Anda di halaman 1dari 2

Nama : Kevin Anindyta Adi Narendra

NIM : 20150310152
Puskesmas : Puskesmas Kotagede 1
Pembimbing : dr. Merita Aini, MMR

I. PENGALAMAN
Bapak P usia 55 tahun merupakan pasien rujukan balik dari RSUD kota Yogyakarta
dengan keluhan nyeri pada mata kiri dan terdiagnosis glaukoma. Saat dilakukan anamnesis,
pasien mengaku merasakan pusing hilang timbul sejak 1 minggu yang lalu. Saat diperiksa
didapatkan tekanan darah tinggi, sehingga saat ini dokter memberikan pengobatan
hipertensi berupa Amlodipine, Meloxicam, dan vitamin B6. Pasien juga merupakan perokok
aktif relapse setelah 4 bulan berhenti merokok. Pasien sulit berhenti karena tetangga selalu
menawarkan rokok saat kumpul.
II. MASALAH YANG DIKAJI
Bagaimana hubungan hipertensi dengan rokok? Apa saja tatalaksana terkait prinsip
kedokteran keluarga?
III. ANALISA KRITIS
Hipertensi merupakan penyebab kematian dini pada masyarakat yang semakin
meningkat. Tingginya kejadian hipertensi dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu umur,
jenis kelamin, ras, obesitas, konsumsi alcohol, kurang olahraga konsumsi garam berlebih
dan kebiasaan merokok.Merokok dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada beberapa
organ tubuh termasuk system kardiovaskuler atau peredaran darah. Nikotin didalam rokok
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan frekuensi penyakit jantung. Nikotin
yang masuk dalam tubuh akan memberikan sinyal pada otak untuk melepaskan hormone
adrenalin, fungsi dari hormone ini akan membuat pengecilan pembuluh darah sehingga
diameter di pembuluh darang menyusut yang akan menyebabkan peningkatan pembuluh
darah. Zat dalam rokok juga membuat kerusakan pada dinding pembuluh darah yang
membuat sel baik akan menutupin kerusakan sehingga terjadi penyumbatan yang akhirnya
terjadi aterosklerosis dimana dapat meningkatkan tekanan darah. Bahan rokok yang
mengandung tar juga memiliki bahaya pada tubuh yang akan membuat jantung memompa
darah lebih kuat sehingga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Sebagai dokter keluarga, kita harus menangani pasien dengan pendekatan dokter
keluarga yaitu manajemen komprehensif, komunikasi dan konseling, serta home visit dan
home care.
Untuk mampu memberikan manajemen komprehensif, pertama seorang dokter keluarga
harus melakukan diagnosis holistik. Diagnosis holistik ini diawali dengan anamnesis
holistik, yaitu tidak hanya melakukan anamnesis biologis untuk menggali penyakit, tetapi
juga melakukan anamnesis psikososial untuk menggali perasaan pasien. Setelah melakukan
anamnesis biologis, langkah selanjutya adalah melakukan pemeriksaan fisik untuk
menetapkan diagnosis banding dan melakukan pemeriksaan penunjang sehingga didapatkan
diagnosis biologis. Kemudian melakukan anamnesis psikososial untuk menggali perasaan
pasien ditambah analisis tentang keluarga dan lingkungan. Sehingga akan didapatkan
diagnosis psikososial dan keluarga. Gabungan dari diagnosis biologis dan diagnosis
psikososial serta keluarga ini didapatkan diagnosis holistik.
Komunikasi dan konseling dalam kasus ini menggunakan konseling metode CEA
(Catharsis-Education-Action). Catharsis berguna untuk menggali pemahaman pasien
tentang penyakitnya dan mengidentifikasi adanya kesalahpahaman tentang penyakitnya
serta menggali dan merefleksikan perasaan pasien tentang penyakitnya. Education berguna
untuk mengkoreksi adanya kesalahpahaman pasien kemudian memberikan edukasi
mengenai penyakit terkait definisi, etiologi, gejala dan tanda, serta terapi. Action ini adalah
tahap aksi yaitu perencanaan, pengelolaan atau terapi.
Home visit dan home care ini merupakan langkah untuk follow up pasien. Selain itu
dalam home visit ini dokter dapat melihat langsung kondisi keluarga dan lingkungan dari
pasien, kemudian melibatkan keluarga dalam pengelolaan penyakit.
IV. DOKUMENTASI
Rekam medis
Nama : Bapak P
Umur : 55 tahun
Keadaan Umum : pusing (+) hilang timbul selama 1 minggu
Pemeriksaan fisik : TB 166cm, BB 75kg
Tanda vital : TD 186/118, HR 76, RR 20, S 36,3
Diagnosa : hipertensi
Terapi : Amlodipine 10 mg, Meloxicam 7,5 mg, vit B6
V. REFERENSI

Yashita Octavia Gita Setyanda,Yuniar lestari, Gita Setyanda, 2015, Hubungan merokok
dengan kejadian hipertensi pada Laki-laki Usia 35-65 Tahun di Kota Padang.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan.


Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai