Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TERMONOLOGI DAN MANAJEMEN BENCANA


“ Disusun untuk memenuhi mata kuliah manajemen bencana”
Mata kuliah : manajemen bencana
Kelas : IKM 7 Semester IV (empat)
Dosen pengampu : Muhammad Danil, M.Pd

Di susun oleh :
Kelompok 13
Nielsa sastya (0801213396)
Frety salma annisa (0801213286)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Terminologi dan
Manajemen Bencana” ini pada tepat waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Muhammad Danil, M.Pd pada mata
kuliah Manajemen Bencana selain itu,makalah ini juga bertujuan menambah wawasan
para pembaca dan juga bagi para penulis
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Danil, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Manajemen Budaya yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berbagi sebagian
pengetahua nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini kami
menyadari,makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 29 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
Latar belakang 5
Rumusan masalah 6
Tujuan penulisan 6
BAB II 7
PEMBAHASAN 7
Pengertian Terminologi 7
Konsep dasar bencana 8
Defenisi manajemen bencana 9
Kebijakan manajemen bencana 11
Tahapan manajemen bencana 12
Tujuan manajemen bencana 13
Asas manajemen bencana 14
BAB III 16
PENUTUP 16
Kesimpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Indonesia adalah Negara yang rawan akan bencana alam. Kondisi tersebut
membuat indonesia dilanda oleh bencana alam yang datang silih berganti setiap
tahunnya.1
Kejadian bencana di seluruh dunia hampir tidak dapat dihindari dan tentunya
menimbulkan dampak yang berat bagi korban bencana. Hal ini terjadi juga di wilayah
Indonesia. Kejadian bencana di Indonesia sangat tinggi bahkan menurut laporan
Badan Nasional Penanggulanggan Bencana (BNPB) kejadian bencana di Indonesia
mengalami kenaikan dimulai tahun 2011, bencana yang sering muncul adalah
bencana hidrometeorologi yaitu banjir, kekeringan, puting beliung, dan longsor
(BNPB, 2014). Pada umumnya bencana yang terjadi di Indonesia meliputi banjir,
puting beliung, tanah longsor, banjir dan tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan
dan lahan, gelombang pasang, letusan gunung merapi, gempa bumi, gempa bumi
dan tsunami, serta tsunami. Kejadian bencana yang terjadi menimbulkan beban
(burden) dan dampak yang serius sehingga membutuhkan bantuan dari semua
pihak.

Banyaknya kejadian bencana di dunia dengan total korban bencana yang besar
mengharuskan perlunya suatu sistem yang tepat untuk mempersiapkan jika
bencana datang. Hal ini perlu mendapatkan perhatian bagi masyarakat Indonesia
karena dari data CRED tahun 2019 korban meninggal akibat bencana diakibatkan
bencana gempa bumi, tsunami, gempa bumi, dan gunung merapi. Merujuk pada
jumlah korban yang besar diperlukan persiapan yang matang dan tertata pada
tatanan masyarakat di tingkat bawah sampai tingkat atas di negara. Manajemen
resiko bencana perlu dilakukan dengan baik sehingga dapat mengurangi jumlah
korban akibat bencana. Hal ini didukung oleh UNISDR tahun 2019 yang menjelaskan
tentang pentingnya keberlanjutan program untuk peningkatkan manajemen resiko
bencana dalam beradaptasi dengan perubahan iklim dan mengurangi kerugian
akibat bencana.

1
Hayatul Khairul Rahmat, Ferra Puspito Sari, Mutiara Hasanah,dkk. Upaya Pengurangan Resiko Bencana
Melalui Pelibatan Penyandang di Sabilitas di Indonesia, Manajemen Bencana,Vol.6 No.2, 2020, hal.56.
Di Indonesia pelaksanaan manajemen bencana dilakukan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui beberapa program yang tersedia seperti
Program Pramuka Sigap Bencana dan telah terbitnya buku saku tanggap tangkas
tangguh menghadapi bencana. Hal tersebut memberikan edukasi yang berguna
dalam manajemen kejadian bencana di Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut harus
diikuti oleh kesadaran dari masyarakat, warga pendidikan, institusi rumah sakit dan
juga politis nasional untuk mendukung manajemen resiko bencana yang ada di
Indonesia sehingga dapat mengurangi dampak apabila terjadi bencana. Persiapan
yang mumpuni tidak hanya pada sumber daya manusia tetapi juga program dan
pendekatan yang tepat sangat membantu dalam persiapan terjadinya bencana.
Berdasarkan hal tersebut maka penting untuk diketahui bagaimana kesadaran dan
kesiapan dalam manajemen bencana dari beberapa penelitian untuk dilakukan
analisis melalui literature review.2
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud terminology ?
2. Apa konsep dasar bencana ?
3. Apa yang dimaksud manajemen bencana ?
4. Apa saja Kebijakan manajemen bencana ?
5. Apa Tahapan manajemen bencana ?
6. Apa Tujuan manajemen bencana ?
7. Apa Asas manajemen bencana ?

C. Tujuan penulisan
1. Memahami apa yang dimaksud terminologi
2. Memahami konsep dasar bencana
3. Memahami apa yang dimaksud manajemen bencana
4. Memahami kebijaka manajemen bencana
5. Memahami tahapan manajemen bencana
6. Memahami tujuan manajemen bencana
7. Memahami asas manajemen bencana

2
Wijar prasetyo,”Kesadaran dan Kesiapan Dalam Manajemen Bencana” Vol. 7 No. 2, Ners LENTERA
(2019) hal. 154-155.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terminologi

Terminology (bahasa latin : terminal) atau peristilahan adalah ilmu tentang istilah dan
pengguna. Terminology dalam bahasa arab (satilah) yang artinya kata dan gabungan
kata yang digunakan dalam konteks tertentu. Kajian terminology antara lain mencakup
pembentukannya serta kaitan istilah dengan suatu budaya. Ahli dalam terminology
disebut dengan juru istilah “terminology” dan terkadang merupakan bagian dari bidang
terjemahan.3
Adapun bencana menurut terminologi yaitu peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang menimbulkan, mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam maupun non alam, seperti halnya
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda, dan gangguan psikologis. Sementara itu pengertian bencana alam yaitu
bencana yang diakibatkan oleh serangkaian peristiwa dari alam itu sendiri, contohnya
seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, longsor, kekeringan, angin topan, dan
banjir.4
Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan
yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila
terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi
sendiri peristiwa yang mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi
tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana. Suatu bencana
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bencana = Bahaya x Kerentanan
Dimana:
Bencana ( Disasters ) adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa
dan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa,
kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan
masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar.5

3
ROBBY, Asep, et al. Buku Ajar Manajemen Bencana: Mengacu Pada Kurikulum Diploma III Keperawatan
Indonesia Tahun 2022. EDU PUBLISHER, 2023.

4
RAHMAWATI, Rulia. Bencana Alam dalam Kehidupan Manusia Perspektif al-Qur’an: Studi Interpretasi
Kontekstual. In: Gunung Djati Conference Series. 2023. p. 167-177.
5
SNAENI, Lira Mufti Azzahri. Buku Ajar Manajemen Bencana. 2020.
B. Konsep dasar bencana

a. Bencana Adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik
oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Menurut Federasi Internasional Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah dalam WHO – ICN (2009) bencana adalah sebuah
peristiwa, bencana yang tiba-tiba serius mengganggu fungsi dari suatu
komunitas atau masyarakat dan menyebabkan manusia, material, dan kerugian
ekonomi atau lingkungan yang melebihi kemampuan masyarakat untuk
mengatasinya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri. Meskipun sering
disebabkan oleh alam, bencana dapat pula berasal dari manusia. Adapun definisi
bencana menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana yang mengatakan bahwa bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau non-alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
b. Bahaya (Hazards) adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai
potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan
lingkungan. Bumi secara alami mengalami perubahan secara dinamis untuk
mencapai keseimbangan. Proses perubahan ini dipandang sebagai potensi
ancaman bahaya bagi manusia yang tinggal diatasnya. Indonesia termasuk yang
terletak pada pertemuan tiga lempeng / kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-
Australia dibagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian Utara dan Lempeng
Pasifik di bagian Timur. Ketiga lempengan tersebut bergerak dan saling
bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah
lempengEuro-Asia dan menimbulkan gempa bumi, jalur gunung apidan sesar
atau patahan aktif.
c. Kerentanan (vulnerability) merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas atau
masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidak mampuan dalam
menghadapi ancaman bahaya. Tingkat kerentanan adalah suatu hal penting
untuk diketahui sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
bencana, karena bencana baru akan terjadi bila“bahaya” terjadi pada kondisi yang
“rentan” Kerentanan fisik menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan
terhadap faktor bahaya tertentu. Kondisi kerentanan ini dapat dilihat dari
berbagai indikator seperti:
• persentase kawasan terbangun;
• kepadatan bangunan;
• jaringan listrik
• panjang jalan
• jaringan telekomunikasi
• jaringan PDAM Jika kawasan terbangun dan kepadatan bangunan tinggi
termasuk rentan, sedangkan jaringan listrik, jalan, komunikasi dan PDAM
sangat rendah Kerentanan sosial menggambarkan kondisi tingkat kerapuhan
sosial dalam menghadapi bahaya. Pada kondisi sosial yang rentan maka jika
terjadi bencana dapat dipastikan akan menimbulkan dampak kerugian yang
besar. Beberapa indikator kerentanan sosial diantaranya kepadatan penduduk,
laju pertumbuhan penduduk, semakin tinggi indikator tersebut maka
kerentanan sosialnya makin tinggi.
d. Resiko Bencana (Disaster Risk) Dalam disiplin penanganan bencana (disaster
management), resiko bencana adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah
dengan ancaman bahaya yang ada. Ancaman bahaya, khususnya bahaya alam
yang bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami pembangunan atau
pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga internal maupun eskternal,
sedangkan tingkat kerentanan daerah dapat dikurangi, sehingga kemampuan
dalam menghadapi ancaman tersebut semakin meningkat.
e. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main
hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama
(main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada petapotensi bencana
gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan
zona-zona gempayang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, petapotensi
bencana letusan gunung api, peta potensi bencanatsunami, peta potensi
bencana banjir, dan lain-lain. Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan
bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama (main hazard potency) yang
tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi Negara Indonesia.6
f. Kata manajemen diambil dari kata bahasa inggris yaitu “manage” yang berarti
mengurus, mengelola, mengendalikan, mengusahakan, memimpin. Tujuan dari
manajemen itu sendiri adalah agar suatu kegiatan atau pekerjaan dapat berhasil
dengan baik dan teratur sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Kata kunci
dari manajemen yang dirangkum dari pendapat berbagai ahli antara lain Dalton
E.M.C. Farland (1990) dan George R. Ferry (1990), yaitu; (1) Perencanaan
(Planning), (b) Pengorganisasian (Organizing), (c) Pengawasan (Controlling), (d)
6
KADARUSNO, Abdul Hadi. Modul Manajemen Bencana: Konsep Dasar Manajemen Bencana. 2022.
7
Pelaksanaan (Aktivating), (e) Pengarahan (Directing).
Manajemen bencana bisa diartikan sebagai upaya-upaya untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengawasi, melaksanakan dan mengarahkan segala
sumber daya jika terjadi bencana (disaster) pada suatu daerah. Manajemen
bencana bisa digambarkan sebagai suatu siklus yang berlangsung secara terus
menerus (kontinyu). Menurut Warfield, manajemen bencana mempunyai tujuan:
(1) mengurangi atau mencegah kerugian karena bencana, (2) menjamin
terlaksananya bantuan yang segera dan memadai terhadap korban bencana dan
(3) mencapai pemulihan yang cepat dan efektif
Dengan demikian siklus manajemen bencana memberikan gambaran bagaimana
rencana dibuat untuk mengurangi atau mencegah kerugian bencana, bagaimana
reaksi dilakukan selama dan segera setelah bencana berlangsung dan
bagaimana langkah-langkah diambil untuk pemulihan setelah bencana terjadi.
Dalam manajemen bencana dikenal 4 tahapan kerja penanggulangan bencana
yaitu; 1. Fase Pencegahan dan Mitigasi; dilakukan pada situasi tidak terjadi
bencana tujuannya untuk memperkecil dampak negatif bencana. 2. Fase
Kesiapsiagaan (Preparadness); dilakukan pada situasi terdapat potensi bencana
dengan merencanakan bagaimana menanggapi bencana. 3. Fase Tanggap
Darurat (Emergency Response); dilakukan pada saat terjadi bencana tujuannya
untuk mengurangi dampak negatif pada saat bencana. 4. Fase Pemulihan
(Recovery); dilakukan setelah terjadi bencana tujuannya untuk mengembalikan
masyarakat pada kondisi normal.8

Manajemen bencana

Manajemen resiko Manajemen kedaruratan Manajemen pemulihan

mitigasi Saat bencana Pasca bencana

kesiapsiagaan

Pra bencana

7
Ir.K.M.Arsyad,”Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Pelatihan Penangulangan Bencana
Banjir”,Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Kontruksi.(Bandung : 2017), hal.4.
8
Nandian Mareta, Pengetahuan dan Manajemen Bencana 2014. Hal.19-20
Gambar I.1 Proses manajemen bencana

Manajemen penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai segala upaya atau


kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan berkaitan dengan bencana yang dilakukan pada
tahapan sebelum, saat dan setelah bencana.
Manajemen penanggulangan bencana merupakan suatu proses yang dinamis, yang
dikembangkan dari fungsi manajemen klasik yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pembagian tugas, pengendalian dan pengawasan dalam
penanggulangan bencana. Proses tersebut juga melibatkan berbagai macam organisasi
yang harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan akibat bencana.
g. Kebijakan manajemen bencana
Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan manajemen bencana mengalami
beberapa perubahan kecenderungan seperti dapat dilihat dalam tabel. Beberapa
kecenderungan yang perlu diperhatikan adalah:
 Konteks politik yang semakin mendorong kebijakan manajemen bencana
menjadi tanggung jawab legal.
 Penekanan yang semakin besar pada peningkatan ketahanan masyarakat atau
pengurangan kerentanan.
 Solusi manajemen bencana ditekankan pada pengorganisasian masyarakat dan
proses pembangunan.

Kebijakan manajemen bencana yang ideal selain harus dikembangkan melalui


proses yang benar, juga perlu secara jelas menetapkan hal-hal sebagai berikut:
 Pembagian tanggung jawab antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
 Alokasi sumberdaya yang tepat antara Pemerintah Pusat dan Daerah, serta
antara berbagai fungsi yang terkait.
 Perubahan peraturan dan kelembagaan yang jelas dan tegas.
 Mekanisme kerja dan pengaturan antara berbagai portofolio lembaga yang
terkait dengan bencana.
Sistem kelembagaan penanggulangan bencana yang dikembangkan di Indonesia
dan menjadi salah satu fokus studi bersifat kontekstual. Di daerah terdapat
beberapa lembaga dan mekanisme yang sebelumnya sudah ada dan berjalan.
Kebijakan kelembagaan yang didesain dari Pemerintah Pusat akan berinteraksi
dengan lembaga dan mekanisme yang ada serta secara khusus dengan orang-
orang yang selama ini terlibat di dalam kegiatan penanggulangan bencana.9

Setelah terjadi Situasi tidak


bencana terjadi bencana

Situasi terdapat potensi


Pada saat terjadi bencana bencana
bencana

Gambar I.2 tahapan penangulangan bencana

h. Tahapan manajemen bencana


Dalam upaya menerapkan manajemen penanggulangan bencana, dilaksanakan
melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut: 1. Tahap pra-bencana yang
dilaksanakan ketika tidak terjadi bencana dan terdapat potensi bencana 2. Tahap
tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi
bencana. 3. Tahap pasca bencana yang diterapkan setelah terjadi bencana.
Dalam keseluruhan tahapan penanggulangan bencana tersebut, ada 3 (tiga)
manajemen yang dipakai yaitu :
1. Manajemen Risiko Bencana Adalah pengaturan/manejemen bencana dengan
penekanan pada faktor-faktor yang bertujuan mengurangi risiko saat sebelum
terjadinya bencana. Manajemen risiko ini dilakukan dalam bentuk :
a. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

9
Sang Gede Purnama. Manajemen Bencana,Universitas Udayana, 2017, hal.8-9.
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman
bencana.
b. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
c. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan ini sebenarnya masuk
manajemen darurat, namun letaknya di pra bencana. Dalam fase ini juga
terdapat peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.

2. Manajemen Kedaruratan Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana


dengan penekanan pada faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan
korban serta penanganan pengungsi saat terjadinya bencana dengan fase
nya yaitu :
a. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
3. Manajemen Pemulihan Adalah pengaturan upaya penanggulangan bencana
dengan peekanan pada faktor-faktor yang dapat mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana secara
terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah terjadinya bencana
dengan fase-fasenya nya yaitu :
a. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana.
b. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
10
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
i. Tujuan manajemen bencana
Banyak pihak yang kurang menyadari pentingnya mengelola dengan baik salah
satu faktor adalah karena bencana belum pasti terjadinya dan tidak diketahui
kapan akan terjadi. Sebagai akibatnya, manusia sering peduli, dan tidak
melakukan langkah pengamanan dan pencegahan terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi.
Untuk itu diperlukan system manajemen bencana yang bertujuan untuk :
1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang
diinginkan
2. Menekankan atau meminimalisir kerugian dan korban yang dapat timbul
akibat dampak suatu bencana dan kejadian
3. Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat atau organisasi
tentang bencana sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana.
4. Melindungi angota masyarakat dari bahaya atau dampak bencana sehingga
korban dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi.
j. Asas manajemen bencana
Penangulangan bencana merupakan kegiatan yang sangat penting bagi
masyarakat diindonesia termasuk kalngan indrustri berisiko tinggi. Pelaksanaan
manajemen bencana, dilakukan berasaskan sebagai berikut :
1. Kemanusiaan
Aspek manajem bencana memiliki dimensi kemanusiaan yang tinggi. Korban
bencana khususnya bencana alam akan mengalami penderitaan baik fisik, moral
maupun materi sehingga memerlukan dukungan tangan dari pihak lainnya agar
bangkit kembali.
2. Keadilan
Banyak kasus bencana yang menimbulkan tragedi kemanusiaan yang sangat
besar, seperti kasus lapindo brantas, gempa bumi di berbagai kawasan, dan
bencana longsor. Karena itu, penerapan manajemen bencana merupakan usaha
mulia yang menyangkut aspek kemanusiaan untuk melindungi sesama.
Penerapan manajemen bencana juga mengandung asas keadilan, yang berarti
bahwa dalam penangulangan bencana tidak boleh ada diskriminasi atau
keberpihakkan kepada unsur tertentu, pertolongan harus diberikan dengan asas
keadilan bagi semua pihak.

10
Ir.K.M.Arsyad,”Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Pelatihan Penangulangan Bencana
Banjir”,Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Kontruksi. (Bandung : 2017), hal.5-6.
3. Kesamaan kedudukan dalam hokum dan pemerintah
Manajemen bencana juga mengandung asas kesamaan dalam hokum dan juga
dalam pemerintahan, dalam arti semua pihak harus tunduk kepada perundungan
yang berlaku dan taat asas yang ditetapkan
4. Keseimbangan, keselarasan dan keserasian
Pandangan bencana harus beraraskan keseimbangan, keselarasan dan
keserasian dalam arti apapun program yang dikerjakan untuk mengatasi
bencana memperhatikan keseimbangan alam, ekologis, sosial, budaya dan
lingkungan hidup. Upaya manajemen bencana tidak berarti harus mengorbankan
kepentingan yang lain atau aspek kehidupan yang telah dijalankan sehari-hari,
namun menempatkannya sebagai kekuatan untuk membangun manajemen
bencana.
5. Ketertiban dan kepastian hokum
Manajemen bencana juga harus mempertimbangkan aspek ketertiban dan
kepastian hukum. Program dan penerapan maajemen bencana harus senantiasa
berlandaskan hukum yang berlaku dan ketertiban angota masyarakat lainnya.
6. Kebersamaan
Salah satu asas penting dalam manajemen bencana adalah kebersamaan.
Masalah bencana tidak bisa diselesaikan secara perihal atau hanya oleh satu
pihak saja. Namun harus melibatkan seluruh angota masyarakat atau komunitas
yang ada. Tanpa keterlibatan dan peran serta, program manajemen bencana
tidak akan berhasil dengan baik.
7. Kelestarian lingkungan hidup
Manajemen bencana juga harus mempertimbangkan aspek lingkungan hidup
disekitarnya. Banyak sekai benturan akan terjadi dalam menjalankan manajemen
bencana dengan aspek lingkungan. Namun untuk mencapai keberhasilan,
kelestarian lingungan harus tetap terjaga dan terpelihara
8. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Penerapan manajemen bencana hendaknya dilakukan secara ilmiah dan
memanfaatkan ilmu pengetahua. Bencana sangat erat kaitannya dengan
berbagai disiplin keilmuan seperti geologi, geografi, lingkungan , ekonom,
budaya, teknologi dan lainnya. Semuanya harus dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.11

11
DANIL, Muhammad. Manajemen Bencana. PROSIDING UNIVERSITAS DHARMAWANGSA, 2021, 1.1: 7-
14.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen bencana bisa diartikan sebagai upaya-upaya untuk merencanakan,
mengorganisasikan, mengawasi, melaksanakan dan mengarahkan segala sumberdaya
jika terjadi bencana (disaster) pada suatu daerah.
manajemen bencana yang bertujuan untuk :
 Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian yang diinginkan
 Menekankan atau meminimalisir kerugian dan korban yang dapat timbul akibat
dampak suatu bencana dan kejadian
 Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat atau organisasi tentang
bencana sehingga terlibat dalam proses penanganan bencana.
 Melindungi angota masyarakat dari bahaya atau dampak bencana sehingga korban
dan penderitaan yang dialami dapat dikurangi.

B. Saran
Keikutsertaan masyarakat di dalam manajemen bencana perlu terus dijaga
dan terus dikembangkan. Pengembangan keikutsertaan masyarakat sebaiknya
dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat yang bermuara pada sistem
manajemen bencana yang berbasis kepada kemampuan masyarakat itu sendiri dan
bertumpu kepada kemampuan sumberdaya setempat (community based disaster
management). Tentunya akan lebih baik dan bijaksana apabila para pengambil
keputusan baik di pemerintahan pusat maupun daerah, para pakar bencana alam, dan
masyarakat semakin meningkatkan komunikasi di antara mereka, agar mekanisme
transformasi manajemen bencana ke dalam pelaksanaan pembangunan maupun
kehidupan sehari-hari dapat berlangsung dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Wijar prasetyo,”Kesadaran dan Kesiapan Dalam Manajemen Bencana” Vol. 7 No. 2, Ners
LENTERA (2019)
Hayatul Khairul Rahmat, Ferra Puspito Sari, Mutiara Hasanah,dkk. Upaya Pengurangan
Resiko Bencana Melalui Pelibatan Penyandang di Sabilitas di Indonesia, Manajemen
Bencana,Vol.6 No.2, 2020
ROBBY, Asep, et al. Buku Ajar Manajemen Bencana: Mengacu Pada Kurikulum Diploma
III Keperawatan Indonesia Tahun 2022. EDU PUBLISHER, 2023
RAHMAWATI, Rulia. Bencana Alam dalam Kehidupan Manusia Perspektif al-Qur’an:
Studi Interpretasi Kontekstual. In: Gunung Djati Conference Series. 2023.
SNAENI, Lira Mufti Azzahri. Buku Ajar Manajemen Bencana. 2020.

KADARUSNO, Abdul Hadi. Modul Manajemen Bencana: Konsep Dasar Manajemen


Bencana. 2022.

Ir.K.M.Arsyad,”Modul Manajemen Penanggulangan Bencana Pelatihan Penangulangan


Bencana Banjir”,Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan
Kontruksi.(Bandung : 2017),
Nandian Mareta, Pengetahuan dan Manajemen Bencana 2014.

Sang Gede Purnama. Manajemen Bencana,Universitas Udayana, 2017

DANIL, Muhammad. Manajemen Bencana. PROSIDING UNIVERSITAS


DHARMAWANGSA, 2021.

Anda mungkin juga menyukai