DENGAN HIPERTENSI
Disusun oleh :
Juliawati
NIM. SNR212250030
Dosen pembimbing :
Ns. Tri wahyuni, M.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku hidup sehat merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar agar
tubuh tetap sehat serta terbebas dari segala macam penyakit, sehingga manusia dapat
mempertahankan hidupnya dengan baik. salah satu penyakit yang dapat muncul
akibat dari kurang baiknya perilaku dalam hidup sehat yaitu hipertensi (Sufa et al,
2017).
Hipertensi merupakan salah satu dari sepuluh penyakit terbesar di dunia
khususnya di Indonesia. Hipertensi merupakan The Silent Killer, karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan apabila tidak terkendali maka dapat timbul
komplikasi terjadinya penyakit lain salah satunya yaitu stroke (Sonyorini & Sulastri,
2022).
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakbatkan suplai oksigen dan nutrisi
terganggu sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Puspita et al, 2019).
Menurut Achsan dan Anurogo (2013), hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmhg (tekanan darah yang
diukur dengan tensimeter dan terdengar sebagai denyutan pertama), sedangkan
tekanan darah diastolik 90 mmhg (denyutan paling akhir saat diperiksa dengan
tensimeter). Atau secara singkat, hipertensi terjadi apabila tekanan darah
140/90mmhg.
Berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan.
Pertama,hipertensi esensial atau hipertensi primer dimana tidak diketahui secara pasti
penyebabnya, namun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti : faktor
genetika/ keturunan, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, sistem renin
angiotensin, efek dari ekskresi Natrium (Na), Obesitas, merokok dan stres (Bachrudin
& Najib, 2016).
Kedua, hipertensi sekunder. Hipertensi golongan ini disebabkan oleh kondisi lain,
seperti penggunaan hormon estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal
(kelainan pembuluh darah ginjal), hiperaldosteronisme primer (kelebihan hormon
aldosteron), penyakit sindrom Cushing serta hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan (Achsan dan Anurogo, 2013).
Berdasarkan data WHO tahun 2019 diketahui bahwa jumlah orang dewasa
dengan hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada
tahun 2015. Penyakit ini berkembang dengan pesat di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan faktor risiko
hipertensi pada populasi tersebut. Prevalensi hipertensi tertinggi di Afrika mencapai
27% sedangkan prevalensi hipertensi terendah di Amerika sebesar 18% (WHO,
2019).
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang,
sedangkan angka kematian di Indonesia yang diakibatkan oleh hipertensi sebesar
427.218 kematian. Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur
45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%)(Andri et al 2021).
Hasil penelitian oleh Fernalia, Keraman & satrio (2021) yang berjudul
“Faktor-faktor yang berhubungan dengan self care management pada pasien
hipertensi” menunjukkan bahwa dari 42 pasien hipertensi mayoritas responden
dengan seelf care management baik yaitu sebanyak 24 orang(57,1%), 14 orang
(33,3%) dengan pengetahuan kurang, 22 orang (52,4%) dengan nilai individu baik,
dan 25 orang (59,5%) dengan efikasi diri yang baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan, nilai individu dan efikasi diri dengan self care
management pada pasien dengan hipertensi.
Perilaku hidup yang tidak sehat pada pasien hipertensi dapat membuat
perencanaan dan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan diantaranya,
memantau tanda-tanda vital, pembatasan aktivitas fisik, istirahat yang cukup, pola
hidup sehat seperti diet rendah garam, gula dan lemak, dan berhenti mengkonsumsi
alkohol , mengurangi merokok serta mengurangi /mengontrol stres (Aspiani, 2019).
Lingkungan keluarga sangat penting dalam pelaksanaan tatalaksana yang
kompleks pada penderita hipertensi ini, jika motivasi dari penderita kurang dan
dukungan dari keluarga pun kurang dalam menjalankan regimen terapi maka akan
timbul masalah keperawatan manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (Fadilah,
2018).
Keluarga mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan dan
pengurnagan risiko penyakit dalam masyarakat karena keluarga merupakan unit
terkecil dalam masyarakat, peran keluarga sangat dibutuhkan dalam setiap aspek
keperawatan kesehatan keluarga. Untuk itulah keluarga yang lebih berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan oleh keluarganya(Yohanes & Betan, 2013).
Perawat keluarga memiliki peran yaitu membantu keluarga untuk dapat
menyelesaikan maalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga
melakukan fungsi dan tugas perawat kesehatan. Adapun peran yang dapat dilakukan
perawat dalam membantu keluarga dengan anggota keluarga yang menderita
hipertensi antara lain: memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai
penyakit yang didertia sehingga keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan secara
mandiri, sebagai koordinator untuk mengatur program kegiatan atau dari berbagai
disiplin ilmu, sebagai pengawas kesehatan, sebagai konsultan dalam mengenal dan
mengatasi masalah, sebagai fasilitator asuhan keperawatan dasar pada keluarga yang
menderita penyakit hipertensi (Muhlisin, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan
hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan keluarga pada pasien
dengan hipertensi
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan keluarga pada pasien
dengan hipertensi
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan keluarga pada pasien
dengan hipertensi
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga pada pasien
dengan hipertensi
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan keluarga yang
telah dilakukan pada pasien dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Stroke
Stroek dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
tinggi.
b. Infark Miokard
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang ateroskeloris tidak dapat
menyuplai oksigen yang cukup kemiokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembeuluh darah
tersebut.
c. Gagal Ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal dan glomerolus. Rusaknya glomerolus
mengakibatkan darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
d. Gagal Jantung
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru, kaki, dan jaringan lain. Penumpukan cairan tersebut sering disebut
edema. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas, dan
penumpukan cairan pada tungkai dapat menyebabkan ekstremitas bawah
menjadi bengkak.
7. Penatalaksanaan
B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
2. Tipe Keluarga
3. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga, stabilisasi
kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara lebih akrab,
dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara lanjut mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.
Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan yang
dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial dan
pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan.
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat ( yang mempengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual ) merupakan bagian yang
paling relevan dari perawatan kesehatan.
Tahap ini dimulai dari kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai berusia
30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci
menjadi sklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan pada tahap II ini
adalah membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil
(menggabungkan bayi yang baru kedalam keluarga), memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan
kebutuhan berbagai keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan, memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan
menambah pean menjadi orang tua dan menjadi kakek / nenek.
a. Sebagai pelaksana
Yaitu memberikan pelayanan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan, mulai dari pengkajian sampai evaluasi.
b. Pendidik
Yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan, menentukan tujuan,
mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan pendidikan kesehatan
agar keluarga dapat berperilaku secara mandiri.
c. Konselor
Yaitu memberikan konseling atau bimbingan kepada individu atau
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
d. Kolaborator
Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dalam
menangani masalah kesehatan yang dialami keluarga.
Selain peran perawat yang telah disebutkan diatas, ada juga peran perawat
keluarga dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan primer
Peran perawat dalam pencegahan primer yaitu sebagai upaya dalam
pencegahan terjadinya penyakit dan memelihara perilaku hidup sehat.
b. Pencegahan sekunder
Upaya yang dilakukan perawat dalam pencegahan sekunder adalah
mendeteksi dini terjadinya penyakit pada kelompok risiko, diagnosis, dan
penanganan segera yang dapat dialihkan oleh perawat. Peran yang dapat
dilakukan yaitu merujuk semua anggota keluarga untuk skrining,
melakukan pemeriksaan dan mengkaji riwayat kesehatan.
c. Pencegahan tersier
Tujuan dari peran perawat dalam pencegahan tersier adalah mengurangi
luasnya dan keparahan masalah kesehatan dalam keluarga, sehingga dapat
menimbulkan ketidakmampuan dan memulihkan atau memelihara fungsi
tubuh. Fokus utama rehabilitasi. Rehabilitasi me;iputi pemulihan terhadap
individu yang cacat akibat penyalit dan luka, sehingga mereka dapat
berguna pada tingkat yang paling tinggi secara fisik, sosial, emosional
(Kholifah & Widagdo, 2016).
a. Data Umum
Skoring :
a. Tentukan skor untuk tiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot
Skor
x Nilai Bobot
Angka tertinggi
adat istiadat dan kebudayaan yang berlaku dalam keluarga akan mempengaruhi
pengambilan keputusan keluarga tentang pola pengobatan dan penatalaksanaan
penderita hipertensi.
Demikian juga repson dan penerimaan keluarga terhadap keluarga yang sakit
akan mempengaruhi keluarga dalam memberikan perawatan kepada anggota yang
sakit tersebut. selain beberapa faktor diatas, sarana dan prasarana yang baik dalam
keluarga atau masyarakat juga merupakan hal terpenting dalam perawatan dan
pengobatan hipertensi. Sarana dan prasarana yang dimaksud dapat berupa
kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan yang sesuai dengan kondisi
anggota keluarganya yang menderita hipertensi dan menjaga diit, kemamapuan
keluarga mengatur pola makan rendah garam, menciptakan suasana yang tenang dan
cara keluarga dalam membuat penderita hipertensi dapat mengontrol emosinya. Dan
sarana yang mendukung seperti sumber makanan sehat yang terjangkau, tersedianya
tempat latihan / area untuk berolahraga, serta fasilitas kesehatan yang terjangkau dan
memadai (Harmoko, 2012).