Anda di halaman 1dari 39

CASE PRESENTATION

KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER


PADA TN.S DI PUSKESMAS
PANDANARAN SEMARANG

Pembimbing : Dr.dr.H. Tjatur Sembodo, MS(PH)

Muhammad Iqbal Oktakusuma


3010130705
PENDAHULUAN
 Hipertensi primer didefinisikan sebagai hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder
disebabkan karena adanya penyakit yang mendasari
(Yogiantoro, 2009).

 Hipertensi berdasarkan Per Menkes nomor 5 tahun 2014


adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan
kompliksi seperti stroke, aneurisme, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal (MENKES, 2014).
 Di Semarang Tahun 2018 Kasus penyakit
tidak menular tertinggi di Puskesmas dan
FKTP tertinggi pada penyakit Hipertensi
sebanyak 161.283 kasus.

 Semarang menempati posisi keempat


kejadian hipertensi paling rendah di
seluruh Jawa Tengah, setelah Kabupaten
Klaten, Grobogan, dan Kendal.
Jumlah Pasien Hipertensi di Puskesmas Pandanaran Tahun 2018
450

400

350

300

250

200

150

100

50

0
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Rumusan Masalah
 Bagaimana gambaran kejadian Hipertensi
Primer Tn.S di Puskesmas Pandanaran
Kota Semarang?

TUJUAN UMUM
 Mengetahui gambaran Hipertensi Primer pada
Tn.S. berdasarkan pendekatan teori roda.
Tujuan Khusus

 Untuk memperoleh informasi mengenai inti genetik yang berperan dalam

kasus Hipertensi Primer pada Tn.S

 Untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan sosial yang berperan

dalam kasus Hipertensi Primer pada Tn.S.

 Untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan fisik yang berpengaruh

pada kasus Hipertensi Primer pada Tn.S.

 Untuk memperoleh informasi mengenai lingkungan biologis yang

berpengaruh pada kasus Hipertensi Primer pada Tn.S.

 Untuk memberikan intervensi yang berkaitan dengan penyakit Hipertensi

Primer pada Tn.S.


Manfaat bagi Mahasiswa
 Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu kesehatan
masyarakat khususnya tentang Hipertensi Primer.
 Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai
penemuan masalah sampai pembuatan plan of action.
 Menjadi bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.

Manfaat bagi Masyarakat


 Memberi informasi kepada masyarakat tentang
kesehatan khususnya penyakit hipertensi primer.
 Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk
lebih memberdayakan masyarakat dalam upaya
kesehatan promotif dan preventif terhadap penyakit
hipertensi primer.
Laporan Hasil
Pengamatan
Identitas Pasien
 Nama : Tn.S
 Tempat, tanggallahir : Semarang, 6 Mei 1964
 Umur : 55 tahun
 JenisKelamin: Laki laki
 Agama : Islam
 Pendidikan terakhir : SMA
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Gisiksari RT 03 RW 06 Barusari, Semarang
Selatan
 Kewarganegaraan : WNI
 Cara pembayaran : BPJS-KIS
Anamnesis Holistik
Aspek 1 : Personal

 Keluhan Utama : Nyeri kepala

 Harapan : Penyakit pasien dapat terkontrol dan


tidak menimbulkan komplikasi.

 Kekhawatiran : Timbul komplikasi karena


penyakit pasien
ASPEK 2 : ANAMNESIS MEDIS UMUM

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

 Pada 15 Juni 2019, pasien datang ke


puskesmas Pandanaran, pasien mengaku
pusing sejak pagi hari. Keluhan hilang
timbul, dan sedikit mengganggu kegiatan
sehari-hari. Keluhan membaik saat
digunakan untuk istirahat dan memburuk
setelah melakukan aktivitas berat.
RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
○ Riwayat hipertensi : ada
○ Riwayat penyakit Diabetes Melitus : disangkal.
○ Riwayat kolesterol : disangkal
○ Riwayat alkohol : disangkal.
○ Riwayat merokok : disangkal.
○ Riwayat penyakit jantung : disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga

 Pasien mengaku almarhum Ayah nya


dahulu adalah seorang penderita
hipertensi. Ibu pasien juga menderita
hipertensi saat ini. Riwayat penyakit lain
seperti Diabetes, jantung, asma di
keluarga pasien disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi

 Pasien adalah seorang karyawan di suatu


instansi di Kota Semarang. Setiap hari aktif
bekerja dari pagi hingga sore. Pasien
berpenghasilan 3-4 juta dalam sebulan.
Pasien tinggal bersama istri dan ibu
kandung nya. Kesan ekonomi cukup.
Pasien memiliki asuransi kesehatan berupa
BPJS PBI.
Aspek 3 Faktor Risiko Internal

Data Individu
 Pasien berusia 55 tahun, saat ini pasien
bekerja. Berat badan pasien 68 kg, dan
tinggi badan 160 cm dan Lingkar perut
89 cm, dimana BMI = 26,5 kg/m2.
 Pola makan pasien yaitu makan nasi satu piring
sehari tiga kali dengan lauk telur, daging ayam atau
sapi dan gorengan, tempe, tahu, disertai sayur
sayuran seperti bayam, wortel, atau kangkung.
Pasien minum air putih sebanyak 5-7 gelas sehari.
 Pasien mengaku lebih menyukai makanan yang gurih
dan asin daripada makanan yang manis. Pasien
selama ini juga tidak melakukan diet rendah garam.
 Kegiatan sehari-hari pasien yaitu bekerja dari pagi
hingga sore hari. Sehingga pasien jarang makan di
rumah.
 Pengetahuan tentang penyakit hipertensi,
pencegahan, komplikasi dan diet untuk pasien
hipertensi kurang.
 Pasien rutin berolahraga lari pagi 1x semingu
dan bermain tenis meja minimal 2x seminggu.
 Pasien mengaku pergi berobat ke Puskesmas
apabila timbul keluhan berupa nyeri kepala
saja.
 Pasien menyadari saat nyeri kepala timbul,
maka berarti tekanan darahnya sedang naik.
Pasien meminum obat secara teratur sesuai
anjuran dokter.
Aspek 5 Derajat Fungsional
Pemeriksaan Fisik (Tanggal 15 Juni 2019)
 Kesadaran dan Keadaan Umum : Composmentis
dan baik.
 Tanda Vital
 Tekanan Darah : 160/85 mmHg

Nadi
 Frekuensi : 82 x/menit
 Irama : Reguler
 Isi & Tegangan : Cukup
 LajuPernapasan : 18 x/menit
 Suhu: 36oC
 Antropometri : BB = 68 kg, TB = 160 cm, BMI = 26,5
kg/m2. Lingkar perut = 89 cm
Follow up 17 Juni 2019

Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran dan Keadaan Umum: Composmentis
dan baik.
 Tanda Vital
 Tekanan Darah : 150/80 mmHg

Nadi
 Frekuensi : 84 x/menit
 Irama : Reguler
 Isi &Tegangan : Cukup
 Laju Pernapasan : 18 x/menit
 Suhu: 36,5oC
Diagnosis Holistik
Aspek 1
 Keluhan utama : Nyeri kepala
 Harapan : Penyakit pasien dapat terkontrol
dan tidak menimbulkan komplikasi.
 Kekhawatiran :Timbulnya komplikasi karena
hipertensi.

Aspek 2
 Diagnosis klinis : Hipertensi Stage 2
 Diagnosis banding : Nyeri akibat tekanan
intraserebral, White coat hypertension.
Aspek 3
Faktor risiko internal :
 Usia pasien 55 tahun
 Kurangnya pengetahuan mengenai pola makan dan
diet yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita hipertensi.
 Kurangnya pengetahuan tentang hipertensi primer,
pencegahan, cara mengontrol dan komplikasi dari
penyakit hipertensi.
 Faktor genetik pasien, karena ayah dan ibu kandung
pasien juga menderita hipertensi.
 Kegemeran pasien mengonsumsi makanan yang
gurih dan asin.
 Tinggi mengonsumsi makanan yang mengandung
garam.
Aspek 4
Faktor risiko eksternal :
 Kurangnya dukungan dari keluarga untuk
mengubah pola makan diet pasien.
 Kurangnya perhatian dari keluarga untuk diet
rendah garam.
 Seringnya makan di luar rumah, sehingga keluarga
tidak bisa mengontrol konsumsi dari pasien.

Aspek 5
 Derajat fungsional : 1 Mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri, mampu melakukan
perkerjaan di dalam maupun diluar rumah.
Identifikasi Masalah
 Berdasarkan identifikasi dari faktor risiko
internal ditemukan bahwa pasien usia 55
tahun
 kurang memperhatikan diet yang baik, yaitu
pola makan yang lebih gemar mengonsumsi
makanan yang asin dan gurih, diet garam tidak
terkontrol.
 Terdapat faktor genetik dari ayah dan ibu
pasien yang juga penderita hipertensi.
 Pasien memiliki pengetahuan yang kurang
tentang penyakit hipertensi.
 Intervensi
 1. Promotif
 a. Patient Centered
 Memberi edukasi dan penyluhan kepada pasien mengenai
hipertensi primer. Dan Menganjurkan pasien untuk
mengurangi konsumsi garam sehari hari nya agar
hipertensi terkontrol.

 Memberikan motivasi kepada pasien untuk tetap


berolahraga secara teratur, dengan mengajarkan dan
memberikan leaflet beberapa latihan jasmani untuk
mengontrol hipertensi.

 Memberikan saran kepada pasien untuk kontrol rutin ke


puskesmas. Dan meminum rutin obat yang diberikan oleh
dokter.
Family Focused

 - Memberikan edukasi kepada keluarga


tentang penyakit hipertensi, faktor risiko,
gejala, cara pencegahan, pengobatan, diet
yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.

 Memberikan saran untuk selalu


memperhatikan kepatuhan dalam meminum
obat. Selain itu mengawasi konsumsi makanan
pasien untuk selalu diet rendah garam.
c. Community Oriented

 Puskesmas dapat melakukan kunjungan


pasien secara rutin dan memberikan
edukasi mengenai penyakit hipertensi,
tanda dan gejala, faktor risiko,
pencegahan, komplikasi, diet yang
dianjurkan dan olahraga pada pasien
hipertensi.
PREVENTIF

a. Patient Centered
 - Pencegahan terhadap komplikasi dengan pengecekan tekanan
darah secara teratur setiap bulan, melakukan olahraga teratur,
menjaga diet seimbang, dan menjaga berat badan ideal .
 - Pasien meminum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter.

 b. Family Focused
 - Edukasi anggota keluarga pasien dengan penyakit hipertensi untuk
menjaga berat badan ideal, diet seimbang dan olahraga teratur,
sehingga menurunkan faktor risiko terjadinya hipertensi.
 - Keluarga pasien mengingatkan, mengawasi untuk minum obat
secara teratur

 c. Community oriented
 - Puskesmas melakukan pemilihan dan pelatihan kader untuk
mengadakan posbindu.
Kuratif
 a. Patient Centered
 - Amlodipin 5 mg. 1x1. diminum saat malam hari.
 - Asam mefenamat 500 mg 2x1. Diminum jika
terasa nyeri.
 b. Family Focused
 - Keluarga diharapkan dapat memberitahu,
mengingatkan dan mengawasi pasien untuk
meminum obat tersebut. Serta Diet rendah garam
 c. Community Oriented
 - Kader diharapkan dapat memberikan laporan
kejadian hipertensi kepada puskesmas.
Rehabilitatif
 a. Patient Centered
 - Setiap pagi pasien berolahraga ringan
seperti jogging (lari kecil), berjalan kaki
teratur selama 30 menit per hari, hampir
setiap hari dalam seminggu.

 b. Family Focused
 - Dukungan secara emosional kepada
penderita untuk selalu teratur dalam
berobat.
PEMBAHASAN
 Pada kasus Tn.S ini kemungkinan faktor resiko
terjadinya penyakit hipertensi adalah karena
pasien sering mengkonsumsi makanan asin dan
gurih yang dapat menyebabkan peningkatan
kekentalan darah sehingga menyebabkan
hipertensi.
 Genetik :
 Pada kasus Tn.S, terdapat keluarga yang juga
menderita hipertensi yaitu ayah dan ibu
kandung nya. Sehingga pasien sangat
beresiko menderita hipertensi juga.

 Lingkungan fisik :
 Pada kasus Tn.S tidak didapatkan peranan
lingkungan fisik yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi.
 Lingkungan Biologis
 Pada kasus Tn.S tidak didapatkan peranan
lingkungan fisik yang dapat menyebabkan
terjadinya penyakit hipertensi.

 Lingkungan sosial
 Keluarga Tn.S. kurang memberi dukungan
kepada pasien untuk melakukan diet rendah
garam sehingga pasien pun masih gemar
mengonsumsi makanan yang asin. Selain itu,
Keluarga pasien kurang mengetahui mengenai
hipertensi, seperti pencegahan, gejala, cara
mengontrol tekanan darah dan komplikasi yang
dapat timbul.
TEORI RODA
Kesimpulan
 Berdasarkan kasus ini faktor genetik berpengaruh terhadap

terjadinya penyakit hipertensi primer pada Tn.S.

 Berdasarkan kasus ini faktor lingkungan sosial berpengaruh

terhadap terjadinya penyakit hipertensi primer pada Tn.S.

 Berdasarkan kasus ini faktor host berpengaruh terhadap

terjadinya penyakit hipertensi primer pada diri Tn.S.

 Dilakukan intervensi kepada Tn.S. mengenai penyakit hipertensi

primer berupa metode edukasi dan intervensi langsung.


SARAN
Untuk pasien dan keluarga
 Menjaga pola makan pasien sehari-hari dengan
mengurangi konsumsi garam dan makanan asin.
 Meminum obat secara teratur dengan dosis sesuai
anjuran dokter.
 Tetap berolahraga selama 20-30 menit setiap harinya.
 Rutin kontrol ke puskesmas untuk mengontrol tekanan
darah sebulan sekali.
 Keluarga diharapkan selalu memberikan dukungan
kepada pasien dengan ikut mengawasi kepatuhan
minum obat, diet makan dan olahraga.
 Melakukan pemeriksaan kesehatan bagi keluarga
pasien yang memiliki faktor risiko menderita hipertensi.
SARAN
 Untuk Puskesmas
 Meningkatkan edukasi dan kontrol kepada pasien
yang telah terdiagnosis menderita hipertensi untuk
mengubah pola hidupnya.
 Melakukan penyuluhan dan edukasi secara rutin
kepada setiap pasien hipertensi untuk memantau
pola hidup dan tekanan darah pasien secara
berkelanjutan.
 Bekerja sama dengan kader desa untuk
mengadakan posbindu untuk dilakukan screening
kesehatan dan deteksi dini terutama penyakit
hipertensi.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai