabupaten Purwakarta prevalensi penderita diabetes melitus
pada tahun 2019 berjumlah 11783 jiwa dan meningkat pada tahun 2020
dengan jumlah 12405 jiwa. (Dinkes,2020) Dari hasil data tersebut
menunjukan bahwa angka kasus diabetes melitus terus bertambah,
sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah pada penderita diabetes
melitus. Penderita diabetes melitus memasuki peringkat pertama dari 10
besar kasus terbanyak yang didapatkan di salah satu rumah sakit umum
daerah Purwakarta yaitu RSUD Bayu Asih Purwakarta.
Kadar gula darah yang meningkat pada penderita diabetes melitus
disebabkan karena tidak terkontrolnya asupan karbohidrat total, diet
makanan, kepatuhan minum obat, aktivitas dan tingkat stres yang menjadi
salah satu faktor meningkatkanya kadar gula darah dalam tubuh. (Dhanny,
2022). Jika hal ini terus meningkat maka dapat mengakibatkan terjadinya
komplikasi pada penderita diabetes melitus, salah satunya ialah gangren
diabetik.
Gangren diabetik merupakan komplikasi tersering pada pasien diabetes
melitus akibat infeksi, ulserasi yang berhubungan dengan abnormalitas
neurologis, penyakit vaskular perifer dengan derajat yang bervariasi, dan
atau komplikasi metabolik dari diabetes melitus pada ekstrimitas bawah.
Risiko amputasi pada gangren diabetik 15-40 kali lebih sering pada
penderita DM dibandingkan dengan non-DM pada kejadian non traumatik.
Gangren diabetik dapat terjadi pada setiap bagian tubuh yang terendah
terutama pada ekstremitas bawah (Erin, 2015).
penyebab terjadinya Gangren diabetik diawali dengan angiopati,
neuropati dan infeksi. Neuropati menyebabkan gangguan sensorik yang
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri kaki, sehingga gangren dapat
terjadi tanpa disadari. Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot tungkai
sehingga mengubah titik tumpu yang menyebabkan ulseresi kaki.
Angiopati akan menggangu aliran darah ke kaki, penderita dapat merasa
nyeri tungkai sesudah berjalan dalam jarak tertentu. Infeksi seringkali
merupakan komplikasi dari gangguan peredaran darah atau neuropati.
Infeksi merupakan komplikasi yang disebabkan oleh berkurangnya aliran
darah atau neuropati.
Tindakan yang harus dilakukan pada pasien dengan gangguan
integritas kulit adalah dengan melakukan perawatan luka yaitu dengan
memonitor karakteristik luka (seperti drainase, warna, ukuran dan bau),
dan memonitor tanda-tanda infeksi pada gangren, untuk menilai luka
apakah ada perbaikan atau perburukan pada luka tersebut, melakukan
perawatan luka dengan tetap mempertahankan teknik steril agar tidak
terjadinya infeksi atau mencegah terjadinya infeksi, ajarkan prosedur
perawatan luka kepada pasien dan keluarga agar mampu melakukan
bagaimana cara perawatan luka secara mandiri, kolaborasi pemberian
antibiotik untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Melepaskan
balutan dan plester secara perlahan, Cukur rambut di sekitar daerah luka,
jika perlu bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan bersihkan jaringan nekrotik berikan salep yang sesuai ke
kulit/lesi, jika perlu pasang balutan sesuai jenis luka pertahankan Teknik
steril saat melakukan perawatan luka ganti balutan sesuai jumlah eksudat
dan drainase jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien. (Sari & Mukhamad, 2021)
Ada beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa dengan berbagai
tehnik perawatan luka serta materi dan bahan yang digunakan
memperlihatkan hasil yang efektif bahwa adanya peningkatan
penyembuhan luka gangren, mempercepat proses penyembuhan luka,
terjadi regenerasi sel, pengurangan jumlah eksudat pada luka diabetes
melitus. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Puguh Santoso, Dwi
Rahayu, dan Hengky Irawan dengan judul ―Penerapan Perawatan Luka
gangren pada penderita ulkus diabetes‖. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Abu Bakar pada tahun 2022 dengan judul ―perawatan
luka kronis pada ulkus diabetik dengan modern dressing‖ yang
menyebutkan bahwa perawatan menggunakan tehnik modern dressing
lebih efektif dan lebih untuk proses penyembuhan luka khususnya luka
ulkus diabetes. Maka dari itu penulis menarik judul tersebut untuk
mengetahui dan mengidentifikasikan terkait Asuhan Keperawatan Pada
Ny. A Dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Gangren
Pedis Sinistra Di Ruang Edelwiess Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih
Puwakarta.

B. Tujuan
1. TujuanUumum
Diperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Ulkus Gangren di RSUD Bayu Asih.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien Ulkus Gangren di Ruang
Edelweiss RSUD Bayu asih, Purwakarta.
b. Menentukan masalah keperawatan atau diagnosis keperawatan
pada pasien Ulkus Gangren di Ruang Edelweiss RSUD Bayu Asih,
Purwakarta.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Ulkus Gangren
di Ruang Edelweiss RSUD Bayu Asih, Purwakarta.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Ulkus Gangren di
Ruang Edelweiss RSUD Bayu Asih, Purwakarta.
e. Melakukan evaluasi pada pasien dengan Ulkus Gangren di Ruang
Edelweiss RSUD Bayu Asih, Purwakarta.

C. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan kasus ini untuk melakukan asuhan
keperawatan yang kompherensif pada Ny.A Dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Melitus Gangren Di Ruang Edelwiess Rumah Sakit
Umum Daerah Bayu Asih Puwakarta.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Diabetes Melitus


1. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, Diabetes
melitus adalah suatu penyakit kronis dimana organ pankreas tidak
dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam
menggunakannya. Diabetes merupakan penyakit kronis berupa
gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang
melebihi batas normal (Kemenkes,2020). Diabetes sering dianggap
suatu penyakit kronis yang dianggap serius karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau
glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkannya. (Khairani, 2019). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa diabetes merupakan suatu penyakit kronis yang
disebabkan karna pankreas tidak dapat dapat memproduksi insulin
dalam tubuh sehingga, insulin tidak dapat diproduksi secara efektif dan
bisa mengakibatkan terjadinya peningkatan glukosa darah.
2. Klasifikasi
Menurut (Kemenkes, 2020) Klasifikasi DM dibagi menjadi 4 yaitu:
a. DM Tipe I
Atau sering disebut dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) hal ini disebabkan karna kerusakan pada sel beta
pankreas. Sel β ini merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar
glukosa dalam tubuh,bila sel ini terjadi kerusakan maka tidak
adanya produksi insulin sama sekali sehingga akan menyebabkan
kenaikan kadar gula darah. Sebagian besar penderita DM tipe 1
disebabkan karena penyakit autoimun sehingga Penderita sangat
bergantung terhadap insulin dan sering terjadi pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa.
b. DM Tipe II
Biasa dikenal sebagai NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) Merupakan diabetes yang disebabkan kenaikan kadar
gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah oleh
kelenjar pankreas. Pada diabetes ini terjadi penurunan kemampuan
insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance) dan disfungsi
sel β. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang
cukup untuk mengkompensasi insulin resistance sehingga
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. DM tipe 2 ini
sering terjadi pada usia > 40 tahun dan obesitas. Pada DM tipe 2
terjadi gangguan pengikatan glukosa oleh reseptornya tetapi
produksi insulin masih dalam batas normal sehingga penderita
tidak tergantung pada pemberian insulin.
c. DM Gestasional
Atau biasa disebut dengan GDM (Gestational Diabetes Mellitus)
ditandai dengan kenaikan gula darah pada selama masa kehamilan.
Gangguan ini biasanya terjadi pada minggu ke-24 kehamilan dan
kadar gula darah akan normal setelah peralinan. Hal ini terjadi
karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga
merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia (Bayi lahir dengan
berat badan lebih)
d. DM Tipe Lainya
Merupakan DM Yang terjadi pada individu yang mengalami
hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel
beta), endokrinopati (penyakit Cushing‘s, akromegali), penggunaan
obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat
yang mengganggu kerja insulin (b-adrenergik) dan infeksi atau
sindroma genetik (Down‘s, Klinefelter‘s) atau biasa disebabkan
karena keadaan atau sindrom lain (penyakit lain, kelainan
hormonal, ataupun obat-obatan).
3. Etiologi
Etiologi dari penyakit diabetes yaitu gabungan antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Etiologi lain dari diabetes yaitu sekresi
atau kerja insulin, abnormalitas metabolik yang menganggu sekresi
insulin, abnormalitas mitokondria, dan sekelompok kondisi lain yang
menganggu toleransi glukosa. Diabetes melitus dapat muncul akibat
penyakit eksokrin pankreas ketika terjadi kerusakan pada mayoritas
langerhans dari pancreas (Lestari, 2021). Adapun faktor lain yang
menjadi penyebab diabetes yaitu:
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
b. Faktor lingkungan sekitar
Faktor lingkungan mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat
dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c. Gangguan sistem imunitas.
Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai
pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan
kepekaan sel beta oleh virus.
d. Kelainan insulin.
Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap
insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada
membran sel yang responsir terhadap insulin.
e. Pola hidup yang tidak sehat.
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Lestari, 2021) Gejala dari penyakit DM yaitu antara lain:
a. Poliuri (sering buang air kecil)
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam
hari (poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi
ambang ginjal (>180mg/dl), sehingga gula akan dikeluarkan
melalui urine. Guna menurunkan konsentrasi urine yang
dikeluarkan, tubuh akan menyerap air sebanyak mungkin ke dalam
urine sehingga urine dalam jumlah besar dapat dikeluarkan dan
sering buang air kecil. Dalam keadaan normal, keluaran urine
harian sekitar 1,5 liter, tetapi pada pasien DM yang tidak
terkontrol, keluaran urine lima kali lipat dari jumlah ini.
b. Polidipsi (Sering merasa haus)
Sering merasa haus dan ingin minum air putih sebanyak mungkin
Dengan adanya ekskresi urine, tubuh akan mengalami dehidrasi
atau dehidrasi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka tubuh akan
menghasilkan rasa haus sehingga penderita selalu ingin minum air
terutama air dingin, manis, segar dan air dalam jumlah banyak.
c. Polifagi (cepat merasa lapar)
Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga.
Insulin menjadi bermasalah pada penderita DM sehingga
pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang dan energi yang
dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab mengapa
penderita merasa kurang tenaga.
d. Berat badan menurun
Ketika tubuh tidak mampu mendapatkan energi yang cukup dari
gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas mengolah
lemak dan protein yang ada di dalam tubuh untuk diubah menjadi
energi. Dalam sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak
terkendali bisa kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine
per 24 jam (setara dengan 2000 kalori perhari hilang dari tubuh).
Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang dapat timbul yang
umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah:
1) Gatal-gatal
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi
tanda peringatan diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya,
misalnya kulit jadi gelap di sekitar daerah leher atau ketiak.
2) Luka yang tidak kunjung sembuh
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat
merupakan tanda diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi
karena pembuluh darah mengalami kerusakan akibat glukosa
dalam jumlah berlebihan yang mengelilingi pembuluh darah
dan arteri.
3) Pandangan yang kabur
Penglihatan kabur atau merupakan akibat tingginya kadar gula
darah. Gula darah tidak terkendali dalam waktu lama bisa
menyebabkan kerusakan permanen, bahkan mungkin kebutaan.
Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-tahun
mengalami hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang
melepaskan protein berlemak yang disebut eksudat.
4) Kesemutan atau mati rasa
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan
dengan rasa sakit yang membakar atau bengkak, adalah tanda
bahwa saraf sedang dirusak oleh diabetes. Seperti penglihatan,
jika kadar gula darah dibiarkan merajalela terlalu lama,
kerusakan saraf bisa menjadi permanen. Pada diabetes, gula
darah yang tinggi bertindak bagaikan racun. Diabetes sering
disebut ‗Silent Killer‘ jika gejalanya terabaikan dan ditemukan
sudah terjadi komplikasi. Harus segera tes gula darah atau
berkonsultasi ke petugas kesehatan.
5) Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah
genital jadi seperti sariawan dan akibatnya menyebabkan
pembengkakan dan gatal.
5. Anatomi Fisiologi
a. Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia
yang bertugas untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormone.
Hasil sekresi berupa hormon ini langsung masuk ke dalam
pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran (duktus).
Kelenjar terdiri dari dua tipe yaitu endokrin dan eksokrin. Kelenjar
endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad
(ovarium dan testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan
paratiroid. Sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke
dalam duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ
internal.

Fungsi dari kelenjar endokrin, adalah mengontrol dan


merangsang aktifitas kelenjar tubuh, merangsang pertumbuhan
jaringan, menghasilkan hormon-hormon yang dibutuhkan oleh
organ-organ tertentu, mengatur oksidasi, metabolisme, dan
meningkatkan penyerapan (absorpsi) glukosa pada usus halus,
mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, protein, vitamin,
dan mineral. Sedangkan fungsi dari hormon adalah mengendalikan
proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses metabolisme,
proses oksidatif, perkembangan seksual, dan lain-lain. Menjaga
keseimbangan fungsi tubuh (homeostasis). Didalam tubuh manusia
terdapat 6 kelenjar endokrin yang masing-masing berperan dalam
menghasilkan hormon tertentu sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Diantara 6 kelenjar endokrin ada salah satu kelenjar yang berfungsi
untuk mengatur metabolisme dan menghasilkan dua hormon
insulin dan glucagon yaitu kelenjar pankreas yang berguna untuk
menurunkan gula darah dan glukagon bertindak untuk
meningkatkan gula darah.
b. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terletak di organ belakang membran
yang melapisi rongga abdomen atas dan terbentang horizontal dari
cincin duodenal ke lien. Panjangnya sekitar 10-20 cm dan lebar
2,5-5 cm. Mendapat asupan darah dari arteri mesenterika superior
dan splenikus. Kelenjar pankreas berfungsi sebagai endokrin dan
eksokrin. Sebagai organ endokrin karena di pankreas terdapat
pulau-pulau Langerhans yang terdiri dari 3 jenis sel yaitu sel beta
(B) 75 %,sel alfa (A) 20 % dan sel delta (D) 5 %. Sekresi hormon
pankreas dihasilkan oleh pulau Langerhans. Setiap pulau
Langerhans berdiameter 75-150 mikron. Kelenjar ini terletak di
dalam rongga peritoneal (rongga perut) manusia dan terdiri dari sel
alpha dan sel betha. Masing-masing sel ini menghasilkan hormon
tersendiri, yaitu :
1) Sel Alpha, yang menghasilkan hormon Glukagon yang
berperan dalam produksi glukosa dalam darah.
2) Sel Betha, yang menghasilkan hormon insulin yang berperan
dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Sel alfa menghasilkan glukagon dan sel beta merupakan
sumber insulin, sedangkan sel delta mengeluarkan somatostatin,
gastrin dan polipeptida pankreas. Glukagon juga dihasilkan oleh
mukosa usus menyebabkan terjadinya glikogenesis dalam hati dan
mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah. Fungsi insulin
terutama untuk memindahkan glukosa dan gula lain melalui
membran sel ke jaringan utama terutama sel otot, fibroblast dan
jaringan lemak. Bila tidak ada glukosa maka lemak akan digunakan
untuk metabolisme sehingga akan timbul ketosis dan acidosis.
Dalam meningkatkan kadar gula dalam darah, glukagon
merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa)
dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta
meningkatkan glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari yang
bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon
meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak) (Anderson, 1999;
Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Guyton & Hall, 2012).
c. Patofisiologi
Pada diabetes tipe I, sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun, sehingga insulin tidak dapat diproduksi.
Hiperglikemia puasa terjadi karena produksi glukosa yang tidak
dapat diukur oleh hati. Meskipun glukosa dalam makanan tetap
berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia
postprandial (setelah makan), glukosa tidak dapat disimpan di hati.
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
akan dapat menyerap kembali semua glukosa yang telah disaring.
Oleh karena itu ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa
yang disaring. Akibatnya, muncul dalam urine (kencing manis).
Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah ini akan
disertai dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini
disebut diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan buang air kecil (poliuria) dan haus
(polidipsia).Kekurangan insulin juga dapat mengganggu
metabolisme protein dan lemak, yang menyebabkan penurunan
berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin, kelebihan protein
dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di jaringan.
Dengan tidak adanya insulin, semua aspek metabolisme
lemak akan meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara
waktu makan, saat sekresi insulin minimal, namun saat sekresi
insulin mendekati, metabolisme lemak pada DM akan meningkat
secara signifikan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah
pembentukan glukosa dalam darah, diperlukan peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada penderita
gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi
insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada level
normal atau sedikit meningkat. Namun, jika sel beta tidak dapat
memenuhi permintaan insulin yang meningkat, maka kadar
glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II akan berkembang.
d. Pathway
e. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Lestari, 2021) macam pemeriksaan diabetes melitus yang
dapat dilakukan yaitu:
1) Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena dan dapat
dilakukan sewaktu-waktu, tanpa persiapan. Pasien terdiagnosis
DM tipe II apabila hasil gula darah sewaktu lebih dari atau
sama dengan 200 mg/dL.
2) Pemeriksaan gula darah puasa (GDP)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena setelah
puasa selama sekurang-kurangnya 8 jam. Pasien terdiagnosis
DM tipe II apabila hasil gula darah puasa lebih dari, atau sama
dengan, 126 mg/dL.
3) Pemeriksaan gula darah 2 jam prandial (GD2PP)
kadar gula darah yang diperiksa 2 jam setelah minum larutan
glukosa 75 gram. Pemeriksaannya dilakukan setelah GDP.
Setelah dilakukan pemeriksaan GDP, Anda akan diberikan
asupan air dengan 75 gram gula.
4) Oral glucose tolerance test (OGTT)
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena 2 jam
setelah pemberian beban glukosa oral 75 gr. Pasien
terdiagnosis DM tipe II apabila hasil gula darah 2 jam pasca
beban lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL.
5) Pemeriksaan hBa1c
Pemeriksaan dilakukan dengan sampel darah vena dengan
metode yang terstandarisasi oleh National Glycohemoglobin
Standardization Program (NGSP). Pasien terdiagnosis DM tipe
II apabila kadar HbA1c lebih dari atau sama dengan 6,5%.
6) Pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO)
yaitu pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosis
diabetes melitus dan diabetes gestasional pada asuhan
antenatal.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah
sebagai berikut:
1) Gula darah puasa > 126 mg/dl
2) Gula darah 2 jam > 200 mg/dl 3
3) Gula darah acak > 200 mg/dl.
Acuan ini berlaku di seluruh dunia, dan di Indonesia,
Departemen Kesehatan RI juga menyarankan untuk mengacu
pada ketentuan tersebut. Kemudian cara diagnosis yang lain
adalah dengan mengukur HbA1c > 6,5%.
f. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan
komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM
dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1) Komplikasi akut
a) Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di
bawahnilai normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering
terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2
kali per minggu, Kadar gula darah yang terlalu rendah
menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi
sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami
kerusakan.
b) Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula
darah meningkat secara tiba-tiba, dapat berkembang
menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain
ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik
(KHNK) dan kemolakto asidosis.
2) Komplikasi Kronis
a) Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada
penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner
(PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke.
b) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita
DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan),
neuropati, dan amputasi.
g. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan diabetes melitus secara umum ialah
untuk dapat meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes dengan
tujuan dapat menghilangkan keluhan diabetes melitus, ,
mengurangi resiko komplikasi akut, mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati seeta
menurunkan mordibitas dan mortalitas DM. Penatalaksanaan Dm
dapat dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat bersamaan
dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia
secara oral maupun suntikan.
Menurut (Soelistijo, 2021) penatalaksanan Dm dibagi menjadi 5
pilar yaitu:
1) Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat sebagai upaya dari
pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari
pengelolaan DM. Materi edukasi teridi dari materi edukasi
tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
2) Diet Nutrisi
Diet nutrisi merupakan bagian penting dari penatalaksanaan
DM secara komprehensif. Kunci keberhasilan secara
menyulurh dari anggota tim (dokter,ahli gizi, petugas kesehatan
yang lain serta pasien dan keluarganya)
3) Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan satu pilar dalam pengelolaan
Diabetes melitus. Progam ini dapat dilakukan 3-5 hari
seminggu selama 30-45 menit dengan total 150 menit
perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari
berturut-turut. Selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan ini bisa berbentuk
seperti jalan cepat, bersepeda santai, joging dan juga bisa
mengikuti senam diabetes.
4) Pemeriksaan Gula Darah
Salah satu penatalaksanaan diabetes juga bisa dilakukan dengan
rutin mengecek gula darah yang berfungsi untuk dapat
mengetahui apakah gula darah tinggi atau rendah sehingga
penderita dapat mengontrol gula darahnya agar tetap stabil dan
terhindar dari terjadinya komplikasi diabetes.
5) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan secara bersama dengan
pengaturan makan, latihan jasmani, diet nutrisi dan
pemeriksaan gula darah. Terapi ini terdari dari obat oral
ataupun berbentuk suntikan.
B. Konsep Gangren
1. Definisi
a. Definisi Luka
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan akibat adanya
substansi jaringan yang rusak atau hilang akibat cedera atau
pembedahan (Wintoko, 2020). Luka merupakan suatu bentuk
kerusakan jaringan pada kulit yang disebabkan kontak dengan
sumber panas (seperti bahan kimia, air panas, api, radiasi, dan
listrik), hasil tindakan medis, maupun perubahan kondisi fisiologis
(Purnama, 2017). Menurut Koyner dan Taylan, luka adalah
terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya, yang secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau
terbuka, bersih atau terkontaminasi, superfisial atau dalam
(Maghfuri, 2016). Sehingga dapat disimpulkan bahwa luka
merupakan kerusakan suatu jaringan pada kulit yang disebabkan
karna cedera ataupun pembedahan.
b. Klasifikasi Luka
Berdasarkan waktu dan proses penyembuhannya, luka dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu luka akut dan kronik (Purnama,
2017)
1) Luka akut, merupakan cedera jaringan yang dapat pulih
kembali seperti keadaan normal dengan bekas luka yang
minimal dalam rentang waktu 8-12 minggu. Penyebab utama
dari luka akut adalah cedera mekanikal karena faktor eksternal,
dimana terjadi kontak antara kulit dengan permukaan yang
keras atau tajam, luka tembak, dan luka pasca operasi.
2) Luka Kronik, merupakan luka dengan proses pemulihan yang
lambat, dengan waktu penyembuhan lebih dari 12 minggu dan
terkadang dapat menyebabkan kecacatan. Salah satu penyebab
terjadinya luka kronik adalah kegagalan pemulihan karena
kondisi fisiologis (seperti diabetes melitus (DM) dan kanker),
infeksi terus-menerus, dan rendahnya tindakan pengobatan
yang diberikan.
c. Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks
karena adanya kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi secara
berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas
pada proses regenerasi yang bersifat lokal, tetapi juga dipengaruhi
oleh faktor endogen, seperti umur, nutrisi, imunologi, pemakaian
obat-obatan, dan kondisi metabolik (Purnama, 2017). Menurut
(Wintoko, 2020) Terdapat tiga fase penyembuhan luka, yaitu fase
inflamasi, fase proliferasi atau fibroplasia, dan fase remodelling
atau maturasi.
1) Fase Inflamasi
Terjadi setelah luka sampai hari kelima. Proses kontriksi dan
retriksi pembuluh darah yang putus disertai dengan reaksi
hemostasis berupa agregasi trombosit dan jalan fibrin yang
melakukan pembekuan darah untuk mencegah kehilangan
darah. Karakteristik fase inflamasi yaitu tumor(bengkak), rubor
(kemerahan), dolor(nyeri), color (panas), dan functio
lesa(perubahan fungsi dari jaringan yang terinfeksi).
2) Fase Proliferasi Atau Fibroplasia
Berlangsung selama tiga minggu. Fase ini disebut juga sebagai
fase granulasi karena terdapat pembentukan jaringan granulasi
sehingga luka tampak berwarna merah segar dan mengkilat.
3) Fase Remodelling Atau Maturasi.
Berlangsung dari beberapa minggu sampai dua tahun berupaya
memulihan struktur jaringan normal. Pada fase ini, tanda
inflamasi menghilang, terjadi penyerapan sel radang,
pematangan sel muda, serta penutupan dan penyerapan kembali
kapiler baru. Terbentuknya kolagen baru mengubah bentuk
luka serta meningkatkan kekuatan jaringan (tensile strength).
d. Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka dan potensi
infeksi, yaitu faktor pasien, faktor luka dan faktor lokal.
(Wintoko,2020)
1) Faktor pasien mencakup usia, penyakit yang diderita (anemia,
diabetes melitus, mendasari, atau immunocompromised
penyakit yang mendasari, pengaruh cedera pada penyembuhan
(misalnya devaskularisasi).
2) Faktor luka berupa organ atau jaringan yang terluka, tingkat
cedera, sifat cedera, kontaminasi atau infeksi, waktu antara
cedera dan pengobatan.
3) Faktor lokal meliputi hemostasis dan debridement serta waktu
penutupan
e. Definisi Gangren
Gangren diabetik adalah gangren yang dijumpai pada penderita
diabetes melitus, sedangkan gangren adalah kematian jaringan
karena obstruksi pembuluh darah yang memberikan nutrisi ke
jaringan tersebut dan merupakan salah satu bentuk komplikasi dari
penyakit diabetes melitus. Gangren diabetik dapat terjadi pada
setiap bagian tubuh yang terendah terutama pada ekstremitas
bawah (Erin, 2015). Sehingga dapat disimpulkan bahwa gangren
merupakan suatu kondisi matinya jaringan tubuh akibat tidak
mendapatkan pasokan darah yang cukup, sehingga hal ini sering
terjadi pada bagian tubuh paling ujung salah satunya bagian pada
ekstermitas bawah.
2. Klasifikasi Gangren
Wagner (1983) membagi gangren menjadi enam tingkatan , yaitu :
a. Derajat 0 :Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti
―claw,callus‖.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan
atau tanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki
menjadi dua golongan :
a. Kaki Diabetik akibat Iskemia (KDI)
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran klinis KDI :
1) Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
2) Pada perabaan terasa dingin.
3) Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
4) Didapatkan ulkus sampai gangren.
b. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada
gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat,
kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah
kaki teraba baik.
3. Etiologi
Menurut (Sukmawati, 2019) proses penyebab terjadinya Gangren
diabetik diawali oleh angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati
menyebabkan gangguan sensorik yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri kaki, sehingga gangren dapat terjadi tanpa
disadari. Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot tungkai sehingga
mengubah titik tumpu yang menyebabkan ulseresi kaki. Angiopati
akan menggangu aliran darah ke kaki, penderita dapat merasa nyeri
tungkai sesudah berjalan dalam jarak tertentu. Infeksi seringkali
merupakan komplikasi dari gangguan peredaran darah atau neuropati.
Infeksi merupakan komplikasi yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah atau neuropati.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada Gangren meliputi (Grace & R, 2011):
a. Gambaran Neuropatik:
1) Gangguan sensorik
2) Perubahan trofik kulit
3) Atropi degenerative (sendi charcot)
4) Pulsasi sering teraba
5) Sepsis (bakteri/jamur)
b. Gambaran Iskemik:
1) Nyeri saat istirahat
2) Ulkus yang nyeri disekitar daerah yang tertekan
3) Riwayat klaudikasio intermiten
4) Pulpasi tidak teraba
5) Sepsis(bakteri/jamur)
5. Patofisiologi
Terjadinya gangren diawali adanya hiperglikemi pada penyandang
diabetes melitus yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan
pada pembuluh darah. Penyempitan pada pembuluh darah arteri
menyebabkan aliran darah ke anggota tubuh bagian bawah berkurang.
Hal ini mengakibatkan sirkulasi oksigen dan pengiriman obat menjadi
rendah, sehingga berdampak pada lamanya penyembuhan pada luka
dan meningkatkan resiko ulseresi. Sedangkan timbulnya ulkus diabetik
neuropati terjadi ketika sistem saraf perifer rusak dan dapat
mengakibatkan hilangnya sensasi, perubahan kulit, deformasi, dan
mobilitas sendi kaki menjadi terbatas. Pasien dengan ulkus diabetik
akan mengalami beberapa bentuk amputasi dan memungkinkan
terjadinya infeksi
6. Penatalaksanaan gangren
Menurut (Sukmawati, 2019) penatalaksanaan gangren
a. Mencuci Luka
Mencuci luka berdasarkan jenis cairan yang digunakan maupun
metode pencuciannya. Metode lainya adalah dengan hanya
menyiram saja pada daerah yang sensitif dan mudah berdarah.
Mencuci luka ini merupakan bagian terpenting untuk dilakukan
agar dapat terlihatrt jelas luas luka dan untuk melihat adanya
kemungkinan luka baru. Setelah itu mengkaji kembali kondisi luka
yang sesungguhnya (Arisanty,2014)
b. Membuang Jaringan Mati
Debriment adalah kegiatan untuk menangkat jaringan mati. Hal ini
sangat membantu mempercepat pengangkatan jaringan mati.
c. Memilih Balutan Yang Tepat
Balutan yang tepat adalah bahan utama yang digunakan untuk
mempercepat penyembuhan luka dengan membantu menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang mendukung penyembuhan luka
sepertimempertahankan kelembapan, melindungi kulit sekitar tepi
luka, mengontrol infeksi dan mendukung granulasi dan epitelisasi
(Arisanty,2014)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Melitus Dengan
Gangren
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Menurut (Santosa, Budi. 2008)
a. Identitas klien, meliputi :
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Keluhan utama
1) Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
2) Kondisi hipoglikemi: Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama terdapat luka
yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea,
polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-
kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat,
haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan
masalah impoten pada pria.
d. Riwayat kesehatan dulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan
seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi
yang mengandung estrogen.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
f. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia dan
takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD
postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering
dan kemerahan, bola mata cekung.
3) Integritas ego
Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
4) Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
5) Makanan dan cairan
Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan
berat badan, haus, penggunaan diuretik.
6) Neurosensori
Pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia,
gangguan penglihatan.
7) Pernapasan
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
8) Seksualitas
Rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.
9) Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
10) Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
11) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
2. Analisa Data
Merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya
berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan keperawatan. Dalam melakukan analisa
data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk
membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien. Setelah semua data terkumpul kemudian data akan
dianalisis dan digolongkan menjadi data subjektif dan data objektif
sesuai dengan masalah keperawatan yang timbul (Rohmah, 2010).
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas jaringan
b. Gangguan mobilitas fisik
c. Defisit pengetahuan
d. Gangguan Identitas diri
e. Ganguan pola tidur
4. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan Integritas Jaringan
1) Tujuan : Integritas kulit kembali seperti semula
2) Kriteria Hasil :
a) Elastisitas kulit meningkat
b) Kerusakan jaringan menurun
c) Kerusakan lapisan kulit menurun
3) Intervensi :
a) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
b) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d) Monitor karateristik luka
e) Monitor tanda-tanda infeksi
b. Gangguan Mobilitas Fisik
1) Tujuan :Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan
aktivitas yang optimal.
2) Kriteria Hasil :
a) Pergerakan ekstermitas meningkat
b) Kekuatan otot meningkat
c) Gerakan terbatas menurun
3) Intervensi :
a) Identifikasi adanya nyeri
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
d) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
e) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
c. Kurangnya Pengetahuan
1) Tujuan : Tingkat pengetahuan pasien meningkat.
2) Kriteria Hasil :
a) Pergerakan ekstermitas meningkat
b) Kekuatan otot meningkat
c) Gerakan terbatas menurun
3) Intervensi :
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Jadwalkan penkes sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
d) Melibatkan dukungan keluarga
e) Mengedukasi tentang penyakit Diabetes melitus dari mulai
tanda gejala sampai dengan penatalaksaan.
BAB III
LAPORAN KASUS

Prodi Sarjana Keperawatan Dan Pendidikan Profesi Ners


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
“MEDIKAL BEDAH”

Kelompok : 2 (dua)
Tempat Praktek/Ruangan : RSUD Bayu Asih Puwakarta (Ruang Edelweiss)
Tanggal Praktek : 23 Januari – 20 febuari 2023
Tanggal Pengkajian : Rabu, 25 Januari 2023
Sumber Data : Pasien dan Keluarga Pasien
A. Identitas
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. A
b. No. R M : 00496003
c. Usia : 08-07-1973
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Alamat : Kp. Cilueutik Desa Mekarsari.
Kec. Darangdan
f. Pendidikan : SD
g. Pekerjaan : IRT
h. Agama : Islam
i. Tanggal Masuk : 24 Januari 2023
j. Ruangan : Edelweiss
k. Diagnosa Medis : Gangren Pedis Sinistra
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. R
b. Usia : 18 Tahun
c. Alamat : Kp. Cileutik Desa Mekarsari
d. Hubungan : Anak Kandung
B. Keluhan Utama
Luka bernanah dikaki sebelah kiri dikarenakan tertusuk benda tajam.
C. Status Ekonomi Keluarga
1. Pendapatan Bulanan : ± Rp. 2.000.000
2. Pengeluaran untuk kesehatan : BPJS
D. Riwayat Penyakit
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Bayu Asih Puwakarta pada tanggal 24 Januari
2023 pukul 13.45 dengan keluhan, adanya luka yang bernanah
dibagian kaki sebelah kiri karna tertusuk benda tajam. Luka timbul
sejak 2 bulan yang lalu. Luka Dibagian kaki sebelah kiri Pasien
dengan ukuran diameter + 5 cm, dengan kedalaman 3cm, skala nyeri 4
yang dimana telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi/kerusakan sebagian dengan warna dasar luka nekrotik
(Kehitaman) terdapat jaringan mati pada luka , exudate sedang
purulent 20 cc. terdapat bau (+). Pasien mengatakan sebelumnya tidak
pernah ada riwayat penyakit DM dan dikeluarganya tidak ada yang
memiliki penyakit DM, pasien tidak tahu tanda dan gejala DM dan
suka mengkonsumsi makanan yang manis-manis, pasien jarang
melakukan olahraga, aktivitas sehari-hari pasien hanya sebagai ibu
rumah tangga saja. Pasien mengatakan bahwa dirinya terdiagnosis DM
setelah kakinya terluka dan tidak kunjung sembuh. Saat ini pasien
dirawat diruang edelweiss RSUD Bayu Asih Puwakarta, dengan
diagnosa gangren pedis sisnistra.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah operasi usus buntu pada tahun
2022
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit DM
seperti pasien alami.
4. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Sudah Meninggal
: Tinggal dalam satu rumah
: Garis Perkawinan
: Garis keturunan
: Pasien
E. Pengkajian Pola Kesehatan
No Pola Kesehatan Hasil Pengkajian
1 Pola Persepsi Sebelum Sakit:
Kesehatan Pasien jarang melakukan pemeriksaan kesehatan,
Pasien hanya membeli obat di warung saja. Saat kaki
pasien terluka pasien berobat ke puskesmas terdekat,
namun tidak kunjung sembuh. Pasien di rujuk untuk
dilakukan pemeriksaan.
Saat Sakit:
Setelah masuk rumah sakit pasien dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan hasil gula darah pasien
mencapai 500 mg/dl sehingga pasien lebih sadar akan
pentingnya menjaga kesehatan.

2 Pola Nutrisi dan Sebelum Sakit:


Metabolik Nafsu makan pasien baik, pasien makan 3x dalam
sehari. Makanan pokok yang dikonsumsi pasien
berupa nasi, sayur dan lauk diselingi dengan
makanan yang manis dan sering ngemil. Pasien
sering mengkonsumsi teh manis setiap harinya setiap
pagi dan sering minum air putih. Berat badan pasien
pada sebelum sakit 48 Kg dan Tinggi badan pasien
160 cm dengan hasil IMT yaitu 18,75 dengan standar
kategori menurut WHO yaitu Berat badan normal.
Saat Sakit:
Selama sakit nafsu makan baik, hanya porsinya tidak
pernah habis, makanan pokok yang sering
dikonsumsi berupa makanan yang diberikan dari
rumah sakit. Pasien juga meminum air putih.
3 Pola Eliminasi Sebelum Sakit:
Sebelum sakit pasien sering BAK, dengan frekuensi
kurang lebih 5- 7 kali dalam sehari dengan warna
bening kekuningan,tidak ada bau, tidak ada darah,
dan tidak memakai alat bantuan.
BAB 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek,
warna kuning kecoklatan tidak berdarah.
Saat Sakit:
Selama sakit pasien BAK sebanyak 10x sehari
dengan warna bening kekuningan,tidak ada bau, tidak
ada darah, dan memakai kateter.
Selama sakit BAB 1 kali dalam sehari dengan
konsistensi padat, warna kekuningan kecoklatan tidak
berdarah dan berbau khas.
4 Pola Aktivitas Sebelum Sakit:
dan Latihan Pasien setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi
mandi, makan, BAB/ BAK dan berpakaian pasien
melakukannya secara mandiri dan tidak
menggunakan alat bantu, serta pasien sering
mengikuti kegiatan pengajian disekitar rumahnya.
Saat Sakit:
Saat ini pasien lebih banyak beristirahat, karna
merasa sakit dibagian luka kaki kirinya.
5 Pola Istirahat dan Sebelum Sakit:
Tidur Pasien mengatakan jarang tidur siang. Lama waktu
tidur malam sekitar 8-10 jam, tidur nyenyak dan tidak
ada gangguan.
Saat Sakit:
Selama sakit pasien juga jarang tidur siang, tidur
tidak ada gangguan, waktu lama tidur malam sekita
6-8 jam.
6 Pola Persepsi Sebelum Sakit:
Kognitif Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari bahasa
sunda dan bahasa indonesia, pasien mengatakan
kurang paham mengenai tanda dan gejala penyakit
yang dideritanya.
Saat Sakit:
Pasien dalam keadaan compos mentis, dapat
berbicara dengan lancar, bahasa yang dipakai sehari-
hari bahasa sunda dan bahasa indonesia, pasien
paham mengenai penyakit yang dideritanya.
7 Pola Persepsi Sebelum Sakit:
dan Konsep Diri Pasien sedikit terganggu dalam menjalankan aktivitas
karena merasa sakit dibagian kaki sebelah kirinya.
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan terhadap hidupnya, Pasien mengakui
perannya sebagai seorang ibu rumah tangga,
Saat Sakit:
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan terhadap hidupnya, Pasien mengakui
perannya sebagai seorang pasien, pasien mengatakan
bahwa ingin segera sembuh dan pulang sehingga
dapat berkumpul dengan keluarga.
8 Pola Hubungan Sebelum Sakit:
Peran Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-
baik saja.
Saat Sakit:
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-
baik saja, selama sakit pasien sering ditungguin oleh
anak laki-lakinya yang berusia 18 tahun.
9 Pola Seksual dan Sebelum Sakit:
Reproduksi Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya,
fokus untuk mengurus rumah dan anak-anaknya,
serta cucunya.
Saat Sakit:
Pasien tidak memikirkan kebutuhan seksualnya, saat
ini pasien hanya fokus untuk sembuh dari penyakit
yang dialaminya.
10 Pola Koping Sebelum Sakit:
Stress dan Pasien sempat merasakan strees dikarenakan kedua
Toleransi anaknya yang sudah meninggal karna sakit,
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan
dilakukan oleh pihak keluarga, dan pasien.
Saat Sakit:
Pasien tidak merasakan stres dengan penyakit yang
dialaminya, pasien hanya tampak bingung karna
selama ini dirinya tidak pernah menderita penyakit
DM.
11 Pola Nilai dan Sebelum Sakit:
Kepercayaan Pasien dapat memahami nilai-nilai yang berlaku
dalam masyarakat, pasien memahami hal-hal yang
baik dan yang benar, pasien mengatakan sering sholat
5 waktu, dan mengikuti pengajian rutin disekitar
rumahnya.
Saat Sakit:
Pasien rajin untuk sholat dan selalu berdoa untuk
kesembuhan dirinya.

F. Pengkajian Fisik (Head To Toe)


Kepala Simetris, Rambut lurus, sedikit beruban, rambut
bersih, tidak ada nyeri tekan.
Mata Mata simetris kanan dan kiri, konjungtiva anemis,
dilatasi pupil normal, reflek pupil baik, sklera baik.
Hidung Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada sekret, tidak ada
nyeri tekan.
Telinga Simetris, tidak ada cairan, pendengaran baik
Leher Tidak ada benjolan (tidak terdapat pembesaran vena
jugularis)
Dada Pernafasan:
Simetris, tidak ada lesi, warna kulit merata tidak ada
nyeri tekan, ekspansi dada simetris, suara sonor tidak
ada suara ronchi, tidak ada suara whezzing, irama
pernafasan teratur
Jantung:
Simetris, tidak ada lesi, irama jantung reguler, bunyi
jantung normal.
Abdomen Simetris, tidak terdapat bekas luka, Perkusi, hasil
ketukan tympani BU (+)Tidak ada nyeri tekan, tidak
terdapat edema, tidak terdapat massa dan benjolan
yang abnormal.
Genetalia Genetalia pasien normal, tidak ada luka
Ekstremitas Atas :
Tangan kanan dan kiri bisa digerakkan secara leluasa.
Kekuatan otot 5. Tangan kiri terpasang infus
Bawah :
Anggota gerak bawah lengkap, hanya kaki sebelah
kiri sulit digerakan,karena adanya luka, tidak terdapat
edema,kekuatan otot sebelah kanan 5, dan kekuatan
otot sebelah kiri 2, kaki sebelah kiri terpasang perban.
Integumen Warna kulit normal, Turgor elastis, akral Hangat.
Terdapat luka kronis Dibagian kaki sebelah kiri
Pasien. Luka timbul sejak 2 bulan yang lalu dengan
ukuran diameter + 5cm, kedalaman 3cm full trickness
dengan skala nyeri 4, dimana telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang. Adanya destruksi/kerusakan
sebagian, warna dasar luka nekrotik (Kehitaman)
terdapat jaringan mati, exudate sedang purulent 20 cc.
terdapat bau (+).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Elektro Kardio Gram ( EKG)

Interprestasi:
Normal sinus rhytm, normal aksis, heart rate 98 bpm, PR/RR
int:168/612, QRS DUR 70 ms, QT/QT:342/436 ms, P-R-T axses:44
27 13.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium Ny. A dari Ruang Edelweiss RSUD
Bayu Asih Puwakarta , Kamis, 26 Januari 2023 (16.37)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
dalam satuan
HEMATOLOGI
Paket Darah Rutin
Hemoglobin 9,0 14.00-18.00 g/dL Low
Eritrosit 3,53 4.70-6.20 10^6/ul
Leokosit 10,2 4.5-10.3 10*3/uL
Trombosit 798 150-450 10*3/uL High
Hematokrit 28,0 40-52 %
MCV 79 80-94 fl
MCHC 32,1 33-37 g/dl Low
MCH 25,5 27-31 fl Low
Dift Count
Neutrofit% 0 50-70 %
Limfosit% 0 25-40 %
MXD 0 1.0-12.0 %
RDW 0 35.0-45.0 fl
Kimia klinik
Ureum 0 19.0 —44.0 mg/dl
Kreatinin 0 0.70—1.20 mg/dl
Bun 0 7.0 —18.0 mg/dl
Gula Darah Sewaktu 132 70,0 – 140 mg/dl
ASLT 0 7,0 – 45,0 U/L
ALT 0 7,0 – 41,0 U/L
Sero imunologi
HbsAg
0
3. Pemeriksaan Radiologi

Pedis AP:Tampak lesi litik skelrotik deskrutif MP joint digiti II-V,


Osteomylitis debgan emfisema subkutis
Thorax: cor tidak membesar, sinuses dan diafrgama normal, hili
normal, corakan veskuler bertambah, tak tamapak bercakan.
4. Terapi Dan Obat-obatan
Jenis Terapi Rute Dosis Indikasi
Keterolak Inj 2x1 untuk mengatasi nyeri akut dan digunakan
(IV) dalam jangka pendek (<5 hari). Selain itu,
ketorolac juga dapat diberikan
intra/post operatif pada kanker, dan
migrain.
Pantoprazole Inj 2x1 untuk meredakan gejala akibat peningkatan
(IV) asam ambung, digunakan pada penderita
GERD, esophagitis, erosive, tukak
lambung atau sindrom zollinger- Ellison

0xtercyd Inj 3x1 Untuk pengobatan infeksi bakteri. Bakteri


750 mg (IV) gram positif yang sensitif terhadap
cefuroxime antara lain
Staphylococcusaureus, Streptococcus
pneumoniae, dan Streptococcus pyogenes.
Asering IV 20 untuk terapi pengganti cairan selama
tpm dehidrasi (kehilangan cairan) secara akut.
H. Analisa data
No Data-data Masalah Etiologi
1 DS Gangguan Neuropati Perifer
- Pasien mengatakan adanya Integritas kulit
luka bernanah dikaki /Jaringan
sebelah kiri akibat tertusuk
benda tajam
DO
- Tampak adanya luka
dibagian kaki sebelah kiri
Pasien dengan ukuran + 5
cm
- Warna dasar luka sebagian
tampak nekrotik
(Kehitaman)
- Sebagian tampak terdapat
jaringan mati
- exudate sedang purulent
20cc
- Bau (+)
- Pedis tampak lesi litik
sklerotik destruktif MIP
joint digiti II-V
- GDS :132 mg/dl
- TD: 119/67 mmHg
- N: 100 x/menit
- R: 20 x/menit
- Saturasi 98%
2 DS Intoleransi Kelemahan
- Pasien mengatakan lemah Aktivitas
saat beraktivitas
- Pasien mengatakan tidak
nyaman setelah
beraktivitas
DO
- Pasien tampak dibantu
keluarga pada saat
kekamar mandi
- Napas pasien cepat
(dispnea) setelah
melakukan aktivitas
- TD: 119/67 mmHg
- N: 100 x/menit
- R: 20 x/menit
- Saturasi 98%
- Suhu 35,6 °C

3 DS Defisit KurangTerpapar
- Pasien mengatakan Pengetahuan Informasi
sebelumnya tidak pernah
ada riwayat penyakit DM
- Pasien mengatakan
dikeluarganya tidak ada
yang memiliki penyakit
DM
- Pasien mengatakan
sebelumnya tidak tahu
tanda dan gejala DM
- Pasien mengatakan suka
mengkonsumsi makanan
yang manis-manis
- Pasien mengatakan jarang
melakukan olahraga
aktivitas sehari-hari pasien
hanya sebagai ibu rumah
tangga saja.
- Pasien mengatakan bahwa
dirinya terdiagnosis DM
setelah kakinya terluka dan
tidak kunjung sembuh
DO:
- Pasien tampak bingung
- TD: 119/67 mmHg
- N: 100 x/menit
- R: 20 x/menit
- Saturasi 98%
- Suhu 35,6 °C

I. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan integritas jaringan b.d Neuropati Perifer d.d pasien
mengatakan luka yang berada di kaki sebelah kiri
2 Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan d.d pasien mengatakan lemah, dan
tidak nyaman saat melakukan aktivitas
3 Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d pasien tidak
mengerti tentang penyakitnya
J. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/Luaran Intervensi
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Gangguan Setelah dilakukan - Identifikasi penyebab
Integritas tindakan gangguan integritas
Kulit/Jaringan keperawatan selama kulit
b.d neuropati 3x24jam diharapkan - Monitor karateristik
perifer integritas kulit luka
kembali seperti - Monitor tanda-tanda
semula dengan infeksi
kriteria hasil: - Jelaskan tanda dan
- Elastisitas kulit gejala infeksi
meningkat - Anjurkan
- Perfusi jaringan mengkonosumsi
meningkat makanan tinggi kalori
- Kerusakan dan protein
jaringan
menurun
- Kerusakan
lapisan kulit
menurun
2 Intoleransi Setelah dilakukan - Monitor lokasi dan
aktivitas b.d tindakan ketidaknyamanan
kelemahan keperawatan selama selama melakukan
3x24 jam diharapkan aktivitas
Pasien dapat - Anjurkan tirah baring
mencapai tingkat - Anjurkan melakukan
aktivitas yang aktivitas secara
optimal dengan bertahap
kriteria hasil:
- Keluhan lelah
menurun
- Dispnea (nafas
cepat) saat
beraktivitas
menurun
- Frekuensi nadi
normal
3 Defisit Setelah dilakukan - Identifikasi kesiapan
Pengetahuan b.d tindakan dan kemampuan
Kurangnya keperawatan selama menerima informasi
Terpapar 3x24 jam diharapkan - Identifikasi faktor
Informasi tingkat pengetahuan yang dapat
pasien meningkat meningkatkan dan
dengan kriteria hasil: menurunkan motivasi
- Tingkat perilaku hidup bersih
pengetahuan dan sehat
pasien meningkat - Sediakan materi dan
- Kemampuan media penkes
menjelaskan - Jadwalkan penkes
pengetahuan sesuai kesepakatan
tentang suatu - Berikan kesempatan
topik meningkat untuk bertanya
- Perilaku sesuai - Melibatkan dukungan
dengan keluarga
pengetahuan - Mengedukasi tentang
penyakit Diabetes
melitus dari mulai
tanda gejala sampai
dengan
penatalaksaan.
K. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Hari/ Tanggal Jam Implementasi
Gangguan Kamis, 07.10 - Mengidentifikasi penyebab
Integritas 26/01/2023 gangguan integritas kulit
Jaringan b.d 08.05 - Memonitor karateristik luka
Adanya 08.10 - Memonitor tanda-tanda
Gangren Pada infeksi
Ekstrimitas. 09.45 - Mengobservasi perawatan
luka
10.00 - Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
10.10 - Menganjurkan konosumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
Intoleransi Kamis, 10.20 - Memonitor lokasi dan
Aktivitas b.d 26/01/2023 ketidaknyamanan selama
Kelemahan. 10.30 melakukan aktivitas
- Menganjurkan tirah baring
11.00 - Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Defisit Kamis, 13.00 - Mengidentifikasi kesiapan
Pengetahuan b.d 26/01/2023 dan kemampuan menerima
Kurangnya informasi
Terpapar 13.10 - Menyediakan materi dan
Informasi media penkes
13.20 - Menjadwalkan penkes sesuai
kesepakatan
13.25 - Memberikan kesempatan
untuk bertanya
13.30 - Melibatkan dukungan
keluarga
L. Evaluasi keperawatan
Diagnosa Hari/Tanggal Jam Evaluasi Nama/Paraf
Gangguan Kamis, 10.15 S:
Integritas 26/01/2023 Pasien mengatakan
Jaringan b.d luka sudah diganti
Adanya perban.
Gangren O
Pada Perawatan luka telah
Ekstrimitas. diberikan
A
Gangguan Integritas
Jaringan teratasi
sebagian
P
Intervensi
dilanjutkan
Intoleransi Kamis, 11.35 S
Aktivitas b.d 26/01/2023 - Pasien
Kelemahan mengatakan
mulai dapat
beraktivitas
perlahan-lahan
O
Pasien tampak
dibantu keluarga
pada saat kekamar
mandi
A
Gangguan Mobilitas
Fisik teratasi
P
Intervensi dihentikan
Defisit Kamis, 14.00 S
Pengetahuan 26/01/2023 - Pasien
b.d mengatakan
Kurangnya paham tentang
Terpapar penyakitnya
Informasi - Pasien
mengatakan
sudah
mengurangi
makanan yang
manis dan hanya
makan makanan
yang dapat dari
RS
O
Pasien tampak
mengerti tentang
penyakitnya
A
Defisit Pengetahuan
teratasi
P
Intervensi dihentikan
M. Rangkuman Hasil Asuhan Keperawatan
Catatan:
1. Tulislah sebuah rangkuman dengan singkat dan jelas dalam bentuk
narasi.
2. Rangkuman berisi tentang kondisi perkembangan pasien terakhir
meliputi; hari/tanggal, jam, diagnosa keperawatan, intervensi yang
telah dilakukan dan hasil evaluasinya.

Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan, Dibagian kaki sebelah kiri
Pasien terdapat luka kronis. Luka timbul sejak 2 bulan yang lalu dengan
ukuran diameter + 5 cm, kedalaman 3cm full trickness dengan skala nyeri 4
yang dimana telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya

destruksi/kerusakan sebagian, warna dasar luka nekrotik (Kehitaman)

terdapat jaringan mati pada luka, exudate sedang purulent 20 cc. Terdapat
bau (+). Pasien mengatakan sakit dibagian kaki sebelah kirinya sehingga
tidak dapat beraktivitas. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah ada
riwayat penyakit DM dan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
DM, pasien tidak tahu tanda dan gejala DM dan suka mengkonsumsi
makanan yang manis-manis, pasien jarang melakukan olahraga, aktivitas
sehari-hari pasien hanya sebagai ibu rumah tangga saja. Pasien mengatakan
bahwa dirinya terdiagnosis DM setelah kakinya terluka dan tidak kunjung
sembuh. Pada tanggal 25 Januari 2023 pasien datang ke RSUD Bayu Asih
Puwakarta, dengan diagnosa gangren. Saat ini pasien sedang dalam proses
penyembuhan dan rutin untuk mengganti perawatan luka dengan intervensi
dan hasil evaluasi yang tertera diatas.

Mahasiswa,

(Tiarah Asriningrum)
Lampiran
Catatan: Lampiran kasus berupa sebuah foto kondisi pasien (khusus untuk
pasien dengan trauma seperti; fraktur, luka bakar, dan jenis luka lainnya. hal
ini dilakukan untuk dapat mempermudah mahasiswa dalam mengenali dan
mengingat kasus yang akan/sedang dikelolanya.

Foto 1: Foto 2:

Foto 3: Foto 4:
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis membahas tentang Asuhan Keperawatan


Pada Ny. A Dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Gangren
Pedis Sinistra sesuai dengan konsep-konsep dan teori yang ada. Asuhan
keperawatan dilaksanakan selama 3 hari pada pasien dimulai tanggal 25-27
Januari 2023 di Ruang Anggrek RSUD Bayu Asih Purwakarta. Berikut ini akan
diuraikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Melitus Gangren Pedis Sinistra di Ruang Anggrek RSUD
Bayu Asih Purwakarta sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi:
pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi pasien, membuat data
dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan
pasien (Dinarti & Mulyanti, 2017). Pada pengkajian pasien tersebut
menggunakan konsep pengkajian berdasarkan teori. Dimana
pengkajian difokuskan pada asuhan keperawatan pada pasien gangren
pedis sinistra. Hasil pengkajian sebagai berikut:
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada Ny.A memiliki keluhan adanya
luka di kaki sebelah kiri. Menurut penulis bahwa gangren yang terjadi
pada pasien merupakan suatu kondisi dimana penderita Diabetes
Melitus mengalami komplikasi yang menyebabkan penyembuhan luka
yang lama. Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan data
pemeriksaan vital TD: 119/67 mmHg, N: 100 x/menit, RR: 20 x/menit,
Saturasi 98%. Pasien datang ke RSUD Bayu Asih Puwakarta pada
tanggal 24 Januari 2023 pukul 13.45 dengan keluhan, adanya luka
yang bernanah dibagian kaki sebelah kiri karna tertusuk benda tajam.
Luka timbul sejak 2 bulan yang lalu. Luka kronis Dibagian kaki
sebelah kiri Pasien dengan ukuran diameter + 3cm, kedalaman 3cm
full trickness dengan skala luka stadium IV yang dimana telah
mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas dengan warna dasar luka nekrotik
(Kehitaman) terdapat jaringan mati pada luka berawarna kuning,
exudate sedang purulent 50 cc. terdapat bau (+) dan cair. Pasien
mengatakan sebelumnya tidak pernah ada riwayat penyakit DM dan
dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit DM, pasien tidak tahu
tanda dan gejala DM dan suka mengkonsumsi makanan yang manis-
manis, pasien jarang melakukan olahraga, aktivitas sehari-hari pasien
hanya sebagai ibu rumah tangga saja. Pasien mengatakan bahwa
dirinya terdiagnosis DM setelah kakinya terluka dan tidak kunjung
sembuh. Saat ini pasien dirawat diruang edelweiss RSUD Bayu Asih
Puwakarta, dengan diagnosa ulkus gangren pedis sisnistra.
Berdasarkan teori menurut (Vitin 2021) Gangren diabetik merupakan
komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang disebabkan karena
kerusakan jaringan nekrosis oleh emboli pembuluh darah besar arteri
pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Pada pemeriksaan
fisik integumen pada Ny.A ditemukan Warna kulit normal, Turgor
elastis, akral Hangat. Terdapat luka kronis Dibagian kaki sebelah kiri
Pasien dengan ukuran + 3cm warna dasar luka nekrotik (Kehitaman)
terdapat jaringan mati pada luka berawarna kuning, exudate sedang
purulent 50 cc. terdapat bau (+) dan cair. Berdasarkan teori yang ada
menurut Menurut (Sukmawati, 2019) proses penyebab terjadinya
Gangren diabetik diawali oleh angiopati, neuropati dan infeksi.
Neuropati menyebabkan gangguan sensorik yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri kaki, sehingga gangren dapat terjadi tanpa
disadari. Gangguan motorik menyebabkan atrofi otot tungkai sehingga
mengubah titik tumpu yang menyebabkan ulseresi kaki. Angiopati
akan menggangu aliran darah ke kaki, penderita dapat merasa nyeri
tungkai sesudah berjalan dalam jarak tertentu. Infeksi seringkali
merupakan komplikasi dari gangguan peredaran darah atau neuropati.
Infeksi merupakan komplikasi yang disebabkan oleh berkurangnya
aliran darah atau neuropati.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa
keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan
asuhan keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017).
Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam kasus asuhan keperawatan
pada pasien dengan Gangren Pedis Sinistra menegakkan masalah
keperawatan berdasarkan dari pengkajian yang didapatkan. Menurut
(Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2015) dan (PPNI, 2017) ada 4
diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien efusi pleura
sebelum dilakukan tindakan invasive yaitu :
a. Gangguan integritas jaringan b.d Neuropati Perifer d.d pasien
mengatakan luka yang berada di kaki kiri. Diagnosa ini muncul
pada Ny.A karena pada saat pengkajian didapatkan data subjektif
dari Ny.A yaitu Pasien mengatakan adanya luka yang tidak
kunjung sembuh. Ny.A mengatakan adanya luka bernanah dikaki
sebelah kiri akibat benturan benda tajam. Kriteria mayor yang
dapat dilihat dari data subyektif meliputi Tampak luka kronis
Dibagian kaki sebelah kiri Pasien dengan ukuran + 3cm. Kriteria
minor yang didapatkan dari data subjektif yaitu Elastisitas kulit
meningkat, Perfusi jaringan meningkat, Kerusakan jaringan
menurun, Kerusakan lapisan kulit menurun. Menurut penulis
gangguan integritas kulit/jaringan timbul karena adanya nefropati
perifer yang terjadi pada Ny.A
b. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d pasien mengatakan
lemah,dan tidak nyaman saat melakukan aktivitas. Diagnosa ini
muncul pada Ny.A karena pada saat pengkajian didapatkan data
subjektif Pasien mengatakan lemah saat beraktivitas, Pasien
mengatakan tidak nyaman setelah beraktivitas. Kriteria mayor
yang dapat dilihat dari data subyektif meliputi Pasien tampak
dibantu keluarga pada saat kekamar mandi. Kriteria minor yang
didapatkan dari data subjektif yaitu Napas pasien cepat (dispnea)
setelah melakukan aktivitas, Keluhan lelah menurun. Menurut
penulis Intoleransi Aktivitas timbul karena adanya kelemahan
yang terjadi pada Ny.A.
c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d pasien tidak
mengerti tentang penyakitnya. Diagnosa ini muncul pada Ny.A
karena pada saat pengkajian didapatkan data subjektif Pasien
mengatakan Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah ada
riwayat penyakit DM, Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada
yang memiliki penyakit DM, Pasien mengatakan sebelumnya
tidak tahu tanda dan gejala DM , Pasien mengatakan suka
mengkonsumsi makanan yang manis-manis, Pasien mengatakan
jarang melakukan olahraga aktivitas sehari-hari pasien hanya
sebagai ibu rumah tangga saja, Pasien mengatakan bahwa dirinya
terdiagnosis DM setelah kakinya terluka dan tidak kunjung
sembuh. Kriteria mayor yang dapat dilihat dari data subyektif
meliputi pasien tampak bingung. Kriteria minor yang didapatkan
dari data subjektif yaitu Tingkat pengetahuan pasien meningkat,
Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat, Perilaku sesuai dengan pengetahuan. Menurut penulis
defisit pengetahuan timbul karena adanya kurangnya terpapar
informasi pada Ny. A.
3. Perencanaan
a. Gangguan integritas jaringan b.d Neuropati Perifer d.d pasien
mengatakan luka yang berada di kaki kiri perencanaan tindakan
yang akan dilakukan yaitu Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit, Monitor karateristik luka,Monitor tanda-tanda
infeksi,Jelaskan tanda dan gejala infeksi,Anjurkan mengkonosumsi
makanan tinggi kalori dan protein.
b. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemaha,perencanaan yang akan
dilakukan yaitu Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas,Anjurkan tirah baring,Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap.
c. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi,perencanaan
yang akan dilakukan yaitu Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi,Identifikasi faktor yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat,Sediakan
materi dan media penkes,Jadwalkan penkes sesuai
kesepakatan,Berikan kesempatan untuk bertanya,Melibatkan
dukungan keluarga,Mengedukasi tentang penyakit Diabetes melitus
dari mulai tanda gejala sampai dengan penatalaksaan.
4. Pelaksanaan
a. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk membantu Ny.A dari
masalah Gangguan integritas jaringan dilakukan tindakan yaitu
Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit,Memonitor
karateristik luka,Memonitor tanda-tanda infeksi Mengobservasi
perawatan luka,Menjelaskan tanda dan gejala infeksi,
Menganjurkan konosumsi makanan tinggi kalori dan protein.
b. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk membantu Ny.A dari
masalah intoleransi aktifitas yaitu Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas,Menganjurkan tirah
baring,Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.
c. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk membantu Ny.A dari
masalah defisit pengetahuan yaitu Mengidentifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi,Menyediakan materi dan media
penkes,Menjadwalkan penkes sesuai kesepakatan,Memberikan
kesempatan untuk bertanya,Melibatkan dukungan keluarga
5. Evaluasi keperawatan
a. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada Ny.A dari masalah
Gangguan integritas dengan data subjektif Pasien mengatakan luka
sudah diganti perban dengan data subjektif Perawatan luka telah
diberikan. Gangguan Integritas Jaringan teratasi sebagian,Intervensi
dilanjutkan.
b. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada Ny.A masalah
intoleransi aktfitas yaitu dengan data subjektif Pasien mengatakan
mulai dapat beraktivitas perlahan-lahan, dengan data objektif
Pasien tampak dibantu keluarga pada saat kekamar
mandi,Gangguan Mobilitas Fisik teratasi,Intervensi dihentikan.
c. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada Ny.A masalah
defisit pengetahuan yaitu dengan data subjektif Pasien mengatakan
paham tentang penyakitnya ,Pasien mengatakan sudah mengurangi
makanan yang manis dan hanya makan makanan yang dapat dari
RS,dengan data objektif Pasien tampak mengerti tentang
penyakitnya,Defisit Pengetahuan teratasi,Intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada Ny.A
Dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Melitus Gangren Pedis
Sinistra Di Ruang Edelwiess Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih
Puwakarta, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan sesuai dengan teori meliputi identitas
pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-
hari, data psikososial, data status mental pasien, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan terapi.
Salah satu fokus utama pengkajian pada pasien gangren pedis sinistra
adalah gangguan integritas kulit/jaringan pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut teori yang dikemukakan peneliti pada bab sebelumnya
dignosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien penderita
gangren pedis sinistra, setelah dilakukan tindakan pembersihan luka
ditemukan 3 diagnosa.
3. Perencanaan
Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada pasien gangren pedis
sinistra dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang
ada, intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan pasien
yang memperhatikan kondisi pasien serta kesanggupan keluarga
dalam kerja sama. Intervensi yang dilakukan oleh peneliti yaitu
intervensi yang dilakukan mandiri maupun kolaborasi.
4. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan
intervensi yang sudah dibuat, sesuai dengan kebutuhan pasien dengan
gangren pedis sinistra.
5. Evaluasi Keperawatan
Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Evaluasi yang dilakukan pada peneliti
pada pasien gangren pedis sinistra selama 3 hari perawatan oleh
peneliti dan dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan baik, pasien cukup kooperatif dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan lebih teliti dalam melalukan asuhan keperawatan,
salah satunya dalam mengangkat diagnose keperawatan peneliti
sebaiknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan dapat
melaksanakan pengkajian dan pengisian data secara komperhensif dan
menyeluruh.
2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan
Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam
imu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
Gangren menggunakan litearur-literatur terbaru.
DAFTAR PUSTAKA

Dhanny, D. R. (2022). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KADAR GLUKOSA


DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II USIA 46-65 TAHUN DI
KABUPATEN WAKATOBI. 11(April), 154–162.
Erin, D. (2015). Gangrene Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus Diabetic
Gangrene in Diabetes Mellitus Patient. J Agromed Unila, 2(4).
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Infodatin tetap produktif, cegah, dan atasi
Diabetes Melitus 2020. In Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
(pp. 1–10).
Khairani. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI, 1–8.
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,
Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara
Pencegahan. UIN Alauddin Makassar, November, 237–241. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/psb
Purnama, H., Sriwidodo, & Ratnawulan, S. (2017). Proses Penyembuhan dan
Perawatan Luka. Farmaka, 15(2), 255–256.
Sari, D. N. M., & Mukhamad, M. (2021). Gambaran Pengelolaan Gangguan
Integritas Kulit/Jaringan pada Pasien Post Op Debridement atas Indikasi Ulkus
Dm Pedis Dextra di Desa Lungge Kabupaten Temanggung. Indonesian Journal of
Nursing Research (IJNR), 4(2), 99–105.
Soelistijo, S. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021. Global Initiative for Asthma, 46.
www.ginasthma.org.
Sukmawati, D. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus
Gangren pada Ny. R dan Tn. S dengan Masalah Keperawatan Kerusakan
Integritas Jaringan Di Ruangan Melati RSUD Dr.Haryoto Lumajang Tahun 2019.
Jurnal Kesehatan.
Wintoko, R., Dwi, A., & Yadika, N. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka
Update Wound Care Management. JK Unila, 4, 183–189.
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2023). Diakses 4 February 2023, dari
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1195/neuropati-diabetik-kriteria-
diagnosis-rangkaian-series-
02#:~:text=Pemeriksaan%20penunjang%20yang%20dilakukan%20untuk,dan%20
hemoglobin%20terglikasi%20(HbA1c)
Kardika, I., Herawati, S., & Yasa, I. (2013). PREANALITIC AND
INTERPRETATION BLOOD GLUCOSE FOR DIAGNOSE DIABETIC
MELITUS. E-Jurnal Medika Udayana, 1707-1721. Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/6698
Service, J. (2023). Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan
Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Diakses 18 February 2023, dari
https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-penderita-diabetes-melitus-
berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat

Anda mungkin juga menyukai