Anda di halaman 1dari 19

PERAWATAN LUKA PADA PASIEN DIABETES

MELITUS (DM)

OLEH :
Abd. Rahman Rumakey (19.001)
Ainun N. (19.002)
Asdar (19.003)
Ashar Ariandi (19.004)
Asra Hatlah (19.005)
Asrul (19.006)
Aswidayanti (19.007)
Cindrawati Tahir (19.008)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR


INSTITUSI AKPER (AKADEMI KEPERAWATAN)
YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR (YAPMA)
T.A. 2021/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
perawatan luka pada pasien diabetes melitus (dm) ini.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang perawatan luka pada
pasien diabetes melitus (dm) ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Makassar, September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II Pembahasan.................................................................................................3
A. Konsep Diabetes Melitus..............................................................................3
B. Pencucian Luka.............................................................................................7
C. Dressing........................................................................................................9
D. Edukasi pasien dan keluarga.......................................................................12
E. Lima Pilar Menuju Sehat Diet....................................................................12
F. Latihan........................................................................................................13
G. Pendidikan...............................................................................................13
H. Aplikasi perawatan luka................................................................................13
BAB III Penutup....................................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Insulin yaitu
suatu hormon yang diproduksi pancreas, mengendaliakan kadar glukosa dalam
darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya.(Brunner & Suddarth
2002). Menurut FKUI (2007) diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit
keturunan. Artinya bila orang tuanya menderita diabetes, anak-anaknya
kemungkinan akan menderita diabetes juga. Hal itu memang benar, tetapi
faktor keturunan saja tidak  cukup, diperlukan faktor lain yang disebut faktor
resiko atau faktor pencetus misalnya, ada infeksi virus (pada DM tipe-1),
kegemukan atau pola makan yang salah, minum obat yang dapat menaikan
kadar glukosa darah, proses menua, stress dan lain-lain Menurut Sudoyo
(2006) Gangren Kaki Diabetes memang masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat, Hasil pengobatan kaki diabetes sering mengecewakan baik bagi
dokter pengelola maupun penyandang DM dan keluarganya. Sering kali kaki
diabetes berakhir dengan kecacatan dan kematian. Di Indonesia masih
merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal. Oleh
karena itu Pada tahun 2005 International Diabetes Federation mengambil tema
“ tahun kaki diabetes “mengingat pentingnya pengelolaan kaki diabetes untuk
dikembangkan (Tetty, 2011). Komplikasi kaki diabetik merupakan penyebab
tersering dilakukannya amputasi yang didasari oleh kejadian non traumatik.
Risiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada penderita DM dibandingkan
dengan non-DM. Komplikasi akibat kaki diabetik menyebabkan lama rawat
penderita DM menjadi lebih panjang. Lebih dari 25% penderita DM yang
dirawat adalah akibat kaki diabetik. Sebagian besar amputasi pada kaki
diabetik bermula dari ulkus pada kulit. Bila dilakukan deteksi dini dan
pengobatan yang adekuat akan dapat mengurangi kejadian tindakan amputasi
(Eva, 2008).

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui konsep dari diabetes
b. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang luka diabetic dan
cara perawatannya

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa tentang diabetes
b. Mengetahui komplikasi penyakit diabetes
c. Mengetahui cara perawatan luka pada pasien penderita diabetes

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Diabetes Melitus


1. Pengertian Diabetes melitus
Pengertian Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Yuliana dalam NANDA, 2015)
Sel khusus pankreas menghasilkan sebuah hormon yang disebut
insulin untuk mengatur metabolisme. Tanpa hormon ini, glukosa tidak
dapat masuk sel tubuh dan kadar glukosa darah meningkat. Akibatnya,
individu dapat dapat mulai mengalami gejala hiperglikemia. Secara
sederhana, proses ini dinyatakan sebagai pembentukan diabetes melitus.
(Rosdahi, 2015)

2. Etiologi
Menurut Riyadi (2008) diabetes melitus disebabkan oleh
penurunan produksi insulin oleh sel-selbeta pulau langerhans. Jenis Juve
(usia muda) disebabkan oleh predisposisi herediter terhadap
perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau degenerasi selsel
beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenerasi sel-sel
beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini 8 jelas
disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat
pada orang yang rentan dan obesitas disposisi terhadap jenis obesitas ini
karena diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengolahan
metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan orang normal.
3. Patofisiologi

3
Menurut Wijaya (2013) patofisiologi diabetes melitus yaitu
sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut: berkurangnya
pemakaian glukosa oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 200-1200 mg/dl. Peningkatan
mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan
kolesterol pada dinding pembuluh darah dan akibat dari berkurangnya
protein dalam jaringan tubuh. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi
insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar
160-180 mg/100 ml), akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri 10
menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan
mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asstenia aatau
kekurangan energi sehingga protein menjadi cepat lelah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hipergikemia yang
lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa yang normal, atau toleransi glukosa
sesudah makan karbohidrat, jika hiperglikemia parah dan melebihi
ambang ginjal, maka timbul glukosoria. Glukosoria ini akan
mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan mengeluarkan kemih
(poliuria) harus testimulasi, akibatnya pasien akan minum dalam jumlah

4
banyak karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami
keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang
semakin besar (polifagia) timbul sebagai akibat kehilangan kalori.

4. Manifestasi Klinis Menurut Yunus (2015) tanda dan gejala diabetes


melitus adalah:
a. Keluhan berdasarkan “Trias”
1) Banyak minum (polidipsi)
2) Banyak kencing (poliiuria)
3) Banyak makan (polifagi)
b. Kadar gula darah waktu puasa > 120 mg/dl
c. Kadar gula darah dua jam setelah makan > 200 mg/dl
d. Kadar gula darah gula acak > 200 mg/dl
e. Kelainan kulit: gatal-gatal, bisul, Kesemutan, neuropati, kelemahan
tubuh, impotensi pada pria, mata kabur

5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya (2013) pemeriksaan diagnostik pada pasien DM
adalah:
a. Kadar gula glukosa
1) Gula darah sewaktu/random >200mg/dl
2) Gula darah puasa/nuchter >140 mg/dl
3) Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200mg/dl
b. Aseton plasma → hasil (+) mencolok
c. As lemak bebas → peningkatan lipid dan kolesterol
d. Osmolaritas serum (>330 osm/l)
e. Urinalisis → proteinuria, ketonuria, glukosuria

6. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya

5
untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan teraupetik
pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal
(Padila, 2012). Menurut Wijaya & Yessie (2013) dalam penatalaksanaan
pasien diabetes melitus tujuannya:
a. Jangka panjang : mencegah komplikasi
b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM

7. Komplikasi
Menurut Riyadi (2008) komplikasi diabetes melitus adalah:
a. Komplikasi yang bersifat akut
1) Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obat
diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi
penurunan glukosa dalam darah. Glukosa yang ada sebagian
besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
2) Ketoasidosis
Minimnya glukosa di dalam sel akan mengakibatkan sel
mencari sumber alternatif untuk dapat memperoleh energi sel.
Kalau tidak ada glukosa maka benda-benda keton akan dipakai
sel. Kondisi ini akan mengakibatkan penumpukan residu
pembongkaran benda-benda keton yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan asidosis.
3) Koma hiperosmolar nonketotik
Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan
intrasel dan ekstrasel karena banyak diekskresi lewat urin.
b. Komplikasi yang bersifat kronik
1) Makroangiopati yang mengenai pembuluh darah besar, pembuluh
darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati yang mengenai pembuluh darah kecil, retinopati
diabetika, nefropati diabetik. Nefropati terjadi karena perubahan
mikrovaskulr pada struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan

6
komplikasi pada pelvis ginjal. Tubulus dan glomerulus penyakit
ginjal dapat berkembang dari proteinuria ringan ke ginjal.
Retinopati adanya perubahan dalam retina karena penurunan
protein dalan retina. Perubahan ini dapat berakibat gangguan
dalam penglihatan.
3) Neuropati diabetika Akumulasi orbital didalam jaringan dan
perubahan metabolik mengakibatkan fingsi sensorik dan motorik
saraf menurun kehilangan sensori mengakibatkan penurunan
persepsi nyeri.
4) Rentan infeksi seperti tuberculosis paru, gingivitis, dan infeksi
saluran kemih.
5) Ulkus diabetik Perubahan mikroangiopati, mikroangiopati dan
neuropati menyebabkan perubahan pada ekstermitas bawah.
Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi,
gangren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik
dapat menunjang terjadi trauma atau tidak terkontrolnya infeksi
yang mengakibatkan gangren.

B. Pencucian Luka
Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang
bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa metabolic tubuh pada cairan luka.
Mencuci dapat meningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat proses
penyembuhan luka dan menghindari kemungkinan terjadinya infeksi.
Pencucian luka merupakan aspek yang paling penting mendasar dalam
manajemen luka. Merupakan  basis untuk proses penyembuhan luka yang
baik, karena luka akan sembuh dengan baik jika luka dalam kondisi bersih.
Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing, scrubbing,
showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing. Mencuci dengan teknik
swabbing dan scrubbing tidak terlalu dianjurkan pada pencucian luka, karena
dapat menyebabkan trauma pada jaringan granulasi dan epithelium, juga
membuat bakteri terdistribusi bukan mengangkat bakteri. pada saat scrubbing

7
atau menggosok dapat menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat
meningkatkan inflamasi ( persisten inflamasi). Teknik showering (irigasi),
whirpool, dan bathing adalah teknik yang paling sering digunakan dan banyak
riset yang mendukung teknik ini. keuntungan dari teknik ini adalah dengan
teknik tekanan yang cukup dapat mengangkat bakteri yang terkolonisasi,
mengurangi terjadinya trauma dan mencegah terjadinya infeksi silang serta
tidak menyebabkan luka mengalami trauma.
Debridement Nekrotik adalah perubahan morfologi yang diindikasi kan
oleh adanya sel mati yang disebabkan oleh degradasi enzim secara progresif,
ini merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :
1. Eschar yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi impermeable dan
lengket pada permukaan luka.
2. Slough-basah, kuning, berupa cairan dan tidak lengket pada luka. Jaringan
nekrotik dapat menghalangi proses penyembuhan luka dengan
menyediakan tempat untuk  pertumbuhan bakteri.untuk menolong
penyembuhan luka, tindakan debridement sangat dibutuhkan.
Debridement dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti mekanikal,
surgical, enzimatik, autolysis, dan biochemical.

Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan


fisiolofis, Ultrasonic laser , dan sebagainya, dalam rangka untuk
membersihkan jaringan nekrotik. Debridemen secara enzimatik dilakukan
dengan pemberian enzim eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim
tersebut akan menghancurkan residu-residu protein. Contohnya, kolagenasi
akan melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis debridement yang sering
dipakai adalah papin, DNAse dan fibrinolisin. Debridemen autolitik terjadi
secara alami apabila seseorang terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag
dan enzim proteolitik endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan
nekrotik. Secara sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat
menciptakan kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan

8
bertindak sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu
proses granulasi. Belatung (Lucilla serricata)yang disterilkan sering
digunakan untuk debridemen biologi. Belatung menghasilkan enzim yang
dapat menghancurkan jaringan nekrotik. Debridemen bedah merupakan jenis
debridemen yang paling cepat dan efisien.

1. Tujuan debridemen bedah adalah untuk:


a. mengevakuasi bakteri kontaminasi,
b. mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat mempercepat
penyembuhan,
c. Menghilangkan jaringan kalus,
d. mengurangi risiko infeksi lokal.

Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang baik adalah
dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement adalah suatu
cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh tubuh sendiri dengan
syarat utama lingkungan luka harus dalam keadaan lembab. Pada keadaan
lembab, proteolytic enzim secara selektif akan melepas jaringan nekrosis dari
tubuh. Pada keadaan melunak jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan
sendirinya ataupun dibantu dengan surgical atau mechanical debridement.
Tindakan debridement lain yang biasa digunakan adalah dengan cara
biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva akan dengan
sendirinya secara selektif memakan jaringan nekrosis sehingga dasar luka
menjadi merah.

C. Dressing
Memilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu keputusan yang harus
dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan integument. Berhasil
tidaknya luka membaik, tergantung pada kemampuan perawat dalam memilih
balutan yang tepat, efektif dan efisien.
1. Tujuan Memilih Balutan

9
c. Balutan dapat mengontrol kejadian infeksi /melindungi luka dari
trauma dan invasi bakteri
d. Mampu Mempertahankan Kelembaban’
e. Mempercepat Prosespenyembuhan Luka, Absorbs Cairan Luka
f. Nyaman Digunakan,Steril Dan Cost Effective.

Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan metode


moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan lembab. Luka
akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat dikontrol, menjaga agar
luka dalam keadaan lembab, luka tidak lengket dengan bahan kompres,
terhindar dari infeksi dan permeable terhadap gas. Tindakan dressing
merupakan salah satu komponen penting dalam mempercepat penyembuhan
lesi.

Prinsip dressing adalah bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan


lembab sehingga dapat meminimalisasi trauma dan risiko operasi.Berikut ini
akan dikenalkan beberapa jenis bahan topical terapi yang dapat digunakan
untuk penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya adalah calcium
alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, gamgee, polyurethane
foam, silver dressing.

Calcium Alginate Berasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi gel
jika bercampur dengan luka. Berupa jenis  balutan yang dapat menyerap
jumlah cairan luka yang berlebihan. Dan keunggulannya adalah
kemampuannya menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi perdarahan
minorserta barier terjadi kontaminasi oleh psedomonas. Hydrokoloid Jenis
topikal terapi yang berfungsi untuk mempertahankanluka dalam keadaan
lembab, melindungi luka dari trauma, dan menghindari dari resiko infeksi,
mampumenyerap eksudat minimal. Baik digunakan pada luka yang berwarna
merah, abses tau luka yang terinfeksi. Bentuknya adaberupa lembaran tipis
serta pasta. Keunggulannya adalah berbentuk lembaran, tidak memerlukan

10
balutan lain diatasnya sebagai penutup, cukup ditempel dan ganti jika sudah
bocor.

Contoh produk hydrocoloid Hydroaktif gel

Jenis topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan jaringan


nekrotik oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan membuat suasana
luka yang kering karena jaringan nekrosis menjadi lembab. Air yang
berbentuk gel akan masuk kesela-sela jaringan yang mati dan kemudian akan
menggembung jaringan nekrosis seperti lebam mayat yang kemudian akan
memisahkan antara  jaringan yang sehat dan jaringan mati. Pada keadaan
lunak inilah biasanya akan lebih mudah melakukan surgical debridemang atau
biarkan tubuh sendiri yang melakukannya.

Polyurethane Foam

Jenis balutan dengan daya serap yang tinggi, sehingga sering


digunakan pada keadaan luka yang cukup banyak mengeluarkan
eksudat/cairan tang berlebihan dan pada dasar luka yang berwarna merah
saja. Kemampuannya menampung cairan dapat memperpanjang waktu
penggantian balutan. Selain itu balutan ini juga tidak memerlukan balutan
tambahan, langsung dapat ditempel pada luka, dan membuat dasar luka
menjadi rata, terutama pada hypergranulasi Gamgee, balutan anti mikrobial
dan pengikat bakteri Gamgee adalah jenis topikal terapi berupa tumpukan
bahan balutan yang tebal dengan daya serap cukup tinggi dan diklaim jika
bercampur dengan cairan luka dapat mengikat bakteri.palingh sering
digunakan sebagain balutan tambahan setelah balutan utama yang menempel
pada luka. Beberapa  balutan pada jenis ini ada yang mengandung
antimikrobial dan hydrophobic atau mengikat bakteri.

Metcovazin

Jenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat mudah


digunakan karena hanya tinggal mengoles saja. Bentuk salep, berwarna putih

11
dan kemasan. Berfungsi untuk support autolisis debridement (meluruhkan
jaringan nekrosis / mempersiapkan dasar luka berwarna merah) menghindari
trauma saat membuka balutan, mengurangi bau tidak sedap, mempertahankan
suasana lembab dan suport granulasi. Keunggulannya dapat digunakan untuk
semua warna dasar luka dan mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.

Silver dressing

Kondisi infeksi yang sulit ditangani, luka mengalami fase statis, dasar
luka menebal seperti membentuk agar-agar atau yang dikenal dengan biofilm,
penggunaan silver dressing merupakan pilihan paling tepat. Pada keadaan ini
luka mengalami sakit yang berat, eksudat dapat menjadi  purulen dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dressing ini digunakan dalam jumlah
pemakaian 4x ganti balutan dimana silver menempel pada luka sekurangnya
5-7 hari saja. dengan daya.

D. Edukasi pasien dan keluarga


Edukasi bagi pasien dan keluarga dengan diabetes sangat penting. Hal ini
disebabkan penyakit diabetes adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan sesuai kebutuhan dan
olahraga teratur) dan menggunakan oral maupun insulin.

E. Lima Pilar Menuju Sehat Diet


Syarat diet DM hendaknya dapat:
1. Memperbaiki kesehatan umum penderita
2. Mengarahkan pada berat badan normal
3. Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4. Mempertahankan kadar KGD normal
5. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik 
6. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7. Menarik dan mudah diberikan

12
F. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
6. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik 
G. Pendidikan
Merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,
melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya. Kontrol Gula Darah Kadar glukosa
darah tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan GD2JPP > 144 mg/dl) akan
mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang, baik makrovaskuler
maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus diabetika. Sehingga penting
dalam kepatuhan pasien dengan DM terhadap diet. Kontrol Tekanan Darah
Pada penderita Diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi
akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler
sehingga klien dengan diabetes perlu melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara rutin.

H. Aplikasi perawatan luka


1. Pengkajian: catat riwayat pasien dan keluhan utama.
2. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan pengkajian dan
perawatan luka.
3. Cuci tangan.

13
4. Buka luka perlahan, hindari terjadinya perdarahan / terauma pada luka.
Tidak perlu menggunakan pinset dalam membuka balutan, cukup
menggunakan tangan yang menggunakan sarung tangan.
5. Luka dikaji dengan seksama sesuai dengan cara mengkaji luka, jangan
lupa dokumentasikan dengan tepat hal-hal yang harus ditulis dan diambil
gambar luka. Jika harus dilakukan pengambilan kultur, sesuaikan dengan
prosedur cara pengambilan kultur.
6. Cuci luka, boleh dilakukan dengan perendaman air hangat atau air yang
mengandung antiseptik. Hati-hati dalam mencuci luka jangan sampai
menyebabkan trauma, terakhir jika luka tidak terdapat infeksi dapat
dibilas dengan NS 0,9 % saja atau jika ada infeksi dapat menggunakan
larutan antiseptik lain, kemudian bilas dengan NS 0,9 % atau hanya
dengan larutan Feracrylum 1%.
7. Siapkan alas bersih dan mulailah dengan merawat luka. ganti sarung
tangan saat akan melakukan pembalutan.
8. Pilih topikal terapi sesuai dengan kondisi luka, misalnya sesuai dengan
warna dasar luka, bentuk luka, luas dan kedalamannya, terinfeksi atau
tidak.
9. Tutup luka dengan seksama, jangan sampai ada luka yang tampak
kelihatan dari luar, ukur ketebalan kasa atau bahan topikal yang
ditempelkan keluka harus mampu membuat suasana luka optimal
(moisture balance) dan memsuport luka kearah perbaikan/segera sembuh.
10. Jika terdapat edema, lakukan pemeriksaan tentang penggunaan balutan
kompresi (dopler).
11. Perhatikan kualitas hidup pasien, hindari pasienm tidak bisa melakukan
aktifitasnya setelah dikenakan balutan.
12. Jelaskan pada pasien kapan harus kembali lagi untuk melakukan
penggantian balutan dan kontrol gula darah.
13. Rapikan semua alat-alat dan perhatikan tentang pembuangan sampah
medis

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Insulin yaitu
suatu hormon yang diproduksi pancreas,mengendaliakan kadar glukosa dalam
darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya Teknik pencucian pada
luka antara lain dengan swabbing, scrubbing, showering, hydrotherapi,
whirlpool, dan bathing. Pencucian bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis, cairan luka yang bersih, sisa balutan yang digunakan dan sisa
metabolic tubuh pada cairan luka.

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC

Kariardi, Sri Hartini (2009). Diabetes? Siapa Takut, Bandung : Qanita

Anda mungkin juga menyukai