Anda di halaman 1dari 10

MANIFESTASI KLINIS

Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian pula pada orang usia
lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering tidak tampak. Tergantung pada
beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringa sampai berat. Keluhan yang sering
timbul diantaranya adalah :

1. Peningkatan frekuensi denyut jantung


2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas dan
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat badan (tampak kurus), peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar.
6. Gondok (biasanya) yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak tahan panas
9. Cepat letih
10. Tanda bruit
11. Hadi sedikit atau tidak tetap
12. Mata melotok (exoptalamus)

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:

1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf
pusat atau kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia

PENATALAKSNAAN

Konservatif

Tata laksana penyakit graves

1. Obat anti tiroid : obat ini menghambat prudksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.
 Pengobatan jangka panjangn dengan obat-obatan antirioid seperti PTU atau
methimazol yang diberikan paling sedikit selama 1 tahun. Obat-obatan ini menyekat
sintesis dan pelepasan tiroksin.

Penyekat beta seperti propranolol diberikan bersaam dengan obat-oba tantitiroid.


Karena manisfestasi klinis hipertiroidsme adalah akibat dari pengaktifan simpatis yang
dirangsang oleh hormone tiroid. Maka manifestasi klinis tersebut berkurang dengan
pemberian penyekat beta. Penyekat beta menurunkan takikardi, kegelisahan dan
berkeringat berlebihan. Propranolol juga menghambat perubahan tiroksin perifer
menjadi triodotironin. Indikasi :

a. Mendapatkan remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda
dengan struma ringan , sedang dan tiroktosikosis.
b. Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif.
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pasien hamil, usia lanjut
e. Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi
eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam
4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid,
pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta
Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi
dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid
selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan, dan dinilai apakah tejadi
remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien
masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau
terjadi kolaps.

Lama terapi dengan obat-obat antitiroid pada penyakit Graves cukup bervariasi dan
dapat berkisar dari 6 bulan sampai 20 tahun. Remisi yang dipertahankan dapat
diramalkan dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Kelenjar tiroid kemabali normal ukurannya

2) Pasien dikontrol dengan obat antitiroid dosis yang relative kecil

3) TSH R Ab [stim] tidak lagi dideteksi dalam serum

4) Jika kelenjar tiroid kembali secara normal bisa disupresi setelah pemberian
liotironin.
Surgical

Radioaktif iodine

Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif,


kontraindikasi untuk anak-anak dan wanita hamil.

Tiroidektomi

Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar.

KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS GRAVES DISEASE

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik


(thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai
1060F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian. Komplikasi lainnya
adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Hipertiroid yang
terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik


(thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah
yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai
106°F), dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian. Komplikasi lainnya
adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati graves, dermopati graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.Hipertiroid yang terjadi
pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
Oftalmopati Graves’ terjadi akibat infiltrasi limfosit pada otot-otot ekstraokuler
disertai dengan reaksi inflamasi akut. Rongga mata dibatasi oleh tulang-tulang orbita
sehingga pembengkakan otot-otot ekstraokuler akan menyebabkan proptosis
(penonjolan) dari bola mata dan gangguan pergerakan otot-otot bola mata, sehingga
dapat terjadi diplopia. Pembesaran otototot bola mata dapat diketahui dengan
pemeriksaan CT scanning atau MRI. Bila pembengkakan otot terjadi dibagian
posterior, akan terjadi penekanan nervus opticus yang akan menimbulkan kebutaan.
Oftalmopati Graves’ terjadi akibat infiltrasi limfosit pada otot-otot ekstraokuler
disertai dengan reaksi inflamasi akut. Rongga mata dibatasi oleh tulang-tulang orbita
sehingga pembengkakan otot-otot ekstraokuler akan menyebabkan proptosis
(penonjolan) dari bola mata dan gangguan pergerakan otot-otot bola mata, sehingga
dapat terjadi diplopia. Pembesaran otototot bola mata dapat diketahui dengan
pemeriksaan CT scanning atau MRI. Bila pembengkakan otot terjadi dibagian
posterior, akan terjadi penekanan nervus opticus yang akan menimbulkan kebutaan.

Graves’ disease biasanya memiliki respon yang baik terhadap pengobatan. Operasi
tiroid atau pemberian iodium radioaktif biasanya mengarah kepada kejadian
hipotiroid, jika tanpa dibarengi dengan pemberian pengganti hormon tiroid
LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tan Rosijati
No RM : 18007889
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen
Alamat : Jalan DAM Tukad Badung No 1, Denpasar
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal MRS : 12 April 2018
Tanggal Pemeriksaan : 26 November 2019

3.2 ANAMNESIS
Keluhan utama: Gemeter
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli RSUP Sanglah Denpasar pada tanggal 12 April 2018 dengan
keluhan tangan dan kaki gemeter. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu,
namun memberat 1 hari SMRS. Pasien juga mengatakan keluhan gemeter ini tanpa
sebab yang jelas dan dirasakan hilang timbul. Gemeter dikatakan membaik saat
istirahat. Keluhan lain juga dirasakan oleh pasien yaitu dada berdebar-debar. Dada
berbedar-debar juga dirasakan hilang timbul. Namun, kadang bersamaan dengan
tangan serta kaki yang berdebar. Keluhan dada berdebar ini timbul tanpa dipengaruhi
oleh aktivitas. Pasien juga mengeluhkan adanya sakit kepala, sakit kepala dikatakan
berdenyut. Bila serangan timbul, pasien kadang merasa mual bahkan sekali muntah.
Selain itu pasien mengeluhkan sering berkeringat. Walaupun pasien tidak sedang
beraktivitas berat tidak berada dibawah sinar matahari.

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan


Pasien tidak pernah memiliki riwayat terkena cacar air maupun gejala yang
sama sebelumnya. Pasien mengaku lupa, sudah pernah vaksin atau belum. Pasien
memiliki riwayat hemorrhoid grade 1 beberapa tahun yang lalu, namun sekarang sudah
tidak bermasalah lagi. Pasien mengeluhkan memiliki riwayat sakit maag. Riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, jantung, dan paru disangkal oleh pasien.
Ketika pasien di RSUP Sanglah, pasien mendapat pengobatan bedak salisil, Acyclovir,
Fluconazole, Ceftriaxone, Ranitidine, Metronidazole, Paracetamol dan Gentamycin
salep. Di RSUP Sanglah, pasien juga sudah dilakukan pemeriksaan PITC dan hasilnya
negatif.

Riwayat Keluarga
Pasien tinggal bersama 3 anaknya, istri dan kedua orang tuanya. Anaknya yang ke dua
memiliki riwayat terkena cacar air kurang lebih 5 tahun tahun yang lalu. Selain itu,
keluarganya yang lain tidak memiliki riwayat atau gejala yang sama dengan pasien
dalam beberapa tahun terakhir. Riwayat hipertensi, DM, penyakit ginjal, dan jantung
disangkal.

Riwayat Pribadi dan Sosial.


Pasien bekerja sebagai supir travel. Sehari-hari pasien bekerja sebagai
pengantar turis khusus turis dari Cina dan Rusia. Setiap harinya pasien duduk dan
jarang melakukan aktivitas fisik. Pasien mengaku biasanya BAB di sembarang tempat
saat terdesak di tempat-tempat pemberhentian mobil. Pasien juga mengatakan tidak
ingat kalau ada tamunya yang memiliki gejala yang serupa dengan pasien. Pasien
memiliki riwayat merokok sejak kurang lebih sepuluh tahun yang lalu, namun sudah
berhenti sejak lima tahun yang lalu. Riwayat minum alkohol disangkal. Riwayat
berhubungan bebas disangkal. Pasien memiliki tato di kedua pahanya, tato dibuat di
Denpasar sekitar 10 tahun yang lalu.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Tanda-Tanda Vital (07/05/2018)
Kondisi Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu aksila : 36,3o C
VAS : 0/10
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 165 cm
IMT : 20.20 kg/m2 (gizi baik)

Pemeriksaan Umum (07/05/2018)


Kepala : Bentuk normal, gerak normal
Wajah : Vesikel (+), Krusta (+) regio frontal, zygomaticus, dan colli
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera kekungingan -/-, reflek pupil +/+ isokor,
edema palpebra -/-
THT :
- Telinga : Daun telinga N/N, sekret tidak ada, pendengaran normal
- Hidung : Sekret tidak ada, tidak ada deviasi septum nasi
- Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
- Lidah : Oral plaque (+), ulkus (-), papil lidah atrofi (-)
- Bibir : Basah, stomatitis (-), sianosis (-)
Leher : JVP PR ± 0 cmH2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thoraks : Simetris
Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, kuat angkat (-), thrill (-)
Perkusi : Batas kanan jantung : parasternal line dekstra
Batas kiri jantung : anterior axillary line ICS VI
Auskultasi: S1 tunggal, S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus normal/normal, pergerakan simetris
Perkusi : Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor

Auskultasi : Vesikuler + + Ronchi - - Wheezing - -

++ - - - -

++ - - - -

Abdomen :
 Inspeksi : distensi (-), meteorismus (-), spider nevi (-)
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : timpani (+)

Ekstremitas : Hangat + + Edema - - eritema palmaris (-)


+ + - -
DAFTAR PUSTAKA

1. Smith, T. J., & Hegedüs, L. (2016). Graves’ disease. New England


Journal of Medicine, 375(16), 1552-1565.

2. Burch, H. B., & Cooper, D. S. (2015). Management of Graves disease:


a review. Jama, 314(23), 2544-2554.

3. Biondi, B., & Cooper, D. S. (2018). Subclinical hyperthyroidism. New


England Journal of Medicine, 378(25), 2411-2419.

4. Ross, D. S., Burch, H. B., Cooper, D. S., Greenlee, M. C., Laurberg, P.,
Maia, A. L., ... & Walter, M. A. (2016). 2016 American Thyroid
Association guidelines for diagnosis and management of
hyperthyroidism and other causes of thyrotoxicosis. Thyroid, 26(10),
1343-1421.

Anda mungkin juga menyukai