Anda di halaman 1dari 17

PERAN PERAWAT DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bencana

Dosen Pengampu :

Drg. Emmelia Kristina Hutagaol, MARS

Ditulis oleh :

Mindi Utari 020319625

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN


(AKADEMIK)
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

Jl. Industri Pasir Gombong, Pasirgombong, Kec. Cikarang Utara, Bekasi, Jawa Barat 17530.
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Taufik
Hidayah-Nya kepada kita semua, shalawat serta salam saya sampaikan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
Peran Perawat Dalam Penanggulangan Bencana, yang akan dibahas di dalam makalah ini
dengan lebih lengkap. Pada dasarya, tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tuga mata kuliah Keperawatan Bencana.
Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Drg. Emmelia Kristina
Hutagaol, MARS sebagai dosen mata kuliah Keperawatan Bencana. Saya ucapkan juga
terimakasih kepada diri saya dan teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini sampai dapat terselesaikan. Kritik dan saran akan dengan senang hati saya
terima, karena masih banyak kekurangan dan kesulitan yang didapatkan dalam penulisan
makalah ini. Semoga dengan diselesaikannya makalah ini saya dan kita semua dapat
mengetahui lebih dalam mengenai Peran Perawat Dalam Penanggulangan Bencana dan dapat
bermanfaat untuk mengembangkan dan menambah wawasan bagi kita semua.

Bogor, 29 November 2022

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

D. Manfaat 2

BAB II ISI 3

A. Definisi 3
B. Prinsip penanggulangan bencana 5
C. Kelompok Rentan Bencana 6
D. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana 6
E. Jenis Kegiatan Siaga Bencana8
F. Peran Perawat Dalam Managemen Bencana 10

BAB III PENUTUP 13

A. Kesimpulan 13

B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor
alam dan atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingungan, kerugian harta dan dampak psikologis.
Indonesia merupakan daerah yang rawan dan beresiko tinggi terhadap
bencana. Tidak sedikit bencana yang datang secara periodic, namun negara ini selalu
tidak siap dalam menghadapi bencana. Hal ini diharapkan dapat memberikan
panduan/acuan kepada agar mampu merencanakan penataan, memberikan arahan
pemanfaatan dan penentuan pola ruang untuk kawasan-kawasan rawan bencana.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Ende sejaktahun 2017 kejadian bencana
sebanyak 86 kasus dengan 45 % terjadi bencana banjir sedangkan pada tahun
2018 terjadi 73 kasus bencana yang terdiri dari bencana banjir, angin topan, dan
tanah longsor, dan 40% merupakan bencana banjir.
Salah satu aspek penanggulangan bencana yang sangat penting adalah mitigasi
bencana yang merupakan bagian dari penanggulangan prabencana. Mitigasi bencana
merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Tujuan mitigasi bencana adalah mengurangi dampak yang
ditimbulkan, khususnya bagi penduduk, sebagai landasan (pedoman) untuk
perencanaan pembangunan dan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat
hidup dan bekerja dengan aman.
Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang digunakan untuk mengantisipasi
bencana. Faktor utama yang menjadi kunci untuk kesiapsiagaan adalah pengetahuan.
Dengan pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian untuk
siap siaga dalam mengantisipasi bencana. Kesiapsiagaan merupakan salah satu proses
manajemen bencana, pentingnya kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen penting
dari kegiatan pencegahan pengurangan resiko bencana (Sinsiana, 2015).

iv
Peran perawat dalam manajemen bencana yaitu pada saat fase pra, saat dan
pasca bencana. Salah satu peran perawat dalam fase pra bencana adalah perawat
terlibat dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana. Perawat memiliki peran kunci dalam kesiapsiagaan masyarakat
terhadap bencana. Perawat sebagai profesi tunggal terbesar dalam layanan kesehatan
harus memahami siklus bencana, tanpa integrasi keperawatan dalam setiap tahap
bencana masyarakat akan kehilangan bagian penting dalam pencegahan bencana
karena perawatan merupakan respon terdepan dalam penanganan bencana (Efendi &
Makhfudli, 2009).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
“Apakah Tindakan yang dilakukan perawat dalam penanggulangan bencana, dan
peran seperti apa yang dilakukan perawat Ketika terjadinya suatu bencana?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk mengetahui peran perawat dalam
upaya penanggulangan bencana.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa memahami peran seperti apa yang seharusnya perawat
lakukan Ketika terjadinya bencana
b. Agar mahsiswa memahami apa saja penanggulangan pra bencana, bencana dan
pasca bencana
c. Agar terciptanya mahasiswa Keperawatan yang sigap akan penanggulangan
bencana

D. Manfaat
Dari hasil pembuatan makalah yang nantinya akan diperoleh, saya berharap
hal tersebut memberikan manfaat. Manfaat yang nantinya diperoleh yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.

v
BAB II
ISI

A. Definisi
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam,
dan bencana sosial. (Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2012).
Indonesia merupakan daerah yang rawan dan beresiko tinggi terhadap
bencana. Tidak sedikit bencana yang datang secara periodic, namun negara ini selalu
tidak siap dalam menghadapi bencana. Hal ini diharapkan dapat memberikan
panduan/acuan kepada agar mampu merencanakan penataan, memberikan arahan
pemanfaatan dan penentuan pola ruang untuk kawasan-kawasan rawan bencana.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Ende sejaktahun 2017 kejadian bencana
sebanyak 86 kasus dengan 45 % terjadi bencana banjir sedangkan pada tahun
2018 terjadi 73 kasus bencana yang terdiri dari bencana banjir, angin topan, dan
tanah longsor, dan 40% merupakan bencana banjir.
Salah satu aspek penanggulangan bencana yang sangat penting adalah mitigasi
bencana yang merupakan bagian dari penanggulangan prabencana. Mitigasi bencana
merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana. Tujuan mitigasi bencana adalah mengurangi dampak yang
ditimbulkan, khususnya bagi penduduk, sebagai landasan (pedoman) untuk
perencanaan pembangunan dan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat
hidup dan bekerja dengan aman.
Sector Kesehatan dalam kondisi bencana sangat diperlukan untuk memberikan
pelayanan Kesehatan. Tenaga Kesehatan perawat sangat dibutuhkan pada situasi
bencana. Dalam hal ini, peran perawat bukan hanya memberikan pertolongan
perawatan pada korban bencana yang sakit atau cidera melainkan perawat dapat

vi
memberikan peran dalam tahap Preparedness, Mitigasi bencana, tanggap darurat,
recovery dan rehabilitasi (Abdelalim & Ibrahim, 2014).
Peran perawat dalam manajemen bencana yaitu pada saat fase pra, saat dan
pasca bencana. Salah satu peran perawat dalam fase pra bencana adalah perawat
terlibat dalam promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana. Perawat memiliki peran kunci dalam kesiapsiagaan masyarakat
terhadap bencana. Perawat sebagai profesi tunggal terbesar dalam layanan kesehatan
harus memahami siklus bencana, tanpa integrasi keperawatan dalam setiap tahap
bencana masyarakat akan kehilangan bagian penting dalam pencegahan bencana
karena perawatan merupakan respon terdepan dalam penanganan bencana (Efendi &
Makhfudli, 2009).
Fase awal Ketika terjadi bencana, respon paling awal yang sangat diperlukan
adalah peyelamatan korban bencana sebanyak mungkin serta memberikan perawatan
dalam memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh korban bencana, serta mengurangi
dampak Kesehatan pada korban bencana yang akan berdampak pada Kesehatan
dengan jangka Panjang.
Kesiapsiagaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui sistem pengorgansiasian yang tepat dan berguna
dalam memastikan upaya yang cepat serta tepat Ketika menghadapi bencana yang
terjadi. Tahapan kesiapsiagaan meliputi:
1. penyusunan uji coba pengorganisasian
2. pemasangan dan pengujian sistem peringatan dini
3. penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
4. penyiapan lokasi evakuasi
5. penyusunan data akurat, informasi
6. pemutakiran prosedur tetap tanggap darurat bencana, dan peralatan untuk
Oleh sebab itu kesiapsiagaan perawat dalam menaggulangi bencana harus
disiapkan pada kenyataannya 44,6% menyatakan bahwa kesiapsiagaan perawat dalam
menghadapi bencana kurang (Hodge et al, 2015).
Kesiapsiagaan perawat dalam menghadapi bencana perlu ditunjang dengan
kompetensi perawat terhadap penanggulangan bencana. Salah satunya dengan cara
mengikuti Pendidikan pelatihan bencana dan simulasi bencana secara formal.
Sehingga perawat siap menghadapi penanggulangan bencana secara efektif (Setyawati
et al, 2020).

vii
B. Prinsip Penanggulangan Bencana
Siklus bencana dapat diuraikan dalam bentuk kegiatan-kegiatan penanggulangan
bencana sebagai berikut :
1) Pencegahan (prevention), adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebgai
upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi bahaya bencana.
2) Mitigasi (mitigation), adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapai bahaya bencana.
3) Kesiapan (preparedness), adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serat melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna (UU No.24/2007).
4) Peringatan dini (early warning), adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan
terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaha yang berwenang (UU
No.24/2007). Pemberian peringatan dini harus :
a) Menjangkau masyarakat (accessible)
b) Segera (immediate)
c) Tegas tidak membingungkan (coherent)
d) Bersifat resmi (official)
5) Tanggap darurat (response), adalah upaya yang dilakukan sesegera pada saat
kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama
berupa penyelamatan korban dan harta beda, evakuasi dan pengungsian.
6) Bantuan darurat (relief), merupakan upaya untuk memberikan bantuan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang tempat
tinggal sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.
7) Pemulihan (recovery), adalah proses pemulihan darurat kondisi masyarakat
yang terkena bencana, dengan memfungsikan Kembali prasarana dan sarana
pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana
dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dan
sebagainya).
8) Rehabilitasi, adalah upaya Langkah yang diambi; setelah kejadian bencana
untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan
fasilitas sosia penting dan menghidupkan Kembali roda perekonomian.

viii
9) Rekontruksi, adalah program jangka menengah dan jangka Panjang guna
perbaikan fisik, social, dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya,
penanggulangan bencana yang berfokus pada kegiatan pasca bencana atau
tanggap darurat seingkali tidak mencukupi.

C. Kelompok Rentan Bencana


Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapai bahaya atau ancaman dari potensi
bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak
bahaya tertentu. Kerentanan terbagi atas :
1. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapai masyarakat dalam menghadapi
ancaman bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang
tinggal di daerah rawan gempa.
2. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individua tau masyarakat dalam
pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.
3. Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek Pendidikan,
pengetahuan tentang ancaman bahaya dan resiko bencana.
4. Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya,
masyarakat yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman tanah longsor.

D. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan


kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga
sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar
praktek keperawatan saja,  Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di
butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk
bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana.
Dalam melakukan tugasnya tentu perawat tidak bisa berjalan sendiri.
Koordinasi dan persiapan yang baik mulai dari pemerintah atas hingga ke cabang-
cabang di bawahnya mutlak diperlukan. Dimulai dari pusat studi bencana, badan

ix
meteorologi, pemerintah pusat dan daerah, para teknisi, departemen kesehatan, palang
merah nasional, tenaga-tenaga kesehatan, departemen penerangan, dinas transportasi
hingga dinas kebakaran dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, semua ikut
terlibat dalam perencanaan persiapan penanggulangan bencana.

Peran perawat disini bisa dikatakan multiple, ialah sebagai bagian dari
penyusun rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan, dan bagian dari tim
pengkajian kejadian bencana.
Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk mencapai
kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana tersebut.
Jika seorang perawat berada di pusat area bencana, ia akan dibutuhkan untuk ikut
mengevakuasi dan memberi pertolongan pertama pada korban

Sedangkan di lokasi-lokasi penampungan seorang perawat bertanggung jawab


pada evaluasi kondisi korban, melakukan tindakan keperawatan berkelanjutan, dan
mengkondisikan lingkungan terhadap perawatan korban-korban dengan penyakit
menular. Peran perawat dalam Pencegahan Primer :

Ada 2 hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:

a.       Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam


penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya (preimpact, impact,
postimpact).

b.      Para perawat ini, khususnya perawat komunitas mendapat pelatihan tentang


berbagai tindakan dalam penanggulan ancaman dan dampak bencana.
Misalnya mengenali instruksi ancaman bahaya; mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan, pakaian dan
selimut, serta tenda) dan mengikuti pelatihan penanganan pertama korban
bencana.

Program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam


menghadapai bencana seharusnya merupakan bagian dari perencanaan perawat
komunitas. Penyuluhan atau usaha edukasi publik harus meliputi:

a.       Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)

x
b.      Keluarga

c.       Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota


keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar. Pelatihan ini akan lebih baik jika keluarga juga diberikan
informasi mengenai perlengkapan kesehatan (first aid kit) yang seharusnya ada
di rumah seperti obat-obat penurun panas (parasetamol), tablet antasida, obat
antidiare, alkohol antiseptik, laksatif, pencuci mata, termometer, perban,
plester, bidai, dan sarung tangan.

d.      Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa


persediaan makanan, penggunaan air yang aman.

e.       Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, RS dan ambulans.

f.       Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal


pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai).

g.      Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-


posko bencana.

E. Jenis Kegiatan Siaga Bencana


Berikut beberapa Tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap
bencana :
1. Pengobatan dan pemulihan Kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan
fasilitas pribadi dan umum,  yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat,
sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan
oleh korban saat itu  adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa
turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun
tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama
perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana.
Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik,
pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.

xi
2. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk,
seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya.
Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara
langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu,  Hal
yang harus difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di
tempat bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan oleh para korban saat itu,
sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak mendapatkan bantuan
tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan Kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa
kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit
trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa
pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan
mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana.
Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan
kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa,
pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala
keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang
efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini
mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat
dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga
kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda yang
mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka  yang patah arah dalam
menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan
keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat

xii
perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka
kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang
difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak
dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia
miliki.

Untuk mewujudkan Tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang ahrus
dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya :
1. Perawat harus memiliki skill keperawatan yang baik
Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam
penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal
tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan
maksimal.
2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian
Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap
elemen masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa
empati dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana.
Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu
meringankan beban penderitaan korban bencana.
3. Perawat harus memahami managemen siaga bencana
Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal
hal yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat
bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan
matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia. Dalam
melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut untuk mampu
memilki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam. Segala hal
yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan medis harus bisa
dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh karena itu,
perawat harus mengerti konsep siaga bencana.

F. Peran Perawat Dalam Managemen Bencana


1.      Peran perawat dalam fase pre-impect

xiii
a.       Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana.
b.      Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana.
c.       Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2.      Peran perawat dalam fase impact
a.       Bertindak cepat
b.      Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
c.       Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d.       Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e.      Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan
dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.
3.      Peran perawat dalam fase post impact
a.       Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi
korban
b.      Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post
traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria
utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut
mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun
peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan
gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
c.       Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja
sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah kesehatan masyarakat
paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju
keadaan sehat dan aman.

Managemen siaga bencana membutuhkan kajian yang matang dalam setiap


tindakan yang akan dilakukan sebelum dan setelah terjun kelapangan. Ada beberapa

xiv
hal yang bisa dijadikan pedoman, yaitu:
1.      Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan
Setelah mengetahui sebuah kejadian bencana alam beserta situasi di
tempat kejadian, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah memilih bentuk
kegiatan yang akan diangkatkan, seperti melakukan pertolongan medis,
pemberian bantuan kebutuhan korban, atau menjadi tenaga relawan. Setelah
ditentukan, kemudian baru dilakukan persiapan mengenai alat alat, tenaga, dan
juga keperluan yang akan dibawa disesuaikan dengan alur dan kondisi
masyarakat serta medan yang akan ditempuh.

2.      Melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.


Hal ini merupakan pokok kegiatan siaga bencana yang dilakukan,
segala hal yang dipersiapkan sebelumnya, dilakukan dalam tahap ini, sampai
jangka waktu yang disepakati.

3.      Evaluasi kegiatan


Setiap selesai melakukan kegiatan, perlu adanya suatu evaluasi
kegiatan yang dilakukan, evaluasi bisa dijadikan acuan, introspeksi, dan
pedoman melakukan kegiatan selanjutnya. Alhasil setiap kegiatan yang
dilakukan akan berjalan lebih baik lagi dari sebelumnya.

xv
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana alam  merupakan sebuah musibah  yang tidak dapat diprediksi kapan
datangnya.  Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan kerugian
dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan tanggap
bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan
kegiatan tanggap bencana. Sekarang tidak hanya dituntut mampu memiliki
kemampuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan melalui aksi siaga
bencana.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Danilo Gomes de Arruda. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健


康関連指標に関する共分散構造分析 Title.
Ibrahim, K., Emaliyawati, E., & Yani, D. I. (2020). Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan
Bencana Bagi Masyarakat Media Karya Kesehatan : Volume 3 No 1 Mei 2020
Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai negara yang sering mengalami bencana , baik
bencana alam maupun akibat ulah manusia . Provinsi Jawa Barat ma. Media Karya
Kesehatan, 3(1), 27–38.
No Tit. ‫צכן‬le. (n.d.). https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
Setiawati, I., Utami, G. T., & Sabrian, F. (2020). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat
Tentang Kesiapsiagaan Pelayanan Kesehatan Dalam Menghadapi Bencana Banjir.
Jurnal Ners Indonesia, 10(2), 158. https://doi.org/10.31258/jni.10.2.158-169

xvii

Anda mungkin juga menyukai