“HIPERTENSI”
DISUSUN OLEH:
FARDI PESSU
20.04.020
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
( Brunner & Suddarth, 2002 ).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K
Chung, 1995)
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual muntah
6) Epistaksis
7) Kesadaran menurun
5. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas
rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
2) Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.\
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi
seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,
golongan penghambat konversi rennin angitensin.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN : memberikan informasi tentang
perfusi ginjal
b. Glukosa. Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
c. Kalium serum. Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum. Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum. Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
f. Pemeriksaan tiroid. Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
g. Kadar aldosteron urin/serum. Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
h. Urinalisa. Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
i. Asam urat. Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
j. Steroid urin. Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
l. Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung
m. CT scan. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
7. Komplikasi
Dalam perjalannya penyakit ini termasuk penyakit kronis yang dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi antara lain :
a. Gagal jantung
b. Gagal Ginjal kronik dan
c. Stroke
d. Retinopati
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, Vinay. Et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol.2 Ed. 7.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins
dan Coutran. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Zul Dahlan. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba
Medica. http://nurse87.wordpress.com. Asuhan Keperawatan Pada
Lansia Dengan Hipertensi. Regards
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN FUNGSI KARDIOVASKULER
HIPERTENSI PADA Ny”K”
DISUSUN OLEH:
FARDI PESSU
20.04.020
A. IDENTITAS
1. Nama : Ny.K
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 65 Tahun
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan: Menikah
6. Pendidikan Terakhir : SMA
7. Pekerjaan (sebelum tinggal di PSTW) : Ibu rumh tangga
8. Alamat Rumah / Keluarga : Monumen Emisyeilan
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 36 0C
Nadi : 80x/menit
TD : 200/120 mmHg
TB : 156 Cm
BB : 60 Kg
2. Kebersihan Perorangan
Rambut : Bersih dan rambut terlihat sudah memutih
Mata : Penglihatan sudah mulai menurun
Hidung : Penciuman masih bagus dan tidak ada
kelainan
Mulut : Bersih,Ny.K rutin sikat gigi 2x sehari
Telinga : Bersih,pendengaran Ny.K masih bagus dan
tidak ada kelainan di telinga
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
Dada : simestris kiri dan kanan
Kebersihan lingkungan : lingkungan rumah bersih dan depan
rumah di tanami bunga di pot
Lain-lain :
H. ANALISA DATA
DS :
1. Klien mengeluh nyeri di kepala dan leher
DO :
1. Klien nampak meringis karena nyeri
2. Klien nampak gelisa
3. TTV
Td : 200/120 mmHg
S : 36 0C
N : 80x/menit
P : 20x/menit
I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
INTERVENSI KEPERAWTAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari / Tanggal Diagnosa Jam Implementasi keperawatan
keperawatan
1. Rabu Nyeri akut b.d 09:20 1. Melakukan pengkajian terhadap lokasi dan skala nyeri
29/09/2021 peningkatan tekanan
pasien
vaskuler serebral dan
Hasil :
iskemia
a) Pasien mengatakan nyeri didaerah belakang
b) Skala nyeri 5
2. Melakukan pengukuran
09:24
vital sign sebelum tindakan relaksasi nafas dalam
Hasil :
a) TD : 200/120 mmHg
b) N : 80×/ menit
c) P : 20×/ menit
d) S : 36°C
Hasil :
a) TD : 200/120
mmHg
b) N : 80×/ menit
c) S : 36°C
d) P : 20×/ menit
e) Skala nyeri 5
Hasil :
darah
EVALUASI KEPERAWATAN
No Hari /Tanggal Diagnosa keperawatan Jam Evaluasi
1 Rabu Nyeri akut b.d peningkatan 12:30 S:
29/09/2021 tekanan vaskuler serebral
dan iskemia a) Pasien mengatakan masih merasa nyeri
Q : berdenyut
R : Oksipital kepala
T : Hilang timbul
DO :
a) TD : 200/120 mmHg
b) N :80×/m
c) S :36°C
d) P : 20×/menit
A:
(HE)