DISUSUN OLEH:
Laurencia Violetta, XC064181070
Maydhista Anggraini Poetri, XC064181647
Telly Devi Oktaviani, XC064181036
SUPERVISOR:
Dr. dr. Suryani Tawali, MPH
NOVEMBER, 2019
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA LANSIA: LAPORAN KASUS
KEDOKTERAN KELUARGA
Laurencia Violetta1*, Maydhista A. Poetri1*, Telly Devi Oktaviani1*, Suryani Tawali1*
ABSTRAK
LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik yang
didefinisikan sebagai meningkatnya tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan diastolik ≥90
mmHg. Hipertensi berkelanjutan akan menyebabkan kerusakan organ dan merupakan
faktor risiko yang terlibat dalam proses terjadinya penyakit kardiovaskular. Setiap
kenaikan 20/10mmHg diatas normal dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
dua kali lipat (JNC 7, 2004). Pada umumnya penderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan, namun hipertensi merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia,
sehingga seringkali disebut sebagai “silent killer”. Sebanyak 45% dari total kematian
akibat penyakit kardiovaskular dan 51% dari total kematian akibat stroke disebabkan oleh
hipertensi (WHO, 2013). Terdapat 1,13miliar orang di dunia terdiagnosa hipertensi dan
9.4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (WHO, 2019).
Dua pertiga dari penderita hipertensi tinggal di negara berkembang. Data dari
Infodatin (2014), terdapat 65 juta penderita hipertensi di Indonesia dan 55.2% pasien
berusia >55 tahun. Dengan bertambahnya umur, angka kejadian hipertensi meningkat
karena efek penuaan, serta perubahan gaya hidup seperti konsumsi garam berlebihan,
merokok, konsumsi alkohol, kurangnya olahraga dan efek stres yang memanjang.
Upaya pengendendalian hipertensi mencakup deteksi dini oleh petugas kesehatan
primer di masyarakat. Konsep pengobatannya harus meliputi pengendalian tekanan
darah serta faktor resiko yang terkait (Kemenkes, 2013). Data dari Riskesdas (2013)
menunjukkan bahwa 32,3% penderita tidak rutin minum obat, dengan alasan paling sering
yaitu karena sudah merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%)
dan alasan lain seperti masalah biaya, malas ataupun bosan. Kepatuhan pengobatan
pasien hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi merupakan penyakit yang
tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dikendalikan.
DESKRIPSI KASUS
DISKUSI
KESIMPULAN
Diagnosis hipertensi grade I pada pasien perempuan lansia dalam kasus ini
didapatkan melalu anamnesis yang berupa keluhan nyeri kepala, pusing dan penglihatan
kabur, serta pemeriksaan fisik yang menunjukkan kenaikan tekanan darah diatas
140/90mmHg. Penatalaksanaan dalam kasus hipertensi diperlukan pendekatan
berorientasi pasien dan keluarga. Pada pasien, diberikan obat antihipertensi dan edukasi
mengenai pola makan dan pola olahraga yang baik, serta pentingnya minum obat dan
kontrol rutin. Keluarga merupakan support system yang utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Ketersediaan keluarga terutama penting untuk
memberikan dukungan dalam meningkatkan kemauan lansia penderita hipertensi untuk
rutin memeriksakan tekanan darah dan patuh berobat untuk menunjang pengobatan yang
maksimal.
Gambar 1. Mandala of Health
DAFTAR PUSTAKA