Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL APPRAISAL

Relation Between Cognitive Impairment and Treatment


Adherence in Elderly Hypertensive Patients

Dosen Pembimbing Klinik:


dr. Mitra Andini Sigilipoe, MPH

Disusun Oleh:
Putu Gede Suda Satriya Wibawa
42190323

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PROGRAM PROSFESI DOKTER UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2020
Nama/NIM Pelapor : Putu Gede Suda Satriya Wibawa/42190323
A Judul Artikel Relation Between Cognitive Impairment and Treatment Adherence in Elderly Hypertensive Patients

Penulis Anna ChudiakI, Zabella Uchmanowicz, Grzegorz Mazur

Sumber Jurnal Clinical Interventions in Aging

Tahun Penerbitan 2018


B Kompetensi yang Melalui Critical Apraisal ini pelapor ingin membangun kompetensi mengenai tahapan telaah kritis artikel
ingin dibangun ilmiah sehingga dapat membantu pelapor sebagai dokter muda dalam melakukan review terhadap
melalui pelaporan literature guna pengembangan ilmu. Pemilihan topik artikel ilmiah ini, berdasarkan pada masalah yang
apraisal sedang terjadi saat ini yaitu prevalensi hipertensi yang masih tinggi di Indonesia. Berdasarkan data
riskesdas 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 8.46%. DIY merupakan provinsi dengan
prevalensi tertinggi nomer 2 di Indonesia yaitu sebesar 10.68% dan hipertensi merupakan penyakit
terbanyak nomer 1 di Kabuapten Bantul dengan prevalensi sebesar 11.99%. Kelompok dengan prevalensi
hipertensi tertinggi di DIY adalah individu dengan usia antara 65-74 th sebesar 34.71%, jenis kelamin
perempuan sebesar 14.99%, tidak/belum pernah sekolah sebesar 30.30%, tidak bekerja sebesar 19.82%,
tinggal di pedesaan sebesar 16.34%. Tingkat kepatuhan minum obat hipertensi di DIY juga masih rendah
dimana pasien yang minum obat rutin memiliki prevalensi sebesar 50.29%, tidak rutin sebesar 33.87%,
tidak minum obat sebesar 15.84%. Selain itu, Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dengan
tingkat kepatuhan minuman obat yang rendah di DIY dimana prevalensi pasien minum obat rutin hanya
sebesar 44.80%, tidak rutin sebesar 29.93%, dan tidak minum obat sebesar 17.03%.
C Latar Belakang Gangguan kognitif merupakan masalah yang telah mempengaruhi Latar belakang pada jurnal ini
Riset banyak pasien lansia di dunia. Data epidemiologi terbaru menyatakan memiliki kesamaan dengan
saat ini, demensia terjadi pada 2–10 / 1.000 orang berusia 70 tahun dan kondisi di Indonesia dimana
20–40 orang pada populasi usia 80 tahun. Berbagai penelitian hipertensi masih menjadi
epidemiologis menunjukkan jika hipertensi yang tidak terkontrol atau penyakit dengan prevalensi
gagal untuk diobati karena alasan seperti kepatuhan yang buruk dapat yang tinggi di Indonesia (8.
memicu terjadinya gangguan kognitif. Gangguan kognitif ini 46%). Pasien lansia
kemungkinan besar disebabkan oleh iskemia yang diakibatkan merupakan individu dengan
perubahan mikrosirkulasi otak. Oleh karena itu, keberhasilan terapi prevalensi tertinggi terhdap
antihipertensi merupakan hal penting untuk menurunkan risiko disfungsi kejadian hipertensi (34.71%).
vascular. Rendah nya kepatuhan minum
Ketidakpatuhan pengobatan dan kurangnya kerjasama merupakan salah obat hipertensi di Indonesia
satu masalah yang menjadi pemicu dari ketidakkepatuhan pengobatan juga merupakan masalah
hipertensi. Penyebab ketidakpatuhan pengobatan pada lansia adalah serius yang harus ditangani
penyakit terkait usia salah satunya adalah gangguan kognitif. Berbagai mengingat komplikasi yang
penelitian membuktikan jika gangguan kognitif berdampak negatif pada dapat ditimbulkan oleh
kemampuan pasien untuk mematuhi pengobatan hipertensi. hipertensi.

Tujuan dan Manfaat


Riset Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti kejadian gangguan
kognitif dan pengaruhnya terhadap kepatuhan berobat pada pasien lansia
yang menderita hipertensi.
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui pengaruh gangguan kognitif
terhadap kepatuhan berobat pada pasien lansia dengan hipertensi
sehingga dapat diketahui intervensi medis yang tepat guna menurunkan
angka ketidakpatuhan pengobatan hipertensi pada lansia.
Tema
Pengaruh gangguan kognitif terhadap kepatuhan pengobatan hipertensi
pada lansia.
D Pernyataan/Masalah Apakah terdapat hubungan antara ganggguan kognitif dengan kepatuhan Setelah melakukan pencarian
Riset pengobatan hipertensi pada lansia? terhadap artikel yang akan di
kritisi, pelapor ingin
mengetahui mengenai
hubungan antara gangguan
kognitif dengan kepatuhan
pengobatan hipertensi pada
lansia.
E Konsep Kunci Gangguan kognitif, kepatuhan, hipertensi, lansia, kepatuhan pengobatan
Kerangka konsep
disajikan sederhana
secara logis sehingga
mudah dipahami dan
Kerangka Konsep
dimengerti oleh pelapor
&
appraisal.
Kerangka Teori
F Metodologi:
 Desain Prospective cross-sectional dan merupakan studi analisis Metodologi yang digunakan
Studi sudah sesuai dan analisis uji
Penelitian ini menggunakan 300 responden dengan kriteria inklusi statistik menggunakan
 Sampling adalah pasien berusia diatas 65 tahun tahun yang dirawat di University software statistik yang sudah
Teaching Hospital, Wroclaw, Poland, dan terdiagnosis hipertensi. terstandar
Kriteria Eklusi adalah responden yang menolak menjadi subjek
penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Hill-Bone High Blood


 Instrumen Pressure Compliance Scale (HBCS), Mini–Mental State Examination
(MMSE) dan melakukan analisis terhadap rekam medis untuk
memperoleh data klinis dan social demografis.

Analisis pada variabel kuantitatif dikumpulkan dengan melakukan


 Analisis dan perhitungan pada mean (M), SD, median (Me), quartiles (Q), minimum
Uji Statistik (Min) and Max values serta menggunakan The Mann–Whitney U test,
Spearman’s coefficient and the Sha- piro–Wilk test
Analisis variabel kualitatif dilakukan dengan cara menghitung jumlah
dan presentase kejadian untuk setiap variabel
Analisis multivariate dilakukan dengan linear regression / regresi linier
Analisis dilakukan menggunakan R statistical software versi 3.3
G Pelaksanaan, Hasil, Hasil Penelitian Pembahasan yang dilakukan
dan Diskusi Penelitian ini melibatkan 300 responden dengan 167 diantaranya dalam jurnal ini sudah sesuai
adalah wanita dan 133 adalah laki-laki. Usia responden berkisar 65 dan dengan judul dan menjelaskan
91 tahun. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik responden adalah 142 tujuan pembuatan jurnal.
mmHg dan tekanan darah diastolik adalah 85 mmHg. Durasi rata-rata Jurnal menjelaskan secara
penyakit pada pasien adalah 13.7 years. baik tentang pengaruh
Pada kuisioner MMSE didapatkan 120 dari 300 (40%) responden gangguan kognitif terhadap
memiliki nilai normal, 76 (25.3%) responden memiliki gangguan kepatuhan pengobatan
sedang, 53 (17.7%) pasien memiliki gangguan ringan, 41 (13.7%) hipertensi pada lansia.
responden memiliki gangguan kognitif tanpa dimensia dan 10 (3.3%) Gangguan kognitif
responden memiliki gangguan kognitif berat. Skor rata-rata pada mempengaruhi kepatuhan
kuesioner HBCS responden adalah 20.8. Skor HBCS pada penelitian ini lansia terhadap pengobatan
berkisar antara 14-34 poin dimana setengah dari responden mendapat hipertensi karena pada lansia
skor <20 poin dan setengah lainnya >20 poin. Mayoritas responden terjadi penurunan memori dan
mendapatkan skors sebesar 18-23 poin. Subskala pertama kuisioner ini kemampuan pemahaman
yaitu pengurangan asupan garam mendapatkan skor rata-rata yaitu 4.8. sehingga sulit untuk dilakukan
Subskala kedua yaitu mengenai janji temu memperoleh rata-rata nilai edukasi.
sebesar 3.5. Subskala terakhir tentang minum obat memperoleh Nilai Jurnal juga ditulis sesuai
rata-rata 12.5. Gangguan kognitif berpengaruh secara signifikan dengan standar etika
terhadap total skors dari HBCS dan 2 subskala dari kuisioner ini yaitu penelitian dan pelapor tidak
janji temu dan minum obat. Korelasi antara keduanya adalah korelasi melihat adanya pelanggaran
negatif yang bermakna semakin tinggi skor MMSE (menunjukkan dalam segi etik.
semakin sedikit terdapatnya gangguan) maka semakin rendah skor
HBCS (menunjukkan semakin baik kepatuhan).
Berdasarkan hasil regresi linier, total skor kepatuhan yang diukur
menggunakan kuesioner HBCS dipengaruhi oleh jenis kelamin,
pendidikan dan nilai skors MMSE. Pada subskala penurunan asupan
garam dipengaruhi oleh variabel seperti jenis kelamin, pekerjaan dan
diabetes. Pada subskala janji temu tidak menunjukkan terdapatnya
variabel yang signifikan berpengaruh pada subskala ini. Pada subskala
minum obat dipengaruhi oleh jenis kelamin, pendidikan dan skor
MMSE.
Diskusi
Ketidakpatuhan terhadap terapi dan kurangnya kerjasama selama
pengobatan merupakan masalah yang harus diperhatikan pada lansia
dengan hipertensi. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
kejadian ini diantaranya adalah kesadaran tentang kesehatan, kecemasan,
depresi serta adanya penyakit terkait usia. Kepatuhan terhadap terapi dan
kerjasama yang baik dari pasien adalah kunci dari terapi antihipertensi
yang efektif.
A. Hubungan Hipertensi dengan Gangguan Kognitif
Dalam penelitian ini, gangguan kognitif terjadi pada 60% pasien
dengan rincian 25.3% pasien mengalami gangguan sedang, 17.7%
mengalami gangguan ringan, 13.7% mengalami penurunan kognitif
tanpa demensia dan 3.3% mengalami gangguan berat. Faktor yang
ikut berpengaruh pada penelitian ini adalah seluruh responden
penelitian menderita hipertensi secara bersamaan sehingga
menyebabkan terdapatnya lesi di pembuluh darah. Terdapat berbagai
penelitian yang membuktikan jika hipertensi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan kognitif.

B. Tingkat Kepatuhan Pengobatan


Skor rata-rata kepatuhan pengobatan dalam penelitian ini adalah 20.8
poin dari 56. Kisaran skor pada penelitian ini adalah 14–34. Hal Ini
menunjukkan kepatuhan responden sebesar 63%. Semakin tinggi
skor yang diperoleh akan menunjukkan kepatuhan terapi yang
semakin buruk. Dalam studi oleh Ramli et al, tingkat kepatuhan
terhadap terapi sebesar 53% dari 653 pasien hipertensi dengan usia
rata-rata 57.8 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
tersebut adalah pengetahuan yang rendah tentang obat hipertensi dan
tujuan dari meminum obat tersebut serta kurangnya pengetahuan
pasien mengenai komorbiditas dan polipragma.
C. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kepatuhan Pengobatan
Jenis kelamin laki-laki menunjukkan kepatuhan yang lebih rendah
daripada perempuan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa wanita
lebih patuh pada terapi, serta mereka juga cenderung tidak
menghentikan farmakoterapi. Namun, Gokdemir et al memperoleh
hasil yang kontradiktif dan tidak menemukan hubungan antara jenis
kelamin dengan tingkat kepatuhan.
D. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Pengobatan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan pendidikan tinggi
akan memiliki kepatuhan yang lebih tinggi terhadap pengobatan
dibandingkan dengan pasien yang memiliki pendidikan lebih rendah
atau tanpa pendidikan. Studi sebelumnya juga menegaskan bahwa
orang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan
kepatuhan yang lebih baik, sedangkan beberapa studi tidak
menemukan hubungan dalam hal ini.
E. Hubungan Gangguan Kognitif dengan Kepatuhan Pengobatan
Bastos-Barbosa et al menekankan gangguan kognitif merupakan
salah satu dari banyak faktor penyebab kurangnya kepatuhan
pengobatan pada pasien usia lanjut. Penelitian ini juga mendapatkan
hasil serupa yang dibuktikan dari total skor HBCS dan skor subskala
penggunaan obat. Selain itu sebuah penelitian Medicaid
menunjukkan bahwa hanya 20% dari pasien hipertensi berusia 65
tahun yang mengikuti terapi. Kejadian ini disebabkan karena
terdapatnya hubungan usia dengan tingkat memori pasien dan
pemahaman yang buruk tentang farmakoterapi serta mekanisme
pengobatan.
Terapi antihipertensi yang efektif tidak diragukan lagi dapat
menurunkan risiko disfungsi vaskular. Hipertensi yang tetap tidak
diobati selama bertahun-tahun atau tidak berhasil diobati karena alasan
seperti kepatuhan yang buruk dari pasien dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kognitif. Partisipasi aktif dalam pengobatan (kepatuhan) dapat
mencegah perkembangan komplikasi dan penurunan fungsi sehari-hari
(daily functioning).
Pemberian pemahaman yang komprehensif tentang pengaruh
perilaku pasien dengan gangguan kognitif terhadap ketidakpatuhan
pengobatan merupakan hal yang diperlukan oleh dokter dan perawat
untuk meningkatkan kualitas perawatan. Pasien dengan gangguan
kognitif mungkin akan gagal dalam memahami, mempertahankan atau
mengikuti instruksi, hal ini menunjukkan jika intervensi yang berfokus
pada strategi tradisional untuk edukasi pasien akan sulit untuk
diimplementasikan. Selain itu, penyedia layanan kesehatan juga perlu
untuk meningkatkan perhatian mengenai jenis pengobatan pasien dengan
gangguan kognisi, sehingga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan
pasien.
Strategi edukasi terhadap indikasi, pengobatan dan efek samping,
dapat menciptakan perbaikan yang signifikan pada kasus ini. Alat
skrining singkat yang berguna sebagai identifikasi pasien berisiko dan
sebagai alat pemantauan juga dapat digunakan dalam intervensi
kepatuhan pasien. Penggunaan alat pemantauan elektronik sebagai alat
observasi kepatuhan pasien memiliki manfaat yang lebih baik karena
metode ini memberikan data longitudinal yang lebih obyektif, valid, dan
bernilai klinis daripada metode lain seperti self report dan penghitungan
konsumsi pil.
H Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka disimpulkan bahwa gangguan kognitif
berhubungan negatif dengan kepatuhan pengobatan. Tingkat kepatuhan pengobatan lebih baik pada
pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan jenis kelamin laki-laki memiliki tingkat
kepatuhan yang lebih buruk pada kepatuhan pengobatan hipertensi.

Keterbatasan Keterbatasan penelitian ini adalah sampel penelitian hanya direkrut dari satu pusat kesehatan sehingga
Penelitian jumlah sampel terbatas dan kurang beragam.

Saran Penelitian selanjutnya perlu meningkatkan jumlah sampel dan menetapkan kriteria sampel yang lebih
mendetail guna mengurangi resiko bias pada penelitian.
I Refleksi Melalui penelitian ini, pelapor dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh gangguan
kognitif terhadap kepatuhan pengobatan hipertensi pada lansia. Selain itu penulis juga mempelajari
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan hipertensi seperti jenis kelamin
dan tingkat pendidikan. Menurut pelapor penelitian ini sangat bermanfaat untuk diterapkan di Indonesia
mengingat di Indonesia prevalensi hipertensi masih tinggi dan tingkat kepatuhan yang masih rendah.
Penelitian ini dapat membantu klinisi dalam mengevaluasi dan juga meningkatkan strategi intervensi
dalam pengobatan hipertensi.
Penelitian ini menyadarkan pelapor jika seorang klinisi tidak hanya menekankan upaya kuratif
tetapi juga upaya promotivf dan preventif melalui edukasi kepada pasien. Hal ini dikarenakan masalah
pada pasien tidak hanya terbatas pada aspek medis tetapi juga terdapat aspek lain yang menjadi
permasalahan seperti aspek pendidikan, ekonomi, dan hubungan antarkeluarga.
Pembahasan penelitian ini juga bermanfaat bagi pelapor karena pelapor tersadar terdapat
hubungan yang signifikan antara gangguan kognitif dengan pengobatan hipertensi. Hipertensi dapat
menyebabkan gangguan kognitif melalui lesi pada pembuluh darah sedangkan gangguan kognitif
mempengaruhi kepatuhan pengobatan hipertensi karena gangguan kognitif seperti menurunnya memori
serta tingkat pemahaman pada lansia akan menjadi penyulit dalam edukasi pengobatan hipertensi.
Secara keseluruhan jurnal sudah disajikan dengan sangat baik, jelas, runtut, dan mudah dimengerti
sehingga dapat dijadikan sebagai referensi bagi tenaga medis di Indonesia dalam upaya pengobatan
hipertensi pada lansia. Namun pelapor juga merasa alangkah baiknya jika penelitian serupa dilakukan di
Indonesia mengingat penelitian ini dilakukan di negara yang berbeda secara ras, ekonomi, budaya dan
social dengan Indonesia. Selain itu, penelitian selanjutnya juga sebaiknya berusaha mengatasi limitasi-
limitasi yang ada pada penelitian ini.
CRITICAL APPRAISAL

1. Apakah penelitian ini membahas pertanyaan yang difokuskan dengan jelas?


- Ya, penelitian ini membahas pengaruh gangguan kognitif terhadap kepatuhan
pengobatan hipertensi pada lansia.
2. Apakah penulis sudah mempertimbangkan dengan benar tentang penelitiannya?
- Ya, sudah dipertimbangkan dengan benar, ditunjukan dengan metodologi
penelitian yang digunakan ialah metodologi yang terstandar.
3. Apakah semua yang penting, berhubungan dengan penelitian sudah dimasukkan
dalam penelitian tersebut?
- Ya, data yang digunakan sudah sesuai dengan hal yang diteliti, data yang
digunakan valid dan kredibel. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan
studi lainnya yang relevan dengan hasil penelitian.
4. Apakah penulis sudah cukup untuk menilai kualitas penelitiannya?
- Tidak, dikarenakan masih terdapat kekurangan dalam penelitian ini terutama
dalam jumlah sampel.
5. Apabila hasil penelitian tersebut dikombinasi, akankah masuk akal?
- Ya, masuk akal untuk dikombinasi karena terdapat beberapa penelitian-
penelitian lain mendukung terhadap hasil penelitian ini.
6. Apa hasil keseluruhan dari penelitian?
- Hasil dari penelitian ini menunjukan gangguan kognitif memiliki korelasi
negatif dengan kepatuhan pengobatan. Tingkat kepatuhan pengobatan lebih
baik pada pasien dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan jenis
kelamin laki-laki memiliki tingkat kepatuhan yang lebih buruk pada
kepatuhan pengobatan hipertensi.

7. Bagaimana berharganya hasil penelitian tersebut?


- Hasil penelitian tersebut berharga karena memberikan informasi yang berguna
bagi tenaga medis untuk mengevaluasi dan meningkatkan metode yang
digunakan untuk pengobatan hipertensi pada lansia.
8. Apakah hasilnya dapat diterapkan pada populasi lokal?
- Ya. Hal ini dikarenakan di Indonesia prevalensi usia tertinggi yang menderita
hipertensi adalah pasien lansia (65-74 tahun) dan kepatuhan terhadap
pengobatan di Indonesia masih rendah, sehingga penelitian ini sangat
bermanfaat jika diterapkan di Indonesia.
9. Apakah semua keluaran yang penting sudah dipertimbangkan?
- Belum. Masih ada informasi lain yang ingin dicari pada penelitian ini karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan hipertensi pada
lansia.
10. Apakah keuntungannya sepadan dengan kerugian dan biaya yang dikeluarkan?
- Menurut pelapor, keuntungan sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Karena
dapat mencapai tujuan penelitian yang diharapkan oleh penulis. Kerugian
yang dialami penulis tidak dijelaskan pada penelitian ini.
Clinical Interventions in Aging

Anna ChudiakI, zabella 2018


Uchmanowicz, grzegorz Mazur

1. Ya, kriteria inklusi: pasien berusia diatas 65 tahun tahun yang dirawat di University
Teaching Hospital, Wroclaw, Poland, dan terdiagnosis hipertensi. Kriteria Eklusi
adalah responden yang menolak menjadi subjek penelitian.
2. Ya, subjek penelitian adalah pasien berusia diatas 65 tahun tahun yang dirawat di
University Teaching Hospital, Wroclaw, Poland,
3. Ya, penelitian menggunakan metode prospective cross-sectional dan menggunakan
pertanyaan yang sudah diuji. Kuesioner HBCS terdiri dari 14 item dengan empat poin
skala likert (1 = tidak ada waktu, 2 = beberapa waktu, 3 = sebagian besar waktu dan 4 =
sepanjang waktu) dengan tiga domain dasar: "minum obat", " janji temu" dan "asupan
garam". Kuesioner MMSE terdiri dari 30 pertanyaan yang meneliti berbagai aspek
kinerja kognitif. Hal yang dinilai pada tes ini adalah orientasi waktu, orientasi ruang,
registrasi, perhatian, kalkulasi, kemampuan mengingat, penamaan, pengulangan,
pemahaman, membaca, menulis dan menggambar.
4. Ya, kriteria standar dan objektif digunakan dalam penelitian ini dan di nilai
menggunakan instrumen kuisioner yang sudah dites validitas dan reabilitasnya.
5. Tidak, penelitian ini tidak menjelakan tentang faktor perancu.
6. Tidak, pada penelitian ini tidak menjelaskan strategi terhadap faktor perancu.
7. Ya, hasil penelitian dinilai menggunakan instrumen-instrumen yang sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya. Kuisioner yang digunakan memiliki nilai Cronbach’s
alpha sebesar 0.851 dimana lebih tinggi dari 0.7, hal ini mengindikasikan kuisioner
memiliki konsistensi yang baik.
8. Ya, analisa statistk yang digunakan sudah sesuai yaitu dilakukan analisis terhadap
variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Analisis pada variabel kuantitatif
dikumpulkan dengan melakukan perhitungan pada mean (M), SD, median (Me),
quartiles (Q), minimum (Min) and Max values serta menggunakan the Mann–Whitney
U test, Spearman’s coefficient and the Sha- piro–Wilk test. Analisis variabel kualitatif
dilakukan dengan cara menghitung jumlah dan presentase kejadian untuk setiap
variabel. Analisis multivariate dilakukan dengan linear regression / regresi linier. Nilai
ambang untuk statistical significance pada penelitian ini adalah p<0.05. Analisis
dilakukan menggunakan R statistical software versi 3.3

Anda mungkin juga menyukai