Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Kelompok 1 :
Aina Mardiah
Dhea Nurafifah
Lisa Artianti
Melani Putriya
Nurul Awalia Midanda
Nur Elza Syafira
Nur Okta Rheza Fitri FZ
Nurfitria Ningsih
Yeni Eka Prasetya

Mata kuliah :Keperawatan Gerontik


Dosen :Ns Yenny Safitri,M.Kep
A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia
60 tahun ke atas (Hardwiyanto & Setiabudhi, 2005).
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan mepertahankan
kerusakan yang terjadi (Aster, 2009).
2. Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi dalam Sunaryo (2016),
batas- batas umur yang mencakup batas umur lansia sebagai berikut :
• Menurut undang-undangn Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mmencapai
usia 60 tahun ke atas”.
• Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di batsu 90 tahun.
• Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu:
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
senium) ialah 65 sampai tutup usia.
• Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setypnegoro masa lanjut usia (geriatric
age) > 65 tahun, atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun),
old (75- 80 tahun), dan very old (> 80 tahun) (Efendi & Makhfudli, 2009).
3. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
a. Perubahan fisik
b. Perubahan intelektual
c. Perubahan keagamaan

 
4. Tugas Perkembangan pada lanjut usia
Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada
periode tertentu dalam kehidupan suatu individu (Stanly &
Gauntlett, 2007). Ada beberapa tahapan perkembangan yang
terjadi pada lansia, yaitu :
a. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan
kekuatan fisik.
b. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya
pendapatan.
c. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang
terdekat lainnya.
d. Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai
dengannya.
e. Pemenuhan kewajibab social dan kewarganegaran.
f. Pembentuk kepuasan pengaturan dalam kehidupan.
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension
yang berasal dari bahasa Latin “hyper” dan “tension.
“Hyper” berarti super atau luar biasa dan “tension” berarti
tekanan atau tegangan. Hypertension akhirnya menjadi
istilah kedokteran yang populer untuk menyebut penyakit
tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tenaga yang
dipakai oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk
melawan tahanan pembuluh darah, jika tekanan darah
seseorang meningkat dengan tajam dan kemudian
menetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai
tekanan darah tinggi atau hipertensi (Gunawan, 2001).
2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Darmajo & Hadimartono (1999), hipertensi pada usia
lanjut dibedakan menjadi; hipertensi di mana tekanan sistolik
sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
sama atau lebih besar dari 90 mmHg, dan hipertensi sistolik
terisolasi di mana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Sedangkan berdasarkan penyebab hipertensi dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: Hipertensi essensial
(hipertensi primer) dan hipertensi sekunder.Hipertensi primer
atau esensial atau pula hipertensi idiopatik adalah hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya.
3. Etiologi Hipertensi
a. Faktor Keturunan
b. Ciri Perseorangan
c. Kebiasaan Hidup
4. Manifestasiklinis
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi:
a. Tidak Bergejala: maksudnya tidak ada gejala spesifik
yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa.
b. Gejala yang lazim: gejala yang lazim menyertai
hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan. Namun hal
ini menjadi gejala yang terlazim pula pada kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. CT Scan
c. EKG
d. IU
e. Poto dada
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis :
mengurangi berat badan yang berlebihan, mengurangi
atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol,
mengurangi intake garam pada makanan, dan
melakukan olah raga ringan secara teratur. Cara lain
yang secara independen mengurangi resiko penyakit
arteri terutama adalah berhenti merokok.
b. Penatalaksanaan Farmakologis :
Pemberian obat angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE inhibitor), angiotensin-receptor blocker
(ARBs), calcium channel blocker, diuretik tipe Tiazid,
beta-blocker, semua menurunkan komplikasi penyakit
hipertensi.
7. Komplikasi
Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat
apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah
menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung
dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.
Dengan pendekatan per organ sistem, dapat diketahui
komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu
antara lain Jantung; infark miokard, angina pectoris,
gagal jantung kongestif. Sistem Saraf Pusat; stroke,
hipertensive encephalopathy. Ginjal; penyakit ginjal
kronik. Mata; hipertensive retinopathy. pembuluh darah
perifer; peripheral vascular disease (Anonim, 2009).
C. Asuhan Keperawatan
1. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas:
Nama: Tn./Ny
Jenis Kelamin: Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada
wanita, tetapi usia 65 tahun keatas insiden wanita lebih tinggi. Pada
umumnya wanita akan mempunyai risiko tinggi terhadap hipertensi
apabila telah memasuki masa menopouse (Benson, 2012).
Umur Laki-laki berusia 35 sampai 50 tahun dan wanita pasca
menopouse beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi (Ardiansyah,
2012).
3) Pekerjaan Orang yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu
untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sehingga akan semakin sedikit
pula ketersediaan waktu dan kesempatan untuk melakukan
pengobatan (Notoatmodjo, 2007).
Lanjutan…..

 Status sosial ekonomi keluarga


Mempengaruhi asupan nutrisi (garam dapur)
tergantung pendapatan dalam suatu rumah
tangga.
Pendidikan Pendidikan seseorang semakin
tinggi maka semakin rendah angka
ketidakpatuhan dan ketidaktauan seseorang
itu mengenai sesuatu dikarenakan ilmu yang
didapatkan dijadikan acuan (Anggara,
2012).
b. Genogram
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
mempertinggi resiko terkena hipertensi. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit
hipertensi sebanyak 60% (Mannan, 2012).
c. Agama
Mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut
yang didapat mempengaruhi kesehatan. Seseorang tidak patuh
terhadap terapi diet ini dikarenakan mengkonsumsi olahan yang
diberikan pada saat menghadiri selamatan, karena tidak sesuai
dengan takaran garam (natrium) yang seharusnya sudah ditentukan
dietnya.
d. Suku Bangsa
Penyakit hipertensi ternyata banyak diderita orang Madura. Hal ini
dikarenakan kadar garam yang cukup tinggi dalam sebagian besar
makanan yang di konsumsi masyarakat Madura(Putra, 2012).
e. Aktivitas rekreasi
Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan
rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang
kuantitas yang dilakukan. Jika aktivitas rekreasi ini tidak dilakukan oleh
suatu rumah tangga.
f. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap ini ditentukan dengan
anak tertua. Hipertensi umumnya terjadi pada tahap lima sampai delapan.
Tahap 5 : keluarga dengan anak remaja
Tahap 6 : keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching
center families)
Tahap 7 : keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahap 8 : keluarga lanjut usia
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi. Bagian ini
menjelaskan tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala
yang dihadapi oleh keluarga. Pada saat perkembangan yang belum
terpenuhi ini dapat mengakibatkan kondisi pasien mengalami stress
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah pasien.
g. Riwayat kesehatan keluarga inti
Riwayat kesehatan ini menjelaskan mengenai
kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit,
upaya dan pengalaman keluarga terhadap
pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan kesehatan
h. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan tentang riwayat penyakit
keturunan dan penyakit menular di keluarga,
riwayat kebiasaan/gaya hidup yang
mempengaruhi kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keluhan utama Sering menjadi keluhan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan yakni merasa pusing pada kepala
bagian belakang.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hipertensi sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivias, biasanya terjadi nyeri kepala atau pusing,
pandangan kabur, sampai terjadi epistaksis.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit hipertensi (keturunan), anemia, obat-obatan
adiktif dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat anti hipertensi, antipidemia,
penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan
alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat penyakit keluarga yang
menderita hipertensi, diabetes mellitus, atau
adanya riwayat hipertensi dan stroke dari generasi
sebelumnya.
e. Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap
perawat (petugas kesehatan) untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
f. Pemeriksaan TTV
Hasil tekanan darah lebih dari 139/89 mmHg.
g. Pemeriksaan fisik (head to toe)
3. Diagnosa Keperawatan
1. Tipologi Diagnosis Keperawatan Keluarga Diagnosis
keperawatan keluarga yang muncul dapat bersifat actual, resiko
dan sejahtera dengan penjabaran sebagai berikut :
a. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan) Menjelaskan
masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu dengan
ciri dari pengkajian tanda dan gejala dari gangguan kesehatan,
seperti : nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Resiko (Ancaman Kesehatan) Sudah ada data yang
menunjang tetapi belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan
rumah kurang bersih, stimulasi tumbuh kembang yang tidak
adekuat, seperti : resiko cidera berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah.
c. Wellness (Keadaan Sejahtera) Suatu keadaan dimana keluarga
dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. Khusus untuk diagnose keperawatan potensial
(sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi (ADP, 2013).
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin
Muncul
a. Ketidakpatuhan pola makan
b. Gangguan pemeliharaan kesehatan anggota
keluarga
c. Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
d. Resiko terjadi komplikasi
e. Resiko cidera
3. Etiologi
Etiologi untuk diagnosis keperawatan keluarga adalah salah satu
dari lima tugas keluarga yang paling dominan menyebabkan
masalah keperawatan tersebut. Tugas keluarga dalam bidang
kesehatan adalah kemampuan mengenal masalah kesehatan,
kemampuan mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan, kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit,
kemampuan memodifikasi lingkungan untuk keluarga agar tetap
sehat, kemampuan memanfaatkan sarana kesehatan yang tersedia
di lingkungan.
4. Intervensi
Intervensi adalah suatu proses merumuskan tujuan yang diharapkan
sesuai prioritas masalah keperawatan keluarga, memilih strategi
keperawatan yang tepat, dan mengembangkan rencana asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat
perlu menyeleksi sumber-sumber dalam keluarga yang dapat
dimanfaatkan, serta memprioritaskannya(Sudiharto, 2007).
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi
rencana atau intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber di
dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang
kesehatan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang
dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang
bersifat memampukan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan, mengambil keputusan yang tepat terkait dengan
persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat anggota keluarga
sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan yang sehat
bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana
pelayanan kesehapan terdekat (Sudiharto, 2007)
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standart yang telah di tetapkan
untuk melihat keberhasilannya(Suprajitno, 2004).
 
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai