Disusun oleh :
Komang Jourdy Kharisma P (42190335)
Adek Widya P. Saraswati (42190336)
Yulwinar Cego Saputra (42190337)
I. Latar Belakang
III. Manfaat
Memberikan informasi bagi pasien dan lingkungan Puskesmas Bambanglipuro
mengenai hipertensi sehingga dapat dilakukan pencegahan dan terapi lebih awal
untuk meminimalkan terjadinya komplikasi
Memberikan informasi bagi masyarakat luas mengenai hipertensi sehingga
masyarakat dapat waspada untuk mengenali dan memeriksakan diri terkait gejala
dini hipertensi
BAB II
DATA KLINIS PERORANGAN DAN EVIDENS DASAR
I. Identitas
Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal Lahir : Bambanglipuro, 28 Maret 1965
Usia : 55 tahun
Alamat : Pete, Paker, Mulyodadi
Agama : Islam
Pekerjaan : Baby Sitter
Pendidikan terakhir : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Jaminan Kesehatan : BPJS PBI
Social: Pasien tinggal bersama dengan 2 orang anak. Hubungan antara pasien
dengan kedua anak terjalin dengan baik, namun hubungan antara pasien dengan
suami kurang baik. Hal ini disebabkan karena pada saat suami masih tinggal
bersama pasien, suami tidak bekerja dengan baik sehingga menyebabkan keluarga
mengalami masalah ekonomi dan saat itulah mulai sering bertengkar antara suami
dan pasien, hingga pada akhirnya suami memutuskan pergi ke Jakarta untuk
mencari nafkah tetapi seiring berjalannya waktu, suami tidak kunjung kembali ke
Jogja dan saat itu hubungan antara suami dan pasien sudah tidak harmonis,
bahkan berkabar melalui telepon pun jarang sehingga membuat hubungan pasien
dan suami menjadi semakin tidak baik. Pasien membesarkan kedua anaknya
seorang diri dengan bekerja sebagai baby sitter setiap hari, setiap bekerja pasien
selalu diantar oleh anaknya begitu pula bila waktunya untuk berobat pasien juga
diantar oleh anaknya. Akan tetapi karena kedua anaknya masih bersekolah
sehingga sering tidak ada waktu untuk mengantarkan ibunya ke puskesmas,
karena jam layanan puskesmas bersamaan dengan jam sekolahnya. Lingkungan
sosial pasien termasuk kurang peduli dalam memberi dukungan terkait
pengobatan hipertensi pasien.
Culture: Pasien dan keluarga bersuku Jawa dan berdomisili asli dari pete dusun
paker, Desa mulyodadi, kecamatan bambanglipuro, Kabupaten Bantul. Pasien dan
keluarga belum pernah tinggal di daerah perkotaan. Budaya di daerah pasien
menganggap bahwa apabila usia sudah sepuh maka sudah sewajarnya akan
mengalami berbagai penyakit seperti hipertensi dan diabetes.
Religious: Pasien dan keluarga menganut agama Islam dan taat beribadah sesuai
ajaran agama.
Education: Pendidikan terakhir pasien adalah SMP. Pasien memiliki dua anak
kembar yang sedang menempuh pendidikan SMK. Akses pasien terhadap
pengetahuan umum maupun kesehatan biasanya melalui pertemuan di balai desa
Prolanis. atau penyuluhan dari Puskesmas Bambanglipuro, sedangkan akibat masa
pandemic Covid-19 informasi yang diperoleh pasien terbatas karena pertemuan
tatap muka dibatasi dan biasanya hanya melalui grup di media sosial whatsapp.
X. Diagnosis Klinis
Hipertensi Esensial Grade I
Non Farmakologi
1. Edukasi Tentang Kesehatan
Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Sugiharto dkk (2003),
menyatakan tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan
pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama
mencegah penyakit hipertensi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin tinggipula kemampuan seseorang dalam menjaga pola hidupnya agar
tetap sehat. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap
informasi dan akan memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada responden
dengan tingkat pendidikan yang rendah. Semakin tinggi pendidikan yang
dimiliki oleh responden maka semakin mudah menerima informasi yang
diberikan sehingga dapat mematuhi pengobatan secara teratur (Agrina, Rini, &
Hairitama, 2011).
Maka dari itu Puskesmas peran puskesmas sebagai layanan kesehatan
primer yang berfungsi untuk memberitahukan tentang informasi kesehatan
kepada masyarakat sekitar dengan informasi yang mudah dipahami agar
semua lapisan masyarakat dapat menerima informasi tersebut, informasi
sebaiknya dikemas dengan sederhana dan menarik supaya masyarakat antusias
dalam mendengarkan informasi tersebut. Informasi dapat disampaikan secara
tatap muka dengan penyuluhan di balai desa, kunjungan ke rumah rumah dan
saat program Prolanis. Tetapi saat era pandemic seperti ini pemberian
informasi dapat dilakukan secara tatap muka tetapi hanya untuk warga yang
memiliki penyakit tentang topic bahasan dengan protocol yang baik. Serta
untuk lebih memudahkan di era pandemic covid19, dapat memberikan
informasi melalui grup messenger. Informasi bila diberikan dengan baik
bahasa yang mudah dipahami dan selalu diulangi harapannya dapat
menjangkau semua lapisan masyarkat dengan berbagai tingkat pendidikannya.
1. Faktor Internal:
•Karakteristik seseorang
Karakteristik tersebut antara lain: usia, jender, status ekonomi dan tingkat
pendidikan.
•Pengalaman stress sebelumnya
Pengalaman seseorang menghadapi stress akan membantunya dalam
menghadapi stress serupa di masa mendatang.
•Tipe kepribadian
Terdapat suatu tipe kepribadian yang disebut dengan Tipe A. Tipe kepribadian
ini terdiri dari sekumpulan sifat yang relatif menetap seperti dorongan untuk
berkompetisi secara berlebihan, agresif, tidak sabar, selalu terburu-buru dan
seringkali merasa cemas atau tidak aman. Orang dengan kepribadian tipe A
beresiko tinggi menderita sakit seperti serangan jantung ketika mengalami
stress.
•Pikiran
Beberapa ahli berpandangan bahwa pikiran sangat menentukan dampak dari
pengalaman sulit yang dialami. Contohnya, ada dua orang yang bercerai.
Orang pertama berpikir bahwa tidak akan mampu memperoleh hidup yang
bahagia karena perceraian dan orang kedua berpikir bahwa ia akan dapat tetap
menjalani kehidupannya dengan baik setelah perceraian
Dengan perbedaan pikiran tersebut, staf pertama akan cenderung
menampilkan reaksi stres yang lebih parah dibandingkan staf kedua. dengan
seseorang yang tidak berpikir demikian ketika mengalami hal yang sama.
2. Faktor Eksternal (Ada/tidaknya dukungan sosial)
Dukungan sosial dapat membantu seseorang dalam menghadapi stress.
Dukungan sosial yang dimaksud disini adalah kehadiran orang lain (yang
dianggap bermakna oleh orang yang mengalami stres) yang dapat memberikan
bantuan dalam bentuk apapun dalam mengatasi stress. Sebagai contoh, pekerja
kemanusiaan yang memiliki keluarga yang mendukung pekerjaannya akan
lebih dapat menghadapi stress pekerjaannya dari pada staf yang keluarganya
tidak mendukung.
Kedua faktor ini (internal dan dukungan sosial) saling berinteraksi satu
sama lainnya pada tiap seseorang dalam menampilkan reaksi/penghayatannya
terhadap stress yang dialami.
Teknik Penenangan pikiran, tujuan teknik-teknik penenangan pikiran
ialah untuk mengurangi kegiatan pikiran,yaitu proses berpikir dalam bentuk
merencana, meningat, berkhayal, menalar yang secara bersinambung kita
lakukan dalam keadaan bangun, dalam keadaan sadar. Jika berhasil
mengurangi kegiatan pikiran, rasa cemas dan khawatir akan berkurang,
kesigapan umum (general arousal) untuk beraksi akan berkurang, sehingga
pikiran menjadi tenang, stresberkurang. Teknik-teknik penenang pikiran
meliputi: meditasi, pelatihan relaksasi autogenik, dan pelatihan relaksasi
neuromuscular.
Meditasi
Meditasi dapat dianggap sebagai teknik, dapat pula dianggap sebagai
suatu keadaan pikiran (mind), keadaan mental. Berbagai teknik seperti yoga,
berfikir, relaksasi progresif, dapat menuju tercapainya keadaan mental
tersebut.konsentrasi merupakan aspek utama dari teknik-teknik meditasi.
Penelitian menunjukan bahwa selma meditasi aktivitas dari kebanyakan sistem
fisik berkurang. Meditasi menyebabkan adanya relaksasi fisik. Pada saat yang
sama meditator mengendalikan secara penuh penghayatannya dan
mengendalikan emosi, perasaan dan ingatan. Pikiran menjadi tenang, badan
berada dalam keseimbangan.
Pelatihan Relaksasi Autogenik.
Relaksasi autogenik adalah relaksasi yang ditimbulkan sendiri (auto-
genis = ditimbulkan sendiri). Teknik ini berpusat pada gambaran-gambaran
berperasaan tertentu yang dihayati bersama dengan terjadinya peristiwa
tertentu yang kemudian terkait kuat dalam ingatan, sehingga timbulnya
kenangan tentang peristiwa akan menimbulkan pula penghayatan dari
gambaran perasaan yang sama. Pelatihan relaksasi autogenik berusaha
mengaitkan penghayatan yang menenangkan dengan peristiwa yang
menimbulkan ketegangan, sehingga badan kita terkondisi untuk memberikan
penghayatan yang tetap menenangkan meskipun menghadapi peristiwa yang
sebelumnya menimbulkan ketegangan.
Pelatihan Relaksasi Neuromuscular
Pelatihan relaksasi neuromuscular adalah satu program yang terdiri
dari latihan-latihan sistematis yang melatih otot dan komponen-komponen
sistem saraf yang mengendalikan aktivitas otot. Sasarannya ialah mengurangi
ketegangan dalam otot. Karena otot merupakan bagian yang begitu besar dari
badan kita, maka pengurangan ketegangan pada otot berarti pengurangan
ketegangan yang nyata dari seluruh badan kita. Individu diajari untuk secara
sadar mampu merelakskan otot sesuai dengan kemauannya setiap saat.
Teknik Penenangan Melalui Aktivitas Fisik
Tujuan utama penggunaan teknik penenangan melalui aktivitas fisik ialah
untuk menghamburkan atau untuk menggunakan sampai habis hasil-hasil
stresyang diproduksi olehketakutan dan ancaman, atau yang mengubah sistem
hormon dan saraf kita kedalam sikap mempertahannkan. Kita dapat
melakukan aktivitas fisik sebelum dan sesudah stres. Aktivitas fisik memiliki
sifat preventif (penghindaran). Selama melakukan aktivitas fisik seluruh
sistem badan dirangsang untuk beraksi,bergerak. Setelah kegiatan, sistem-
sistemnya memantul dengan cara makin melambat (by slowing down), dengan
demikian mendorong ke relaksasi dan ketenangan.
Namun apabila stres yang dialami tidak menemukan solusinya yang
berakibat stres berkepanjangan, maka sangat dianjurkan untuk berkonsultasi
psikolog, dokter, atau psikiater.
5.Istirahat Cukup
Terdapat perbedaan kebutuhan tidur berdasarkan usia menurut informasi Depkes RI
bagian promosi kesehatan, yaitu sebagai berikut:
6. Kelola Stres
Bahaya stres diakibatkan karena kondisi kelelahan fisik, emosional dan mental yang
disebabkan oleh adanya keterlibatan dalam waktu yang lama dengan situasi yang
menuntut secara emosional Stres akan mengakibatkanbangkitnya serangan stroke
apabila terjadi terus –menerus dalam jangka waktu lama dan tidak segera
ditanggulangi dengan baik (Adientya dan Handayani, 2012). Penyebab stres
bermacam-macam, bisa dari permasalahan di rumah tangga, sekolah dan kantor. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk dilakukan dalam mengatasi stres dan
mencapai jiwa yang sehat.
4.2 PROGRAM PATUH
a. Protokol Kesehatan 3 M
(Menggunakan Masker,
Mencuci Tangan, Menjaga
Jarak Aman)
Alur Pelayanan Kesehatan Puskesmas Bambanglipuro dalam Masa Pandemi Covid-19
DAFTAR PUSTAKA
Agrina, Rini, S., dan Hairitama, R. (2011). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi
dalam Pemenuhan Diet Hipertensi. Riau : Universitas Riau
Agung, Farhan, Rachmansyah, dan Widiyanto. (2013). Sistem Deteksi Asap Rokok Pada
Ruangan Bebas Asap Rokok Dengan Keluaran Suara. Jurnal TeknikKomputer.
Azkha, N. (2013). Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota tentangKawasan
Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat
Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Andalas. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia.
Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. [serial online].
Friedman, Marilyn. M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori Dan
Praktek Edisi 5. Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular. Jakarta: KementrianKesehatan.
Lawson R.Wulsin and Arthur J, BarskyVictor RG, Kaplan NM. 2007. Systemic
hypertension: mechanisms and diagnosis. In: Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes
DP, eds.,. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th
ed. Philadelphia. Saunders Elsevier.
Ningsih, Ika Purwati. Hariyono. Ucik Indrawati. 2017. Pengaruh Program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Berbasis Teori Caring (Di Puskesmas Bandarkedungmulyo Kabupaten
Jombang Tahun 2017). Jurnal Insan Cendekia, Volume 6 No. 1 September 2017.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Synopsis of Psychiatry. 11th ed. New York: Wolters
Kluwer; 2015
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta
Suprianto., Purnawan, K., Arna, Y, D., Kuspiantiningsih, T. (2009). Dukungan
Sosial Keluarga dengan Kepatuhan Menjalankan Program Pengobatan Pasien
Hipertensi di URJ Jantung RSU Dr. Soetomo Surabaya.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22098 10_1979-8091.pdf.Diperoleh
tanggal 30 Desember 2020.