Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK KLINIK KMB

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELLITUS


(DM)
DI BANGSAL KENANGA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAYU ASIH

DISUSUN OLEH:
PERI MATARAM
NIM. 020319634

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
2022\2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Diabetes Mellitus (DM) DI
Bangsal Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih.

Disusun Oleh:
Peri Mataram
NIM. 020319634
_________________________________

Preseptor/CI, Pembimbing Akademik

(_________________________) (Ns. Lalu Rodi Sanjaya, S.Kep.,M.Kep)


NIP................................... NIK. 523031
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolise glukosa yang disebabkan oleh gangguan
dalam tubuh. Tubuh manusia tidak menghasilkan cukup insulin dalam tubuhnya, sehingga
menyebabkan kelebihan glukosa dalam darah (Yuniarti, 2013).
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler dan neuropati
(Yuliana,2013).
Diabetes Mellitus adalah sekelompok diakibatkan oleh kelainan metabolic yang adanya
kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh/hiperglikemia, kadar glukosa darah secara normal
berkisar 70120 mg/dL. Diagnosis Diabetes Mellitus ditemukan apabila Glukosa sewaktu
≥200mg/dL, atau Glukosa puasa ≥1 26mg/dL. Dan disertai gejala klasik diabetes mellitus
yaitu Poliuria, polydipsia, dan polifagia (Smeltzer, Hinklie & Cheever, 2010; Kumar, Abbar
& Aster, 2013).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontr ol yang ditandai dengan hiperglikemik yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin
akibat pankreas yang menghentikan produksi insulin yang menyebabkan komplikasi kronis.
Gang guan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat dari insufisiensi fungsi insulin (Wijaya dan Yessie, 2013). Dari ke empat penge rtian di
atas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemik yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penururnan sensitivitas insulin dan ditandai dengan tingginya kadar gula dar ah disertai
dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari insufisiensi
fungsi insulin.Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung
dan umumnya beratnya sekitar 22 cm. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau dalam peta, sehingga disebut dengan pulau pulau Langerhans pankreas.
Pulaupul au ini berisi sel alpha yang menghasilkan hormon glukagon dan sel beta yang
menghasilkan hormon insulin. Kedua hormon ini bekerja secaraberlawanan, glukago
meningkatkan glukosa darah sedangkan insulin bekerja menurunkan kadar glukosa darah
(Syaifuddin, 20 12). Pankreas terletak di ruang retroprtitonoeal yang berkaitan dengan
struktur, termasuk bagian pertama dan kedua duodenum yang terletak di sebelah kanan
kepeala pancreas dan saluran empedu terletak diantara keduanya (Subiyanto, 2019).
B. ETIOLOGI
Sebab yang tepat timbulnya penyakit ini belum diketahui. Tetapi diantaranya disebabkan oleh
timbulnya defensiasi insulin, relatif ataupun absolut. Jadi dibutuhkan lebih banyak dari pada
yang dapat dibentuk oleh tubuh. Selain itu juga berh ubungan dengan growth hormone yang
dibuat oleh kelenjar hiposis dan berbagai steroid yang dibentuk oleh kelenjar adrenal. Kerena
itu diabetes akan timbul bila keseimbangan normal antara ketiga kelenjar endokrin terganggu
(Haryono, 2019).
 Diabetes Me llitus Type I
Penyebab rusaknya sel beta pada pancreas yang menimbulkan Diabetes Mellitus Type I pada
tubuh belum diketahui pasti, akan tetapi ada kemungkinan bahwa sebab dari peyakit ini
adalah factor genetic dan factor lingkungan (Haryono, 2019). Factor lingkungan yang dapat
menyebabkan seseorang terserangDiabetes Mellitus Type I itu meliputi factor adanya infeksi
dari virus tertentu yang menyerang tubuh, atau bisa juga dikarenakan obatobatan yang
mengandung senyawa kimia yang dapat merusak selsel panc reas. Factor genetic bisa juga
dikarenakan oleh beberapa hal seperti rusaknya genetic dari sel beta dan genetic dari aksi
insulin, serta adanya penyakit di pancreas misalnya, pankreasitis, trauma, atau neoplasma
(Haryono, 2019).
 Diabetes Mellitus T ype II
Ada dua hal yang berperan pada kejadian Diabetes Mellitus Type II yaiu hal pertama :
terjadinya karna adanya penurunan sensitivitas dari insulin artinya meskipun insulin cukup
jumlahnya namun tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya unruk menurunkan kadar
glukosa darah akibat kerusakan pada reseptor insulin di sel, hormone insulin tidak dapat
berkaitan dengan reseptornya dan glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal kedua :
penurunan produksi insulin oleh sel beta pancreas Diabetes Mellitus T ype II di rawat dengan
cara melakukan edukasi, diet, latihan fisik/olahraga, dan monitoring glukosa darah, delain itu
dapat melakukan perawatan dan pengobatan biasa menggunakan hipoglikemia oral atau
insulin sesuai kebutuhan (Subiyanto, 2019). Ada beberapa factor yang dapat mempengaru
terjadi Diabetes Mellitus Type II antara lain : Obesitas, Usia, Gaya hidup, Riwayat keluarga
(Subiyanto, 2019).
 Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes Mellitus Gestasional adalah diabetes yang terjadi pada wanita ham il yang
sebelumnya tidak mengidap diabetes. Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan
dengan peningkatan kebutuhan energy dan kadar estrogen serta hormone pertumbuhan yang
terus menerus tinggi selama kehamilan (Corwin, 2010).
C. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan umum pada pasien DM seperti banyak kencing (poliuria), sering haus dan banyak
minum (polidipsia), mudah lapar dan sering makan (polifagia) pada pasien DM tidak ada,
sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif
kronik pad a pembuluh darah dan syaraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofiologi
akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai
kasus dengan komplikasi yang luas, keluhan yang sering muncul adalah gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (nueropati
perifer) dan luka pada tungkai yang suka sembuh dengan pengobatan lazim (Subiyanto,
2019).
Berikut ini tanda-tanda klinis dari Diabetes Mellitus (Subiyanto, 2019):
1.Poliuria (serin g kencing)
Keadaan sering kencing yang di sebabkan oleh glukosa darah yang tinggi, Kencing yang
sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu
malam hari.
2. Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyak cairan yang keluar melalui kencing.
Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas
atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus dengan banyak minum.
3. Polifagi (banyak makan)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul karena mengalami keseimbangan energi
negative sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar yaitu
dengan banyak makan.
4. Penurunan berat badan dan rasa lelah Penurunan berat badan yang berlansung dalam
relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga.
5. Kesemutan pada kaki Keluhan kesemutan pada kaki merupa Perifer Arterial Desease
(PAD) kan tanda awal adanya komplikasi , yaitu adanya sumbatan arteri yang menuju kekaki.
Adanya sumbatan arteri yang makin parah pada tahap lanjut akan menyebabkan rasa nyeri.
Bahkan, pada tahap akhir simana sel saraf perifer menga lami kerusakan dan kematian akan
timbul rasa kebas, kebal dan mati rasa (neuropati).
6. Rasa gatal dan keputihan, infeksi dan bisul Yaitu akibat penurunan daya tahan tubu, yaitu
penurunan fungsi leukosit dalam melakukan fagositisis. Keusakan fungsi leukosit i
glukotoksik, yaitu hiperglikemia yang terjadi menahun. Mata kabur ni terjadi akibat
glukotoksik, yaitu hiperglikemia yang terjadi menahun
7. Mata kabur
Terjadi akibat komplikasi kronis diabtes mellitus, yaitu kerusakan mikrovaskuler yang
menyebabkan pecahnya pembuluh darah halus retina. Hal tersebut mengurangi kekuatan mat
retina.
D. TINJAWAN ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi dan fisiaologi

Sumber: (Subiyanto, 2019)

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :
1.Diabetes tipe I
Pada Diabetes  tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat
produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam
darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit
yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan
dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tandatanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian.
2.Diabetes tipe II
Pada Diabetes  tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi
insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa
yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina
atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah
di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu
gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada
pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari
kavitas sentral biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan
tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek
terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris
perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan
jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya
ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka
abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi
didaerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke
jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).
F. PATHWAY
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM digolongkan sebagai akut dan kronik

1.Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari

glukosa darah.
a.Hipoglikemia.
b.Ketoasidosis diabetic (DKA)
c.sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik (HONK).

2.Komplikasi kronik

Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.


a.Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular
perifer dan vaskular selebral.
b.Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik
komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c.Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang
masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d.Ulkus/gangren

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:


1)Grade 0 ; tidak ada luka
2)Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3)Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4)Grade III : terjadi abses
5)Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6)Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Labolatorium
 Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena, serum/plasma
10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode
tanpa deproteinisasi
 Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180% maka
sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin:  + nilai ambang ini akan
naik pada orang tua. Metode yang  populer: carik celup memakai GOD.
 Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat didekrboksilasi
menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
 Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL, LDL,
Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody)

2. Pemeriksaan Elektrokardiogram

 Kegunaan EKG pada bidang kardiologi dapat digunakan untuk mendiagnosis hal-hal berikut
ini seperti sudut kelistrikan jantung, monitoring denyut jantung, aritmia, kelainan urutan
aktivasi jantung, peningkatan ketebalan dan ukuran otot jantung atrium dan ventrikel,
iskemik dan infark miokard, efek obat, karditis, monitoring pemacu jantung.7 Menurut
sebuah literatur dikatakan bahwa EKG juga bisa digunakan dalam mengidentifikasi PKV
pada diabetes, seperti silent ischemia miocardial, neuropati autonomi jantung, kardiomiopati
diabetik. Meskipun EKG memiliki tingkat akurasi 58,2-62% jika dibandingkan dengan
angiografi koroner dalam mendiagnosis PKV terutama PJK dan alat pemeriksaan penunjang
utama dalam kardiomiopati diabetik adalah ekokardiografi, namun jika didasarkan pada
ketersediaan alat dan jangkauan ekonomi masyarakat menengah kebawah, EKG cukup bisa
diandalkan dalam penegakan diagnosis PKV.

3. Pemeriksaan Radiologi

 Tampak enthesophyte pada tuberositas os calcaneus dextra Trabekulasi tulang normal Celah
dan permukaan sendi baik Tak tampak erosi /destruksi tulang Tampak area lusen multiple
dan swelling minimal pada soft tissue regio 1/3 distal os tibia dan fibula dextra, distal
metatarsal Iproksimal digiti II
 Kesan: V pedis dextra V hingga phalanx Mengesankan Gas gangren pada pedis dextra, yang
terproyeksi pa 1/3 distal os tibia dan fibula dextra hingga distal metatarsal I phalanx
proksimal digiti IIda regio V hingga V pedis dextra Calcaneal spur pedis dextra
H. ASUHAN KEPERAWATAN

Terdapat 5 langkah kerangka kerja proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosis keperaw
atan, perencanaan, (termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi dan
evaluasi. Setiap langkah proses keperawatan penting untuk pemecahan masalah yang akurat
dan erat saling berhubungan satu sama lain (Potter dan Perry, 2011).

1. Pengkajian
Pengkaijan adalah proses pengumpulan data yang akurat serta sistematis yang bertujuan
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta
untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu sebelum

2. Analisis Data dan Diagnosis Keperawata


Pengumpulan data nya (Subiyanto,2019). Pengumpulan data adalah pengumpulan
formasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah
kebutuhan. Serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari data yang terkumpul, di diapatkan
data dasar tentang masalahmasalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data keperawatan dasar
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperaw
serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalahatan, masalah klien. (Sumijatun, 2010 a.
Anamnesa

3. Rencana keperawatan
Identitas Klien Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis. Riwayat kesehatan
sekarang Pengkajian pada riwayat kesehatan sekarang meliputi 2 hal yaitu :

(a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit Dalam penulisannya keluhan utama disampaikan
dengan jelas dan padat, dua atau tiga suku kata yang merupakan keluhan yang mendasari
klien meminta bantuan pelayanan kesehatan atau alasan klien masuk rumah sakit. Keluhan
utama yang sering muncul pada pasien Diabetes Mellitus tipe II ini yaitu : sering kencing
(poliuria), sering haus (polidipsia), mudah lapar (polifagia), dan
(b) Keluhan saat dikaji erat badan menurun. Berbeda dengan keluhan utama saat masuk
rumah sakit, keluhan saat dikaji didapat dari hasil pengkajian pada saat itu juga.penjelasan
meliputi PQRST :

P : Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal yang meringankan
atau memperberat gejala, klien dengan diabetes mellitus mengeluh mual muntah, diare dan 30
adanya luka gangren.

Q : Qualiative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Ra sa mual meningkat akan
membuat klien merasa tidak nafsu makan.

R : Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah yang di keluhkan. Mual dirasakan di ulu
hati, bila terjadi gangrene sering dibagian ektremitas atas dan bawah.

S : Severity drajat keganasan atau intensitas dari keluhan tersebut. Mual yang dirasakan dapat
mengganggu aktivitas klien.

T : Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan frekuensinya, waktu tidak
menentu, biasanya dirasakan secara terusmenerus.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition, IOWA
Intervention Project, Mosby.
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Teguh, Subianto. (2009). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited 12
Februari 2012], avaible from
URL: http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-diabetes-
mellitus.htmlhttp://www.hyves.web.id/askep-diabetes-melitus/
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai