FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
KELAINAN TIROID
SKENARIO 1
Munir adalah seorang dokter umum di puskesmas pesisir timur Aceh. Suatu hari, datanglah
seorang pasien ke puskesmas tempat dia berjaga. Pasien adalah Ny. Z yang berusia 22 tahun.
Pasien hamil 7 minggu. Pasien ini mengeluhkan sesak nafas yang berhubungan dengan
aktifitas. Pasien juga mengeluhkan demam, jantung sering berdebar, dan jari gemetar. Dia
mengeluhkan berat badan yang turun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu dia juga
mengeluh tidak tahan panas. Pada pemeriksaan fisik didapat adanya benjolan di leher tengah
pasien. Suhu tubuh 39 °C. Munir curiga pasien mengalami krisis tiroid. Dia lalu bergegas
untuk merujuk pasien ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan. Pasien
awalnya menolak untuk dirujuk. Namun setelah dijelaskan bahwa rumah sakit memiliki alat
pemeriksaan nuklir tiroid, ruang operasi yang baik dan persediaan obat tiroid lengkap,
akhirnya pasien setuju untuk dirujuk. Disaat yang hampir bersamaan, datanglah pasien kedua.
Anak M usia 7 tahun. Dia dibawa ibunya dengan keluhan leher dan wajah bengkak dan sulit
menelan. Ibu pasien juga mengeluhkan pertumbuhan si anak yang terhambat dan kelihatan
lebih pendek dibanding teman-teman sebayanya. Selain itu dia sering lemas dan cepat merasa
kedinginan. Ibu pasien khawatir dengan benjolan di leher anaknya. Dia takut jika anaknya
menderita kanker tiroid atau nodul tiroid, seperti yang dia baca di situs internet. Apa saja
kemungkinan sakit si anak? Bagaimana cara Munir menjelaskan mekanisme dan klasifikasi
dari gangguan yang diderita si anak?bagaimanakah hubungan antara pasien pertama dan
kedua?
JUMP 1 TERMINOLOGI
1. Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang
lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher yang menutupi cincin trakea 2 dan 3.
Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan dalam
folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas
tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim
endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk
kemudian dapat berefek pada organ target.
2. Krisis Tiroid
Krisis tiroid adalah komplikasi yang muncul akibat tingginya kadar hormon tiroid
dalam darah (hipertiroidisme) yang tidak ditangani.
3. Nuklir Tiroid
Pengobatan nuklir yg digunakann untuk pendekatan dalam mengobati kanker dgn
menggunakan radioaktif.
4. Nodul Tiroid
Pembengkakan atau massa pada kelenjar tiroid.
1. Mengapa pasien dapat mengeluhkan sesak napas, dan aktivitas apa saja yang
dapat memperberat gejela sesak napas?
Jawab :
Hormon tiroid memang memiliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan sistem
saraf simpatis yang berpengaruh terhadap hemodinamik kardiovaskuler pada
penderita hipertiroid. Perubahan yang utama terjadi pada penderita hipertiroid
meliputi : peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, curah jantung,
relaksasi diastolik dan penggunaan oksigen oleh otot jantung serta penurunan
resistensi vaskuler penggunaan oksigen oleh otot jantung serte penurunan resistensi
vaskuler sistemik dan tekanan diastolic.dan juga bisa menyebabkan berat badan turun
drastic
Penderita hipertiroid sering mengalami keluhan sesak napas. Hal ini dapat dijelaskan
karena pada penderita hipertiroid terdapat kenaikan curah jantung dan konsumsi
oksigen pada saat maupun setelah melakukan aktivitas. Selain itu kapasitas vital pada
penderita hipertiroid akan menurun disertai dengan gangguan sirkulasi dan ventilasi
paru. Frekuensi nadi biasanya meningkat ( 90 – 125 kali/ menit ) dan akan bertambah
cepat jika beraktivitas serta ada perubahan emosi.
2. Selain gejala yang disebutkan diskenario, gejala apalagi yang dapat terjadi pada
pasien krisis tiroid dan apasajakah faktor pencetus dari krisis tiroid?
Jawab :
Selain gejala yang disebutkan diskenario, berikut adalah gejala-gejala yang dapat
terjadi pada penderita krisis tiroid :
a. Gejala umum: hiperpireksia, banyak keringat, penurunan berat, distres napas,
mudah lelah, lemah.
b. Gejala saluran cerna: mual, muntah, diare, nyeri perut, ikterus.
c. Gejala kardiovaskuler: aritmia, takikardi, hipertensi bisa berakhir dengan
hipotensi, syok, dan gagal jantung.
d. Gejala neurologis: agitasi, hiper-refleksi, tremor, kejang sampai koma.
e. Tanda tirotoksikosis: exophthalmus dan goiter.
6. Apa saja manifestasi klinis dan pemeriksaan yg dilakukan pada pasien krisis
tiroid?
Jawab :
Manifestasi klinis
- Riwayat tirotoksikosis sebelumnya
- Gejala umum: hiperpireksia, banyak keringat, penurunan berat,
- distres napas, mudah lelah, lemah.
- Gejala saluran cerna: mual, muntah,diare, nyeri perut, ikterus.
- Gejala kardiovaskuler: aritmia, takikardi, hipertensi bisa berakhir
- dengan hipotensi, syok, dan gagal jantung.
- Gejala neurologis: agitasi, hiper-refleksi, tremor, kejang sampai
- koma
- Tanda tirotoksikosis: exophthalmus dan goiter
- Faktor pencetus: sepsis, pembedahan, anestesi, terapi iodium
- radioaktif, obat (pseudoefedrin, salisilat, kemoterapi), pemberian hormon tiroid
berlebihan, penghentian terapi antitiroid, ketoasidosis diabetik, trauma langsung
terhadap kelenjar tiroid.
Pemeriksaan laboratorium:
- Peningkatan T3, T4, FT4, kadar TSH menurun.
- Lekositosis dengan shift to the left.
- Tes fungsi hati menunjukkan kelainan yang tidak khas: peningkatan alanine
aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), alkaline
phosphatase, dan serum bilirubin.
Goiter memenuhi faktor risiko 2.5 kali lipat untuk menimbulkan nodul tiroid (baik
jinak maupun ganas)
Dx : Goiter
Dd : - Nodul tiroid
- Ca tiroid
GOITER
Definisi
Goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid akibat kelainan glandulatiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.Dampak goiterterhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan
organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat
trakea dan esophagus. Goiterdapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia.
Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta
cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher
yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia.
Anatomi
Tiroid Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki
duabagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing berbetuk
lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20
gram. Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan
bertanggung jawab atas normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi
hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin(T3) dan menyalurkan hormon tersebut ke
dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom
yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar
hormon perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) yang dihasilkan
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.
Patogenesis
Goiter terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam
pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis
mensekresikan TSH dalam jumlah yangberlebihan. TSH kemudian menyebabkan
sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke
dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat
kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3,
ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat
sekitar 300-500 gram.Selain itu goiterdapat disebabkan kelainan metabolik
kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa
hormon oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan
autoimun seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor
atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan
misalnya thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya
goiter kolid dan goiter non toksik (goiterendemik).
Diagnosis Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada
pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika
terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu
lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat
pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan
pembengkakan.3,4,5Palpasi Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien
diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada
tengkuk penderita
Foto Rontgen leher Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah
menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).
Ultrasonografi (USG) Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran
gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok
dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu
pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara
lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan
suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak
menyebabkan bahayapenyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik
biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu
karena salah intrepertasi oleh ahlisitologi.
Penatalaksanaan Medis
Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
(suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal
inidisebabkan makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu
dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.
Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok
sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid
sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetikYodium radioaktif
diberikandalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,
obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian
obat tiroksin.3,4,5Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid Tiroksin digunakan
untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa pertumbuhan sel
kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH
serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk
mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar
tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil
(PTU) dan metimasol/karbimasol.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan
sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan
dan mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c.Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan
bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui
melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan
rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi
aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.
HIPOTIROID
Definisi
Hipotiroid kongenital (HK) adalah kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir.
Dua hormon yaitu tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3).
Kelenjar tiroid memproduksi Tiroksin (T4) merupakan hormon yang diproduksi oleh
kelenjar tiroid (kelenjar gondok) yang memerlukan mikronutrien iodium.3 Hormon
tiroid berfungsi untuk perkembangan sistem saraf pusat (migrasi dan mielinisasi).
Etiologi
Diagnosis
Anamnesis pada bayi baru lahir sampai usia 8 minggu keluhan tidak spesifik, namun
beberapa kasus pasien datang dengan keluhan pucat. Perlu ditanyakan riwayat
gangguan tiroid
dalam keluarga, penyakit saat ibu hamil, konsumsi obat anti tiroid dan terapi sinar.
Tanyakan gejala yang mengarah hipotiroid kongenital seperti : ikterus lama, letargi,
konstipasi, nafsu makan menurun dan kulit teraba dingin.1,2,5 Pemeriksaan
Laboratorium dengan pemeriksaan serum TSH dan FT4 merujuk pada rentang nilai
normal yang sesuai usia, sehingga nilai normal neonatus yang digunakan untuk
menilai hasil skrining HK pada neonatus.8 Skrining dengan pemeriksaan TSH
merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk mendeteksi Hipotiroid Kongenital
primer. Skrining Hipotiroid Kongenital primer efektif pada usia 48-72 jam setelah
lahir. Pemeriksaan sebelum usia 48 jam meningkatkan angka positif palsu karena
adanya TSH surge pada bayi baru lahir.
Diagnosis
Anamnesis pada bayi baru lahir sampai usia 8 minggu keluhan tidak spesifik, namun
beberapa kasus pasien datang dengan keluhan pucat. Perlu ditanyakan riwayat
gangguan tiroid dalam keluarga, penyakit saat ibu hamil, konsumsi obat anti tiroid
dan terapi sinar.
Tanyakan gejala yang mengarah hipotiroid kongenital seperti : ikterus lama, letargi,
konstipasi, nafsu makan menurun dan kulit teraba dingin.1,2,5 Pemeriksaan
Laboratorium dengan pemeriksaan serum TSH dan FT4 merujuk pada rentang nilai
normal yang sesuai usia, sehingga nilai normal neonatus yang digunakan untuk
menilai hasil skrining HK pada neonatus.8 Skrining dengan pemeriksaan TSH
merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk mendeteksi Hipotiroid Kongenital
primer. Skrining Hipotiroid Kongenital primer efektif pada usia 48-72 jam setelah
lahir. Pemeriksaan sebelum usia 48 jam meningkatkan angka positif palsu karena
adanya TSH surge pada bayi baru lahir.
HIPERTIROID
Definisi
Penyakit hipertiroidisme atau hipertiroid adalah penyakit akibat kadar hormon tiroid
terlalu tinggi di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini dapat menimbulkan gejala
jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan turun drastis.
Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher dan berperan sebagai penghasil hormon
tiroid. Hormon ini berfungsi untuk mengendalikan proses metabolisme, seperti mengubah
makanan menjadi energi, mengatur suhu tubuh, dan mengatur denyut jantung.
Kerja dari kelenjar tiroid juga dipengaruhi oleh kelenjar di otak yang dinamakan
kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis
akan menghasilkan hormon yang dinamakan TSH dalam mengatur
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Ketika kadar hormon tiroid dalam tubuh terlalu tinggi, maka proses
metabolisme akan berlangsung semakin cepat dan memicu berbagai gejala.
Penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah memburuknya
gejala hyperthyroidism atau hipertiroid yang muncul.
• Jantung berdebar
• Tremor atau gemetar di bagian tangan
• Mudah merasa gerah dan berkeringat (hiperhidrosis)
• Gelisah
• Mudah marah
• Berat badan turun drastis
• Sulit tidur
• Konsentrasi menurun
• Diare
• Penglihatan kabur
• Rambut rontok
• Gangguan menstruasi pada wanita
Selain gejala yang dapat dirasakan oleh penderita, ada beberapa tanda-tanda fisik yang dapat
ditemukan pada penderita hipertiroidisme. Tanda tersebut meliputi:
Selain itu, terdapat jenis hipertirodisme yang tidak menimbulkan gejala. Gangguan ini
disebut hipertiroid subklinis. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya TSH tanpa disertai
dengan hormon tiroid. Setengah penderitanya akan kembali normal tanpa pengobatan khusus
LO 2. Diagnosis, tatalaksana, dan rujukan kelainan
tiroid dewasa (goiter, hipotiroid, hipertiroid, tiroiditis,
tirotoksidoksis) dan kelainan tiroid pada kehamilan.
HIPERTIROID
KRITERIA DIAGNOSIS Hipertiroid neonatal
• Manifestasi klinis
- Riwayat kehamilan: penyakit autoimun pada ibu dan obat antitiroid
yang diminum.
- Sebagian besar bayi lahir prematur, pertumbuhan intrauterin terhambat.
- Mikrosefali, sutura sempit, kraniosinostosis.
- Goiter, eksoftalmus, flushing, peningkatan suhu tubuh.
- Iritabel, sangat gelisah, hiperaktif, takipnea, hiper-refleksi.
- Takikardi (denyut jantung >160x/menit), aritmia, pembesaran
ventrikel jantung, gagal jantung, dan hipertensi.
- Pada keadaan yang berat dapat terjadi penurunan berat badan yang
progresif.
• Pemeriksaan Laboratorium
- Peningkatan kadar T4/FT4, T3/FT3, kadar TSH menurun, TRAb positif pada ibu dan
anak.
• Pemeriksaan TRAb pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pada kehamilan 20 – 24
minggu. Bila TRAb ibu tinggi, sangat berisiko bayi yang dilahirkan m1`engalami
tirotoksikosis neonatal. Bila TRAb ibu negatif, tidak akan ada risiko tirotoksikosis
neonatal.
Hipertiroid pada anak (penyakit Grave)
• Manifestasi klinis
- Riwayat penyakit autoimun pada penderita dan keluarga.
- Gejala dan tanda sesuai tabel 1.
- Pemeriksaan kelenjar tiroid: Goiter (konsistensi, noduler, nyeri),
murmur, dan bruit.
• Pada penderita dengan pembesaran tiroid simetris disertai dengan
kelainan mata (orbitopathy), sangat mungkin penyakit Grave sehingga
tidak perlu mencari penyebab lebih lanjut.
• Pemeriksaan laboratorium:
- Kadar T4/FT4 dan T3/FT3 meningkat, kadar TSH menurun, dan TRAb positif.
• Pemeriksaan radiologi
• Bila kelenjar tiroid tidak noduler tanpa orbitopathy, perlu pemeriksaan TRAb dan
RAIU untuk membedakan PG dengan sebab lain.
Tabel 1: Tanda dan gejala penyakit Grave pada anak
Tanda Gejala
• Goiter
• Eksoftalmus
• Takikardi
• Penurunan berat badan
• Heat intolerance
• Tremor halus
• Hipertensi sistolik
• Tekanan nadi melebar
• Rambut rontok
• Enuresis sekunder (nokturia)
• Usia tulang maju
• Ophtalmopathy-pain, keratitis, lid lag, proptosis.
Krisis tiroid
• Hiperaktif
• Palpitasi
• Gangguan tidur
• Lelah
• Prestasi sekolah menurun • Emosi labil
• Neck fullness atau benjolan • Irritability and nervousness • Buang air besar sering
• Nafsu makan meningkat
• Manifestasi klinis
- Riwayat tirotoksikosis sebelumnya
- Gejala umum: hiperpireksia, banyak keringat, penurunan berat,
distres napas, mudah lelah, lemah.
- Gejala saluran cerna: mual, muntah,diare, nyeri perut, ikterus.
- Gejala kardiovaskuler: aritmia, takikardi, hipertensi bisa berakhir
dengan hipotensi, syok, dan gagal jantung.
- Gejala neurologis: agitasi, hiper-refleksi, tremor, kejang sampai
koma
- Tanda tirotoksikosis: exophthalmus dan goiter
- Faktor pencetus: sepsis, pembedahan, anestesi, terapi iodium
radioaktif, obat (pseudoefedrin, salisilat, kemoterapi), pemberian hormon tiroid
berlebihan, penghentian terapi antitiroid, ketoasidosis diabetik, trauma langsung
terhadap kelenjar tiroid.
• Pemeriksaan laboratorium:
- Peningkatan T3, T4, FT4, kadar TSH menurun.
- Lekositosis dengan shift to the left.
- Tes fungsi hati menunjukkan kelainan yang tidak khas: peningkatan
alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), alkaline
phosphatase, dan serum bilirubin
• Pemeriksaan penunjang lain (sesuai indikasi):
- Radiografi toraks : untuk mendeteksi edema paru dan pembesaran
jantung (gagal jantung) dan juga adanya infeksi paru.
- EKG : untuk memonitor aritmia fibrilasi atrial dan takikardi
Ventricular
TIROIDITIS
Kriteria Diagnosis
Rekomendasi
1. Diagnosis tiroiditis Hashimoto ditegakkan berdasarkan:
a. Adanya struma difus, dengan atau tanpa disertai manifestasi klinis
hipotiroid
b. Ditemukannya antitiroid peroksidase (antithyroid peroxidase antibody/anti-TPO) anti-
thyroglobulin antibody (ATA), atau antibodi reseptor TSH (TSH receptor antibody=
TRAb). Penanda autoimun yang paling sering ditemukan adalah anti-TPO (dilaporkan
dapat hingga 90% kasus). Perlu diingat bahwa 10–15% penduduk positif untuk anti-
TPO antibody.
2. Diagnosis hipotiroid pada pasien tiroiditis Hashimoto ditegakkan jika ditemukan
penurunan kadar FT4 dan peningkatan kadar TSH.
3. Ultrasonografi tiroid berguna untuk menilai ukuran dan struktur kelen- jar tiroid, dan
ada tidaknya nodul.
4. Sidik tiroid bukan merupakan alat diagnostik utama tiroiditis Hashi- moto, tetapi
terindikasi pada kasus yang meragukan.
5. Aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration biopsy) tidak direkomendasi- kan untuk
dikerjakan pada pasien dengan tiroiditis Hashimoto.
Penjelasan
Setiap anak dengan kecurigaan hipotiroid didapat perlu dilakukan pemeriksaan kadar
TSH, kadar FT4, dan salah satu antibodi tiroid (anti- TPO, ATA atau TRAb). Penanda
antibodi tiroid yang positif mengkonfirmasi diagnosis tiroiditis Hashimoto. Hasil
pemeriksaan antibodi tiroid yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis tiroiditis
Hashimoto. Pada 10-15% pasien tiroiditis Hashimoto tidak ditemukan antibodi terhadap
tiroid. Pada sebagian besar pasien didapatkan titer anti-TPO dan ATA positif sehingga
anti-TPO dan ATA merupakan penanda diagnostik yang terbaik untuk tiroiditis
Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto kadang juga ditemukan kondisi hipotiroid
subklinis yang ditandai dengan kadar TSH meningkat sedangkan kadar FT4 masih
dalam rentang normal. Penurunan kadar FT4 dengan peningkatan kadar TSH
memastikan diagnosis hipotiroid primer.
Ditemukannya nodul pada penderita Hashimoto baik saat diagnosis maupun saat
monitoring tahunan adalah 13% dan 0.07% diantaranya ternyata termasuk keganasan.
USG dapat membedakan apakah nodul itu padat atau kistik dan berguna untuk
membantu pelaksanaan biopsi jarum halus pada nodul berukuran kecil.
Gambaran yang ditemukan pada USG adalah adanya pembesaran tiroid yang difus
dengan pola echo parenkimal hipoekoik dan heterogen kasar. Adanya mikronodul
diskrit hipoekoik menunjukkan adanya tiroiditis kronik. USG doppler menunjukkan
gambaran vaskularisasi parenkim tiroid yang menurun atau normal. Gambaran USG
pasien tiroiditis Hashimoto tidak mengalami perubahan dan akan menetap seumur hidup
pasien.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
tiroiditis Hashimoto adalah biopsi aspirasi jarum halus untuk mengetahui histologi
kelenjar tiroid. Kumar dkk. menyatakan bahwa biopsi jarum halus terindikasi pada
keadaan kecurigaan diagnosis tiroiditis Hashimoto dengan antibodi antitiroid yang
negatif. Indikasi lain biopsi aspirasi jarum halus jika tidak terdapat fasilitas untuk
pemeriksaan imunologis.
Pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan darah tepi lengkap hanya dilakukan
atas indikasi. Pada kurang lebih 30-40% pasien hipotiroid menderita anemia akibat
menurunnya eritropoesis, sedangkan 15% lainnya menderita anemia defisiensi besi.
Diagnosis Banding
1. Pembesaran struma pada tiroiditis Hashimoto harus dibedakan dengan struma
nontoksik dan karsinoma tiroid.
a. Pada palpasi konsistensi struma nontoksik cenderung lebih lunak daripada tiroiditis
Hashimoto.
b. Pada remaja, tiroiditis Hashimoto dapat tidak disertai peningkatan titer antibodi
sehinggga biopsi kelenjar tiroid perlu dilakukan.
2. Untuk membedakan tiroiditis Hashimoto dengan karsinoma dapat di- lakukan
berdasarkan manifestasi klinis.
a. Struma dengan keganasan biasanya ditemukan nodul tiroid, keras pada perabaan,
melekat pada stuktur sekitarnya dan terdapat tanda kompresi nervus laringeus rekuren.
b. Pemeriksaan USG yang mencurigakan adanya keganasan padat, hipoechogen,
mikrokalsifikasi, batas tidak jelas, aliran darah tinggi internodular, subkapsular, dan
klinis adanya limfadenopati.
c. Pada pemeriksaan sidik tiroid, karsinoma tiroid tampak sebagai cold nodul sedangkan
pada tiroiditis Hashimoto ambilan radioaktif rendah secara menyeluruh.
Tata Laksana
Rekomendasi
1. Jika terdapat kecurigaan tiroiditis Hashimoto direkomendasikan untuk melakukan
rujukan ke dokter spesialis anak konsultan endokrinologi.
2. Tiroiditis Hashimoto dengan hipotiroid harus diterapi dengan le- votiroksin (L-
tiroksin), dengan dosis awal 1-2 μg/kgBB/hari
3. Tiroditis Hashimoto dengan hipotiroid subklinis:
a. Jika kadar TSH <10 μU/mL tidak direkomendasikan untuk pemberian terapi dengan
levotirokin.
b. Jika kadar TSH >10 μU/mL direkomendasikan untuk diterapi dengan levotiroksin.
Penjelasan
Terapi pilihan untuk tiroiditis Hashimoto dengan hipotiroid adalah: levotiroksin (L-
tiroksin) per oral. Keputusan untuk memberikan terapi pada anak dengan peningkatan
ringan TSH dan kadar T4 normal masih kontroversial. Banyak anak dengan peningkatan
TSH ringan (<10 μU/mL) memperlihatkan fungsi tiroid yang normal tanpa terapi. Anak
dengan kadar TSH >10 μU/mL harus diterapi dengan L-tiroksin walaupun sebagian
besar anak dengan peningkatan TSH antara 10-20 μU/mL tidak menunjukkan gejala
klinis selain goiter. Pemberian L-tiroksin juga dikatakan dapat mengurangi ukuran
struma. Pada 50-90% pasien, ukuran struma menurun rata-rata sebesar 30% setelah
terapi selama 6 bulan.
D. Pemantauan
Rekomendasi
1. Untuk menentukan cukup tidaknya dosis obat yang diberikan, harus dilakukan
pemantauan kemajuan klinis maupun fungsi tiroid meliputi pemeriksaan FT4 atau T4
total (TT4) dan TSH secara periodik.
2. Darah untuk pemeriksaan laboratorium sebaiknya diambil paling cepat 4 jam setelah
pemberian levotiroksin.
3. Pemantauan laboratorium sebaiknya dilakukan setiap 2 bulan setelah perubahan terapi
levotiroksin sampai ditemukan dosis yang tepat. Pe- mantauan selanjutnya dapat
dilakukan setiap 6 bulan.
4. Pemantauan TSH dan FT4 dilakukan seumur hidup.
5. Pemantauan anti-TPO setiap terbukti hipotiroid.
6. Pemantauan tumbuh kembang setiap kontrol terutama kecepatan per- tumbuhan dan
perbaikan berat badan.
7. Pemantauan klinis menghilangnya gejala-gejala hipotiroid.
8. Pemeriksaan USG minimal 1 tahun sekali apabila masih terdapat goiter.
Penjelasan
Pada awal terapi, pemeriksaan fungsi tiroid harus diulang setiap 2 bulan. Berat badan
biasanya akan menurun dalam 6 bulan pertama setelah terapi dimulai dan kecepatan
tumbuhnya bertambah. Pemantauan dilakukan seumur hidup karena adanya
kemungkinan klinis dan laboratorium normal dan dapat terjadi relaps.
E. Ringkasan Rekomendasi
1. Tiroiditis Hashimoto merupakan penyakit autoimun.
2. Tiroiditis Hashimoto dengan hipotiroid harus diterapi dengan le- votiroksin.
3. Tiroditis Hashimoto tanpa hipotiroid, diterapi dengan levotiroksin jika kadar TSH
>10 μU/mL.
4. Pemantauannya dilakukan seumur hidup.
Hormon tiroid memainkan peran penting selama kehamilan baik dalam perkembangan bayi
dan dalam menjaga kesehatan ibu. Kehamilan memiliki efek yang cukup besar pada fungsi
tiroid maternal. Pembesaran tiroid ringan dinilai sebagai komponen kehamilan yang normal.
Peningkatan ukuran mencerminkan perubahan fisiologis yang disebabkan oleh kehamilan
Selama trimester pertama kehamilan, kadar serum Tyroid Stimulating Hormone (TSH)
maternal secara signifikan lebih rendah daripada tingkat prakehamilan sebagai akibat dari
reaktivitas silang human chorionic gonadotropin (hCG), yang disekresikan oleh plasenta, ke
reseptor TSH pada kelenjar tiroid. Titer autoantibodi tiroid menurun sepanjang kehamilan
sebagai akibat dari penekanan imun yang melekat pada kehamilan. Sebagai akibat dari
perubahan kadar hormon tiroid yang terjadi secara alami selama kehamilan.
Hipertiroid didefinisikan oleh tingginya kadar hormon tiroid yang disebabkan oleh
peningkatan sintesis dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid. Istilah "tirotoksikosis", di
sisi lain, digunakan untuk menggambarkan "kelebihan hormon tiroid", dan dapat disebabkan
oleh peningkatan sintesis hormon tiroid dalam kelenjar tiroid (hipertiroidisme), tetapi juga
dapat terjadi tanpa adanya hipertiroidisme
Hipertiroidisme berlebihan dapat dibagi menjadi beberapa sub-tipe dari etiologi yang
mendasarinya, dan tiga subtipe yang paling umum adalah penyakit Graves, goiter toksik
multinodular, dan adenoma toksik soliter.
Keadaan Hipertiroid dalam kehamilan dapat berdampak juga terhadap kehamilan itu sendiri
dan janin yang dikandung. Dampak yang dapat timbul pada ibu antara lain preeklamsia,
kematian dan gagal jantung kongstif, sedangkan dampak pada janin prematuritas, IUGR,
keguguran, tiroksikosis, hipotiroid dan goiter.
TATALAKSANA
Terdapat berbagai macam tatalaksana untuk hipertiroid dalam kehamilan, terapi yang
digunakan untuk mengatasi hipertiroid dalam kehamilan meliputi:
Penggunaan obat adrenergic beta blocker seperti propranolol dengan dosis 20-40 mg setiap 6-
8 jam ditujukan untuk menghilangkan gejala adrenergik yang ditimbulkan akibat hipertiroid.
Gejalanya berupa tremor, takikardi, gelisah.
•Tindakan Pembedahan
Pembedahan pada kehamilan lebih beresiko dibandingkan dengan terapi obat.Hal ini
berkaitan engan abortus spontan atau persalinan prematur.
Metode pembedahan juga direkomendasikan bila terdapat efek hepatotoksik obat anti tiroid.
Waktu yang paling tepat melakukan operasi sub total tiroidektomi adalah saat trimester ke 2.
Seperti pada hipertiroid, diagnosis untuk hipotiroid sulit untuk ditegakkan pada wanita hamil.
Wanita dengan hipotiroid mempunyai insiden yang tinggi untuk terjadinya preeklampsia,
solusio plasenta, berat badan bayi lahir rendah dan stillbirth di cegah dengan pemberian terapi
levothyroxin yang lebih awal.
Gejala : hipotiroid adalah : penurunan aktivitas, letargi menyeluruh , tidak tahan dingin,
sering mengalami kram otot, konstipasi, rambut rontok, kuku yang rapuh dan kulit kering,
riw operasi tiroidektomi
Tanda :
- kasus yang berat sering didapatkan myxedema, somnolen, bicara lambat, kurang
konsentrasi, ataxia
cerebral, asites, illeus, efusi pleura dan perikardial, non pitting edema pada tangan , muka dan
nyeri persendian
LO 3. KEGANASAN PADA KELENJAR TIROID
Kanker tiroid adalah kanker yang menyerang kelenjar tiroid. Kanker tiroid akan menyebabkan
pertumbuhan sel-sel di kelenjar tiroid menjadi tidak terkendali. Salah satu penyakit tiroid yang bisa
meningkatkan risiko terjadinya kanker tiroid adalah penyakit gondok.
Kanker tiroid merupakan penyakit yang jarang terjadi. Penderita yang mengalami kanker
tiroid sering kali tidak merasakan gejala apa pun pada awalnya. Jika ukuran kelenjar tiroid
sudah cukup besar, bisa tampak benjolan atau pembengkakan pada bagian depan leher.
• Batuk
• Nyeri di leher
• Sakit tenggorokan
• Suara serak yang tidak membaik setelah beberapa minggu
• Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian lebher
• Sulit menelan
• Sulit bernapas
Jika sel-sel kanker meningkatkan produksi hormon tiroid, kanker tiroid akan
menyebabkan hipertiroidisme yang memiliki gejala berupa jantung berdebar, tangan tremor
atau gemetar, penurunan berat badan, gelisah, mudah marah, mudah berkeringat, rambut
rontok, dan diare.
• Tes darah, untuk mengetahui kadar hormon tiroid, seperti T3, T4, dan TSH di dalam
darah.
• Biopsi, untuk menentukan apakah kelenjar tiroid mengalami kanker atau tidak serta
untuk mengindentifikasi jenis sel yang mengalami keganasan.
• Pemindaian dengan USG, CT Scan, dan MRI, untuk mengidentifikasi benjolan yang
ada di leher dan ada tidaknya penyebaran (metastasis) kanker tiroid ke bagian tubuh
lain.
• Pemindaian dengan PET scan, untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar atau
belum.
• Tes genetik, untuk mengidentifikasi kelainan genetik yang mungkin berkaitan atau
menyebabkan terjadinya kanker tiroid.
• Operasi tiroidektomi
Operasi tiroid dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid, baik sebagian
(hemitiroidektomi) atau seluruhnya (tiroidektomi total). Pemilihan jenis operasi akan
disesuaikan dengan jenis dan ukuran kanker tiroid, serta apakah sel kanker sudah
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
• Terapi pengganti hormon
Terapi pengganti hormon tiroid diberikan kepada pasien yang menjalani tiroidektomi
total, karena bila kelenjar tiroid diangkat seluruhnya, otomatis produksi hormon tiroid
juga akan terhenti.
Setelah tiroidektomi total, terapi pengganti hormon perlu diberikan seumur hidup. Tes
darah secara berkala juga perlu dilakukan untuk memantau kadar hormon tiroid di
dalam tubuh dan menyesuaikan dosis terapi pengganti hormon tiroid.
• Pengaturan kadar kalsium
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid sering kali mempengaruhi kelenjar paratiroid
yang terletak dekat dengan kelenjar tiroid. Hal ini akan mempengaruhi
kadar kalsium dalam darah.
Oleh karena itu setelah dilakukan operasi pengangkatan tiroid akan dilakukan
pemantauan kadar kalsium dalam darah. Jika diperlukan akan diberikan suplementasi
kalsium secara rutin.
• Terapi iodium radioaktif
Pengobatan ini berfungsi untuk menghancurkan sel-sel kanker di kelenjar tiroid.
Terapi ini juga bertujuan untuk mencegah agar sel kanker tidak muncul lagi setelah
menjalani operasi.
• Radioterapi
Dalam prosedur ini, alat yang mengeluarkan gelombangradioaktif akan diarahkan ke
kelenjar tiroid. Pengobatan ini biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker tiroid
tahap lanjut atau kanker tiroid anaplastik.
• Kemoterapi
Pemberian obat-obat kemoterapi biasanya akan dilakukan untuk mengatasi kanker
tiroid anaplastik yang sudah menyebar hingga ke bagian tubuh lain.