Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PENGGANTI UAS

PEMBERDAYAAN REMAJA TENTANG GAYA HIDUP SEHAT


UNTUK MENGURANGI ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI

Disusun oleh :

Windiana Wahyu Pangestika (25010114120043)

A-2014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2016

1
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT sang pencipta alam
semesta, manusia dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat
limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial.

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial, serta merupakan bentuk
langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada yang


terhormat Ibu Dra. V.G. Tinuk Istiarti, M.Kes selaku dosen Advokasi Komunikasi
dan Mobilisasi Sosial serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah
ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan, penulis menyadari


bahwasanya dalam penyusunan tugas ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis nanti dalam
upaya evaluasi diri agar bisa lebih baik lagi.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik kekurangan penulisan


dan penyusunan makalah ini, bisa ditemukan hal yang dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Depkes RI). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg.
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai
faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hiperternsi dibedakan
menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan
umur. Sedangkan faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas
fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang mengandung natrium dan
lemak jenuh.
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan
jantung, penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang
berakibat pada kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung
yang dapat berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi juga disebut sebagai
the silent killer yang merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh
penyebab penyakit jantung.
Sampai saat ini, hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut
Joint Blood Pressure VII (JNC-VII) hampir 1 milyar orang di dunia menderita
hipertensi. Menurut laporan WHO, hipertensi merupakan penyebab nomor 1
kematian di dunia. Diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat
seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang,
diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Hal ini juga menjadi

3
tantangan besar bagi Indonesia. Saat ini hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hipertensi merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai data
Riskesdas 2013.
Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2010,
prevalensi kasus hipertensi sebesar 8,24% diantaranya 3,49% pada laki-laki dan
4,75% pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan
Case Fatality Rate tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI,
2012).
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di antara penyakit tidak
menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai
prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit
tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah
adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah,
2013).
Kepedulian untuk mengenal hipertensi sejak dini sangat penting sebab jika
hipertensi terjadi pada usia muda dan tidak dikontrol, maka besar kemungkinan
dapat memicu pikun, stroke hingga demensia vascular. Meskipun salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah faktor keturunan yang tidak dapat
dihindari, namun pencegahan dini agar risiko komplikasi akibat hipertensi bisa
diatasi sejak dini. Pengendalian hipertensi bukan hanya pada mengatasi dengan
obat-obatan, namun juga dengan mengukur tekanan darah secara rutin. Sementara
itu, hal yang mudah dilakukan untuk menghindari hipertensi terutama bagi
generasi muda adalah dengan melakukan gaya hidup sehat dengan berbagai
modifikasinya.

1.2 Pemasalahan

4
Masih tingginya prevalensi penyakit hipertensi di wilayah Jawa Tengah,
khususnya kota Semarang (42,4% ; Dinkes, 2013). Oleh karena itu diperlukan
suatu strategi untuk mencegah dan mengurangi hipertensi. Sehingga, penyakit
yang dipicu oleh hipertensi seperti jantung, stroke dan gagal ginjal juga dapat
dicegah.

1.3 Fokus Pemberdayaan


Fokus pemberdayaan adalah generasi muda terutama remaja yang diharapkan
dapat menerapkan gaya hidup yang sehat, baik dari segi pola konsumsi makan
ataupun aktivitas fisiknya.

1.4 Populasi Target


1.4.1 Populasi primer
Remaja yang berusia 15-18 tahun.
1.4.2 Populasi sekunder
Keluarga remaja yang terlibat.
1.4.3 Populasi tersier
- Pihak yang ikut serta dalam upaya pencegahan hipertensi seperti
sekolah, tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan, pejabat
pemerintah, organisasi masyarakat dan media massa.
- Para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan dan bidang lain yang berkaitan serta
mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya
seperti kepala desa, kepala sekolah, pejabat terkait dan pemangku
kepentingan lainnya.

5
BAB II

PERENCANAAN PROGRAM

2.1 Pengertian

Pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat merupakan salah satu


bentuk pendekatan kepada remaja khususnya yang berusia 15-18 tahun agar mau
dan mampu untuk menerapkan gaya hidup sehat, sebagai salah satu upaya
mencegah terjadinya hipertensi.

2.2 Faktor yang mempengaruhi cakupan hipertensi

Faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi dapat dikelompokkan menjadi


dua, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol.
Faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain adalah umur, jenis kelamin, dan
riwayat keluarga. Hipertensi sangat erat kaitannya dengan umur, semakin tua
seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Selain itu, jenis kelamin
dikatakan juga mempengaruhi kejadian hipertensi. Menurut MN. Bustan, wanita
lebih banyak menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena
terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Faktor yang tidak dapat dikontrol
berikutnya adalah riwayat keluarga. Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan
sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.

Faktor yang dapat dikontrol antara lain kebiasaan merokok, konsumsi


garam, konsumsi lemak jenuh, kebiasaan minum alkohol, obesitas, kurang
berolahraga, dan stress. Kebiasaan merokok dalam jumlah rokok lebih dari satu
pak per hari dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi. Selain itu, konsumsi
garam juga dikatakan dapat mempengaruhi kejadian hipertensi. Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel
agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

6
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Orang-orang yang minum alkohol terlalu
sering, kebanyakan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu
yang tidak minum atau sedikit minum alkohol. Obesitas juga erat kaitannya
dengan kejadian hipertensi. Seseorang dengan berat badan meningkat di atas
berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Selain itu, faktor
kurangnya berolah raga juga dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya
obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya
hipertensi. Faktor yang dapat dikontrol terakhir adalah stress. Apabila stress
terjadi secara berkepanjangan maka dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi.

Sedangkan tindakan pencegahan hipertensi dapat dipengaruhi oleh faktor


kepercayaan, budaya dan akses informasi. Masih adanya budaya dan
kepercayaan yang menganggap bahwa hipertensi tidak akan menyerang
seseorang hanya karena kurang aktivitas fisik ataupun pola konsumsi makan
yang buruk. Selain itu, kurangnya akses informasi tentang bahaya hipertensi juga
memberikan pengaruh terhadap terhambatnya tindakan pencegahan hipertensi.

2.3 Tujuan

2.3.1 Tujuan umum

Menurunkan angka kejadian hipertensi dan penyakit komplikasi lainnya yang


disebabkan oleh hipertensi.

2.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah hipertensi

b. Menurunnya angka hipertensi di Kota Semarang minimal 60% pada tahun


2019

7
c. Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dipicu oleh
hipertensi

2.4 Sasaran

Sasaran dalam pencegahan hipertensi ini adalah remaja yang berusia 15-18
tahun.

2.5 Kebijakan

1. Pencegahan hipertensi dapat dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan


masyarakat, dengan menerapkan prinsip keterpaduan antara pihak terkait.

2. Mengupayakan pemerataan jangkauan upaya pencegahan hipertensi baik


terhadap sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah.

3. Mengupayakan pencegahan yang bermutu

4. Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan


program dan anggaran terpadu.

2.6 Strategi

1. Memberikan akses informasi dan pelayanan masyarakat


2. Membangun kemitraan dengan sistem pemberdayaan

2.7 Pedoman Pemberdayaan

1. Menerapkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk menentukan


prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan yang berhubungan dengan
pencegahan hipertensi
2. Pelaksanaan sesuai dengan standar dan kebutuhan
3. Memanfaatkan perkembangan metode dan teknologi yang berkualitas,efektif,
dan efisien
4. Meningkatkan advokasi, fasilitas dan pembinaan

8
BAB III

PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN REMAJA TENTANG


GAYA HIDUP SEHAT UNTUK MENGURANGI ANGKA KEJADIAN
HIPERTENSI

Dalam pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat , langkah pertama yang
dapat dilakukan oleh organisasi masyarakat setempat dan LSM yaitu dengan mencari
dukungan kebijakan kepada para pengambil keputusan di Kabupaten/Kota
(Bupati/Walikota/DPRD). Dalam pelaksanaan advokasi di tingkat kabupaten/kota,
ormas dan LSM bisa bekerja sama dengan Dinas Kesehatan atau pihak terkait lainnya
yang dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan di kabupaten/kota. Upaya
ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dalam pelaksanaan
program pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mengurangi angka
kejadian hipertensi. Setelah mendapat dukungan dari pihak kabupaten/kota, langkah
berikutnya yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pengembangan tim di tingkat kecamatan


Di tingkat kecamatan, organisasi masyarakat/LSM bersama dengan
pimpinan puskesmas yang dipimpin oleh camat, membentuk tim
pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mencegah hipertensi.
Tim pemberdayaan dapat terdiri dari :
a. Camat dan staf
b. Kepala puskesmas dan staf
c. Kepala kantor dinas pendidikan
d. Petugas promosi kesehatan
e. Ormas/LSM yang peduli kesehatan

9
f. Tokoh masyarakat
g. Tokoh agama

Peran tim pemberdayaan remaja ini antara lain:

 Menganalisis gaya hidup remaja saat ini


 Mengkordinasikan sumber daya (tenaga, dana, sarana) dari lintas
sektor terkait untuk kegiatan pemberdayaan remaja di
desa/kelurahan
 Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pemecahan masalah dalam
pencegahan hipertensi
 Memantau dan mengevaluasi program pemberdayaan remaja tentang
gaya hidup sehat
2. Lokakarya di tingkat kecamatan
Lokakarya diselenggarakan di tingkat kecamatan yang diikuti oleh tim
pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat tingkat kecamatan dan
Kepala desa/kelurahan. Tujuannya yaitu:
a. Menyamakan persepsi tentang pencegahan hipertensi
b. Mengidentifikasi masalah hipertensi dan berbagai hambatan dalam
melakukan pencegahannya.
c. Menentukan desa/kelurahan yang akan diberdayakan
d. Menyusun rencana tindak lanjut untuk pemberdayaan masyarakat.

Pelaksanaan lokakarya:

a. Lokakarya dibuka dan dipimpin oleh Camat sebagai ketua tim


pemberdayaan remaja
b. Penyajian data remaja tingkat kecamatan dan desa/kelurahan yang
meliputi sasaran, cakupan, kualitas dan kuantitas remaja, transportasi,
dan gaya hidupnya
c. Diskusi untuk menentukan rencana tindak lanjut pemberdayaan remaja
tentang gaya hidup sehat.

10
Rencana tindak lanjut meliputi:

a. Advokasi di tingkat desa/kelurahan yang dilakukan oleh tim


pemberdayaan kecamatan berdasarkan hasil lokakarya di tingkat
kecamatan
b. Sosialisasi kegiatan pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat
untuk memperoleh kesepakatan dan dukungan dari seluruh masyarakat
c. Pelatihan kader/tim pemberdaya dari berbagai ormas/LSM di
desa/kelurahan yang akan diberdayakan
d. Pelatihan motivator toma dan toga oleh ormas/LSM
e. Monitoring dan evaluasi
f. Pembagian tugas tim pemberdayaan. Masing-masing anggota tim
melaksanakan peran sesuai dengan tugas dan fungsinya yang telah
disepakati pada lokakarya.
3. Pengembangan tim pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat di
tingkat desa/kelurahan
Di tingkat desa/kelurahan, ormas/LSM membentuk atau menggunakan tim
yang sudah ada, dengan dipimpin oleh kepala desa/kelurahan. Tim tersebut
terdiri dari :
- Kepala desa beserta jajarannya
- Kader kesehatan
- Tokoh masyarakat
- Tokoh agama
- Ormas/LSM
4. Pertemuan tingkat desa
Pertemuan ini bertujuan untuk menyiapkan tim pemberdayaan masyarakat
tingkat desa/keluraharan yang bertujuan utuk:
a. Menyamakan persepsi tentang permasalahan hipertensi
b. Menggalang kesepakatan untuk pencegahan hipertensi

11
c. Mendayagunakan potensi sumber daya yang dimiliki dan meminta
dukungan fasilitas dari jajaran yang lebih tinggi jika diperlukan
d. Kesepakatan untuk melakukan gaya hidup sehat

Pelaksanaan lokakarya:

a. Lokakarya dibuka dan dipimpin oleh Kepala Desa/Kelurahan sebagai


ketua tim pemberdayaan remaja
b. Penyajian data remaja tingkat desa/kelurahan yang meliputi sasaran,
cakupan, kualitas dan kuantitas remaja, transportasi, dan gaya hidupnya
c. Diskusi guna menentukan rencana perbaikan gaya hidup sehat dan
pelaksanaannya.
d. Menentukan pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD)
5. Survei Mawas Diri (SMD)
SMD adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian
masyarakat kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat
setempat di bawah bimbingan kepala desa/kelurahan dan petugas kesehatan
(petugas puskesmas, bidan desa), (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini, SMD
merupakan pengenalan tentang masalah hipertensi yang dilakukan oleh
kader dan tokoh masyarakat.
a. Tujuan SMD
- Dilaksanakannya pengumpulan data terkait masalah hipertensi di
desa/kelurahan yang akan diberdayakan
- Mengkaji dan menganalisis masalah gaya hidup remaja terkait
kejadian dan pencegahan hipertensi
- Mengenali potensi yang terdapat di desa/kelurahan yang dapat
digunakan untuk mengatasi masalah
- Timbul kesadaran masyarakat khususnya remaja untuk melakukan
gaya hidup sehat agar terhindar dari hipertensi.

12
b. Pelaksana SMD
SMD dilaksanakan oleh kader kesehatan dan tokoh masyarakat setempat
yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa.
c. Waktu Pelaksanaan SMD
Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan
desa.
d. Cara Pelaksanaan SMD
- Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara melalui
kunjungan ke rumah warga atau diskusi dengan kepala/anggota
keluarga, sekaligus melakukan observasi dan pemeriksaan fisik rumah
dan lingkungannya
- Wawancana mendalam (Forum Group Discussion/FGD) secara
berkelompok.
e. Data yang perlu dikumpulkan pada SMD adalah:
- Pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai pencegahan hipertensi
- Ada tidaknya faktor yang memicu hipertensi
- Gaya hidup yang diterapkan dalam keluarga
- Ada tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang dipicu oleh
hipertensi
- Dukungan keluarga/masyarakat dalam mencegah hipertensi
- Pedoman pemberdayaan
- Tokoh yang paling berpengaruh dalam mengambil keputusan terkait
dengan pencegahan hipertensi
f. Perumusan masalah SMD
1. Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan petugas kesehatan
mengelola hasil data SMD secara sederhana sehingga diketahui
berbagai masalah hipertensi yang ada di desa/kelurahan tersebut.
2. Hasil SMD memberikan gambaran mengenai berbagai masalah,
penyebab masalah dan faktor yang mempengaruhi hipertensi, serta

13
daftar potensi di desa/kelurahan yang dapat didayagunakan dalam
mengatasi masalah yang ada di desa/kelurahan tersebut
3. Hasil SMD dibahas di Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
6. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil Survei
Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari Suvei Mawas Diri (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini, MMD
dilaksanakan dengan melakukan pertemuan perwakilan warga desa, tim
pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat di tingkat desa dan
kecamatan. Pertemuan ini membahas hasil SMD dan merencanakan
pemecahan masalah hipertensi.
a. Tujuan Musyawawah Masyarakat Desa
1) Masyarakat mengenal masalah hipertensi di wilayahnya
2) Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah hipertensi
3) Masyarakat menyepakati prioritas masalah yang akan dipecahkan
4) Masyarakat menyepakati langkah-langkah dalam pemecahan
masalah dengan mendayagunakan potensi yang ada
5) Masyarakat menyusun rencana pemecahan masalah hipertensi
b. Tempat dan Waktu Pelaksanaan MMD
MMD dilaksanakan di balai desa/kelurahan atau tempat pertemuan lain
yang ada di desa/kelurahan tersebut. MMD ini dilaksanakan segera
setelah SMD dilaksanakan.
c. Pelaksanaan MMD
1. Pembukaan dengan menguraikan tujuan MMD yang dipimpin oleh
kepala desa/kelurahan serta menghimbau seluruh peserta untuk aktif
mengemukakan pendapat dan pengalamannya sehingga membantu
dalam pemecahan masalah hipertensi yang dihadapi
2. Perkenalan peserta yang dipimpin oleh kader kesehatan/tokoh
masyarakat untuk menimbulkan keakraban

14
3. Pengenalan masalah hipertensi oleh masyarakat sendiri melalui
curah pendapat dengan alat peraga, poster dll dengan dipimpin kader
kesehatan
4. Penyajian hasil SMD oleh kader kesehatan selaku tim pelaksana
SMD
5. Menggali dan mengenali potensi yang ada di masyarakat untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
6. Perumusan dan penentuan prioritas masalah hipertensi atas dasar
pengenalan masalah dan hasil SMD, dilanjut dengan rekomendasi
teknis dari petugas kesehatan di desa/kelurahan, kecamatan atau
kabupaten
7. Penyusunan rencana penanggulangan hipertensi dengan dipimpin
oleh kepala desa/kelurahan
8. Penutup.
Rencana kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:
 Kegiatan apa yang akan dilaksanakan
 Dimana tempatnya
 Siapa yang akan melaksanakan kegiatan tersebut
 Kapan dan berapa lama kegiatan berlangsung
 Bagaimana cara memantaunya
 Sumber dana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
 Potensi yang ada di desa/kelurahan
 Siapa saja yang perlu dilibatkan
 Target yang ingin dicapai baik kuantitas maupun kualitasnya.
7. Pelaksanaan Kegiatan
a. Sosialisasi rencana kerja pemecahan masalah hipertensi oleh tim
pemberdaya ke seluruh masyarakat di desa/kelurahan tersebut dengan
memanfaatkan pertemuan rutin yang sudah ada
b. Semua pihak melakukan kegiatan sesuai tugas yang telah disepakati
dalam rencana kerja pemecahan masalah baik berupa pelatihan/orientasi

15
petugas/ormas/LSM/kader kesehatan, penyuluhan
individu/kelompok/massa, kunjungan rumah, serta penyiapan
sarana/media.
c. Pertemuan tim pemberdayaan secara rutin untuk memantau kemajuan
pelaksanaan kegiatan.
8. Pemantauan dan Evaluasi
a. Pemantauan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sumber
daya yang tersedia, seberapa jauh proses kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana yang disepakati dan hasil yang dicapai
b. Evaluasi adalah proses menilai hasil seluruh kegiatan yang telah
dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pemantauan dan
evaluasi dilaksanakan oleh masyarakat dan tim pemberdayaan, sesuai
dengan waktu yang telah disepakati pada waktu perencanaan kegiatan.
9. Pembinaan dan Perluasan
a. Pembinaan dilakukan secara terus menerus terhadap seluruh proses
kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa/kelurahan
b. Pembinaan dilakukan melalui pertemuan, pengamatan langsung,
supervisi dan MMD
c. Perluasan dilakukan baik berdasarkan kegiatan maupun jangkauan
wilayah yang akan dicapai.
g.

16
BAB IV

INDIKATOR KEBERHASILAN

Upaya pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mengurangi angka
kejadian hipertensi dapat diukur dari tiga kelompok indikator, yaitu :

4.1 Indikator Input


Indikator input adalah ukuran untuk melihat seberapa besar input telah diberikan
dalam proses pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mengurangi
angka kejadian hipertensi. Indikator input mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Para pemimpin, tokoh masyarakat formal dan non formal ikut berpartisipasi
dalam kegiatan pemberdayaan
b. Jumlah masyarakat yang berperan memfasilitasi kegiatan pemberdayaan
c. Tersedianya data atau catatan jumlah remaja yang ikut dalam pemberdayaan
d. Ketersediaan bahan, alat serta material yang digunakan dalam kegiatan
pemberdayaan.
4.2 Indikator Proses
Indikator proses menunjukan ukuran keaktifan proses yang dilakukan di
desa/wilayah bersangkutan dalam pemberdayaan remaja tentang gaya hidup
sehat untuk mengurangi angka kejadian hipertensi. Ukuran yang dapat digunakan
antara lain:
a. Frekuensi pertemuan kader kesehatan dengan masyarakat
b. Terlaksananya survei mawas diri tentang hipertensi
c. Berfungsi atau tidaknya kader kesehatan/tokoh masyarakat
d. Terlaksananya gaya hidup remaja yang lebih sehat
e. Terlaksananya monitoring dan evaluasi di setiap desa/kelurahan bersangkutan
secara rutin dan teratur.

17
4.3 Indikator Output
Indikator output untuk mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan
pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mencegah angka kejadian
hipertensi. Indikator output mencakup hal-hal berikut:
a. Peningkatan gaya hidup sehat yang dilakukan oleh remaja
b. Menurunnya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh hipertensi
c. Meningkatnya derajat kesehatan di masyarakat

18
BAB V

PENUTUP

Makalah pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mengurangi


angka kejadian hipertensi, khususnya di Kota Semarang ini bisa menjadi panduan
dalam melakukan pemberdayaan masyarakat terutama dalam upaya pencegahan
hipertensi untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Selanjutnya,
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan dapat diterapkan di wilayah yang lain.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sugiharto, Aris. 2007. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II Pada Masyarakat.


Tesis Program studi magister Epidemiologi.
https://core.ac.uk/download/files/379/11716395.pdf

Yeni, Yufita., Djannah, Sitti Nur., Solikhah. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta. Vol. 4, No 2.
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/1027/759. Diakses pada
25 Mei 2016

Press Release Pb Papdi Dalam Rangka Hari Kesehatan Sedunia 2013.


http://www.pbpapdi.org/images/file_berita/PRESS%20RELEASE%20PB%20PAPDI
%20(revisi).doc . diakses pada 20 Mei 2016

Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar Terhindar dari Kerusakan Organ Jantung,
Otak dan Ginjal. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf diakses pada 26 Mei 2016

http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus.Meni
ngkat

http://documents.tips/documents/musyawarah-masyarakat-desa.html

20

Anda mungkin juga menyukai