DISUSUN OLEH :
ZAHRA SAFIRA NURMAYANTI
201913099
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini tentunya tidak mudah, namun atas bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu.
Penulis menyadari, dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini dan semoga bermanfaat
untuk berbagai pihak.
Penulis
Zahra
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP LANSIA
1. DEFINISI
Lanjut usia (lansia) secara bertahap mengalami berbagai
kemunduran, baik fisik, mental dan sosial. Salah satu yang dialami
lansia yaitu gangguan mental. Gangguan mental pada lansia
disebabkan oleh banyak faktor, yang sering ditemukan pada usia
lanjut adalah depresi (Murtiyani, 2018)
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami
suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu
beberapa dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan
normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia
lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah
seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis,
fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan (Khoiriyah, 2011)
2. KLASIFIKASI
Menurut Ratnawati. E. (2017) lanjut usia dibagi dalam berbagai
klasifikasi dan batasan :
a. Batasan lanjut usia menurut WHO meliputi:
1) Middle Age (usia pertengahan) dari usia 45-59 tahun.
2) Elderly (lanjut usia) dari usia 60-70 tahun.
3) Old (lanjut usia tua) dari usia 75-90 tahun.
4) Very Old (usia sangat tua) usia di atas 90 tahun.
b. Klasifikasikan lansia menurut maryam (2008) antara lain:
1) Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-
59 tahun.
2) Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia Risiko Tinggi Seseorang yang berusia 60 tahun
atau lebih dengan masalah kesehatan / seseorang yang
berusia 70 tahun atau lebih.
4) Lansia Potensial Lansia yang masih mampu untuk
melakukan kegiatan atau pekerjaan yang dapat
menghasilkan barang atau jasa.
5) Lansia Tidak Potensial Lansia yang hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain dan tidak berdaya dalam
mencari nafkah.
c. Menurut Kemenkes RI (2015) lanjut usia dikelompokkan
menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dangan
risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan).
3. TIPE LANSIA
Menurut Maryam (2008), beberapa tipe lansia bergantung
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri
dengan perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap
ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan, dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman
dan memenuhi undangan
c. Tipe tidak puas
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama dan melakukan pekerjaan apa saja
e. Tipe bingun
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, menyesal, pasif dan acuh tidak acuh
B. HIPERTENSI
1. PENGERTIAN
Hipertensi merupakan tekanan darah yang bersifat
abnormal dan di ukur paling tidak pada tiga kesempatan yang
berbeda. Seseorang di anggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Ardiansyah
M.,2012).
Menurut Price dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit
jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,
ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,
makin besar resikonya.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam
Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana
gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan
hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah
sakit kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-
debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisan.
2. ETIOLOGI
Menurut Niken (2021), etiologi hipertensi dibai menjadi dua :
a. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau
hipertensi yang 90% tidak di ketahui penyebabnya.
Beberapa faktor yang di duga berkaitan dengan
perkembangannya hipertensi esensial di antaranya :
1) Genetic
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki
potensi lebih tinggi mdndapatkan penyakit
hipertensi.
2) Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35- 50 tahun dan wanita yang telah
menoupause berisiko tinggi mengalami penyakit
hipertensi.
3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi
makanan dengan kandungan lemak yang tinggi
secara langsung berkaitan dengan lemak
berkembangnya penyakit hipertensi
4) Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalalah jenis hipertensi yang di
ketahui penyebabnya, hipertensi sekunder di sebabkan
oleh beberapa penyakit, yaitu :
1) Coarctionaorta, yaitu penyempitan aorta
congenitalyang mungkin terjadi beberapa tingkat
pada aorta toraksi atau aorta abdominal.
Penyempitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
2) Penyakit parenkin dan vasikuler ginjal. Penyakit
ini mrupakan penyakit utama penyebab hipertensi
sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan
dengan penyempitan.
3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung
membawa darah ke ginjal . sekitar 90% lesi arteri
renal pada pasien dengan hipertensi di sebabkan
oleh ateroskleorosis atau fibrous
dyplasia(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).
Penyakit parenkin ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi serta perubahan struktur serta fungsi
ginjal.
4) Penggunaan kontrasepsi hormonal (esterogen).
Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan
esterogen dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-
mediate volume expaintion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah
beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.
5) Gangguan endokrin. Disfunsi medulla adrenal atau
korteks adreal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adreal-mediate hypertensia disebabkan
kelebihan primer aldosteron, kortisol dan
katekolamin.
6) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahrga.
7) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan
tekanan darah untuk sementara waktu.
8) Kehamilan
9) Luka bakar
10) Peningkatan tekanan vaskuler
11) Merokok
3. KLASIFIKASI
Menurut Nurarif A.H., & Kusuma H (2016), klasifikasi hipertensi
klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik(mmHg)
Hipertensi
4. MANIFESTASI KLINIS
Sering di lakukan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yangmengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Menurut N i k e n (2021),
manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing lemas, kelelahan,sesak
nafas,gelisah, mual muntah, epitaksis,kesadaran menurun.
5. PATOFISIOLOGIS
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah terbentuknya
angiotensin II daro angiotensin I oleh Angiotensin I
Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang di produksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan di ubah menjadi
angiostensin I, oleh ACE yang terdapat di paru paru, angiostensin
I di ubah menjadi angiostensin II. Angiostensin inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik
(ADH) dan rasa haus.ADH di prodiksi di hipotalamus
(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Meningkatnya DHA,sangat sedikit
urin yang di ekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
menigkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldostreron dari korteks
adreal. Aldosteron adalah hormon steroid yang memiliki peranan
penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCI akan di encerkan
kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume tekanan
darah.
Patogenesis dan hipertensi esensial merupakan multifaktorial
dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut berubah fungsi tekanan
darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator
hormon, latihan vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber
vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh
darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat di
picu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan
garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk
memunculkan gejala hipertensi
6. PATHWAYS
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Menurut (Rismawati, 2019) sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. EKG : dapat menunjukan pola regangan, di mana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi
c. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
d. IU: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu
ginjal, perbaikan ginjal.
e. Poto dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Farmakologi
Menuut Saferi & mariza (2013), penatalaksanaan
farmakologi menggunakan obat-obatan antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
berlebihan dalam tubuh sehingga daya pompa jantung
menjadi lebih ringan.
2) Penghabat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan
Reserpin)
Berfungsi untuk penghabat aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol, dan Atenolol)
fungsi dari obat betabloker adalah untuk menurunkan
daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada
penderita yang menglamai gangguan pernafasan seperti
asma bronkial.
4) Vasodilator (Prasosin dan Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh
darah dengan relaksasi otot polos pembulh darah.
5) Captopril
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan
zat angiotensin II dengan efek samping penderita
hipertensi mengalai batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
6) Penghambat reseptor angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-
obatan jenis penghabat reseptor angiotensin II diberikan
karena akan menghalangi penempelan zat ngiotensin II
pada reseptor.
A. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Kamis, 24 November 2022
Jam : 10.00
Nama Mahasiwa : Zahra Safira Nurmayanti
1. Identitas
a. Nama : Ny. S
b. Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 5 Mei 1962
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Status Perkawinan : Kawin
e. Agama : Islam
f. Suku : Jawa
g. Komposisi Keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Pisah
: Cerai
: Anak kandung
: Aborsi
: kembar
e) Air Bersih
Sumber air bersih: PAM. Kualitas air: warna air jernih, tidak berbau, dan
tidak berasa.
f) Jamban Yang Memenuhi Syarat
Jamban yang digunakan oleh keluarga Ny. S adalah jamban milik
sendiri. Dan jenis jamban yang digunakan adalah jamban cemplung.
Serta jarak septic tank dengan sumber air 10 meter.
g) Tempat Sampah
Tempat sampah terdapat didalam rumah dan tempatnya tertutup agar
tidak menimbulkan bau.
h) Rasio Luas Bangunan Rumah Dengan Jumlah Anggota Keluarga
Rasio luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga adalah 10
m2/ orang.
i) Jika ada balita
Tidak ada balita dikeluarga ini
j) Menggunakan Air Bersih Untuk Kebersihan Diri,
Ya menggunakan air bersih untuk mandi, menggosok gigi dan mencuci
rambut.
k) Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Dan Sabun
Ya melakukan cuci tangan dengan air bersih dan sabun.
l) Melakukan Pembuangan Sampah Pada Tempatnya.
Ya anggota keluarga membuang sampah pada tempat sampah yang
disediakan di rumahnya.
m) Menjaga Lingkungan Rumah Tampak Bersih
Semua anggota keluarga menjaga lingkungan rumah dengan baik dan
bersih
n) Mengkonsumsi Lauk Dan Pauk Tiap Hari.
Ya anggota keluarga mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari seperti
nasi, ayam, sayur dengan menu yang berbeda setiap harinya
o) Menggunakan Jamban Sehat.
Ya, anggota keluarga menggunakan jamban untuk buang besar dan
kecil baik milik sendiri maupun jamban umum.
c. Eliminasi
BAK BAB
Frekuensi : > 5 x sehari Frekuensi : 1x sehari
Kebiasaan BAK Pada mlm hari : Konsistensi : normal
-
Keluhan saat BAK : tidak ada Keluhan saat BAB : tidak ada
keluhan saat BAK keluahan saat BAB
- Penggunaan obat pencahar :
Tidak menggunakan obat
pencahar
Identitas diri
Status Ny. S adalah seorang ibu dan istri , Ny. S menyadari dirinya
seorang wanita
Peran diri
Ny. S mengatakan senang karena walaupun ia sudah tua masih
bisa melayani suami dan anaknya
Ideal diri
Ny. S berharap dapat sembuh dari sakitnya
Harga diri
Ny. S meyakini dirinya bisa mengatasi masalahnya dengan baik
dan merasa dirinya berharga
h. Pola Peran-Hubungan
Ny. S berperan sebagai istri dan ibu. Ny. S sangat puasdengan
perannya dikeluarga. Untuk mengabil keputusan selalu dengan
musyawarah dengan anggota keluarganya. Orang terdekat Ny. S yaitu
suaminya. Anggota keluarga tidak ada masalah selama sakit sehingga
keluarga dapat memahami dan mensupport klien.
i. Sexsualitas
Ny. S memiliki anak 1 dan Ny. S sudah menopause
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Ny. S jika merasa ada masalah selalu bercerita kepada suami dan
anaknya.
k. Nilai- Pola Keyakinan
Ny. S beragama islam, selalu menjalankan shalat 5 waktu dan sering
ikut pengajian di lingkunganya.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda – tanda vital (TTV)
1) Tekanan darah : 180/90mmHg
2) Nadi : 85 X / menit
3) Pernafasan : 20 X / menit
4) Suhu tubuh : 36,50C
5) Nyeri :6
P : Ny. S mengatakan nyeri saat makan asin yang berlebih
dan aktivitas yang berat
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada tengkuk kepala
S : Skala 6
T : Nyeri dirasa hilang timbul
d. Pengukuran pertumbuhan antropometri
1) Berat badan : 60 Kg
2) Tinggi badan : 152cm
3) BMI : Gizi Cukup
Penampilan Umum
a. Rambut : Rambut tampak bersih, sudah beruban, sedikit berminyak
b. Mata : Simetris, konjungtiva ananemis, sclera anikterik, pupil
isokor, lensa mata tampak sedikit keruh
c. Mulut : Mulut bersih, gigi tampak ada lubang, bibir lembab
d. Dada :
1) Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi pada dada,
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan diseluruh lapan dada, taktil
fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor
Aukultasi : Vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak kuat angkat
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat angkat di ICS 5
Perkusi : Pekak
Aukultasi : Reguler
e. Abdomen
Inspeksi : Simetris, tida ada benjolan, tidak ada lesi
Aukultasi : Bising usus 15 x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada semua kuadran
Perkusi : timpani
f. Ekstemitas :
Ektremitas atas : Tidak terdapat kelemahan pada ekstremitas
atas, dapat digerakkan secara bebas
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat kelemahan pada ekstremitas
bawah , dapat digerakkan secara bebas
a. Integumen : Kulit bersih, kulit tampak keriput,tidak ada lecet
7. Pengkajian Khusus
a. Fungsi Kognitif
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Interprestasi : Fungsi intelektual klien masih utuh karena jawaban
klien sesuai dengan isi pertanyaan, dan jawaban klien hanya salah 1
b. Status Fungsional ( Katz Indeks )
sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi
√
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi , tidak
melakukan satu atau lebih
perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAB dan BAK seluruhnya dikontrol
sendiri √
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total :
penggunaan kateteter, pispot, enema
dan pampers
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dan piring dan
menyuapinya sendiri
Tergantung : √
Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Interprestasi : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakian dan mandi.
c. MMSE
Analisa Hasil :
24-30 : tidak ada ganggu kognitif
Interprestasi :
Skor : 28 ( normal / tidak terjadi gangguan kognitif )
d. APGAR Keluarga
sesuatu dan
mengungkupkan masalah
dengan saya
Growth Saya merasa puas dengan
cara keluarga atau teman-
teman saya menerima dan
mendukung keinginan √
saya untuk melakukan
aktivitas atau arah baru
Afeksi Saya merasa puas dengan
cara keluarga atau teman-
teman saya
mengekspresikan perhatian √
waktu bersama-sama
dengan saya
Total Nilai 8
Analisa Hasil
Nilai 7-10 : keluarga baik
Interprestasi : skor 8 ( Apgar keluarga baik )
e. Skala Depresi
Analisa Hasil :
Skor 0-4 : normal
Interprestasi : normal
f. Screening Fall
Fungtional Reach (Fr) Test
No Langkah
1 Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan
direntangkan kedepan
2 Beri tanda letak tangan I
3 Minta pasien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2
menit, dengan tangan direntangkan ke depan
4 Beri tanda letak tangan ke ii pada posisi condong
5 Ukur jarak antara tanda tangan I & ke II
Interpretasi : Usia 60 Tahun : Kurang 6 Inchi : Resiko Roboh
No Langkah
1 Posisi pasien duduk dikursi
2 Minta pasienberdiri dari kursi, berjalan 10 langkah(3meter),
kembali ke kursi, ukur waktu dalam detik
Interprestasi :
g. Skala Norton
Total
Interprestasi : Total Penilaian resiko dekubitus ada 18 termasuk normal
tida beresiko dekubitus
- Nilai maksimal 20
- Nilai minimum 20
- Pasien berisiko dekubits jika <14
B. ANALISA DATA
Nyeri akut b.d agen 24/11/ 2022 Mengidentifikasi lokasi, karakrtistik, S : Zahra
pencedera Biologis 10.30 durasi, frekuensi, kualitas dan P : nyeri ketika makanan
intensitas nyeri asin dan beraktivitas
berat
Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri paa kepala dan
tengkuk
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasa hilang
timbul
O:
Klien tampak
memegangi tengkuk
kepalanya
TD : 180/90mmHg
Nadi : 85 X / menit
RR : 20 X / menit
S : 36,50C
O:
TD : 150/70 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,0°C
O:
Klien tampak antusias
dan mendengarkan
S:
3. Anjurkan klien untuk meminum
Klien mengatakan akan Zahra
jus mentimun
membuat jus mentimun
untuk menurunkan
tekanan darahnya
O:-
Nyeri akut b.d agen 26/11/ 2022 Mengidentifikasi lokasi, karakrtistik, S : Zahra
pencedera Biologis 10.00 durasi, frekuensi, kualitas dan Klien mengatakan nyeri sudah
intensitas nyeri berkurang dan tengkuk lebih
ringan
P : nyeri ketika makanan
asin dan beraktivitas
berat
Q : Nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : Nyeri pada kepala
dan tengkuk
S : Skala nyeri 3
T : Nyeri dirasa hilang
timbul
O:
Klien tampak lebih
nyaman
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama
lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Aspek
psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak. Pengertian yang salah
tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan
kecerdasan mental yang kurang.
A. SARAN
Diharapkan untuk perawat agar dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
didapat dalam praktik lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. 2012. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidapatuhan
Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSU
H.Adam Malik. Medan : Universitas Sumatera Utara
Kementrian Kesehtan Republik Indonesia. 2018. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI
Murtiyani, N., Hartono, A., Suidah, H., Pangertika N, P, (2018). Fungsi
Kognitif Dengan Activities Of Daily Living (ADL) Pada Lansia.
Niken Ayu, S. P. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Tn.P Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut Dengan Diagnosa Hipertensi Di Desa
Tongas Wetan Kecamatan Tongas Probolinggo. KTI. Program D
III Keperwatan: Politeknik Kesehatan Keta Cendekia Sidoarjo
Nurarif Dan Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda NIC NOC Dalam Berbagai Kasus.
Jilid 1. Yogyakarta:Mediaaction
Ratnawati, Emmelia. 2017. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Baru Press.
Rismawati, D. 2019. Penerapan Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Dengan Masalah Keperawatan Nyeri
Akut Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Wates Tahun 2019 (Doctoral dissertation, STIKES
Muhammadiyah Pringsewu).
LAMPIRAN DOKUMENTASI