Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Belajar Klinik Keperawatan


Gerontik

Oleh :
HANIF AYU WAHYUNI
NPM.214118056

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI 2019
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Masa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara
65-75 tahun [ CITATION Pot051 \l 1033 ].
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya
kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa
perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia
mencapai usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan
melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah, seseorang akan
kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu
usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa
orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase
hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkunganya [ CITATION Boe091 \l 1033 ].

2. Klasifikasi Lansia
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59
tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/jasa.
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

3. Karakteristik Lansia
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat
sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,
serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi [CITATION Bud01 \l
1033 ]
4. Pathway Proses Menua

Proses Menua

Fase 1 subklinik Fase 2 transisi Fase 3 klinik

Usia 25-35 Penurunan hormon Usia 35-45 Usia 45 produksi hormon


(testosteron, growt hormon, estrogen) Penurunan hormon 25 % sudah berkurang
hingga akhirnya berhenti

Polusi udara, diet yang tak sehat dan stres

Peningkatan radikal bebas

Kerusakan sel-seDNA
(sel-sel tubuh)

Sistem dalam tubuh mulai


terganggu spti : penglihatan
menurun, rambut beruban,
stamina & enegi berkurang,
wanita (menopause),pria
(andopause).

Penyakit degeneratif (DM,


osteoporosis, hipertensi,
penyakit jantung koroner)
B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas
(systolic) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air
raksa (Spygmomanometer) ataupun alat digital lainnya [ CITATION
Her131 \l 1033 ].
Tensi (tekanan darah) adalah banyaknya darah yang
dipompakan jantung dikalikan tahanan di pembuluh darah perifer.
Adapun hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah keadaan ketika
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau
tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan diastoliknya diatas
90 mmHg [ CITATION Wij11 \l 1033 ].

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang


mengalami peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang
mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka kematian
(mortalitas). Tekanan yang abnormal tinggi pada pembuluh darah
menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung,
serangan jantung, dan kerusakan ginjal [ CITATION Rus09 \l 1033 ].

2. Klasifikasi Hipertensi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau
hipertensi dikenal dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi
primary dan hipetensi secondary.
1) Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup
seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola
makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat
badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk
terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang
yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk
orang-orang yang kurang olahraga pun mengalami tekanan
darah tinggi.
2) Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung,
gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan
pada ibu hamil tekanan darah secara umum meningkat saat
kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat
badannya diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi
sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan
tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun
drastis.

3. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg


Penyebab Hipertensi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada (Ritu Jain, 2011) :
1) Elastisitas dinding aorta menurun.
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

4. Manifestasi Klinik Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan


gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
(padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut [ CITATION Her131 \l 1033 ]:

1) Sakit kepala

2) Kelelahan

3) Mual

4) Muntah

5) Sesak nafas

6) Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita
hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :

1) Tidak Ada Gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan
arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak
terukur.
2) Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
5. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.
Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Rahmawati, 2012).
6. Pathway Hipertensi
7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain
yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan Komite
Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi
menyatakan bahwa tekanan darah yang tinggi dapat meningkatkan
resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(Wahdah, 2011)
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi
kardiovaskular dan merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat yang tengah mengalami transisi sosial ekonomi.
Dibandingkan dengan individu yang memiliki tekanan darah normal,
penderita hipertensi memiliki risiko terserang penyakit jantung
koroner 2 kali lebih besar dan risiko yang lebih tinggi untuk terserang
stroke. Apabila tidak diobati, kurang lebih setengah dari penderita
hipertensi akan meninggal akibat penyakit jantung dan sekitar 33%
akan meninggal akibat stroke sementara 10 sampai 15 % akan
meninggal akibat gagal ginjal. Oleh sebab itu pengontrolan tekanan
darah merupakan hal yang sangat penting (Junaidi, 2010).

8. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi
dua jenis penatalaksanaan (Ni Kadek, et al, 2014):
1) Penatalaksanaan Non Farmakologis.

a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi
dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar
adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan
dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan
kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau
berenang.
2) Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi
yaitu:

a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.


b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat -
obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretik, golongan betabloker, golongan antagonis
kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin.
c. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
a. Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus
hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin
( meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum:Hipokalemia dapat megindikasikan adanya
aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensih. Kadar aldosteron
urin/serum: Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
h. Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
i. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
j. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
l. Foto dada:Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
m. CT scan:Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.

C. Asuhan Keperawatan Lansia dengan Hipertensi


1. Pengkajian
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
5. Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler
serebral
b. Resiko penurunan curah jantung b/d vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas ventrikuler
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi
o Keperawatan Kriteria Hasil

1 Nyeri akut b.d NOC : NIC :


agen injury  Pain Level Pain Management
biologis  Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
Setelah dilakukan secara komprehensif
asuhan termasuk lokasi, karakteristik,
keperawatan durasi, frekuensi, kualitas dan
selama..x24 faktor presipitasi
jam nyeri dapat 2. Observasi reaksi nonverbal
teratasi dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi
denganKriteria
terapeutik untuk mengetahui
Hasil :
pengalaman nyeri pasien
1. Mampu 4. Kaji kultur yang
mengontrol mempengaruhi respon nyeri
nyeri (tahu 5. Evaluasi pengalaman nyeri
penyebab masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan
nyeri, mampu
tim kesehatan lain tentang
menggunakan
ketidakefektifan kontrol nyeri
tehnik
masa lampau
nonfarmakologi
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk
untuk mencari dan menemukan
mengurangi
dukungan
nyeri, mencari
8. Kontrol lingkungan yang
bantuan)
2. Melaporkan dapat mempengaruhi nyeri
bahwa nyeri seperti suhu ruangan,
berkurang pencahayaan dan kebisingan
dengan 9. Kurangi faktor presipitasi
menggunakan nyeri
manajemen 10. Pilih dan lakukan
nyeri penanganan nyeri (farmakologi,
3. Mampu non farmakologi dan inter
mengenali personal)
nyeri (skala, 11. Kaji tipe dan sumber nyeri
intensitas, untuk menentukan intervensi
frekuensi dan 12. Ajarkan tentang teknik non
tanda nyeri) farmakologi
4. Menyatakan
13. Berikan analgetik untuk
rasa nyaman
mengurangi nyeri
setelah nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol
berkurang
nyeri
5. Tanda vital
15. Tingkatkan istirahat
dalam rentang
16. Kolaborasikan dengan
normal
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.
2 Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d respon  Cardiac Pump Cardiac Care
fisiologis otot effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
jantung  Circulation ( intensitas,lokasi, durasi)
Status 2. Catat adanya disritmia
 Vital Sign jantung
Status 3. Catat adanya tanda dan
Setelah dilakukan gejala penurunan cardiac
asuhan putput
4. Monitor status
keperawatan
kardiovaskuler
selama…x24 5. Monitor status pernafasan
jam,pasien tidak yang menandakan gagal
terjadi penurunan jantung
curah jantung 6. Monitor abdomen sebagai
dengan Kriteria indicator penurunan perfusi
7. Monitor balance cairan
Hasil : 8. Monitor adanya perubahan
1. Tanda Vital tekanan darah
dalam rentang 9. Monitor respon pasien
normal terhadap efek pengobatan
(Tekanan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan
darah, Nadi,
istirahat untuk menghindari
respirasi)
2. Dapat kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas
mentoleransi
pasien
aktivitas, tidak
12. Monitor adanya dyspneu,
ada kelelahan
fatigue, tekipneu dan
3. Tidak ada
ortopneu
edema paru,
13. Anjurkan untuk menurunkan
perifer, dan
stress
tidak ada
Vital Sign Monitoring
asitesTidak
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
ada
RR
penurunan 2. Catat adanya fluktuasi
kesadaran tekanan darah
3. pernapasan

3 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitas  Energy Energy Management
b/d ketidakseimb conservation 1. Observasi adanya
angan suplai dan  Self Care : pembatasan klien dalam
kebutuhan ADLs melakukan aktivitas
Setelah dilakukan 2. Dorong anal untuk
oksigen.
asuhan mengungkapkan perasaan
keperawatan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang
selama...x24
menyebabkan kelelahan
jam,pasien 4. Monitor nutrisi dan sumber
menunjukan tidak energi yang adekuat
terjadi intoleransi 5. Monitor pasien akan adanya
aktivitas dengan kelelahan fisik dan emosi
Kriteria Hasil : secara berlebihan
6. Monitor respon
1. Berpartisipasi
kardiovaskuler terhadap
dalam
aktivitas
aktivitas fisik 7. Monitor pola tidur dan
tanpa disertai
peningkatan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
tekanan
1. Kolaborasikan dengan
darah, nadi
Tenaga Rehabilitasi Medik
dan RR
dalammerencanakan progran
2. Mampu
terapi yang tepat.
melakukan
2. Monitor respon fisik, emosi,
aktivitas
social dan spiritual
sehari hari
(ADLs) secara
mandiri

Daftar Pustaka
Darmodjo, B. (2009). Buku Ajar Geriatri . Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Herlambang, K. (2013). Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis.


Yogyakarta: Citra Pustaka.

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Potter, & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.

Rusdi, & Isnawati, N. (2009). Awas Anda Mati Cepat Akibat Hipertensi dan
Diabetes. Yogyakarta: Powerbooks Publishing.
Wijoyo. (2011). Rahasia Penyembuhan Hpertensi Secara Alami. Jakarta: Bee
Media Agro.

Anda mungkin juga menyukai