Anda di halaman 1dari 24

CASE BASED DISSCUSION & PEMBINAAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


HIPERTENSI

Disusun oleh :
Komang Jourdy Kharisma P (42190335)
Adek Widya P. Saraswati (42190336)
Yulwinar Cego Saputra (42190337)

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


PUSKESMAS BAMBANGLIPURO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA
WACANA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak dijumpai dalam praktek klinik


sehari-hari. Menurut JNC VII, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥140/90
mmHg. WHO juga mencatat hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya kasus
cerebrovascular disease dengan angka 62 persen dan 49 persen penyebab terjadinya
Penyakit jantung iskemik. Angka kematian yang disebabkan oleh komplikasi akibat
hipertensi mencapai 9,4 juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Menurut data
WHO, pada tahun 2008 kurang lebih 40% orang dewasa berusia 25 tahun ke atas
telah terdiagnosis mengidap hipertensi. Jumlah orang dewasa yang mengidap
hipertensi ini meningkat dari 600 juta jiwa pada tahun 1980 hingga mencapai satu
triliun jiwa pada tahun 2008. Peningkatan prevalensi angka kejadian hipertensi
disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi, penuaan, dan faktor risiko gaya hidup,
seperti diet yang tidak sehat, penggunaan substansi beralkohol dan tembakau,
kurangnya aktivitas fisik, obesitas, termasuk kolesterol tinggi dan diabetes mellitus,
serta adanya stimulus stressor yang persisten (WHO 2013).
Hipertensi merupakan salah satu penyebab kerusakan berbagai organ baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah hipertropi ventrikel kiri, angina atau infark
miokard, gagal jantung,stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan
retinopati. Untuk itulah pentingnya diagnosis dini serta penatalaksanaan yang tepat
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang akan terjadi atau mencegah
kerusakan lebih lanjut yang sedang terjadi.
Di Indonesia didapatkan prevalensi angka kejadian hipertensi pada umur ≥18
tahun sebesar 25,8%. Prevalensi angka kejadian hipertensi di Indonesia terjadi paling
banyak pada lansia, yaitu sebesar 57,6% dari seluruh angka kejadian hipertensi
(Riskesdas, 2013). Prevalensi angka kejadian hipertensi di D. I. Yogyakarta sebesar
25,7%. Puskesmas Bambanglipuro mencatat jumlah kunjungn pasien dengan
diagnosis hipertensi dalam periode 1 Januari hingga 31 desember 2020 sebanyak
3.507 pasien. Tingginya angka kejadian hipertensi di Puskesmas Bambanglipuro ini
didominasi oleh pasien yang kurang mengetahui tentang pola dan jenis makanan sehat
dan pasien yang menderita hipertensi namun tekanan darahnya tidak terkontrol karena
rendahnya kepatuhan minum obat.
Peningkatan angka kejadian hipertensi membutuhkan penanganan segera,
terutama pada negara berkembang yang sumber dayanya terbatas (WHO, 2018).
strategi penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi seperti modifikasi
gaya hidup dan diet dan terapi farmakologi untuk mencapai target. Program
pengendalian hipertensi pada lansia tidak hanya cukup melalui kontrol dengan
menggunakan farmakoterapi, melainkan pula melalui pencegahan dengan program
skrining/deteksi dini dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok kami ingin mengkaji kasus
hipertensi di Puskesmas Bambanglipuro Yogyakarta.
II. Tujuan
 Memberikan informasi mengenai kejadian hipertensi di Puskesmas
Bambanglipuro
 Meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya skrining/deteksi dini dengan
melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin pada pasien hipertensi
 Meningkatkan pengetahuan mengenai pentingnya kepatuhan minum obat pada
pasien hipertensi

III. Manfaat
 Memberikan informasi bagi pasien dan lingkungan Puskesmas Bambanglipuro
mengenai hipertensi sehingga dapat dilakukan pencegahan dan terapi lebih awal
untuk meminimalkan terjadinya komplikasi
 Memberikan informasi bagi masyarakat luas mengenai hipertensi sehingga
masyarakat dapat waspada untuk mengenali dan memeriksakan diri terkait gejala
dini hipertensi
BAB II
DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR

Judul Kasus : Hipertensi


Area Upaya Puskesmas :
Autoanamnesis dilakukan pada Selasa, 29 Desember 2020 pukul 10.00 WIB di Puskesmas
Bambanglipuro.

I. Identitas
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal Lahir : Bambanglipuro, 28 Maret 1965
Usia : 55 tahun
Alamat : Pete, Paker, Mulyodadi
Agama : Islam
Pekerjaan : Baby Sitter
Pendidikan terakhir : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Jaminan Kesehatan : BPJS PBI

II. Keluhan Utama


Sakit kepala dan tengkuk berat
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala dan tengkuk berat sejak 5 hari yang
lalu, muncul tiba-tiba, keluahan ini hilang timbul. Nyeri kepala terasa nyeri nyut-
nyutan, tertekan, dan berat pada bagian belakang kepala, Keluhan memberat saat
pasien merasa banyak pikiran, baru bangun atau saat memulai aktivitas, Pasien
juga merasa lemas dan mudah lelah serta mereda dengan istirahat.
Pasien sudah terdiagnosis hipertensi Sejak 3 tahun yang lalu. Pasien
mengeluhkan tengkuk terasa berat, seperti memikul suatu beban dan terasa nyeri
seperti ditusuk, diperberat bila melakukan aktivitas dan mereda dengan istirahat.
namun tidak ada kesemutan. Berdebar-debar (-), keringat berlebih/keringat dingin
(-), nyeri dada (-), sesak napas (-), sudah mengonsumsi Amlodipine tablet 5 mg,
Simvastatin tablet 10 mg, Metformin tablet 500mg dan Glimepirid tablet 2mg.
namun tidak rutin mengkonsumsi obat tekanan darah tinggi saat keluhan tidak
dirasakan lagi.
IV. Riwayat Penyakit Dahulu
 Hipertensi, diabetes dan kolestrol sejak 3 tahun yang lalu pada tahun 2017.
 Alergi Antibiotik/Iritan (-)
 Riwayat Mondok/Operasi: (-)
 Riwayat Kecelakaan/Jatuh: (-)
 Riwayat Transfusi/Donor Darah: (-)

V. Riwayat Penyakit Keluarga


 Penyakit tidak menular: Ibu Pasien Hipertensi (+), DM (-), Stroke (-)

VI. Riwayat Lifestyle


 Aktivitas sehari-hari: Baby sitter
 Pola makan: suka konsumsi nasi, makanan yang asin, manis dan gorengan
 Pola minum: konsumsi air putih kurang
 Merokok: disangkal
 Alkohol: disangkal
 Napza: disangkal
 Pola tidur: sulit tidur, sering terbangun tengah malam lalu susah tidur kembali
 Olahraga: cukup
 Kondisi hidup dan lingkungan tempat tinggal: Pasien tinggal serumah bersama
2 orang anak.

VII. Riwayat Personal Sosial

 Social: Pasien tinggal bersama dengan 2 orang anak. Hubungan antara pasien
dengan kedua anak terjalin dengan baik, namun hubungan antara pasien dengan
suami kurang baik. Hal ini disebabkan karena pada saat suami masih tinggal
bersama pasien, suami tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan keluarga
mengalami masalah ekonomi dan saat itulah mulai sering bertengkar antara suami
dan pasien, hingga pada akhirnya suami memutuskan pergi ke Jakarta untuk
mencari nafkah tetapi seiring berjalannya waktu, suami tidak kunjung kembali ke
Jogja dan saat itu hubungan antara suami dan pasien sudah tidak harmonis,
bahkan berkabar melalui telepon pun jarang sehingga membuat hubungan pasien
dan suami menjadi semakin tidak baik. Pasien membesarkan kedua anaknya
seorang diri dengan bekerja sebagai baby sitter setiap hari, setiap bekerja pasien
selalu diantar oleh anaknya begitu pula bila waktunya untuk berobat pasien juga
diantar oleh anaknya. Akan tetapi karena kedua anaknya masih bersekolah
sehingga sering tidak ada waktu untuk mengantarkan ibunya ke puskesmas,
karena jam layanan puskesmas bersamaan dengan jam sekolahnya. Lingkungan
sosial pasien termasuk kurang peduli dalam memberi dukungan terkait
pengobatan hipertensi pasien.

Nama Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan


Kelamin (tahun)
Pasien P 55 SMP Ibu Rumah Tangga
Anak Pertama L 16 SMK Belum Bekerja
Anak Kedua L 16 SMK Belum Bekerja

 Culture: Pasien dan keluarga bersuku Jawa dan berdomisili asli dari pete dusun
paker, Desa mulyodadi, kecamatan bambanglipuro, Kabupaten Bantul. Pasien dan
keluarga belum pernah tinggal di daerah perkotaan. Budaya di daerah pasien
menganggap bahwa apabila usia sudah sepuh maka sudah sewajarnya akan
mengalami berbagai penyakit seperti hipertensi dan diabetes.
 Religious: Pasien dan keluarga menganut agama Islam dan taat beribadah sesuai
ajaran agama.
 Education: Pendidikan terakhir pasien adalah SMP. Pasien memiliki dua anak
kembar yang sedang menempuh pendidikan SMK. Akses pasien terhadap
pengetahuan umum maupun kesehatan biasanya melalui pertemuan di balai desa
Prolanis. atau penyuluhan dari Puskesmas Bambanglipuro, sedangkan akibat masa
pandemic Covid-19 informasi yang diperoleh pasien terbatas karena pertemuan
tatap muka dibatasi dan biasanya hanya melalui grup di media sosial whatsapp.

 Economy: Pasien merupakan seorang single parent dimana sehari-hari bekerja


sebagai baby sitter dari jam 7 pagi hingga 7 malam dari senin sampe sabtu dan
memiliki 2 orang anak yang masih dalam masa pendidikan. Kondisi ekonomi
keluarga pasien tergolong kurang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 Medical: Pasien terdiagnosis hipertensi disertai dengan DM dan kolesterol tinggi


sejak tahun 2017. Pemeriksaan tekanan darah hanya dilakukan apabila pasien
merasakan gejala saat itu baru pasien dating ke Puskesmas Bambanglipuro untuk
memeriksakan kesehatannya. Pasien dan keluarga memiliki jaminan kesehatan
BPJS PBI, namun demikian tetap tidak rutin berobat di Puskesmas
Bambanglipuro dengan alasan tidak memiliki banyak waktu untuk ke puskesmas.

VIII. Riwayat Kondisi Hidup dan Lingkungan Tempat Tinggal


1. Keadaan Rumah
 Letak/lokasi: Rumah pasien beralamat di pete, dusun Paker
 Bentuk rumah: Bangunan rumah pasien berdinding semen dan batu bata
dengan luas kira-kira 15x20 meter persegi. Bangunan rumah terdiri dari
satu lantai yang berbentuk persegi panjang yang terdiri dari 1 ruang
keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi di dalam rumah.
Lantai rumah semen halus dan atap rumah menggunakan rangka kayu
tanpa plafon dengan genteng
 Kondisi rumah: Rumah pasien memiliki 1 pintu utama dan 1 pintu
belakang, 2 jendela kayu di ruang tamu serta lubang ventilasi di atas pintu
utama. Ruang keluarga bersih dan terdapat 2 tempat duduk dari kayu,
Kamar tidur memiliki kasur dan tempat tidur sederhana yang terbuat dari
tripleks, dengan jendela dan ventilasi yang baik. Seluruh perabot rumah
pasien terbuat dari kayu atau tripleks. Dapur dan ruang makan pasien
dilengkapi dengan satu meja makan dan kursi plastik, peralatan masak,
kompor gas dan tungku. Selain itu juga terdapat televisi, kipas angin, dan
setrika listrik dan juga terdapat sumur.
 Kondisi kamar mandi: Kamar mandi pasien terletak di dalam rumah.
Kamar mandi memperoleh pencahayaan dan sirkulasi udara dari lubang
ventilasi di atas jamban. Kualitas air mandi jernih dan tidak terdapat jentik
nyamuk. terdapat kran air dan gayung untuk mandi. Bak mandi dari
semen, terdapat jamban di sebelahnya.
 Sumber air: Sumber air berasal dari sumur yang terletak di pekarangan
rumah dan dilengkapi dengan pompa air. untuk minum pasien
menggunakan air galon. Tetapi untuk kebutuhan rumah tangga lain seperti
mencuci dan memasak pasien menggunakan sumber air dari air sumur.
Kualitas air sumur cukup jernih, tidak berbau, dan tidak terdapat jentik
nyamuk.
 Pengelolaan limbah: Limbah padat seperti sampah kering dan sampah
dapur dibakar seminggu sekali di pekarangan rumah.Limbah cair rumah
tangga termasuk cairan septik tank berada di belakang rumah. Saluran air
kotor sudah tertutup semen sehingga limbah rumah tangga tidak
menimbulkan bau di dalam rumah.

2. Kondisi Lingkungan Sekitar Rumah


Rumah pasien memiliki pekarangan yang cukup, tidak terdapat
kandang hewan, terdapat pohon di halaman rumah. Lingkungan sekitar rumah
pasien cukup bersih dan rapi, tidak tampak sampah berserakan. Letak rumah
pasien dengan rumah tetangga tidak berhimpit himpitan sehingga lingkungan
sekitar rumah tidak padat.

IX. Pemeriksaan Fisik


Vital Sign
 Keadaan Umum: Ringan, tampak lelah
 Kesadaran: CM
 GCS: E4V5M6
 Status Psikologis: Tenang
 Tensi: 151/85 mmHg
 Nadi: 88x/menit
 Napas: 20x/menit
 Suhu: 36,8 C
 SpO2: 98%
 Skala Nyeri: Nyeri kepala dan tengkuk Skala 3
Status Localis
 Kepala : Normocephali, CA (+/+), SI (-/-), mata cekung (-)
 Leher : tidak diperiksa
 Toraks dan Abdomen : tidak diperiksa
 Ekstremitas : Akral hangat, nadi teraba kuat, isi cukup, CRT < 2
detik, sianosis/ikterik (-/-), edema (-)

X. Diagnosis Klinis
Hipertensi Esensial Grade I

XI. Diagnosis Komunitas


Pengaruh Pendidikan, Sosial, Manajemen stress dan dan Pola hidup Terhadap
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Bambanglipuro Periode 1 Januari – 31
Desember 2020.
XII. Tatalaksana
Farmakologi
R/Amlodipine Tab 5 mg No. XXX
S 1 dd.Tab 1 pc
R/Metformin tab 500mg No XXX
S. 1 dd tab 1 pc
R/Glimperid tab 2 mg No. XXX
S 1 dd tab 1 ac
R/Simvastatin tab 10 mg No. XXX
S 1dd tab 1 pc

Non Farmakologi
1. Edukasi Tentang Kesehatan

Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Sugiharto dkk (2003),
menyatakan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan
pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama
mencegah penyakit hipertensi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin tinggipula kemampuan seseorang dalam menjaga pola hidupnya agar
tetap sehat. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap
informasi dan akan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada responden
dengan tingkat pendidikan yang rendah. Semakin tinggi pendidikan yang
dimiliki oleh responden maka semakin mudah menerima informasi yang
diberikan sehingga dapat mematuhi pengobatan secara teratur (Agrina, Rini, &
Hairitama, 2011).
Maka dari itu Puskesmas peran puskesmas sebagai layanan kesehatan
primer yang berfungsi untuk memberitahukan tentang informasi kesehatan
kepada masyarakat sekitar dengan informasi yang mudah dipahami agar
semua lapisan masyarakat dapat menerima informasi tersebut, informasi
sebaiknya dikemas dengan sederhana dan menarik supaya masyarakat antusias
dalam mendengarkan informasi tersebut. Informasi dapat disampaikan secara
tatap muka dengan penyuluhan di balai desa, kunjungan ke rumah rumah dan
saat program Prolanis. Tetapi saat era pandemic seperti ini pemberian
informasi dapat dilakukan secara tatap muka tetapi hanya untuk warga yang
memiliki penyakit tentang topic bahasan dengan protocol yang baik. Serta
untuk lebih memudahkan di era pandemic covid19, dapat memberikan
informasi melalui grup messenger. Informasi bila diberikan dengan baik
bahasa yang mudah dipahami dan selalu diulangi harapannya dapat
menjangkau semua lapisan masyarkat dengan berbagai tingkat pendidikannya.

2. Edukasi tentang hubungan social dan factor kesembuhan


Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penentuan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan keluarga merupakan bagian
dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan
merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan tersebut
akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola
penyakitnya. (Friedman, 2010). Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, tetapi hanya bisa dikontrol sehingga memerlukan
kesabaran dan optimisme.
Hipertensimemerlukan pengobatan seumur hidup, dukungan sosial
dari orang lain sangat diperlukan dalam menjalani pengobatannya. Dukungan
dari keluarga dan teman-teman dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang
dalam menjalankan program-program kesehatan dan juga secara umum orang
yang menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka
butuhkan dari seseorang atau kelompok biasanya cenderung lebih mudah
mengikuti nasehat medis. Keluarga memotivasi pasien untuk patuh dalam
menjalankan program pengobatan dan penderita mempunyai perilaku untuk
mengembangkan perasaan mampu, bisa mengontrol diri dan percaya diri
dalam menyelesaikan masalahnya. Apabila hal tersebut dapat berjalan dengan
baik, maka dukungan keluarga akan sangat efektif dalam mendukung
kepatuhan penderita dalam menjalani program pengobatannya (Suprianto et al,
2009, hlm.9).
Pengobatan hipertensi yang diberikan setiap hari harus didukung
dengan kepatuhan minum obat yang teratur oleh pasien. Tingkat kepatuhan
terhadap pengobatan hipertensi akan meningkatkan efektivitas pengobatan
serta mencegah komplikasi yang lebih buruk dari penyakit hipertensi.
Kepatuhan minum obat dalam jangka panjang akan menurunkan morbiditas
(kesakitan) dan mortalitas (kematian) penderita hipertensi. Komplikasi akibat
hipertensi yang tidak terkontrol yaitu gagal jantung, infark miokard, gagal
ginjal, stroke, dan gangguan penglihatan (Senior, 2008 )

3. Edukasi Manajemen Stress

Tekanan darah tinggi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor,


salah satunya adalah stres.. Stres merupakan suatu respon nonspesifik dari
tubuh terhadap setiap tekanan atau tuntutan yang mungkin muncul, baik dari
kondisi yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan (Sadock & Sadock,
2015).
Sedangkan berdasarkan pada survei pendahuluan yang telah dilakukan
di Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur diketahui bahwa banyak penderita hipertensi yang datang
untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas tersebut yang mengeluhkan
adanya tekanan atau tuntutan pada diri mereka, seperti misalnya adanya
tuntutan pekerjaan, tuntutan ekonomi, dan sebagainya yang membuat mereka
pada akhirnya mengalami stres.
kondisi stres meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang kemudian
meningkatkan tekanan darah secara bertahap, artinya semakin berat kondisi
stres seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darahnya. Stres merupakan
rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh seseorang terhadap adanya
perubahan dari lingkungan. Apabila ada sesuatu hal yang mengancam secara
fisiologis kelenjar pituitaryotak akan mengirimkan hormon kelenjar endokrin
kedalam darah, hormon ini berfungsi untuk mengaktifkan hormon adrenalin
dan hidrokosrtison, sehingga membuat tubuh dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan yang terjadi. Secara alamiah dalam kondisi seperti ini
seseorang akan merasakan detak jantung yang lebih cepat dan keringat dingin
yang mengalir di daerah tengkuk. Selain itu peningkatan aliran darah ke otot-
otot rangka dan penurunan aliran darah ke ginjal, kulit, dan saluran
pencernaan juga dapat terjadi karena stres.Kondisi stres yang membuat tubuh
menghasilkan hormon adrenalin lebih banyak, membuat jantung berkerja lebih
kuat dan cepat. Apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama maka akan
timbul rangkaian reaksi dari organ tubuh lain. Perubahan fungsional tekanan
darah yang disebabkan oleh kondisi stres dapat menyebabkan hipertropi
kardiovaskuler bila berulang secara intermiten. Begitupula stres yang dialami
penderita hipertensi, maka akan mempengaruhi peningkatan tekanan darahnya
yang cenderung menetap atau bahkan dapat bertambah tinggi sehingga
menyebabkan kondisi hipertensinya menjadi lebih berat (Lawson, 2007).
Sumber stres yang berbeda dapat menimbulkan reaksi atau
penghayatan stres yang berbeda. Secara umum, reaksi stress dalam diri
seseorang tampil dalam empat aspek yaitu: aspek fisik, aspek emosi, aspek
pikiran dan aspek perilaku. Sumber stress yang sama dapat menimbulkan
respon yang berbeda pada orang yang berbeda. Tiap orang juga memiliki daya
tahan yang berbeda dalam menghadapi stres. Terdapat 2 faktor utama yang
melatarbelakangi hal tersebut, yaitu: faktor internal (dalam diri seseorang) dan
faktor eksternal (dukungan sosial).

1. Faktor Internal:
•Karakteristik seseorang
Karakteristik tersebut antara lain: usia, jender, status ekonomi dan tingkat
pendidikan.
•Pengalaman stress sebelumnya
Pengalaman seseorang menghadapi stress akan membantunya dalam
menghadapi stress serupa di masa mendatang.
•Tipe kepribadian
Terdapat suatu tipe kepribadian yang disebut dengan Tipe A. Tipe kepribadian
ini terdiri dari sekumpulan sifat yang relatif menetap seperti dorongan untuk
berkompetisi secara berlebihan, agresif, tidak sabar, selalu terburu-buru dan
seringkali merasa cemas atau tidak aman. Orang dengan kepribadian tipe A
beresiko tinggi menderita sakit seperti serangan jantung ketika mengalami
stress.

•Pikiran
Beberapa ahli berpandangan bahwa pikiran sangat menentukan dampak dari
pengalaman sulit yang dialami. Contohnya, ada dua orang yang bercerai.
Orang pertama berpikir bahwa tidak akan mampu memperoleh hidup yang
bahagia karena perceraian dan orang kedua berpikir bahwa ia akan dapat tetap
menjalani kehidupannya dengan baik setelah perceraian
Dengan perbedaan pikiran tersebut, staf pertama akan cenderung
menampilkan reaksi stres yang lebih parah dibandingkan staf kedua. dengan
seseorang yang tidak berpikir demikian ketika mengalami hal yang sama.
2. Faktor Eksternal (Ada/tidaknya dukungan sosial)
Dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam menghadapi stress.
Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah kehadiran orang lain (yang
dianggap bermakna oleh orang yang mengalami stres) yang dapat memberikan
bantuan dalam bentuk apapun dalam mengatasi stress. Sebagai contoh, pekerja
kemanusiaan yang memiliki keluarga yang mendukung pekerjaannya akan
lebih dapat menghadapi stress pekerjaannya dari pada staf yang keluarganya
tidak mendukung.
Kedua faktor ini (internal dan dukungan sosial) saling berinteraksi satu
sama lainnya pada tiap seseorang dalam menampilkan reaksi/penghayatannya
terhadap stress yang dialami.
Teknik Penenangan pikiran, tujuan teknik-teknik penenangan pikiran
ialah untuk mengurangi kegiatan pikiran,yaitu proses berpikir dalam bentuk
merencana, meningat, berkhayal, menalar yang secara bersinambung kita
lakukan dalam keadaan bangun, dalam keadaan sadar. Jika berhasil
mengurangi kegiatan pikiran, rasa cemas dan khawatir akan berkurang,
kesigapan umum (general arousal) untuk beraksi akan berkurang, sehingga
pikiran menjadi tenang, stresberkurang. Teknik-teknik penenang pikiran
meliputi: meditasi, pelatihan relaksasi autogenik, dan pelatihan relaksasi
neuromuscular.
 Meditasi
Meditasi dapat dianggap sebagai teknik, dapat pula dianggap sebagai
suatu keadaan pikiran (mind), keadaan mental. Berbagai teknik seperti yoga,
berfikir, relaksasi progresif, dapat menuju tercapainya keadaan mental
tersebut.konsentrasi merupakan aspek utama dari teknik-teknik meditasi.
Penelitian menunjukan bahwa selma meditasi aktivitas dari kebanyakan sistem
fisik berkurang. Meditasi menyebabkan adanya relaksasi fisik. Pada saat yang
sama meditator mengendalikan secara penuh penghayatannya dan
mengendalikan emosi, perasaan dan ingatan. Pikiran menjadi tenang, badan
berada dalam keseimbangan.
 Pelatihan Relaksasi Autogenik.
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri (auto-
genis = ditimbulkan sendiri). Teknik ini berpusat pada gambaran-gambaran
berperasaan tertentu yang dihayati bersama dengan terjadinya peristiwa
tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya
kenangan tentang peristiwa akan menimbulkan pula penghayatan dari
gambaran perasaan yang sama. Pelatihan relaksasi autogenik berusaha
mengaitkan penghayatan yang menenangkan dengan peristiwa yang
menimbulkan ketegangan, sehingga badan kita terkondisi untuk memberikan
penghayatan yang tetap menenangkan meskipun menghadapi peristiwa yang
sebelumnya menimbulkan ketegangan.
 Pelatihan Relaksasi Neuromuscular
Pelatihan relaksasi neuromuscular adalah satu program yang terdiri
dari latihan-latihan sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen
sistem saraf yang mengendalikan aktivitas otot. Sasarannya ialah mengurangi
ketegangan dalam otot. Karena otot merupakan bagian yang begitu besar dari
badan kita, maka pengurangan ketegangan pada otot berarti pengurangan
ketegangan yang nyata dari seluruh badan kita. Individu diajari untuk secara
sadar mampu merelakskan otot sesuai dengan kemauannya setiap saat.
 Teknik Penenangan Melalui Aktivitas Fisik
Tujuan utama penggunaan teknik penenangan melalui aktivitas fisik ialah
untuk menghamburkan atau untuk menggunakan sampai habis hasil-hasil
stresyang diproduksi olehketakutan dan ancaman, atau yang mengubah sistem
hormon dan saraf kita kedalam sikap mempertahannkan. Kita dapat
melakukan aktivitas fisik sebelum dan sesudah stres. Aktivitas fisik memiliki
sifat preventif (penghindaran). Selama melakukan aktivitas fisik seluruh
sistem badan dirangsang untuk beraksi,bergerak. Setelah kegiatan, sistem-
sistemnya memantul dengan cara makin melambat (by slowing down), dengan
demikian mendorong ke relaksasi dan ketenangan.
Namun apabila stres yang dialami tidak menemukan solusinya yang
berakibat stres berkepanjangan, maka sangat dianjurkan untuk berkonsultasi
psikolog, dokter, atau psikiater.

4. Edukasi Pola hidup melalui Program Puskesmas mengenai pengelolaan


PTM
4.1 PROGRAM CERDIK
PROGRAM CERDIK adalah langkah preventif yang dibuat agar masyarakat
yang masih sehat dan bugar dapat terhindar dari berbagai penyakit tidak menular.
Program ini terdiri atas :
1. Cek Kesehatan secara Berkala
Cek kesehatan secara rutin bermanfaat untuk mengingatkan tentang kesehatan kita
(Kemenkes, 2016). Beberapa PTM seperti diabetes mellitus, hipertensi, stroke,
jantung dan beberapa kanker bisa diturunkan risikonya jika diketahui secara dini.
Semakin tepat informasi yang kita dapatkan tentang kesehatan kita, maka semakin
bijaksana pula keputusan yang dapat kita lakukan. Cek kesehatan dapat dilakukan
rutin minimal 1 bulan sekali. Adapun beberapa cek yang paling umum dilakukan
adalah sebagi berikut:
a. Cek tekanan darah yaitu salah satu cara deteksi dini risiko hipertensi, stroke, dan
penyakit jantung. Angka hasil pemeriksaan normal apabila dibawah 140/90 mmHg.
b. Cek lingkar perut, ketika lemak perut berlebihan akan memicu masalah kesehatan
yang serius seperti serangan jantung, stroke dan diabetes. Batas aman lingkar perut
pria adalah 90 cm dan wanita 80cm.
c. Cek kolesterol total biasanya terdiri dari LDL (kolesterol “buruk”), HDL
(kolesterol “baik”) dan trigliserida (lemak yang dibawa dalam darah berasal dari
makanan yang kita makan). Batas normal kadar kolesterol dalam darah yaitu kurang
dari 200mg/dL.
2. Enyahkan Asap Rokok
Asap rokok merupakan salah satu asap yang mengandung racun berbahaya
bagi tubuh (Agung dkk, 2013). Kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satu-
satunya cara efektif dan murah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok
orang lain (Azkha, 2013). Adapun tempat-tempat yang biasanya dijadikan kawasan
bebas asap rokok adalah tempat kerja, tempat belajar/mengajar, pelayanan kesehatan,
tempat ibadah, terminal / stasiun / bandara, rumah tangga dan angkutan umum. Sering
perokok memberikan argumen bahwa merokok adalah hak azazinya untuk tidak
diganggu, namun mereka lupa bahwa di sebelah mereka ada orang lain, keluarga,
anak yang terenggut haknya untuk mendapat udara segar dan untuk hidup sehat tanpa
asap rokok.
3.Rajin Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat membantu tubuh dalam menurunkan kadar glukosa dalam
darah,menjaga berat badan, meningkatkan kekuatan tubuh dan yang terpenting dalam
usahanya meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga glukosa darah lebih terkontrol
(Panjaitan, 2013). Menurut informasi depkes RI bagian promosi kesehatan, aktivitas
fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh, menyebabkan pengeluaran tenaga
yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik mental agar hidup tetap sehat
bugar sepanjang hari. Manfaat yang dapat didapatkan adalah terhindar dari penyakit
tidak menular sepertijantung, stroke, osteoporosis, kanker, hipertensi dan diabetes,
berat badan terkendali, otot lebih lentur dan tulang lebih kuat, bentuk tubuh lebih
bagus, lebih percaya diri dan bugar bertenaga.Selain untuk menjaga berat badan tetap
normal, olahraga dan aktifitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah,
dan menjaga kebugaran tubuh.
Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita hipertensi.
Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu selama 30 menit, dengan
demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat badan belum tentu
turun.Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan perasaan santai dan
mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Yang perlu
diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai
pengobatan hipertensi.
4. Diet Seimbang
Salah satu hal yang ditekankan dalam pola diet seimbang adalah konsumsi
garam per orang per hari adalah 5 gr natrium atau setara dengan 1 sendok teh (1
sendok kecil) dan apabila berlebih akan meningkatkan risiko terkena serangan jantung
dan stroke. Sedangkan untuk konsumsi lemak per orang per hari adalah 5 sendok
makan dan apabila berlebih akan meningkatkan jumlah 30 kolesterol LDL yang
menjadikan pembuluh darah menyempit, menyebabkan penyakit jantung dan stroke.
Terdapat 9 pesan gizi seimbang Depkes RI bagian promosi kesehatan:
a.Syukuri dan nikmati aneka ragammakanan
b.Banyak makan sayuran dan cukupbuah-buahan
c.Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung proteintinggi
d.Biasakan mengonsumsi aneka ragam makananpokok
e.Batasi konsumsi panganan manis, asin, danberlemak
f.Biasakan sarapan
g.Biasakan mnum air putih yang cukup dan aman
h.Biasakan membaca label pada kemasan pangan
i.Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir

5.Istirahat Cukup
Terdapat perbedaan kebutuhan tidur berdasarkan usia menurut informasi Depkes RI
bagian promosi kesehatan, yaitu sebagai berikut:

6. Kelola Stres
Bahaya stres diakibatkan karena kondisi kelelahan fisik, emosional dan mental yang
disebabkan oleh adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan situasi yang
menuntut secara emosional Stres akan mengakibatkanbangkitnya serangan stroke
apabila terjadi terus –menerus dalam jangka waktu lama dan tidak segera
ditanggulangi dengan baik (Adientya dan Handayani, 2012). Penyebab stres
bermacam-macam, bisa dari permasalahan di rumah tangga, sekolah dan kantor. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk dilakukan dalam mengatasi stres dan
mencapai jiwa yang sehat.
4.2 PROGRAM PATUH

 Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter


 Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
 Tetap diet dengan gizi seimbang
 Upayakan aktivitas fisik dengan aman.
 Hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogen
5. Edukasi Program Puskesmas mengenai program Indonesia sehat dengan
pendekatan keluarga

Penderita hipertensi melalukan pengobatan secara teratur merupakan pilar ke 7


dari 12 pilar keluarga sehat, untuk mewujudkan ini dilakukan dengan kegiatan
gerakan masyarakat hidup sehat diantaranya
1. Melakukan Aktivitas Fisik
Perilaku kehidupan modern seringkali membuat banyak orang minim melakukan
aktivitas fisik; baik itu aktivitas fisik karena bekerja maupun berolah raga.
Kemudahan – kemudahan dalam kehidupan sehari – hari karena bantuan teknologi
dan minimnya waktu karena banyaknya kesibukan telah menjadikan banyak orang
menjalani gaya hidup yang kurang sehat. Bagian germas aktivitas fisik merupakan
salah satu gerakan yang diutamakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
seseorang.
2. Budaya Konsumsi Buah dan Sayur
Keinginan untuk makan makanan praktis dan enak seringkali menjadikan
berkurangnya konsumsi sayur dan buah yang sebenarnya jauh lebih sehat dan
bermanfaat bagi kesehatan. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti junk food
dan minuman bersoda sebaiknya dikurangi atau dihentikan konsumsinya. Menambah
jumlah konsumsi buah dan sayur merupakan contoh GERMAS yang dapat dilakukan
oleh siapapun.
3. Tidak Merokok
Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi
kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan
akan berdampak tidak pada diri perokok; tetapi juga bagi orang – orang di sekitarnya.
Meminta bantuan ahli melalui hipnosis atau metode bantuan berhenti merokok yang
lain dapat menjadi alternatif untuk menghentikan kebiasaan buruk tersebut.
4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Beralkohol
Minuman beralkohol memiliki efek buruk yang serupa dengan merokok; baik
itu efek buruk bagi kesehatan hingga efek sosial pada orang – orang di sekitarnya.
5. Melakukan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala
melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan tidak hanya datang ke
rumah sakit atau puskesmas ketika sakit saja. Langkah ini dapat memudahkan
mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lebih dini.
6. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan
kualitas lingkungan; salah satunya dengan lebih serius menjaga kebersihan
lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah
tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Langkah lain yang dapat
dilakukan adalah menjaga kebersihan guna mengurangi resiko kesehatan seperti
mencegah perkembangan vektor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.
7. Menggunakan Jamban
Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat;
salah satunya dengan menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan kotoran.
Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan resiko penularan berbagai
jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.
6. Edukasi Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)

Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki jumlah Hipertensi


jugamerupakan penyebab kematian ke- 3 di Indonesia pada semua umur
denganproporsi kematian 6,8%. Prevalensi Hipertensi menurut hasil Riskesdas
Indonesia tahun 2013 di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur
≥18 tahun sebesar 25,8%, tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan atau
riwayat minum obat hanya sbesar 9,5%.
a. Pengertian Prolanis
Program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) adalah sistem pelayanan
kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang
melibatkan peserta, Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) dan PT Askes
(Persero) dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserstsas askes yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan
biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Program ini telah mulai
dijalankan oleh PT Askes (Persero) sejak tahun 2010. Prolanis merupakan
program yang berawal dari Disease Management Program (DMP) yang telah
dilaksanakan di Eropa dan Amerika. Suatu sistem yang memadukan antara
penatalaksanaan pelayanan kesehatan dan komunikasi bagi sekelompok peserta
dengan kondisi penyakit tertentu yang jumlahnya cukup bermakna melalui upaya-
upaya penanganan penyakit secara mandiri.
b. Tujuan Prolanis
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal
dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes Tingkat
Pertama memiliki hasil “baik‘pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM
Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi penyakit.
c. Sasaran Prolanis
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis (Diabetes Melitus
Tipe 2 dan Hipertensi)
d. Bentuk Pelaksanaan Prolanis
Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi medis/edukasi, Home Visit,
Reminder, aktifitas klub dan pemantauan status kesehatan.
e. Langkah Pelaksanaan
1) Persiapan pelaksanaan Prolanis
2) Aktifitas Prolanis:
i. Konsultasi Medis Peserta Prolanis: jadwal konsultasi disepakati bersama antara
peserta dengan Faskes Pengelola
ii. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
iii. Reminder melalui SMS Gateway
iv. Home Visit.
Pelaksanaan Prolanis dilaksanakan berdasarkan Buku Panduan Pelaksanaan
Prolanis sesuai dengan Peraturan Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan. Berdasarkan dasar tersebut diketahui bahwa pelaksana Prolanis di
Puskesmas baru terlaksana yaitu penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan,
senam Prolanis, dan pemberian obat. Tata laksana kegiatan pada Puskesmas
berbeda karena tidakada SOP untuk Prolanis. Pada sebuah penelitian pada salah
satu Puskesmas di Jombang Jawa Timur menunjukkan bahwa dari 36 responden
hampir dari setengahnya yaitu sebanyak 10 responden (27,8%) tekanan darah
sebelum Prolanis adalah Hipertensi Tingkat II berubah menjadi Normal Tinggi
sesudah Prolanis. Juga dari 36 responden sebagian kecil yaitu sebanyak 7
responden (19,4%) tekanan darah sebelum Prolanis adalah Hipertensi Tingkat I
berubah menjadi Normal Tinggi sesudah Prolanis (Ningsih, Ika Purwati dkk
2017).

7. Edukasi Alur Pelayanan Puskesmas dalam Masa Pandemi Covid-19

Dalam masa pandemi Covid-19 program pengendalian penyakit tidak


menular (PTM) hipertensi mulai dari (promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative) disusun dengan protocol yang baik supaya tetap dapat
terlaksana secara komprehensif. Karena Hipertensi merupakan salah satu
penyakit komorbid yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
sesorang jika terinfeksi virus Covid-19.

PROTOKOL KESEHATAN DAN ALUR PELAYANAN KESEHATAN


DALAM MASA PANDEMI COVID-19
PUSKESMAS BAMBANGLIPURO, BANTUL, D. I. YOGYAKARTA
2020

a. Protokol Kesehatan 3 M
(Menggunakan Masker,
Mencuci Tangan, Menjaga
Jarak Aman)
Alur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Bambanglipuro dalam Masa Pandemi Covid-19
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Rini, S., dan Hairitama, R. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi
dalam Pemenuhan Diet Hipertensi. Riau : Universitas Riau
Agung, Farhan, Rachmansyah, dan Widiyanto. (2013). Sistem Deteksi Asap Rokok Pada
Ruangan Bebas Asap Rokok Dengan Keluaran Suara. Jurnal TeknikKomputer.
Azkha, N. (2013). Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota tentangKawasan
Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat
Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Andalas. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia.
Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. [serial online].
Friedman, Marilyn. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori Dan
Praktek Edisi 5. Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta: KementrianKesehatan.
Lawson R.Wulsin and Arthur J, BarskyVictor RG, Kaplan NM. 2007. Systemic
hypertension: mechanisms and diagnosis. In: Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes
DP, eds.,. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th
ed. Philadelphia. Saunders Elsevier.
Ningsih, Ika Purwati. Hariyono. Ucik Indrawati. 2017. Pengaruh Program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Berbasis Teori Caring (Di Puskesmas Bandarkedungmulyo Kabupaten
Jombang Tahun 2017). Jurnal Insan Cendekia, Volume 6 No. 1 September 2017.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Synopsis of Psychiatry. 11th ed. New York: Wolters
Kluwer; 2015
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suprianto., Purnawan, K., Arna, Y, D., Kuspiantiningsih, T. (2009). Dukungan
Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Menjalankan Program Pengobatan Pasien
Hipertensi di URJ Jantung RSU Dr. Soetomo Surabaya.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22098 10_1979-8091.pdf.Diperoleh
tanggal 30 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai