Disusun Oleh
1. Differences/Doubt
Apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan megurangi dampak buruk bagi
penderita penyakit tidak menular?
2. Description
Pada tanggal 11 Oktober 2021, kegiatan kami dari puskesmas adalah posbindu
dimana sasarannya adalah para lansia dan masyarakat umum, saat itu datanglah seorang
pasien bernama Ny “H” berjenis kelamin perempuan usia + 60 th, dari hasil pengkajian
kami, didapatkan keluhan utama pasien adalah nyeri pada persendian, Pusing dan tidak
bertenaga hal itu muncul ketika pasien terlalu lama berdiri dan berjalan sebelumnya pasien
juga mengatakan memiliki riwayat penyakit Gout Artrhritis, hipertensi, diabetes militus
(Penyakit tidak menular) hal itu sudah pasien rasakan + 1 tahun trakhir, nyeri berada pada
bagian ekstremitas bawah (Lutut sebelah kanan), dirasa seperti ditusuk-tusuk waktu hilang
timbul, pasien terlihat meringis kesakitan sambil memegang lutut kanan, skala nyeri 6 dari
0-10. Ketika sakitnya muncul pasien hanya berdiam istirahat di rumah namun jika nyeri
tidak tertahankan maka pasien dibawa ke dokter praktik diwilayah tempat tinggal oleh
keluaraga. Kami ingin melakukan tindakan yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
pasien dan keluarga d rumah untuk membuat nyeri pasien berkurang dan riwayat penyakit
PTM, tidak kambuh lagi sehingga pasien dapat melakukan aktifitas seperti biasanya dan
pasien tetap bisa merasa nyaman dan pasien mampu mengatasi secara mandiri di rumah
3. Dissection (Dianalisis)
Pada saat menemukan masalah pada pasien kami, kami hanya berfokus pada riwayat
keluhan pasien berdasarkan masalah keperawatan yang dialami pasien saja, seharusnya
kami mempertimbangkan kemampuan pasien untuk melakukan secara mandiri dirumah
dan dampak yang baik untuk dilakukan pasien dalam jangka waktu panjang. Karena nyeri
yang di rasakan pasien adalah nyeri kronis, terlebih lagi pasien juga memiliki riwayat
penyakit PTM yaitu (Gout Arthritis, Hipertensi, diabetesmilitus) lalu kami berfikir untuk
melakukan tindakan keperawatan dengan melihat kemampuan pasien, yaitu dari segi alat
dan bahan tentunya yang mudah didapat agar bisa diterapkan di rumah, oleh karena itu
kami melakukan intervensi keperawatan kompres hangat jahe salah satu Terapi non
farmakologi yang terbukti dapat menurunkan nyeri pada penderita Gout arthritis. Hal itu
sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan kepada klien dengan Gout arthritis,
bahwa pemberian kompres hangat jahe dapat dijadikan alternatif perawatan Gout Arthritis
yang murah, mudah, dan aman.
Namun nyatanya terapi tersebut hanya dapat mengatasi nyeri dalam jangka waktu
yang singkat sehingga beresiko untuk dapat menimbulkan kembali efek nyeri dari proses
penyakit tersebut karena Penyebab utama belum teratasi yaitu karena adanya deposit
penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolik dalam
pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal. Beberapa faktor lain
yang mendukung seperti faktor genetic dan yaitu gangguan metabolisme purin yang
menyebabkan asam urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat atau keduanya.
(Annisya, 2019) . factor Gaya Hidup yaitu asupan dan pola makanan yang tinggi purin
Oleh sebab itu untuk mengatasi gejala tersebut secara non farmakologi selain kompres
hangat perlu adanya tindakan yang dapat menunjang kehidupan pasien dari segala aspek
yaitu mewujudkan PHBS dengan menciptakan dan mentradisikan perilaku CERDIK
masyarakat. Perilaku CERDIK merupakan langkah preventif yang dapat dilakukan dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular. CERDIK merupakan singkatan dari
Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik/olahraga, Diet
sehat dan gizi seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress.
4. Discover
a. Cek Kesehatan
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemeriksaan/skrining kesehatan
secara rutin merupakan upaya promotif dan preventif yang diamanatkan untuk
dilaksanakan oleh bupati/walikota sesuai Permendagri no 18/ tahun 2016 dengan
tujuan untuk: mendorong masyarakat mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku
dan melakukan upaya pengendalian segera ditingkat individu, keluarga dan
masyarakat; mendorong penemuan faktor risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu
kelebihan berat badan dan obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, gangguan
indera dan gangguan mental; mendorong percepatan rujukan kasus berpotensi ke
FKTP dan sistem rujukan lanjut. Pembudayaan Perilaku Pemeriksaan/ skrining
kesehatan secara rutin merupakan penerapan upaya promotif preventif yang efektif
dan menjadi pilar utama dalam Peningkatan derajat kesehatan, meningkatkan kualitas
SDM bangsa, pencapaian target SDGs (pembangunan berkesinambungan). Investasi
dalam upaya promotif dan preventif dalam pencegahan penyakit tidak menular akan
menghindarkan Indonesia dari beban pembiayaan kesehatan dan beban ekonomi
dikarenakan peningkatan PTM. Dampak yang ditimbulkan oleh PTM ini cukup berat
sehingga membutuhkan penanganan yang baik serta deteksi dini yang tepat oleh
tenaga kesehatan. Kegiatan skrining PTM pada lansia sangat perlu dilakukan baik itu
skrining berbasis rumah, Puskesmas dan komunitas untuk menemukan kasus baru dan
melakukan manajemen PTM dari mulai edukasi, perawatan dan pengobatanya
(Kemenkes, 2018)
Hal yang perlu di cek kesehatan pasien. Cek tekanan darah Untuk mendeteksi
risiko hipertensi. Normal apabila dibawah 140/90 mmHg. Cek kadar gula darah
Membantu mendeteksi diabetes. Normal apabila dibawah 100 mg/dl. Cek kadar asam
urat angka kisaran kadar asam urat normal dalam darah, baik pada wanita dewasa,
pria dewasa, maupun anak-anak. Wanita dewasa: 2,4–6,0 miligram per desiliter
(mg/dL) Pria dewasa: 3,1–7,0 mg/dL, Anak-anak: 2,0–5,5 mg/dL. Selain dari tes
darah, mengecek kadar asam urat juga bisa lewat tes urine bila diperlukan. Namun,
perlu dipahami bahwa hasil yang ditunjukkan dari tes urine mungkin berbeda. Kadar
asam urat yang normal dalam urine adalah 250-750 miligram atau 1,48-4,43
milimoles (mmol) per total sampel urine selama 24 jam.
Cek kesehatan secara rutin bermanfaat untuk mengingatkan kondisi kesehatan kita.
Semakin tepat informasi yang didapatkan,semakin bijaksana pula keputusan yang dapat
dilakukan. Cek kesehatan dilakukan secara rutin minimal 1 tahun sekali. Pemeriksaan
kesehatan yang paling umum dilakukan berikut ini berguna untuk mendeteksi resiko
PTM. Factor resiko tidak cek kesehatan secara berkala yaitu beberapa penyakit tidak
menular seperti diabetes militus, HT, Stroke, jantung, dan beberapa Cancer tidak bias di
turunkan resikonya jika tidak diketahui secara dini semakin lama informasi yang kita
dapatkan tentang status kesehatan kita maka semakin memperburuk kondisi kesehatan
kita
d. Diet Sehat
Sesuai dengan teori bahwa diet sehat dan seimbang merupakan pola konsumsi
makanan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk sehat adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral menurut Kementrian Kesehatan RI.(Thasim
2013).
Pola makan dengan diet rendah garam untuk Hipertensi dapat mengurangi
asupan garam kedalam tubuh. Perilaku diet rendah garam merupakan hasil keputusan
berdasarkan niat individu yang dibentuk melalui sikap terhadap perilaku diet rendah
garam dan control perilaku yang dirasakan.Melaksanakan diet rendah garam dibangun
oleh sikap terhadap perilaku lansia penderita PTM. Niat melaksanakan diet rendah
garam didukung oleh norma subyektif lansia penderita PTM. Penelitian yang
dilakukan oleh Indriyawati (2018) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang
diet efektif mencegah terjadinya PTM. Penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan
Novianti (2019) menyatakan bahwa pelatihan diet sehat gizi seimbang efektif untuk
mencegah PTM. Penelitian Trisnowati (2018) menyatakan bahwa program promosi
kesehatan tentang diet seimbang efektif untuk mencegah PTM.
Diet rendah purin untuk mengurangi kadar asam urat, dengan jalan
memberikan makanan rendah purin, serta memperlancar pengeluaran asam urat. Purin
ditemukan pada semua makanan yang mengandung protein. Sangatlah tidak mungkin
untuk menyingkirkan semua makanan yang mengandung protein, mengingat fungsi
utama protein sebagai zat pembangun untuk tubuh. Oleh karena itu makanan untuk
penderita gout diatur menjadi diet rendah purin. Manfaat dari diet rendah gula yaitu
mengurangi risiko obesitas dan diabetes, membantu mengurangi penumpukan lemak
perut, lebih segar.
Diet untuk DM Ada beberapa jenis makanan yang baik dan disarankan untuk
dikonsumsi pengidap penyakit ini, di antaranya:
1. Makanan yang terbuat dari biji-bijian. Pengidap diabetes melitus juga
disarankan untuk mengonsumsi karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, ubi
panggang, oatmeal, ubi, dan sereal dari biji-bijian utuh.
2. Daging tanpa lemak. Nyatanya, pengidap diabetes tetap membutuhkan asupan
nutrisi dari daging. Biar lebih aman, disarankan untuk memilih daging segar tanpa
lemak. Kamu juga bisa mengonsumsi daging ayam tanpa kulit.
3. Sayur-sayuran. Makanan ini sudah dikenal sebagai jenis makanan yang sehat
dan bisa memberi segunak manfaat untuk tubuh. Nah, biar manfaat dari sayur-
sayuran maksimal, pastikan untuk memprosesnya dengan cara direbus, dikukus,
atau dipanggang. Kamu juga bisa mengonsumsi sayur-sayuran mentah, tapi pastikan
untuk mencuci sayur sebelum dikonsumsi. Pengidap diabetes disarankan untuk
banyak mengonsumsi sayur brokoli dan bayam.
4. Buah-buahan. Pengidap diabetes melitus juga disarankan untuk banyak
mengonsumsi buah-buahan segar. Kamu bisa memakannya langsung atau dengan
cara dijadikan jus tanpa gula.
5. Kacang-kacangan. Sama seperti makanan lain, perhatikan proses memasaknya
agar lebih aman. Pastikan untuk memasak kacang-kacangan dengan cara dikukus,
ditumis, atau dijadikan sup.
6. Susu atau produk olahan susu. Pengidap diabetes melitus disarankan untuk
banyak mengonsumsi yogurt rendah lemak tanpa pemanis tambahan.
7. Ikan. Kandungan nutrisi dalam ikan sangat menjanjikan bagi pengidap
diabetes melitus. Kamu bisa mengonsumsi ikan tuna, salmon, sarden, dan makarel.
Selain rutin menjalani pengobatan, nyatanya menerapkan diet sehat bisa
membantu pengidap diabetes melitus untuk hidup normal. Maka dari itu, mulai
perhatikan asupan makanan yang dikonsumsi agar gejala penyakit atau komplikasi
dari diabetes bisa dihindar
e. Pola Istirahat
Hal ini menunjukkan bahwa penderita PTM memiliki pola istirahat tidur yang
buruk. Sesuai dengan teori bahwa apabila tidur mengalami gangguan, maka tidak
terjadi penurunan tekanan darah saat tidur sehingga akan meningkatkan resiko
terjadinya PTM. Penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan antara kualitas tidur
dengan tekanan darah pada lansia PTM di Gamping Sleman Yogyakarta. Hasil
penelitian didukung oleh penelitian Setiyorini dan Kalbuningrum (2014) yang
menyatakan bahwa gambaran kualitas tidur lansia PTM sebagian besar memiliki
kualitas tidur buruk mencapai (86,70%) dan tekanan darah pada lansia PTM di
Gamping Sleman Yogyakarta sebagian besar memiliki hiperensi stage 2 sebanyak
(46,70%).
Manfaat dari pola istirahat yaitu mengendalikan nafsu makan, memperkuat
sistem kekebalan tubuh, mempertajam ingatan membantu pertumbuhan badan,tetap
aktif di siang hari, terhindar dari berbagai penyakit meningkatkan suasana hati dan
panjang umur.
f. Pengelolaan Stres
Stress merupakan reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika seseorang
merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan
untuk mengatasi tuntutan tersebut (Rahman, 2016). Stress dapat memicu timbulnya
PTM melalui aktivitas sistem saraf simpatis yang mengakibatkan naiknya tekanan
darah secara tidak menentu. Pada seseorang yang mengalami stres hormone
ardrenalin akan dilepaskan dan kemudian akan meningkatkan tekanan darah melalui
kontraksi arteri dan peningkatan denyut jantung (South, 2014). Tekanan darah tinggi
dapat diakibatkan oleh stres yang diderita individu, sebab reaksi yang muncul
terhadap impuls stres adalah tekanan darahnya meningkat. Selain itu, individu yang
mengalami stres akan sulit tidur, sehingga akan berdampak pada tekanan darahnya
yang cenderung tinggi. Stress memang dapat meningkatkan tekanan darah untuk
sementara waktu atau mendadak dan bila stress sudah hilang maka tekanan akan
menjadi normal. Setiap orang memiliki kemampuan untuk mengendalikan respon
dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan dan bernapas secara teratur sehingga
stress dapat teratasi (Pontoh, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Indriyawati
(2018) menyatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang kelola stres efektif
mencegah terjadinya PTM. Penelitian yang dilakukan oleh Saraswati dan Novianti
(2019) menyatakan bahwa pelatihan tentang kelola stres efektif untuk mencegah
PTM. Penelitian Trisnowati (2018) menyatakan bahwa program promosi kesehatan
tentang manajemen stres efektif untuk mencegah PTM.
Manfaat dari mengelola stress di antaranya menghindari risiko penyakit,
menurunkan kecemasan, mencegah penuaan dini, serta meningkatkan kemampuan
tubuh dalam melawan virus flu.
5. Decission
Untuk mengatasi nyeri gout atritis dapat di lakukan kompres hangat jahe namun
bersifat sementara untuk jangka waktu panjang sebaiknya dapat menerapkan Menjaga
Perilaku CERDIK merupakan langkah preventif yang dapat dilakukan dalam pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular. CERDIK merupakan singkatan dari Cek
kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik/olahraga, Diet sehat
dan gizi seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress.