Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KRITIS PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek


Klinik Keperawatan Gerontik
Pada Komunitas RW 08 Kelurahan Tanjungrejo Kota Malang

Oleh :
Nama : Nabila Hasna Ningrum

NIM : P17211201024

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gerontik pada Pasien dengan Diagnosa
Medis Hipertensi Di Komunitas RW 08 Kelurahan Tanjungrejo Kota Malang Periode 14
s/d 19 Agustus 2023 Tahun Ajaran 2023/2024

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal

Malang,
Preceptor Klinik Preceptor Akademik

NIP/NIK. NIP.
I. KONSEP DASAR LANSIA
A. Definisi

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.

Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang menyebabkan penyakit degenerative misal, hipertensi,
arterioklerosis, diabetes mellitus dan kanker (Nurrahmani, 2012).
B. Batasan Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.

3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun

4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun


C. Klasifikasi Lansia

Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :


1. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-59 tahun
2. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3. Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki masalah kesehatan
4. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau melakukan
kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa mencari nafkah sehingga
dalam kehidupannya bergantung pada orang lain
D. Kebutuhan Dasar Lansia

Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu kebutuhan
makan, perlindungan makan, perlindungan perawatan, kesehatan dan kebutuhan sosial dalam
mengadakan hubunagan dengan orang lain, hubungan antar pribadi dalam keluarga, teman-
teman sebaya dan hubungan dengan organisasi-organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai
berikut :

Kebutuhan utama, yaitu :


1. Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang bergizi, seksual, pakaian,
perumahan/tempat berteduh
2. Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai
3. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan pengobatan
4. Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya tanggapan dari orang lain,
ketentraman, merasa berguna, memilki jati diri, serta status yang jelas
5. Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-hubungan dengan orang lain,
hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman dan organisasi social.
E. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.
Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

II. KONSEP HIPERTENSI


Hipertensi adalah suatu peningkatan yang abnormal pada tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh
jaringan dengan organ tubuh lainnya secara terus menerus (Irianto, 2015)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Aspiani, 2013)
Penyakit hipertensi merupakan gejala peningkatan tekanan darah yang
kemudian berpengaruh pada organ yang lain, seperti stroke untuk otak atau penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri yang
bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Ii, 2014)
Etiologi
Menurut (Irianto, 2015) berdasarkan penyebab terjadinya, Hipertensi terbagi menjadi
dua bagian:
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik karena
tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
a. Genetik Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause
tinggi untuk mengalami hipertensi.
c. Diet Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan (obesitas).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder ini memiliki ciri-ciri dengan adanya peningkatan tekanan
darah yang disertai penyebab yang spesifik yaitu seperti adanya penyempitan
arteri renalis, kehamilan, medikasi dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder ini
bersifat akut karena adanya perubahan pada curah jantung.
Klasifikasi
Berikut kategori tekanan darah menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
(2016):

Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita Hipertensi tidak
sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Menurut (Aspiani,
2013)Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita Hipertensi sebagai berikut:
3. Sakit kepala
4. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
5. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
6. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
7. Mual dan muntah
8. Telinga berdenging

Pemeriksaan Penunjang
Pemerikaan penunjang menurut (Irianto, 2015) :
a. Pemerikaan Laboratorium
1. HB/Ht (Hemoglobin/Hematokrit) Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan dan dapat mengidentifikasi faktor resiko yaitu seperti:
Hipokoagulabilitas dan anemia
2. BUN/kreatinin Memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
3. Glucosa DM adalah salah satu pencentus hipertensi yang dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketolamin.
4. Urinalisa Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal.
5. CT-scan Yaitu mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
6. EKG Dapat menunjukkan pola regangan yang dimana luas peninggian gelombang
P merupakan salah satu dari tanda dini penyakit jantung yaitu Hipertensi.
7. IUP Cara mengidentifikasi penyebab Hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan
ginjal.
8. Rontgen Menunjukkan destruksi klasifikasi area katub dan pembesaran jantung.
Penatalaksanaan
Menurut (Irianto, 2015) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu secara
nonfarmakologis dan farmakologi.
Terapi farmakologi Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat
obatan yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada pasien
hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta blocker, calcium
chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi dan lamanya pengobatan dianggap
kompleks karena tekanan darah cenderung tidak stabil.
Penatalaksanaan non farmakologi
a. Diet rendah garam, kolestrol, dan lemak jenuh.
b. Mengurangi asupan garam kedalam tubuh.
c. Ciptakan keadaan rileks. Ada beberapa cara relaksasi seperti medikasi, yoga
dapat mengontrol sistem saraf yang pada akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.
Pengkajian Keperawatan
a.) Biodata
Langkah pertama untuk mengumpulkan data-data klien secara akurat seperti
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggalmasuk RS,
tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor rekam medis, dan alamat.
b.) Riwayat Kesehatan Klien
1.) Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit
2.) Riwayat Penyakit Sekarang
Permulaan keluhan yang klien rasakan dari rumah sampai dibawa ke rumah
sakit, biasanya klien merasa letih, lemah, dan sakit kepala
3.) Riwayat Kesehatan yang lalu
Kaji riwayat penyakit yang pernah diderita pasien seperti hipertensi, jantung,
merokok, kanker payudara, malaria, pembesaran limfe, kekurangan vitamin
penting.
4.) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaij apakah ada keluarga yang pernah menderita anemia kongenital, keluarga
adalah vegetarian berat atau tidak, dan kaji social ekonomi keluarga
c.) Pola Aktivitas Sehari-hari
1.) Pola tidur/istirahat
Kaji apakah ada gangguan pola tidur pada klien, nyeri karena sakit kepala
yang dirasakan pasien biasnaya akan mengganggu pola tidur pasien
2.) Pola eliminasi
Kaji apakah ada gangguan dalam pola eliminasi pasien, kesulitan BAB/BAK
atau tidak, pada pasien anemia, biasnaya pasien akan sering berkemih.
3.) Pola makan dan minum
Kaji jumlah dan jenis makanan, waktu pemberian makan, jumlah dan jenis
cairan, waktu pemberian cairan, dan apakah ada makanan pantangan untuk
pasien anemia, pasien dengan anemia akan diberikan diet khusus TKTP dan
pemberian zat gizi mikro seperti zinc dan vitamin c.
4.) Kebersihan diri/personal hygiene
Kaji bagaiamanan pemeliharaan badan, gigi dan mulut, dan kuku pasien, pada
pasien anemia biasanya kuku pasien mudah patahdan berbentuk seperti
sendok.
5.) Pola aktivitas/ kegiatan lain
Kaji sejauh mana klien dapat beraktifitas dengan kondisi saat ini, pada pasien
anemia aktfitas klien masih dibantu ornag lain/keluarga karena kondisi pasien
yang lemah.
d.) Data Psikososial
Kaji pola komunikasi pasien dengan orang lain, apakah pasien dengan kondisinya
yang saat ini menutup diri dari orang lain atau tidak.
e.) Data Spiritual
Kaji kegiatan beribadah pasien sebelum sakit dan sesudah sakit, kaji keyakinan
pasien pada sehat/sakit dan penyembuhan.
f.) Pemeriksaan fisik
1.) Keadaan umum
2.) Tanda-tanda vital: Tekanan darah, suhu, nadi, RR, TB dan BB pasien
3.) Pemeriksaan kepala dan leher
a.) Kepala dan rambut
Inspeksi: kesimetrisan, warna rambut hitam dan sedikit beruban,
keberishan kepala, mudah putus, menipis.
Palpasi: tidak ada benjolan pada kepala klien, rambut teraba kering
b.) Mata
Inpeksi: kesimetrisan, sclera tidak iketrik, konjungtiva anemis, pupil
isokor atau bereaksi baik terhadap cahaya.
Palpasi: tidak ada pembengkakan pada area mata
pasien c.) Hidung
Inspeksi: Kesimetrisan, kebersihan hidung pasien, tidakada pendarahan
pada hidung pasien
Palpasi: tidak ada benjolan atau pembengkakan pada hidung pasien
d.) Telinga
Inpeksi: kesimterisan telinga, kebersihan telinga, fungsi pendengaran baik,
tidak ada pendarahan
Palpasi: tidak adanya pembengkakan pada area telinga, tidak terasa nyeri
saat diraba bagian telinga
e.) Mulut dan faring
Inspeksi: Keadaan mukosa mulut lembab/kering, kebersihan mulut,
keadaan gigi, kebersihan gigi, adanya stomatitis atau tidak.
f.) Leher
Kaji kesimetrisan, adanya pembesaran kelenjar tyroid/tidak, adanya
kelenjar getah bening atau tidak, kaji posisi trachea, suara, vena jugularis
dan denyut nadi carotis
4.) Pemeriksaan integument/kulit
Kaji kebersihan, kehangtan, warna, turgor, tekstur, kelembapan, kelainan pada
kulit, mukosa pucat, kering, dan kulit kering
5.) Pemeriksaan payudara dan ketiak
kaji ukuran dan bentuk payudara, warna payudara dan areola, kelainan-
kelainan pada payudara dan putting, axila dan clavicula, terdapat benjolan
pada payudara sebelah kanan dan putting sungsang.
6.) Pemeriksaan thorax/dada
inspeksi: pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dyspnea (kesulitan
bernapas), napas pendek, dan cepat lelah sata melakukan aktivitas jasmani.
Palpasi: teraba benjolan pada payudara sebalah kanan, taktil premitus simetris
Perkusi: sonor
Auskultasi: bunyi napas vesikuler
7.) Pemeriksaan jantung
Inspeksi: ictus cordis terlihat dengan jelas di leher, berdebar-debar, takikardia
Palpasi: tidak teraba adanya massa
Perkusi: pekak
Auskultasi: bunyi jantung murmur sistolik
8.) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: kesimetrisan, abdomen tampak datar, tidak ada pembesaran,tidak ada
lesi pada abdomen
Palpasi: tidak teraba adanya hepar, dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Terdapat bunyi timpani
Auskultasi: suara bising usus
9.) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
Kaji genetalia: rambut pubis, meatus urethra, kelainan-kelainan pada daerah
genetalia eksterna dan daerah inguinal
Kaji anus dan perineum: lubang anus, kelainan-kelainan pada anus, dan
perenium
10.) Pemeriksaan muskolosketal
Kaji kesimetrisan otot, pemeriksaan oedema, kekuatan otot, kelainan-kelainan
pada ketremitas dan kuku
11.) Pemeriksaan Neorologi
Kaji tingkat kesadaran/GCS. tanda-tanda rangsangan otak, fungsi motoric,
fungsi sensorik, reflex fisiologis dan patologis
12.) Pmeriksaan status mental
Kaji kondisi emosi/ perasaan, orientasi, proses berpikir, motifikasi, persepsi,
dan bahasa.
g.) Pemeriksaan Penunjang
h.) Penatalaksanaan dan Terapi
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Perfusi perifer tidak efektif
3. Penurunan curah jantung
4. Intoleransi aktivitas
5. Intervensi Keperawatan
(PPNI, 2016)
(PPNI, 2018b)
(PPNI, 2018a)

No Diagnosis Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan (SIKI)


Keperawata (SLKI)
n
1. (D.0077) (L.08066) (I.08238) Manajemen Nyeri
Nyeri Akut Tingkat nyeri
Definisi
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau
Pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
emosional yang berkaitan
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
dengan kerusakan jaringan
ringan hingga berat dan konstan.
aktual atau fungsional,
Tindakan
dengan onset mendadak
Observasi
atau lambat, dan
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
berintensitas ringan hingga
intensitas nyeri
berat dan konstan menurun
2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil :
3. Idenfitikasi respon nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri
menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
2. Meringis menurun nyeri
3. Sikap protektif
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
menurun
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
4. Gelisah menurun
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
5. Kesulitan tidur
menurun 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
6. Frekuensi nadi diberikan
membaik
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
(mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis:
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. (D.0009) Perfusi ( L.02011) Perfusi Perifer (I.02079) Perawatan Sirkulasi
Perifer Tidak Definisi Definisi : Mengidentifikasi dan merawat area lokal
Efektif Keadekuatan aliran darah dengan keterbatasan sirkulasi perifer.
pembuluh darah distal untuk Observasi
menunjang fungsi jaringan. 1. Periksa sirkulasi perifer (nadi, edema, CRT, warna kulit, suhu)
Kriteria hasil 2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
1. Denyut nadi perifer Terapeutik
Meningkat 1. Hindari pemasangan infus, atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
2. Warna kulit pucat
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
Menurun keterbatasan perfusi
3. Edema perifer menurun 3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area
4. Kelemahan otot menurun yang cidera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Pengisian kapiler
Edukasi
Membaik 1. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis:
6. Akral membaik melembabkan kulit kering pada kaki)
7. Turgor kulit membaik 2. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
3. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
8. Tekanan darah sistolik
Membaik
9. Tekanan darah diastolik
Membaik
3 (D.0008) (L.02008) Curah jantung (I.02075) Perawatan
Penurunan curah Keadekuatan jantung Jantung Definisi
jantung memompadarah untuk Mengidentifikasi, merawat, dan membatasi komplikasi akibat
memenuhi kebutuhan ketidakseimbangan antara suplai dan konsumsi oksigen miokard.
metabolisme jantung Tindakan
meningkat. Observasi
Kriteria Hasil 1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
1. Kekuatan nadi (meliputi: dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, PND,
perifermeningkat peningkatan CVP).
2. Lelah menurun 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
3. Edema menurun pucat)
4. Dispnea menurun 3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik,
5. Batuk menurun jika perlu)
6. Tekanan darah 4. Monitor intake dan output cairan
membaik 5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
sehat
4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output
cairan harian
4 (D. 0056) (L.05047) Toleransi (I.05178) Manajemen Energi
Intoleransi Aktivitas Definisi
aktivitas Definisi mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi untuk mengatasi
Respon fisiologis terhadap atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.
aktivitas yang membutuhkan Observasi
tenaga. - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Kriteria Hasil mengakibatkan kelelahan
1. Frekuensi nadi - Monitor kelelahan fisik dan emosional
meningkat - Monitor pola dan jam tidur
2. Saturasi oksigen
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
meningkat
3. Kemudahan dalam Terapeutik
melakukan aktivitas - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
meningkat cahaya, suara, kunjungan)
4. Keluhan lelah - Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
menurun - Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
5. Tekanan darah
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
membaik
berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani. (2013). Laporan Pendahuluan, Bab 2 Tinjauan Pustka Dengan Masalah Hipertensi.
Ii, B. A. B. (2014). Materi Tinjauan Teori Dengan Penyakit Hipertensi.
Irianto. (2015). Tinjauan Pustaka Konsep Dasar Hipertensi, 7–38.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
(PPNI (ed.); Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (PPNI (ed.); Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan (PPNI (ed.); Edisi 1). DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai