Anda di halaman 1dari 6

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU)

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN


REKOMENDASI PPNI – DEPKES RI: HK. 03.2.4.1.04634 – SK MENDIKNAS RI:
278/D/O/2006
UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga
Dosen : Ns, Ronny Suhada, S. Kep.,M.Kep

Nama Mahasiswa : Nurfitria Ramadhany

NIM : CKR0180217

Kelas : S1 Keperawatan A

Tingkat 3 Semester 6

JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI DENGAN BAIK DAN BENAR


1. Seorang perawat Puskesmas akan melakukan asuhan keperawatan pada Ny. M (pasca
Stroke) yang merupakan istri Tn. T, namun setiap kali datang ke rumah Ny. M, Tn.T
sedang diluar rumah sehingga perawat merasa bingung karena tidak ada lagi anggota
keluarga yang serumah, tujuan ners adalah mau mengajarkan Range of motion (ROM)
agar Ny. M dapat mandiri. Menurut anda bagaimana intervensi keperawatan sesuai
dari kasus tersebut?
2. Seorang perempuan berusia 60 tahun dalam keluarga, menderita stroke dan
mengalami kelumpuhan pada ekstremitas kiri, wajah tidak simetris setelah menjalani
perawatan di RS klien dirawat dirumah sudah 3 bulan. Pasien mempunyai riwayat
hipertensi sekitar 2 tahun, hasil pemeriksaan Tekanan darah 170/100 mmHg. Apa
tindakan yang tepat untuk keluarga tersebut?
3. Seorang perawat Puskesmas sedang berkunjung ke rumah keluarga Tn. G dan
mendapati anak usia 7 tahun sedang bermain tanah dengan teman-temannya, tangan
terlihat kotor. Dalam penerapan pencegahan primer pada keluarga, menurut anda
bagaimana intervensi keperawatan yang sebaiknya dilakukan kepada keluarga Tn. G?

4. Seorang perawat Puskesmas melakukan pengkajian terhadap keluarga Tn. F yang


mengeluhkan anaknya yang berusia 7 tahun batuk terus menerus sudah 1 bulan,
dengan hasil pengkajian diketahui keluarga takut untuk memeriksakan kondisinya
sehingga melakukan pengobatan sendiri dengan obat-obat tradisional yang keluarga
ketahui. Menurut anda bagaimana intervensi keperawatan sesuai dari kasus tersebut?

5. Saat kunjungan rumah didapatkan Tn. N mengalami sesak nafas. Keluarga sudah
berusaha untuk membujuk Tn. N agar dirujuk ke RS namun klien menolak. Perawat
berusaha untuk membantu memberikan pemahaman kepada klien namun klien masih
saja tidak mau dibawa ke RS. Menurut anda bagaimana tindakan perawat selanjutnya
kepada keluarga tersebut?
JAWABAN

1. Keluarga sangat berperan penting dalam proses pemulihan dan pengoptimalkan


kemampuan motorik pasien pasca stroke. Keluarga merupakan sistem pendukung
utama memberikan pelayanan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) anggota
keluarga. pelayanan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya
pemulihan keadaan pasien, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam
keluarga tersebut. Oleh karena itu, sebagai pendidik, perawat perlu membantu
kemandiriaan keluarga dalam membantu rehabilitasi awal pasien stroke.
2. Tindakan keluarga untuk usaha pencegahan bermanfaat bagi penderita hipertensi agar
penyakitrnya tidak menjadi lebih parah, tentunya harus disertai obat-obatan yang
ditentukan oleh dokter. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil
tindakan pencegahan yang baik (stop high blood presure), antara lain dengan cara
sebagai berikut (gunawan, 2006) :
a. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan mengkonsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram garam
untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan normal. Batasan
kegemukkan adalah jika berat badan lebih dari 10% dari beratbadan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak terlalu
tinggi kadar kolestrol hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolestrol
dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan, jika endapan kolestrol bertambah akan
menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian,
akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi. Kadar kolestrol normal dalam darah dibatasi maksimal 200mg-250mg
per 100cc serum darah. Untuk menjaga agar kadar kolestrol darah tidak bertambah
tinggi.
d. Makan banyak buah dan sayur segar
Buah dan sayur segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
e. Tidak merokok dan minum alkohol
Nikotin yang ada dalam rokok dapat mempengaruhi pembentukan plak
aterosklerosis, efek langsung nikotin terhadap pelepasan hormone epinephrine dan
norephinephrine, ataupun melalui efek CO dalam peningkatan sel darah merah.
f. Latihan relaksasi atau meditasi
Relaksasi dan meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh
sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi
dapat dilakukan pula dengan mendengarkan musin dan bernyanyi.

Pada penatalaksaan pengobatan penderita dengan stroke, sangat penting untuk menentukan
jenis dari gangguan pada pembuluh darah tersebut. Penanggulangan harus dilakuakn dengan
cepat dan tepat, serta sangat tergantung dari penyebab penyakit dan faal sakit. Pengobatan
stroke pada therapeutic window akan memberikan hasil yang lebih baik. Pada orang sehat
(normotensi), penurunan tekanan darah arteri rerata (MABP) sampai 60-70 mmHg dan
peningkatan sampai 150-160 mmHg masih dapat diatasi dengan aotoregulasi. Pada penderita
usia tua atau lanjut dengan hipertensi menahun, batas atas dan bawah MABP ini akan
bergeser ke kanan, atau dengan kata lain penderita lebih tahan terhadap tekanan darah yang
relatif tinggi dan kurang tahan terthadap tekanan darah yang rendah khususnya bila terjadi
penurunan secara cepat.

3. Melakukan intervensi upaya kesehatan keluarga


1) Intervensi terhadap faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik adalah dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan
b. Lingkungan sosial, budaya, politik dan ekonomi dalam bentuk program-
program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi keluarga, dsb.
2) Pendidikan kesehatan, merupakan bentuk intervensi terutama terhadap faktor
prilaku
a. Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku keluarga yang kondusif untuk kesehatan.
b. Pendidikan kesehatan berupaya agar keluarga menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain.
3) Intervensi terhadap faktor pelayanan kesehatan :
Adalah dalam bentuk penyediaan atau perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan,
perbaikan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan dsb.
4) Intervensi terharap faktor hereditas :
Antara lain dengan perbaikan gizi keluarga, khususnya perbaikan gizi ibu hamil.
4. Melakukan intervensi mengenai :
a. Ajarkan keluarga untuk melatif klien teknik batuk efektif
b. Pantau keluarga dalam melakukan perawatan untuk mencegah terjadinya bersihan
jalan nafas yang tidak efektif
c. Kaji fungsi pernapasan
d. Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat karakter, volume sputum, dan
adanya hemoptisis.
e. Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi dan bantu klien berlatih nafas dalam
dan batuk efektif

Kurang informasi dan pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan, proses


penyakit, danm penatalaksanaan perawatan dirumah. Intervensi :

1) Kaji kemampuan klien untuk mengikuti pembelajaran (tingkat kecemasan,


kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan suasana yang tepat).
2) Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapakan, dan
alasan mengapa pengobatan berlangsung dalam waktu lama.
3) Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk mengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi
penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernafas, kehilangan
pendengaran, dan vertigo).
5. Persetujuan tindakan medik ini sangatlah penting bagi suatu institusi kesehatan untuik
membuktikan tindakan medik yang diambil telah diketahui, di mengerti oleh pasien
ataupun keluarganya dengan baik. Maupun paliatif memerlukan persetujuan tindakan
medik secara lisan maupun tertulis, setiap tindakan medik yang mengandung resiko
cukup besar, mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang di tandatangani oleh
pasien, setelah sebelumnya pasien itu memperoleh informasi yang adekuat tentang
perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang berkaitan dengannya.
Karena persetujuan tindakan medik merupakan salah satu bagian yang penting dalam
suatu kontrak terapeutik antara dokter, perawat, dan pasien. Karena persetujuan
tindakan medik banyak korelasi atau hubungan dengan masalah-masalah malpraktik
medik (medical malpratice) baik dari segi hukum maupun etika. Dari sudut hukum,
informed consent dapat dilihat dari aspek hukum perdata, hukum pidana, hukum
administrasi, maupun hukum disiplin tenaga kesehatan.
Selain persetujuan tindakan medik yang telah diuraikan diatas, dikenal juga dengan
surat pernyataan “penolakkan tindakan medik” atau “informed refusal”. Penolakkan
tindakkan medik ini merupakan hak pasien yang berarti suatu penolakkan yang
dilakukan pasien sudah diberi informasi oleh dokter serta perawat. Penolakkan
tindakan medik ini pada dasarnya adalah hak asasi dari seseorang untuk menentukan
apa yang hendak dilakukan terhadap dirinya sendiri. Penolakan dari pasien untuk
dilakukan tindakan medik tertentu diputuskan sesudah pasien diberi informasi oleh
dokter, perawat yang menyangkut segala sesuatu yang berkenaan dengan tindakan
medik yang akan diambil. Dalam hal ini pasien dianggap sudah memahami segala
konsekuensi yang mungkin timbul sebagai akibat dari penolakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai