Disusun oleh :
A-2014
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
1
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT sang pencipta alam
semesta, manusia dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat
limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Advokasi Komunikasi dan Mobilisasi Sosial, serta merupakan bentuk
langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
tantangan besar bagi Indonesia. Saat ini hipertensi merupakan kondisi yang sering
ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Hipertensi merupakan masalah
kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai data
Riskesdas 2013.
Berdasarkan data pola 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2010,
prevalensi kasus hipertensi sebesar 8,24% diantaranya 3,49% pada laki-laki dan
4,75% pada perempuan. Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit dengan
Case Fatality Rate tertinggi setelah pneumonia yaitu 4,81% (Kemenkes RI,
2012).
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai di antara penyakit tidak
menular lainnya. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang mempunyai
prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Kasus tertinggi penyakit
tidak menular tahun 2012 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah
adalah penyakit hipertensi esensial. Prevalensi kasus hipertensi primer/esensial di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 1,67% mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,96% (Dinkes Provinsi Jawa Tengah,
2013).
Kepedulian untuk mengenal hipertensi sejak dini sangat penting sebab jika
hipertensi terjadi pada usia muda dan tidak dikontrol, maka besar kemungkinan
dapat memicu pikun, stroke hingga demensia vascular. Meskipun salah satu
penyebab terjadinya hipertensi adalah faktor keturunan yang tidak dapat
dihindari, namun pencegahan dini agar risiko komplikasi akibat hipertensi bisa
diatasi sejak dini. Pengendalian hipertensi bukan hanya pada mengatasi dengan
obat-obatan, namun juga dengan mengukur tekanan darah secara rutin. Sementara
itu, hal yang mudah dilakukan untuk menghindari hipertensi terutama bagi
generasi muda adalah dengan melakukan gaya hidup sehat dengan berbagai
modifikasinya.
1.2 Pemasalahan
4
Masih tingginya prevalensi penyakit hipertensi di wilayah Jawa Tengah,
khususnya kota Semarang (42,4% ; Dinkes, 2013). Oleh karena itu diperlukan
suatu strategi untuk mencegah dan mengurangi hipertensi. Sehingga, penyakit
yang dipicu oleh hipertensi seperti jantung, stroke dan gagal ginjal juga dapat
dicegah.
5
BAB II
PERENCANAAN PROGRAM
2.1 Pengertian
6
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Orang-orang yang minum alkohol terlalu
sering, kebanyakan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu
yang tidak minum atau sedikit minum alkohol. Obesitas juga erat kaitannya
dengan kejadian hipertensi. Seseorang dengan berat badan meningkat di atas
berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Selain itu, faktor
kurangnya berolah raga juga dapat meningkatkan kemungkinan timbulnya
obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya
hipertensi. Faktor yang dapat dikontrol terakhir adalah stress. Apabila stress
terjadi secara berkepanjangan maka dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi.
2.3 Tujuan
7
c. Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dipicu oleh
hipertensi
2.4 Sasaran
Sasaran dalam pencegahan hipertensi ini adalah remaja yang berusia 15-18
tahun.
2.5 Kebijakan
2.6 Strategi
8
BAB III
Dalam pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat , langkah pertama yang
dapat dilakukan oleh organisasi masyarakat setempat dan LSM yaitu dengan mencari
dukungan kebijakan kepada para pengambil keputusan di Kabupaten/Kota
(Bupati/Walikota/DPRD). Dalam pelaksanaan advokasi di tingkat kabupaten/kota,
ormas dan LSM bisa bekerja sama dengan Dinas Kesehatan atau pihak terkait lainnya
yang dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan di kabupaten/kota. Upaya
ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dalam pelaksanaan
program pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mengurangi angka
kejadian hipertensi. Setelah mendapat dukungan dari pihak kabupaten/kota, langkah
berikutnya yang dapat dilakukan antara lain:
9
f. Tokoh masyarakat
g. Tokoh agama
Pelaksanaan lokakarya:
10
Rencana tindak lanjut meliputi:
11
c. Mendayagunakan potensi sumber daya yang dimiliki dan meminta
dukungan fasilitas dari jajaran yang lebih tinggi jika diperlukan
d. Kesepakatan untuk melakukan gaya hidup sehat
Pelaksanaan lokakarya:
12
b. Pelaksana SMD
SMD dilaksanakan oleh kader kesehatan dan tokoh masyarakat setempat
yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa.
c. Waktu Pelaksanaan SMD
Waktu SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan pertemuan
desa.
d. Cara Pelaksanaan SMD
- Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara melalui
kunjungan ke rumah warga atau diskusi dengan kepala/anggota
keluarga, sekaligus melakukan observasi dan pemeriksaan fisik rumah
dan lingkungannya
- Wawancana mendalam (Forum Group Discussion/FGD) secara
berkelompok.
e. Data yang perlu dikumpulkan pada SMD adalah:
- Pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai pencegahan hipertensi
- Ada tidaknya faktor yang memicu hipertensi
- Gaya hidup yang diterapkan dalam keluarga
- Ada tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang dipicu oleh
hipertensi
- Dukungan keluarga/masyarakat dalam mencegah hipertensi
- Pedoman pemberdayaan
- Tokoh yang paling berpengaruh dalam mengambil keputusan terkait
dengan pencegahan hipertensi
f. Perumusan masalah SMD
1. Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan petugas kesehatan
mengelola hasil data SMD secara sederhana sehingga diketahui
berbagai masalah hipertensi yang ada di desa/kelurahan tersebut.
2. Hasil SMD memberikan gambaran mengenai berbagai masalah,
penyebab masalah dan faktor yang mempengaruhi hipertensi, serta
13
daftar potensi di desa/kelurahan yang dapat didayagunakan dalam
mengatasi masalah yang ada di desa/kelurahan tersebut
3. Hasil SMD dibahas di Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
6. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
MMD adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil Survei
Mawas Diri dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang
diperoleh dari Suvei Mawas Diri (Depkes RI, 2007). Dalam hal ini, MMD
dilaksanakan dengan melakukan pertemuan perwakilan warga desa, tim
pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat di tingkat desa dan
kecamatan. Pertemuan ini membahas hasil SMD dan merencanakan
pemecahan masalah hipertensi.
a. Tujuan Musyawawah Masyarakat Desa
1) Masyarakat mengenal masalah hipertensi di wilayahnya
2) Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah hipertensi
3) Masyarakat menyepakati prioritas masalah yang akan dipecahkan
4) Masyarakat menyepakati langkah-langkah dalam pemecahan
masalah dengan mendayagunakan potensi yang ada
5) Masyarakat menyusun rencana pemecahan masalah hipertensi
b. Tempat dan Waktu Pelaksanaan MMD
MMD dilaksanakan di balai desa/kelurahan atau tempat pertemuan lain
yang ada di desa/kelurahan tersebut. MMD ini dilaksanakan segera
setelah SMD dilaksanakan.
c. Pelaksanaan MMD
1. Pembukaan dengan menguraikan tujuan MMD yang dipimpin oleh
kepala desa/kelurahan serta menghimbau seluruh peserta untuk aktif
mengemukakan pendapat dan pengalamannya sehingga membantu
dalam pemecahan masalah hipertensi yang dihadapi
2. Perkenalan peserta yang dipimpin oleh kader kesehatan/tokoh
masyarakat untuk menimbulkan keakraban
14
3. Pengenalan masalah hipertensi oleh masyarakat sendiri melalui
curah pendapat dengan alat peraga, poster dll dengan dipimpin kader
kesehatan
4. Penyajian hasil SMD oleh kader kesehatan selaku tim pelaksana
SMD
5. Menggali dan mengenali potensi yang ada di masyarakat untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
6. Perumusan dan penentuan prioritas masalah hipertensi atas dasar
pengenalan masalah dan hasil SMD, dilanjut dengan rekomendasi
teknis dari petugas kesehatan di desa/kelurahan, kecamatan atau
kabupaten
7. Penyusunan rencana penanggulangan hipertensi dengan dipimpin
oleh kepala desa/kelurahan
8. Penutup.
Rencana kerja meliputi hal-hal sebagai berikut:
Kegiatan apa yang akan dilaksanakan
Dimana tempatnya
Siapa yang akan melaksanakan kegiatan tersebut
Kapan dan berapa lama kegiatan berlangsung
Bagaimana cara memantaunya
Sumber dana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
Potensi yang ada di desa/kelurahan
Siapa saja yang perlu dilibatkan
Target yang ingin dicapai baik kuantitas maupun kualitasnya.
7. Pelaksanaan Kegiatan
a. Sosialisasi rencana kerja pemecahan masalah hipertensi oleh tim
pemberdaya ke seluruh masyarakat di desa/kelurahan tersebut dengan
memanfaatkan pertemuan rutin yang sudah ada
b. Semua pihak melakukan kegiatan sesuai tugas yang telah disepakati
dalam rencana kerja pemecahan masalah baik berupa pelatihan/orientasi
15
petugas/ormas/LSM/kader kesehatan, penyuluhan
individu/kelompok/massa, kunjungan rumah, serta penyiapan
sarana/media.
c. Pertemuan tim pemberdayaan secara rutin untuk memantau kemajuan
pelaksanaan kegiatan.
8. Pemantauan dan Evaluasi
a. Pemantauan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sumber
daya yang tersedia, seberapa jauh proses kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana yang disepakati dan hasil yang dicapai
b. Evaluasi adalah proses menilai hasil seluruh kegiatan yang telah
dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pemantauan dan
evaluasi dilaksanakan oleh masyarakat dan tim pemberdayaan, sesuai
dengan waktu yang telah disepakati pada waktu perencanaan kegiatan.
9. Pembinaan dan Perluasan
a. Pembinaan dilakukan secara terus menerus terhadap seluruh proses
kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa/kelurahan
b. Pembinaan dilakukan melalui pertemuan, pengamatan langsung,
supervisi dan MMD
c. Perluasan dilakukan baik berdasarkan kegiatan maupun jangkauan
wilayah yang akan dicapai.
g.
16
BAB IV
INDIKATOR KEBERHASILAN
Upaya pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mengurangi angka
kejadian hipertensi dapat diukur dari tiga kelompok indikator, yaitu :
17
4.3 Indikator Output
Indikator output untuk mengukur seberapa besar dampak dari kegiatan
pemberdayaan remaja tentang gaya hidup sehat untuk mencegah angka kejadian
hipertensi. Indikator output mencakup hal-hal berikut:
a. Peningkatan gaya hidup sehat yang dilakukan oleh remaja
b. Menurunnya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh hipertensi
c. Meningkatnya derajat kesehatan di masyarakat
18
BAB V
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
Yeni, Yufita., Djannah, Sitti Nur., Solikhah. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta. Vol. 4, No 2.
http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/1027/759. Diakses pada
25 Mei 2016
Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar Terhindar dari Kerusakan Organ Jantung,
Otak dan Ginjal. http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi.pdf diakses pada 26 Mei 2016
http://health.kompas.com/read/2013/04/05/1404008/Penderita.Hipertensi.Terus.Meni
ngkat
http://documents.tips/documents/musyawarah-masyarakat-desa.html
20