TINJAUAN PUSTAKA
Batasan lanjut usia bervariasi sesuai dengan yang dikemukakan oleh para ahli. Lansia
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individu
Adapun batasan-batasan umur lansia yang dikutip oleh Efendi & Makhfudi (2013) dari
a. Menurut UU nomor 13 tahun 1998 dalam Bab 1 ayat 2 yang berbunyi “Lanjut Usia
b. Menurut WHO
Mengartikan bahwa lanjut usua adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
3. Klasifikasi Lansia
1
Menurut Kemenkes RI, 2013 (dalam Maryam, 2012) ada lima klasifikasi pada lansia :
1) Pralansia (prasenilis)
2) Lansia
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa.
4. Karakterisitik Lansia
Menurut keliat (dalam Maryam 2012), lansia memiliki karateristik sebagai berikut :
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat 92 UU No. 13 tentang
kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang berpariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kondisi maladaptif.
2
5. Tipe Lansia
Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut:
b) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan,
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar,
d) Tipe pasrah
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
1. Definisi hipertensi
tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh
3
jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung
(Triyanto,2014).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia
A. Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini
merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan systole > 140
mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90 mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan
suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
2. Etiologi Hipertensi
a. Genetik : Respon neurologi pada stress dan kelainan ekskresi atau transport Na.
b. Obesitas : terkait pada tingkat insulin yang tinggi mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua dan pelebaran
pembuluh darah
4
3. Manifestasi Klinis
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini
berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak
teratur.
1. Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
5
4. Klarifikasi hipertensi
2. Jenis kelamin dan usia ; laki-laki dengan usia 35-50 tahun dan wanita pasca
3. Diet ; dengan melakukan konsusmsi diet garam dan lemak maka akan
berkembangnya hipertensi
5. Gaya hidup ; tekanan darah akan meningkat jika mengkonsumsi alcohol dan
merokok
b. Hipertensi sekunder
stress.
5. Patofisiologi
6
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah berada
dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saarf
simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke genlia
simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetikolin, yang akan
Pasien dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin. Pada saat bersamaan
Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon ransang emosi,
adrenal menyekresi kostisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respins
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone
oleh korteks adrenal. Hormon ini mengakibatkan retensi natrium dan air oleh tubulus
6. Pemeriksaan Fisik
7
Untuk mengetahui tekanan darah tinggi, maka dilakukan pemeriksaan fisik.
Adapun cara mengukur tekanan darah menurut Cristanto, et al., (2014) adalah sebagai
berikut
1. Nilai tekanan darah diambil dari rata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan
ke dokter.
2. Apabila tekanan darah >140 / go mmHg pada dua atau lebih kunjungan, hipertensi
ditegakkan.
3. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukurandan posisi
manset yang tepat [setingkat dengan jantung] serta teknik yang benar.
7. Komplikasi
esensial. Biasanya terjadi tanpa gejala dan baru timbul pada gejala setelah komplikasi pada
organ sasaran seperti pada mata, jantung, ginjal, dan otak. Gejala gejala meliputi sakit
kepala, pusing. Mimisan, migran, sering di temukan sebagai gejala klinis hipertensi
Survey gejala hipertensi sebagai berukut, rasa berat di tengkuk, mudah marah, dan
pusing, sukar tidur, mimisan, sesak napas, telingan berdengung, mudah lelah dan mata
berkunang kunang.
Akibat komplikasi hipertensi yang sering di jumpai adalah gagal jantung, gangguan
penglihatan, gangguan fungsi ginjal, gangguan saraf, gangguan otak , yang mengakibatkan
kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, pencegahan dengan
8
menggunakan gaya hidup sehat. Beberapa kasus hipertensi sangat kaitannya dengan pola
hidup kurang sehat , meliputi kurang olahraga, stres, minum minuman berahkohol,
merokok dan kurang beristirahat, gizi seimbang makan juga harus di waspadai, pembatasan
asupan nutrium [kompone utama garam] sangat disarankan karena terbukti baik untuk
penyakit komplikasi antara lain ; stroke, gagal jantung, gagal ginjal dan kebutaan pada
mata. Hubungan stroke dan hipertensi dapat di jelaskan dengan singkat, bahwa tekanan
dari pembuluh darah memiliki pembatasan dalam menahan tekanan darah yang masuk.
Apalagi dalam otak pembulu darah yang ada termasuk pembuluh darah kecil yang otomatis
memiliki tekanan yang kecil juga. Kemudian bila tekanan pembuluh darah, melebihi
tekanan pembuluh darah , maka pembuluh darah akan pecah dan kemudian akan menjadi
struke hemoragik yang memiliki prognosis yang tidak baik. Sehingga kontrol dalam
penyakit hipertensi ini dapat dikatakan sebagai pengobatan seumur hidup apabila ingin
8. Penatalaksanaan hipertensi
1) Pengaturan diet
a. Beberapa diet yang dianjurkan bagi penderita hipertensi :Rendah garam, diet
9
intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram
koroner.
darah pada penderita hipertensi, karena terjadi penurunan beban kerja jantung
3) Olahraga
jantung. Olahraga selama 30 menit sebanyak 3-4 kali daam satu minggu sangat
10
mengurangi efek jangka panjang hipertensi. Asap rokok diketahui dapat
b. Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Oksigen.
2) Pemantauan Haemodinamik.
3) Pemantauan Jantung.
a. Pemeriksaan laboratorium
anemia.
4. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada dm.
11
c. Ekg: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
merupakan tanda peringatan, namun pengalaman nyeri lebih dari itu International
Assoclation for Study of Plain (IASP) Memberikan definisi medis nyeri yang sudah di
terima sebagai ‘’ pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual ataupun potensial, atau gambaran sebagai
mendefinisikan nyeri sebagai ‘’segala sesuatu yang dikatakan oleh individu yang
merasakan nyeri dan ada ketika individu tersebut mengatakan ada’’. Definisi ini membuat
masing masing individu adalah ahli dari nyeri yang mereka alami sendiri. Oleh karena
itu nyeri merupakan hal yang subjectif, satu-satunya individu yang dapat dengan akurat
mendevinisikan nyeri mereka sendiri adalah mereka yang mengalami nyeri tersebut
a. Nyeri akut
12
Nyeri akut di sebabkan oleh aktifitas nesiseptor, biasanya berlangsung dalam
waktu yang singkat (kurang dari 6 bulan), dan memiliki onset yang tiba tiba nyeri
insisi seperti setelah oprasi. Nyeri jenis ini juga di anggap memiliki dirasi yang
terbatas dan bisa di duga, seperti nyeri pasca oprasi, yang biasanya hilang ketika luka
Nyeri akut mungkin disertai respon fisik yang dapat di observasi, seperti :
2) Takikardi
3) Diaforesis
4) Takipneu
syaraf simpatis sebagai bagian dari respons fight or flight respons ini sering kali di
interprestasikan sebagai bukti posistif nyeri seseorang. Interprestasi seperti ini tidak
reliabel, karena respon simpatis ini bersifat sementara dan mungkin tidak terlihat
pada klien yang mengalami nyeri akut secara kontinu. Nyeri akut yang tidak teratasi
b. Nyeri kronis
(6 bulan atau satu bulan lebih dari normal di masa-masa akhir kondisi yang
menyebabkan nyeri) dan tidak diketahui kapan berakir kecuali ketika terjadi
13
penyembuhan yang lambat, seperti pada luka bakar . nyeri kronis dapat di mulai
sebagai nyeri akut atau penyebabnya dapat sangat tersembunyi sehingga individu
tidak mengetahui kapan nyeri tersebut muncul dan lamanya nyeri kronis di hitung
berdasarkan nyeri yang dirasakan dalam hitungan bulan atau tahun, bukan menit atau
jam.
Klien nyeri kronis mungkin mengalami nyeri lokal atau menyebar serta
terasa ketika di sentuh, beberapa terasa nyeri di titik yang dapat di prediksi, tetapi
hanya dapat di sertai sedikit temuan fisik. Mereka biasanya mengeluh perasaan
a. Persepsi nyeri
dalam megalami nyeri. Oleh karena itu, kita menerima dan menginterprestasikan
berbeda pada tiap individu. Persepsi tidak hanya bergantung dari derajat kerusakan
fisik. Baik stimulus fisik maupun faktor psikososial dapat mempengaruhi persepsi
nyeri : kecemasan, pengalaman, perhatian, dan arti di balik situasi pada saat
14
Ras, budaya, dan etik merupakan faktor penting dalam respons individu
termasuk respons terhadap nyeri. Kita belajar bagaimana respon nyeri dan
pengalaman nyeri lainnya dari keluarga dan kelompok etik. Respon terhadap nyeri
seperti ini, kita belajar apa yang sesuai dan diterima oleh kelompok sebaya kita.
komunitas italia, namun tidak demikian bagi komunitas jaman yang menunjang
tinggi stoicisme.
c. Usia
variasi dalam batas nyeri yang mengkaitkan dengan kronologi usia, namun tidak ada
bukti terkini yang berkembang secara jelas. Individu dewasa mungkn tidak
melaporkan adanya nyeri karena takut bahwa hal tersebut mengindikasi diagnosis
yang buruk. Nyeri juga dapat brrti kelemahan, kegagalan, atau kehilangan konrol
d. Jenis kelamin
Jenis kelamin jug adapat menjadikan faktor yang signifikan dalam respons
nyeri, pria lebih jarang melaporkan nyeri di banding wanita hal ini tidak berarti
bahwa pria jarang merasak nyeri, hanya saja mereka jarang memperlihatkan hal itu.
e. Arti nyeri
15
Arti nyeri bagi seseorang memengaruhi respons mereka terhadap nyeri.
Jika penyebab nyeri diketahui, individu mungkin dapat mengintepretasikan arti nyeri
dan bereaksi lebih baik terkait dengan pengalaman tersebut. Jika penyebabnya tidak
diketahui, maka banyak faktor psikologis negatif (seperti ketakutan dan kecemasan)
berperan dan meningkatkan derajat nyeri yang dirasakan. Jika pengalaman tersebut
diartikan negatif, maka nyeri yang dirasakan akan terasa lebih intens dibandingkan
nyeri yang dirasakan di situasi dengan hal yang positif (M. Black & Hokanson
Hawks, 2014).
f. Ansietas
dengan pengertian atas nyeri. Jika penyebab nyeri tidak diketahui ansietas cenderung
nyeri yang dialami saat ini. individu yang mengalami pengalaman negatife dengan
nyeri pada masa kanak-kanak dapat memiliki kesulitan untuk mengelola nyeri.
selanjutnya dengan lebih intens meskipun denagn kondisi medis yang sama.
16
Bagi klien dengan nyeri yang baru di rasakan atau tidak tertangani, pemeriksaan
fisik dan riwayat kesehatan lengkap berfokus pada pertanyaan mendasar tentanf faktor
a. Riwayat kesehatan
1. Usia
2. Status kesadaran
4. Kondisi fisik (kelemahan, kesakitan, kurang tidur, dan kesakitan yang lama
17
5. Pemeriksaan fisik
a. Respon simpatis
1. Pucat
6. dilatasi pupil
7. diaforesis
b. Respon parasimpatis
3. mual, muntah
4. Kelemahan
5. Pallor
6. kehilanan kesadaran
c. Karakteristik perilaku
18
5. memiliki ekspresi muka seperti di tarik
6. memegang atau melindungi area yang terkena atau tidak bergerak sama sekali
6. Skala nyeri
dilakukan dengan meminta penderita untuk memilih salah satu bilangan dari 0-5 yang
0 = Tidak nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Nyeri sedang
5 = Nyeri hebat
nyeri di wajah dilakukan dengan cara memerhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri
19
tersebut menyerang. Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyebutkan
a. Terapi farmakologi
Analgetik merupakan metode yang paling umum mengatasi nyeri, ada tiga
nonopioid yang paling sering di gunakan obat-obatan ini bekerja terutama pada
2. Opioid analgesic opioid bekerja dengan cara melekad dari pada reseptor-reseptor
tersebut dapat membantu jenis-jenis nyeri tertentu terutama nyeri kronis, efek
sambing dari tanda-tanda reaksi yang tidak di inginkan mungkin tidak di kenali
lansia seperti konsufi, tremor, depresi konstipasi dan hilangnya nafsu makan.
20
Pemberian kompres panas merupakan cara yang baik dalam menurunkan
Kompres dingin juga dapat menurunkan atau meredakan nyeri dan perawat
nyeri dan untuk mencegah edema dan inflamasi (M. Black dan hokanson
2. Akupuntur
mengurangi atau meredakan nyeri. Jarum metal yang secara cermat ditusukan
kedalam tubuh pada lokasi tertentu dan pada kedalaman dan sudut yang bervariasi.
Kira-kira terdapat 1000 titik akupuntur yang diketahui yang menyebar diseluruh
permukaan tubuh dalam pola yang dikenal sebagai meridian (M. Black &
meliputi nyeri punggung bagianbawah, nyeri pada otot wajah, sakit kepala ringan
3. Akupresur
kutaneus lainnya, seperti kompres panas atau dingin, diberikan pada titik-titik
21
4. Napas dalam
menurunkan atau meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan ansietas
5. Distraksi
yang dikaitkan dengan episode nyeri. Penjelasan teoritis yang utama adalah bahwa
6. Hipnotis
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
22
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul pada penderita hipertensi antara lain: nyeri
kepala, mengeluh nyeri dada bagian kiri, gangguan pola tidur, dan biasanya disertai
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
pada klien dari mulai timbulnya keluhan yang diraskan sampai klien dibawah
dirumah sakit dan apakah pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain rumah
sakit umum serta pengobatan apa yang penah diberikan dan bagaimana
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit yang
Yang perlu dikaji adalah apa saja aktivitas yang biasanya dilakukan
g. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
23
Keadaan lansia yang mengalami hipertensi biasanya lemah dan lesu
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital
Lansia pada hipertensi dapat ditemukan pada saat sesak nafas, sesak
terlihat atau hilangnya fungsi, pergerakan pada mata atau kejelasaan pada
24
dikaji lebih lanjut untuk menetukan apakah penurunan tersebut merupakan
produksi dari urin (yang apabila terjadi perfusi ginjal menurun) atau karena
masuk rumah sakit dan yang terpenting adalah perubahan pola makan
setelah sakit. Kaji penurunan tugor kulit, kulit kering atau berkeringat,
hepar terjadi akibat penurunan aliran bilik vena yang disebabkan karena
gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi keras, besar, tidak nyeri tekan dan
halus.
dapat berkurang pada imobilisasi, kontraktur atrofi otot, laserasi kulit dan
perubahan warna. Kaji aktivitas klien dirumah atau rumah sakit. Apakah
klien biasanya berubah karena klien nyeri saat beraktivitas (Aspiani, 2014)
g. Perilaku
25
Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata
h. Afektif
i. Fisiologis
darah meningkat.
j. Kognitif
26
khas, cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi,
ekonomi.(NANDA 2008-2009:9-11)
2. Diagnosa Keperawatan
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan perasaan kurang senang, lega dan sempurna
27
a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan perasaan kurang senang di tandai
dengan, mengeluh tidak nyaman, gelisah, mengeluh sulit tidur, tidak mampu rilex
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur ditandai dengan
3. Intervensi Keperawatan
perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
4. Implementasi
realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam
selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah dan
wahid, 2014).
5. Evaluasi
28
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien (hasil yang di amati) dengan tujuan kriteria hasil yang di buat pada tahan
perencanaan (Rohman dan wahid, 2014) untuk penilaian keberhasilan tindakan maka
tidak dapat di lakukan dalam satu kali kunjungan, untuk itu di lakukan secara bertahap,
S : Data subjectif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih di rasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
O : Data objectif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau obserfasi perawat secara langsung kepada
A : Analisis
Analisa hasil yang telah di capai, mengacu pada tujuan dan diagnosa
P : Planning
pada saat evaluasi di lakukan untuk mengetahui tingkat kemandirian pasien setelah
29
1. Gangguan rasa nyaman SLKI 6 SIKI
Gangguan rasa Managaman
SDKI nyaman nyeri
Kategori : psikologis Kode : L.08064 Kode : 1.08238
Subkategori : nyeri dan kenyamanan Setelah di lakukan Observasi
Kode : D.0074 tindakan asuhan 1. Identifikasi
Definisi : perasaan kurang senang, lega keperawatan selama lokasi,
dan sempurna dalam dimensi fisik, 3x24 jam karakteristik,
psikospirtual, lingkungan dan sosial. diharapkan status durasi,
Penyebab : kenyamanan frekuensi,
1. gejala penyakit kurang meningkat kwalitas,
pegendalian 1. Kesejahteraan intensitas
situasional/lingkungan fisik dari skala nyeri,
ketidak adekuatan sumber 1 (Menurun) 2. Identifikasi
daya (mis. Dukungan menjadi skala 5 skala nyeri
finansial, sosial dan (meningkat) 3. Identifikasi
pengetahuan) 2. Keluhan tidak respon nyeri
2. kuranngnya privasi gangguan nyaman gelisah non verbal
stimulus lingkungan efek dari skala 1 4. Identifikasi
samping terapi (mis. (meningkat) faktor yang
Medikasi, rediasi, kemotrapi) menjadi skala 5 memberberat
3. gangguan adaptasi kehamilan (menurun) dan
Gejala dan tanda mayor : 3. Keluhan sulit memperingan
Subjectif : tidur dari skala nyeri
Mengeluh tidak nyaman 1 (meningkat) 5. Identifikasi
Objectif menjadi skala 5 pengetahuan
Gelisah (menurun) dan
Gejala dan tanda minor : 4. Keluhan keyakinan
Subjectif kepanasan dari tentang nyeri
Mengeluh selit tidur skala 1 6. Identifiksi
Tidak mampu rileks (meningkat) pengaruh
Mengeluh kedinginan\kepanasan menjadi skala 5 budaya
Merasa gatal (menurun) terhadap
Merasa mual 5. Lelah dari skala respon nyeri
Merasa lelah 1 (meningkat) 7. Identifikasi
Objectif menjadi skala 5 pengaruh
Menunjukkan gejala disstres (menurun) nyeri pada
Tampak merintih\meringis 6. Pola hidup kwalitas
Pola eliminasi berubah memburuk dari hidup
Postur tubuh berubah skala 1 8. Monitor
Iritabilasi (memburuk) keberhasilan
Kondisi klinis terkait : menjadi skala 5 terapi
Penyekit kronis (membaik) komplemente
Keganasan 7. Pola tidur dari r yang sudah
Distres psikologis skala 1 di berikan
Kehamilan (memburuk)
30
menjadi skala 5 9. Monitor efek
(membaik) samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
10. Berikan
teknik non
farmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
(mis. TENS
,hipnosis,
akupresur,
terapi
musik,
biofeedback
,terapi pijat,
aromaterapi
,teknik
imajinasi,
terbimbing,
kompres
panas
dingin,
terapi
bermain)
11. Kontrol
lingkunga
yang
memperber
at rasa nyeri
(mis. Suhu
ruangan ,
pencahayaa
n,
kebisingan)
12. Fasilitas
istirahat
tidur
13. Pertimbang
an jenis dan
sumber
nyeri dalam
pemilihan
strategi
31
meredakan
nyeri
Edukasi
14. Jelaskan
penyebab,
pe micu dan
periode
nyeri
15. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
16. Anjurkan
monitor
nyeri secara
mandiri
17. Anjurkan
menggunak
an analgetik
secara tepat
18. Anjurkan
teknik non
farmakologi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
19. Kolaborasi
20. Kolaborasi
pemberian
analgetik
jika perlu.
32
n
2 Nyeri akut SLKI SIKI
kategori : fisiologi Tingkat nyeri Managaman
sub kategori : nyeri dan kenyamanan Kode : L. 08066 nyeri
kode : D.007 Setelah dilakukan Kode : 1.08238
Definisi : asuhan keperawatan Observasi
pengalaman sensorik atau emosional diharapkan tingkat 1. Identifikasi
yang berkaitan dengan kerusakan nyeri menurun lokasi,
jaringan aktual atau fungsionl. Dengan dengan kriteria hasil karakteristik,
onset mendadak atau lambat dan 1. Keluhan nyeri durasi,
berintensitas ringan hingga berat yang dari skala 1 frekuensi,
berlangsung kurang dari 3 bulan. (meningkat ) kwalitas,
Penyebab : menjadi skala 5 intensitas
1. Agen pencerdera fisiologis (Mis, (menurun ) nyeri,
imflamasi, iskemia, neoplasma 2. Meringis dari 2. Identifikasi
2. Agen pencedera kimiawi (mis, skala 1 skala nyeri
terbakar, bahan kimia iritan ) (meningkat ) 3. Identifikasi
3. Agen pencedera fisik (mis abses, menjadi skala 5 respon nyeri
amputasi, terbakar, terpotong. (menurun ) non verbal
Mengangkat berat, prosedur 3. Sikap protektif 4. Identifikasi
operasi, trauma, latihan fisik dari skala 1 faktor yang
berlebihan) (meningkat ) memberberat
Gejala dan tanda mayor : menjadi skala 5 dan
Subjectif ( menurun ) memperingan
Mengeluh nyeri 4. Gelisah dari nyeri
Objectif skala 1 5. Identifikasi
Tampak meringis (meningkat ) pengetahuan
Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menjadi skala 5 dan
menghindari nyeri ) ( menurun ) keyakinan
Gelisah 5. Kesulitan tidur tentang nyeri
Frekuensi nadi meningkat dari skala 1 6. Identifiksi
Sulit tidur (meningkat ) pengaruh
Gejala dan tanda minor : menjadi skala 5 budaya
Subjectif ( menurun ) terhadap
Tidak tersedia 6. Menarik diri respon nyeri
Objectif dari skala 1 7. Identifikasi
Tekanan darah meningkat (meningkat ) pengaruh
Pola napas berubah menjadi skala 5 nyeri pada
Nafsu makan berubah ( menurun ) kwalitas
Proses berfikir tergnaggu 7. Berfok hidup
Menarik diri 8. pada diri sendiri 8. Monitor
Berfokus pada diri sendiri dari skala 1 keberhasilan
Diaforesis (meningkat ) terapi
Kondidi klinis terkait menjadi skala 5 komplemente
Pembedahan ( menurun ) r yang sudah
Cedera traumatis di berikan
33
Infeksi 9. Diaforesis dari 9. Monitor efek
Sindrom koroner akut skala 1 samping
Glaukoma (meningkat ) penggunaan
menjadi skala 5 analgetik
( menurun ) Terapeutik
10. Perasaan 10. Berikan
depresi dari teknik non
skala 1 farmakologis
(meningkat ) untuk
menjadi skala 5 mengurangi
( menurun ) rasa nyeri
11. Perasaan (mis. TENS
takut ,hipnosis,
mengalami akupresur,
cedera berulang terapi musik,
dari skala 1 biofeedback,
(meningkat ) terapi pijat,
menjadi skala 5 aromaterapi,
( menurun ) teknik
12. Anoreksia imajinasi,
dari skala 1 terbimbing,
(meningkat ) kompres
menjadi skala 5 panas dingin,
( menurun ) terapi
13. Perineum bermain)
terasa tertekan 11. Kontrol
dari skala 1 lingkunga
(meningkat ) yang
menjadi skala 5 memperberat
( menurun ) rasa nyeri
14. Uterus (mis. Suhu
teraba ruangan ,
membulat dari pencahayaan,
skala 1 kebisingan)
(meningkat ) 12. Fasilitas
menjadi skala 5 istirahat tidur
( menurun ) 13. Pertimbangan
15. Ketegangan jenis dan
otot dari skala 1 sumber nyeri
(meningkat ) dalam
menjadi skala 5 pemilihan
( menurun ) strategi
16. pupil dilatasi meredakan
dari skala 1 nyeri
(meningkat ) Edukasi
34
menjadi skala 5 14. Jelaskan
( menurun ) penyebab, pe
17. muntah mual micu dan
dari skala 1 periode nyeri
(meningkat ) 15. Jelaskan
menjadi skala 5 strategi
( menurun ) meredakan
nyeri
16. Anjurkan
monitor nyeri
secara
mandiri
17. Anjurkan
menggunaka
n analgetik
secara tepat
18. Anjurkan
teknik non
farmakologi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
19. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik jika
perlu
35
SLKI
3 Gangguan pola tidur Gangguan pola SIKI
Kategori : fisiologis tidur Dukungan tidur
Sub kategori : aktivitas dan istirahat Kode : L.05045 Kode : 1.05174
Kode : D.0055 Setelah dilakukan Observasi
Definisi : asuhan keperawatan 1. Identivikasi
Gangguan kwalitas dan kwantitas waktu selama 3x24 jam pola aktivitas
tidur akibat faktor eksternal diharapkan pola dan tidur
Penyebab : tidur membaik 2. Identivikasi
1. Hambatan lingkungan (mis. dengan kriteria hasil faktor
Kelembapan lingkungan sekitar, : pengganggu
suhu lingkungan, pencahayaan, 1. Keluhan tidur (fisik
kebisingan, bau tidak sedap, sulit tidur atau
jadwal dari skala (1) psikologis)
pemantauan\pemeriksaan\tindak menurun 3. Identivikasi
an) menjadi makanan dan
2. Kurangnya kontrol tidur skala (5) minuman
3. Kurangnya privasi meningkat yang
4. Restraint fisik 2. Keluhan mengganggu
5. Ketiadaan teman tidur sering tidur (mis.
6. Tidak familiar dengan peralatan terjaga dari Kopi, teh,
tidur skala (1) alkohol,
Gejala dan tanda mayor : menurun makan
Subjectif : menjadi mendekati
Mengeluh sulit tidur skala (5) waktu tidur,
Mengeluh sering terjaga meningkat minum
Mengeluh sering tidak puas tidur 3. Keluhan banyak air
Mengeluh pola tidur berubah tidak puas sebelum
Mengeluh istirahat tidak cukup tidur dari tidur)
Objectif : skala (1) 4. Identifikasi
(tidak tersedia) menurun obat tidur
Gejala dan tanda minor : menjadi yang
Subjectif : skala (5) dikonsumsi
Mengeluh kemampuan beraktivitas meningkat Terapeutik
menurun 4. Keluhan 5. Modifikasi
Objectif : pola tidur lingkungan
(tidak tersedia) berubah dari (mis.
Kondisi klinis terkait : skala (1) Pencahayaan,
Nyeri\kolik menurun kebisingan,
Hipertiroidisme menjadi suhu, matras,
Kecemasan skala (5) dan tempat
Penyakit paru obstruktif kronis meningkat tidur) batasi
Kehamilan 5. Keluhan waktu tidur
Periode pasca partum istirahat siang jika
Kondisi pasca operasi tidak cukup perlu,
dari skala (1) 6. Fasilitasi
menghilangk
36
menurun an stres
menjadi sebelum tidur
skala (5) 7. Tetapkan
meningkat. jadwal tidur
6. Kemampuan rutin
berktivitas 8. Lakukan
dari skala (1) prosedur
meningkat untuk
menjadi meningkatka
skala (5) n
menurun kenyamanan
(mis. Pijat,
pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
9. Sesuaikan
jadwal
pemberian
obat
\tindakan
untuk
menunjang
siklus tidu
terjaga
Edukasi
10. Jelaskan
pentingnya
tidur cukup
selama sakit
11. Anjurkan
menepati
kebiasaan
waktu tidur
12. Anjurkan
menghindari
makanan/min
uman yang
mengganggu
tidur
13. Anjurkan
penggunaan
obat tidur
yang tidak
mengandung
subresor
37
terhadap tidur
REM
14. Anjurkan
faktor-faktor
berkontribusi
terhadap
gangguan
pola tidur
(mis.
Psikologis,
gaya hidup,
sering
berubah sifth
bekerja)
15. Ajarkan
relaksasi otot
autogenik
atau cara non
farmakologi
lainnya.
38