Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUTORIAL MODUL 1

BLOK 2.5 GANGGUAN HORMON DAN METABOLISME

Nama : Eva Vidella


Nim : 200610005
Kelompok : 3 (Tiga)
Dosen Pembimbing : dr. Muhammad Sayuti, Sp.B(K)., BD

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

T.A. GENAP 2021/2022


MODUL 1

KELAINAN TIROID

SKENARIO 1

GAMPANG KEPANASAN DAN GAMPANG KEDINGINAN

Munir adalah seorang dokter umum di puskesmas pesisir timur Aceh. Suatu hari, datanglah
seorang pasien ke puskesmas tempat dia berjaga. Pasien adalah Ny. Z yang berusia 22 tahun.
Pasien hamil 7 minggu. Pasien ini mengeluhkan sesak nafas yang berhubungan dengan
aktifitas. Pasien juga mengeluhkan demam, jantung sering berdebar, dan jari gemetar. Dia
mengeluhkan berat badan yang turun selama beberapa bulan terakhir. Selain itu dia juga
mengeluh tidak tahan panas. Pada pemeriksaan fisik didapat adanya benjolan di leher tengah
pasien. Suhu tubuh 39 °C. Munir curiga pasien mengalami krisis tiroid. Dia lalu bergegas
untuk merujuk pasien ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan. Pasien
awalnya menolak untuk dirujuk. Namun setelah dijelaskan bahwa rumah sakit memiliki alat
pemeriksaan nuklir tiroid, ruang operasi yang baik dan persediaan obat tiroid lengkap,
akhirnya pasien setuju untuk dirujuk. Disaat yang hampir bersamaan, datanglah pasien kedua.
Anak M usia 7 tahun. Dia dibawa ibunya dengan keluhan leher dan wajah bengkak dan sulit
menelan. Ibu pasien juga mengeluhkan pertumbuhan si anak yang terhambat dan kelihatan
lebih pendek dibanding teman-teman sebayanya. Selain itu dia sering lemas dan cepat merasa
kedinginan. Ibu pasien khawatir dengan benjolan di leher anaknya. Dia takut jika anaknya
menderita kanker tiroid atau nodul tiroid, seperti yang dia baca di situs internet. Apa saja
kemungkinan sakit si anak? Bagaimana cara Munir menjelaskan mekanisme dan klasifikasi
dari gangguan yang diderita si anak?bagaimanakah hubungan antara pasien pertama dan
kedua?
JUMP 1 TERMINOLOGI

1. Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang
lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher yang menutupi cincin trakea 2 dan 3.
Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan dalam
folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas
tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim
endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk
kemudian dapat berefek pada organ target.

2. Krisis Tiroid
Krisis tiroid adalah komplikasi yang muncul akibat tingginya kadar hormon tiroid
dalam darah (hipertiroidisme) yang tidak ditangani.

3. Nuklir Tiroid
Pengobatan nuklir yg digunakann untuk pendekatan dalam mengobati kanker dgn
menggunakan radioaktif.

4. Nodul Tiroid
Pembengkakan atau massa pada kelenjar tiroid.

JUMP 2 DAN 3 : RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESA

1. Mengapa pasien dapat mengeluhkan sesak napas, dan aktivitas apa saja yang
dapat memperberat gejela sesak napas?
Jawab :
Hormon tiroid memang memiliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan sistem
saraf simpatis yang berpengaruh terhadap hemodinamik kardiovaskuler pada
penderita hipertiroid. Perubahan yang utama terjadi pada penderita hipertiroid
meliputi : peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, curah jantung,
relaksasi diastolik dan penggunaan oksigen oleh otot jantung serta penurunan
resistensi vaskuler penggunaan oksigen oleh otot jantung serte penurunan resistensi
vaskuler sistemik dan tekanan diastolic.dan juga bisa menyebabkan berat badan turun
drastic

Penderita hipertiroid sering mengalami keluhan sesak napas. Hal ini dapat dijelaskan
karena pada penderita hipertiroid terdapat kenaikan curah jantung dan konsumsi
oksigen pada saat maupun setelah melakukan aktivitas. Selain itu kapasitas vital pada
penderita hipertiroid akan menurun disertai dengan gangguan sirkulasi dan ventilasi
paru. Frekuensi nadi biasanya meningkat ( 90 – 125 kali/ menit ) dan akan bertambah
cepat jika beraktivitas serta ada perubahan emosi.
2. Selain gejala yang disebutkan diskenario, gejala apalagi yang dapat terjadi pada
pasien krisis tiroid dan apasajakah faktor pencetus dari krisis tiroid?
Jawab :
Selain gejala yang disebutkan diskenario, berikut adalah gejala-gejala yang dapat
terjadi pada penderita krisis tiroid :
a. Gejala umum: hiperpireksia, banyak keringat, penurunan berat, distres napas,
mudah lelah, lemah.
b. Gejala saluran cerna: mual, muntah, diare, nyeri perut, ikterus.
c. Gejala kardiovaskuler: aritmia, takikardi, hipertensi bisa berakhir dengan
hipotensi, syok, dan gagal jantung.
d. Gejala neurologis: agitasi, hiper-refleksi, tremor, kejang sampai koma.
e. Tanda tirotoksikosis: exophthalmus dan goiter.

Adapun factor pencetus krisis tiroid ialah :

Faktor pencetus: sepsis, pembedahan, anestesi, terapi iodium radioaktif, obat


(pseudoefedrin, salisilat, kemoterapi), pemberian hormon tiroid berlebihan,
penghentian terapi antitiroid, ketoasidosis diabetik, trauma langsung terhadap kelenjar
tiroid.

3. Bagaimana pengaruh penyakit yg diderita kedua pasien terhadap kehamilannya


dan anak tersebut, serta apa sajakah faktor resiko kelainan tiroid?
Jawab :

4. Bagaimana mekanisme yang mendasari terjadinya krisis tiroid pada ny. Z?


Jawab :

5. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada pasien krisis tiroid?


Jawab :
1. Anamnesis
Dari hasil anamnesis didapatkan riwayat penyakit hipertiroidisme dengan gejala
khas, berat badan turun, perubahan suasana hati (mood), bingung sampai tidak
sadar, diare, amenorea (pada wanita).
2. Pemeriksaan Fisik
- Penurunan kesadaran (delirium dan koma) bisa didapatkan pada beberapa
kasus.
- Pengukuran suhu tubuh aksila bahkan bisa mencapai demam tinggi sampai
40ºC.
- Takikardia sampai 130-200 x/menit.
- Periksa apakah telah terjadi gagal jantung kongestif.
- Krisis tiroid sering menginduksi diare hebat pada pasien.
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kadar TSH dan hormon tiroksin adalah pemeriksaan yang
penting untuk mendiagnosis krisis tiroid. Kadar TSH serum dapat sangat
rendah, dengan kadar fT4/T3 tinggi.
- Pemeriksaan darah sederhana dapat mendeteksi anemia normositik
normokromik, dengan limfositosis yang relatif tinggi.
- Pemeriksaan kadar gula darah sering didapatkan hasil hiperglikemia. -
Pemeriksaan SGOT dan SGPT pada pasien krisis tiroid sering kali
menunjukkan peningkatan enzim transaminase hati yang disertai
hiperbillirubinemia dan azotemia prerenal.
- Pemeriksaan EKG pada pasien krisis tiroid bermanfaat untuk mengkonfirmasi
gangguan jantung, berupa sinus takikardia atau fibrilasi atrial dengan respons
ventrikular cepat.

6. Apa saja manifestasi klinis dan pemeriksaan yg dilakukan pada pasien krisis
tiroid?
Jawab :
Manifestasi klinis
- Riwayat tirotoksikosis sebelumnya
- Gejala umum: hiperpireksia, banyak keringat, penurunan berat,
- distres napas, mudah lelah, lemah.
- Gejala saluran cerna: mual, muntah,diare, nyeri perut, ikterus.
- Gejala kardiovaskuler: aritmia, takikardi, hipertensi bisa berakhir
- dengan hipotensi, syok, dan gagal jantung.
- Gejala neurologis: agitasi, hiper-refleksi, tremor, kejang sampai
- koma
- Tanda tirotoksikosis: exophthalmus dan goiter
- Faktor pencetus: sepsis, pembedahan, anestesi, terapi iodium
- radioaktif, obat (pseudoefedrin, salisilat, kemoterapi), pemberian hormon tiroid
berlebihan, penghentian terapi antitiroid, ketoasidosis diabetik, trauma langsung
terhadap kelenjar tiroid.

Pemeriksaan laboratorium:
- Peningkatan T3, T4, FT4, kadar TSH menurun.
- Lekositosis dengan shift to the left.
- Tes fungsi hati menunjukkan kelainan yang tidak khas: peningkatan alanine
aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), alkaline
phosphatase, dan serum bilirubin.

Pemeriksaan penunjang lain (sesuai indikasi):


- Radiografi toraks : untuk mendeteksi edema paru dan pembesaran jantung
(gagal jantung) dan juga adanya infeksi paru.
- EKG : untuk memonitor aritmia fibrilasi atrial dan takikardi ventricular.

7. Apa kemungkinan penyakit yang diderita anak M?


Jawab :

Berdasarkan keluhan yang dialami anak M :


- leher dan wajah bengkak
- sulit menelan
- benjolan di leher
- sering lemas dan cepat merasa kedinginan
- pertumbuhan si anak terhambat
Menunjukkan manifestasi klinis pada Hipotiroid. Hipotiroid ini sebagai etiologi yang
mendasari terjadinya Goiter, dimana penyebab paling sering dari goiter adalah
hipotiroid akibat kekurangan iodium. Iodium merupakan bahan pokok untuk
pembentukan hormon tiroid. Apabila kebutuhan iodium tidak terpenuhi maka
produksi hormon tiroid pun tidak bisa mencukupi kebutuhan tubuh, sehingga akan
terjadi mekanisme umpan balik negatif pada hipofisis-tiroid -> hipofisis akan
terangsang untuk mengeluarkan TSH ke dalam aliran darah -> akibatnya kelenjar
tiroid akan terpacu mengeluarkan hormon tiroid untuk kekurangan ini. Pacuan yang
lama dan terus menerus akan membuat kelenjar tiroid membesar dan terbentuklah
gondok/goiter.
Untuk memastikan hipotiroid, dapat dilakukan pemeriksaan darah sehingga dapat
mengetahui kadar hormon tiroid. Pada hipotiroid, kadar TSH akan meningkat
sedangkan kadar T3 dan T4 akan menurun.

Goiter memenuhi faktor risiko 2.5 kali lipat untuk menimbulkan nodul tiroid (baik
jinak maupun ganas)

Dx : Goiter
Dd : - Nodul tiroid
- Ca tiroid

8. Apa saja komplikasi dan diagnosis banding pasien krisis tiroid?


Jawab :

9. Bagaimana tatalaksana kelainan tiroid pada kehamilan dan anak diskenario?


Jawab :
• Berdasarkan The American Thyroid Association Guidelines, salah satu terapi
untuk krisis tiroid selama kehamilan adalah obat antitiroid. Pilihan pertama adalah
propylthiouracil (PTU).
• Iodin, glukokortikoid, dan propranolol juga diberikan pada pasien dengan krisis
tiroid. Iodin dengan konsentrasi tinggi pada cairan Lugol diberikan untuk
mengahambat pelepasan hormon tiroid yang tersimpan dari kelenjar tiroid.
Glukokortikoid mencegah perubahan T4 menjadi T3 di perifer dan mungkin dapat
memberikan dampak pada penyebab dari penyakit autoimun.
• Propanolol sebagai beta bloker digunakan untuk menghambat pengaruh
adrenergik pada hormon tiroid yang berlebihan.
• Edukasi untuk pasien ini adalah cara untuk mengetahui terjadinya krisis tiroid. Ibu
pada awal kehamilan yang melewati fase krisis tiroid memiliki 84% resiko
berulang pada periode postpartum.

10. Bagaimana prognosis dari pasien yang mengalami krisis tiroid?


Jawab :
Insiden krisis tiroid tercatat <40% dari semua tirotoksikosis yang dirawat dirumah
sakit dengan mortalitas 20-30%. Penegakan diagnosis dini dan pengelolaan secara
tepat akan memberikan prognosis yang baik.
JUMP 4 : SKEMA

JUMP 5 : LEARNING OBJECTIVE

1. Kelainan tiroid dan tatalaksana pada anak (goiter, hipotiroid, hipertiroid)


2. Diagnosis, tatalaksana, dan rujukan kelainan tiroid dewasa (goiter, hipotiroid,
hipertiroid, tiroiditis, tirotoksidoksis) dan kelainan tiroid pada kehamilan.
3. Keganasan pada kelenjar tiroid
JUMP 7 SHARING INFORMATION

Lo 1. Kelainan Tiroid Dan Tatalaksana Pada Anak (Goiter,


Hipotiroid, Hipertiroid)

GOITER
Definisi
Goiter adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid akibat kelainan glandulatiroid dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.Dampak goiterterhadap tubuh
terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan
organ-organ di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat
trakea dan esophagus. Goiterdapat mengarah ke dalam sehingga mendorong
trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia.
Hal tersebut akan berdampak terhadap gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi serta
cairan dan elektrolit. Bila pembesaran keluar maka akan memberi bentuk leher
yang besar dapat asimetris atau tidak, jarang disertai kesulitan bernapas dan
disfagia.

Anatomi
Tiroid Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini memiliki
duabagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-masing berbetuk
lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal 1-1,5 cm dan berkisar 10-20
gram. Kelenjar tiroid sangat penting untuk mengatur metabolisme dan
bertanggung jawab atas normalnya kerja setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi
hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin(T3) dan menyalurkan hormon tersebut ke
dalam aliran darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom
yodium pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar
hormon perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) yang dihasilkan
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.

Patogenesis
Goiter terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat pembentukan
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula penghambatan dalam
pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal tersebut memungkinkan hipofisis
mensekresikan TSH dalam jumlah yangberlebihan. TSH kemudian menyebabkan
sel-sel tiroid mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke
dalam folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat
kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan T3,
ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat bertambah berat
sekitar 300-500 gram.Selain itu goiterdapat disebabkan kelainan metabolik
kongenital yang menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa
hormon oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan
autoimun seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu tumor
atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh obat-obatan
misalnya thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan metabolik misalnya
goiter kolid dan goiter non toksik (goiterendemik).

Berdasarkan Klinisnya Secara klinis pemeriksaan klinis goitertoksik dapat dibedakan


menjadi sebagai berikut :
a. Goiter Toksik
Goiter toksik dapat dibedakan atas dua yaitu goiter diffusa toksik dan goiter
nodusa toksik. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan
bentuk anatomi dimana goiter diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan
lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (goitermultinoduler
toksik). Goiterdiffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyebab tersering adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter),
bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme
lainnya. Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien meskipun telah diiidap
selama berbulan-bulan. Antibodi yang berbentuk reseptor TSH beredar dalam
sirkulasi darah, mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkankelenjar tiroid
hiperaktif

b. Goiter Non Toksik


Goiter non toksik sama halnya dengan goitertoksik yang dibagi menjadi goiter diffusa
non toksik dan goiter nodusa non toksik. Goiternon toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik. Goiterini disebut sebagai simple goiter,
goiterendemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah yang air
minumya kurang sekali mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat
sintesa hormon oleh zat kimia.3,4Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba
suatu nodul, maka pembesaran ini disebut goiter nodusa. Goiternodusa tanpa
disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipotiroidisme disebut goiternodusa non
toksik. Biasanya tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang
menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita tidak
mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau hipertiroidisme,
penderita datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan akan keganasan.
Namun sebagian pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada
esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak disertai rasa nyeri
kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul.

Diagnosis Inspeksi
Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada
pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika
terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu
lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat
pasien diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan
pembengkakan.3,4,5Palpasi Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien
diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada
tengkuk penderita

Tes Fungsi Hormon


Status fungsional kelenjar tiroid dapat dipastikan dengan perantara tes-tes fungsi
tiroid untuk mendiagnosa penyakit tiroid diantaranya kadar total tiroksin dan
triyodotiroin serum diukur dengan radioligand assay. Tiroksin bebas serum mengukur
kadar tiroksin dalam sirkulasi yang secara metabolik aktif. Kadar TSH plasma
dapat diukur dengan assay radioimunometrik. Kadar TSH plasma sensitif dapat
dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar tinggi pada pasien hipotiroidisme
sebaliknya kadar akan berada di bawah normal pada pasien peningkatan autoimun
(hipertiroidisme). Uji ini dapat digunakan pada awal penilaian pasien yang
diduga memiliki penyakit tiroid. Tes ambilan yodium radioaktif (RAI) digunakan
untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap dan
mengubah yodida.

Foto Rontgen leher Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah
menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).

Ultrasonografi (USG) Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran
gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan ukuran gondok
dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin tidak terdeteksi waktu
pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang dapat didiagnosis dengan USG antara
lain kista, adenoma, dan kemungkinan karsinoma.

Sidikan (Scan) tiroid Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif


bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam pembuluh
darah. Setengah jam kemudian berbaring dibawah suatu kamera canggih tertentu
selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan dengan radioisotop adalah teraan
ukuran, bentuk lokasi dan yang utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.

Biopsi Aspirasi Jarum Halus Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan
suatu keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak
menyebabkan bahayapenyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan ini dapat
memberikan hasil negatif palsu karena lokasi biopsi kurang tepat. Selain itu teknik
biopsi kurang benar dan pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu
karena salah intrepertasi oleh ahlisitologi.

Penatalaksanaan Medis

Ada beberapa macam untuk penatalaksanaan medis jenis-jenis struma antara


lain sebagai berikut:

Operasi/Pembedahan
Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang kurang sering
dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi ini tepat untuk para pasien
hipotiroidisme yang tidak mau mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak
dapat diterapi dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang
dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau kekambuhan.
Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal
(suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid total tampak meningkat. Hal
inidisebabkan makin banyak tiroid yang terikat oleh protein maka perlu
dilakukan pemeriksaan kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar tiroid, sebelum


pembedahan tidak perlu pengobatandan sesudah pembedahan akan dirawat
sekitar 3 hari. Kemudian diberikan obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa
mungkin tidak 14cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan
pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan 3-4 minggusetelah
tindakan pembedahan.

Yodium Radioaktif
Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang tinggi pada kelenjar
tiroid sehingga menghasilkan ablasi jaringan. Pasien yang tidak mau
dioperasi maka pemberian yodium radioaktif dapat mengurangi gondok
sekitar 50 %. Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid
sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh lainnya. Terapi ini tidak
meningkatkan resiko kanker, leukimia, atau kelainan genetikYodium radioaktif
diberikandalam bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,
obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi, sebelum pemberian
obat tiroksin.3,4,5Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid Tiroksin digunakan
untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa pertumbuhan sel
kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH
serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga diberikan untuk
mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi pengangkatan kelenjar
tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil
(PTU) dan metimasol/karbimasol.

Pencegahan Tertier
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik dan
sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Setelah pengobatan diperlukan kontrol teratur/berkala untuk memastikan
dan mendeteksi adanya kekambuhan atau penyebaran.
b. Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan
c.Melakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri, fisik segar dan
bugar serta keluarga dan masyarakat dapat menerima kehadirannya melalui
melakukan fisioterapi yaitu dengan rehabilitasi fisik, psikoterapi yaitu dengan
rehabilitasi kejiwaan, sosial terapi yaitu dengan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi
aesthesis yaitu yang berhubungan dengan kecantikan.

HIPOTIROID
Definisi

Hipotiroid kongenital (HK) adalah kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir.
Dua hormon yaitu tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3).
Kelenjar tiroid memproduksi Tiroksin (T4) merupakan hormon yang diproduksi oleh
kelenjar tiroid (kelenjar gondok) yang memerlukan mikronutrien iodium.3 Hormon
tiroid berfungsi untuk perkembangan sistem saraf pusat (migrasi dan mielinisasi).

Etiologi

Hipotiroid kongenital dapat bersifat transien atau permanen dan di klasifikasikan


sesuai letak gangguannya: primer (kelenjar tiroid) atau sekunder/sentral (hipofisis
dan/atau hipotalamus).
Klasifikasi dan etiologi dari hipotiroid kongenital.
1. Hipotiroid primer
a. Disgenesis tiroid
b. Dishormogenesis tiroid
c. Resisten terhadap TSH
2. Hipotiroid sentral (Hipotiroid sekunder)
a. Defisiensi TSH
b. Defisiensi hormon Thyrotropin-releasing
c. Resistensi hormon Thyrotropin-releasing
d. Hipotiroid karena masalah yang berhubungan dengan glandula
pituitari
3. Hipotiroid Peripheral
a. Resisten terhadap hormon tiroid
b. Transpor hormon tiroid yang abnormal
4. Sindroma Hipotiroid
a. Sindrom pendred (hipotiroid-tuli-goiter)
b. Sindrom Bamforth-Lazarus (hipotiroid-pembelahan langit mulut
rambut runcing)
c. Displasia ektodermal (hipohidrotik-hipotiroid-diskinesia silier)
d. Hipotiroid (dysmorphism-polidaktili postaksial-defisit intelektual)
e. Sindrom Kocher-Deber-Semilange (pseudohipertrofi otot-
hipotiroid)
f. Benign Chorea-hipotiroidism
g. Choreoathetosis (hipotiroid-distres napas neonatus)
h. Obesitas-colitis (Hipertiroid-hipertrofi cardia-perkembangan
terhambat)
5. Hipotiroid Transien kongenital
a. Intak Maternal dari obat anti tiroid
b. Antibodi yang membloking lewatnya reseptor TSH pada
transplasenta
c. Defisiensi iodine pada maternal dan neonatal

Diagnosis

Anamnesis pada bayi baru lahir sampai usia 8 minggu keluhan tidak spesifik, namun
beberapa kasus pasien datang dengan keluhan pucat. Perlu ditanyakan riwayat
gangguan tiroid
dalam keluarga, penyakit saat ibu hamil, konsumsi obat anti tiroid dan terapi sinar.
Tanyakan gejala yang mengarah hipotiroid kongenital seperti : ikterus lama, letargi,
konstipasi, nafsu makan menurun dan kulit teraba dingin.1,2,5 Pemeriksaan
Laboratorium dengan pemeriksaan serum TSH dan FT4 merujuk pada rentang nilai
normal yang sesuai usia, sehingga nilai normal neonatus yang digunakan untuk
menilai hasil skrining HK pada neonatus.8 Skrining dengan pemeriksaan TSH
merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk mendeteksi Hipotiroid Kongenital
primer. Skrining Hipotiroid Kongenital primer efektif pada usia 48-72 jam setelah
lahir. Pemeriksaan sebelum usia 48 jam meningkatkan angka positif palsu karena
adanya TSH surge pada bayi baru lahir.

g. Choreoathetosis (hipotiroid-distres napas neonatus)


h.Obesitas-colitis (Hipertiroid-hipertrofi cardia-perkembangan terhambat)

5. Hipotiroid Transien kongenital


a. Intak Maternal dari obat anti tiroid
b. Antibodi yang membloking lewatnya reseptor TSH pada transplasenta
c. Defisiensi iodine pada maternal dan neonatal

Diagnosis

Anamnesis pada bayi baru lahir sampai usia 8 minggu keluhan tidak spesifik, namun
beberapa kasus pasien datang dengan keluhan pucat. Perlu ditanyakan riwayat
gangguan tiroid dalam keluarga, penyakit saat ibu hamil, konsumsi obat anti tiroid
dan terapi sinar.
Tanyakan gejala yang mengarah hipotiroid kongenital seperti : ikterus lama, letargi,
konstipasi, nafsu makan menurun dan kulit teraba dingin.1,2,5 Pemeriksaan
Laboratorium dengan pemeriksaan serum TSH dan FT4 merujuk pada rentang nilai
normal yang sesuai usia, sehingga nilai normal neonatus yang digunakan untuk
menilai hasil skrining HK pada neonatus.8 Skrining dengan pemeriksaan TSH
merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk mendeteksi Hipotiroid Kongenital
primer. Skrining Hipotiroid Kongenital primer efektif pada usia 48-72 jam setelah
lahir. Pemeriksaan sebelum usia 48 jam meningkatkan angka positif palsu karena
adanya TSH surge pada bayi baru lahir.

HIPERTIROID
Definisi

Penyakit hipertiroidisme atau hipertiroid adalah penyakit akibat kadar hormon tiroid
terlalu tinggi di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini dapat menimbulkan gejala
jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan turun drastis.
Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher dan berperan sebagai penghasil hormon
tiroid. Hormon ini berfungsi untuk mengendalikan proses metabolisme, seperti mengubah
makanan menjadi energi, mengatur suhu tubuh, dan mengatur denyut jantung.

Kerja dari kelenjar tiroid juga dipengaruhi oleh kelenjar di otak yang dinamakan
kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis
akan menghasilkan hormon yang dinamakan TSH dalam mengatur
kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Ketika kadar hormon tiroid dalam tubuh terlalu tinggi, maka proses
metabolisme akan berlangsung semakin cepat dan memicu berbagai gejala.
Penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah memburuknya
gejala hyperthyroidism atau hipertiroid yang muncul.

Tanda dan Gejala Hipertiroidisme


Gejala yang ditimbulkan oleh hipertiroidisme terjadi akibat metabolisme tubuh berlangsung
lebih cepat. Gejala ini dapat dirasakan secara perlahan maupun mendadak. Gejala yang
muncul antara lain:

• Jantung berdebar
• Tremor atau gemetar di bagian tangan
• Mudah merasa gerah dan berkeringat (hiperhidrosis)
• Gelisah
• Mudah marah
• Berat badan turun drastis
• Sulit tidur
• Konsentrasi menurun
• Diare
• Penglihatan kabur
• Rambut rontok
• Gangguan menstruasi pada wanita

Selain gejala yang dapat dirasakan oleh penderita, ada beberapa tanda-tanda fisik yang dapat
ditemukan pada penderita hipertiroidisme. Tanda tersebut meliputi:

• Pembesaran kelenjar tiroid atau penyakit gondok


• Bola mata terlihat sangat menonjol
• Muncul ruam kulit atau biduran
• Telapak tangan kemerahan
• Tekanan darah meningkat

Selain itu, terdapat jenis hipertirodisme yang tidak menimbulkan gejala. Gangguan ini
disebut hipertiroid subklinis. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya TSH tanpa disertai
dengan hormon tiroid. Setengah penderitanya akan kembali normal tanpa pengobatan khusus
LO 2. Diagnosis, tatalaksana, dan rujukan kelainan
tiroid dewasa (goiter, hipotiroid, hipertiroid, tiroiditis,
tirotoksidoksis) dan kelainan tiroid pada kehamilan.

HIPERTIROID
KRITERIA DIAGNOSIS Hipertiroid neonatal
• Manifestasi klinis
- Riwayat kehamilan: penyakit autoimun pada ibu dan obat antitiroid
yang diminum.
- Sebagian besar bayi lahir prematur, pertumbuhan intrauterin terhambat.
- Mikrosefali, sutura sempit, kraniosinostosis.
- Goiter, eksoftalmus, flushing, peningkatan suhu tubuh.
- Iritabel, sangat gelisah, hiperaktif, takipnea, hiper-refleksi.
- Takikardi (denyut jantung >160x/menit), aritmia, pembesaran
ventrikel jantung, gagal jantung, dan hipertensi.
- Pada keadaan yang berat dapat terjadi penurunan berat badan yang
progresif.
• Pemeriksaan Laboratorium
- Peningkatan kadar T4/FT4, T3/FT3, kadar TSH menurun, TRAb positif pada ibu dan
anak.
• Pemeriksaan TRAb pada ibu hamil sebaiknya dilakukan pada kehamilan 20 – 24
minggu. Bila TRAb ibu tinggi, sangat berisiko bayi yang dilahirkan m1`engalami
tirotoksikosis neonatal. Bila TRAb ibu negatif, tidak akan ada risiko tirotoksikosis
neonatal.
Hipertiroid pada anak (penyakit Grave)
• Manifestasi klinis
- Riwayat penyakit autoimun pada penderita dan keluarga.
- Gejala dan tanda sesuai tabel 1.
- Pemeriksaan kelenjar tiroid: Goiter (konsistensi, noduler, nyeri),
murmur, dan bruit.
• Pada penderita dengan pembesaran tiroid simetris disertai dengan
kelainan mata (orbitopathy), sangat mungkin penyakit Grave sehingga
tidak perlu mencari penyebab lebih lanjut.
• Pemeriksaan laboratorium:
- Kadar T4/FT4 dan T3/FT3 meningkat, kadar TSH menurun, dan TRAb positif.
• Pemeriksaan radiologi

Skintigrafi: Uptake iodium meningkat.


Skintigram dengan 123I maupun 99mTc sebaiknya dilakukan bila ada kecurigaan Toxic
Adenoma (TA) atau Toxic Multinodular Goiter (TMNG).
USG (colour doppler): penilaian aliran darah tiroid dan dapat membedakan PG dan
tiroiditis destruktif.

• Bila kelenjar tiroid tidak noduler tanpa orbitopathy, perlu pemeriksaan TRAb dan
RAIU untuk membedakan PG dengan sebab lain.
Tabel 1: Tanda dan gejala penyakit Grave pada anak
Tanda Gejala
• Goiter
• Eksoftalmus
• Takikardi
• Penurunan berat badan
• Heat intolerance
• Tremor halus
• Hipertensi sistolik
• Tekanan nadi melebar
• Rambut rontok
• Enuresis sekunder (nokturia)
• Usia tulang maju
• Ophtalmopathy-pain, keratitis, lid lag, proptosis.
Krisis tiroid
• Hiperaktif
• Palpitasi
• Gangguan tidur
• Lelah
• Prestasi sekolah menurun • Emosi labil
• Neck fullness atau benjolan • Irritability and nervousness • Buang air besar sering
• Nafsu makan meningkat
• Manifestasi klinis
- Riwayat tirotoksikosis sebelumnya
- Gejala umum: hiperpireksia, banyak keringat, penurunan berat,
distres napas, mudah lelah, lemah.
- Gejala saluran cerna: mual, muntah,diare, nyeri perut, ikterus.
- Gejala kardiovaskuler: aritmia, takikardi, hipertensi bisa berakhir
dengan hipotensi, syok, dan gagal jantung.
- Gejala neurologis: agitasi, hiper-refleksi, tremor, kejang sampai
koma
- Tanda tirotoksikosis: exophthalmus dan goiter
- Faktor pencetus: sepsis, pembedahan, anestesi, terapi iodium
radioaktif, obat (pseudoefedrin, salisilat, kemoterapi), pemberian hormon tiroid
berlebihan, penghentian terapi antitiroid, ketoasidosis diabetik, trauma langsung
terhadap kelenjar tiroid.
• Pemeriksaan laboratorium:
- Peningkatan T3, T4, FT4, kadar TSH menurun.
- Lekositosis dengan shift to the left.
- Tes fungsi hati menunjukkan kelainan yang tidak khas: peningkatan
alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), alkaline
phosphatase, dan serum bilirubin
• Pemeriksaan penunjang lain (sesuai indikasi):
- Radiografi toraks : untuk mendeteksi edema paru dan pembesaran
jantung (gagal jantung) dan juga adanya infeksi paru.
- EKG : untuk memonitor aritmia fibrilasi atrial dan takikardi
Ventricular

TATA LAKSANA Hipertiroid neonatal


Total skor
•>45 0 • 25-44
10 •<25
• Terapi harus segera dimulai untuk mencegah gagal jantung (jangka pendek) dan
kraniosinostosis serta gangguan kognitif di kemudian hari (jangka panjang).
• Pilihan terapi adalah methimazole (MMI) dengan dosis 0.2-0.5 mg/ kgBB/hari dibagi 1
sampai 3 dosis.
• Durasi terapi 2-4 minggu tapi bisa sampai 3 bulan.
• Jika MMI tidak tersedia atau terdapat efek samping terhadap MMI,
maka bisa diberikan PTU hanya untuk jangka pendek.
• Lugol iodine 1-3 tetes /hari bisa ditambahkan dalam kasus yang berat
untuk menghambat sekresi hormone tiroid.
• Jika terdapat gejala hiperaktivitas simpatetis seperti takikardi, hipertensi,
kesulitan minum, maka ditambahkan propranolol 2mg/kgBB/hari.
• Perawatan NICU diperlukan jika terdapat ketidakstabilan hemodinamik, gagal jantung
atau gagal nafas. Dalam kondisi ini bisa ditambahkan
prednisolone 2 mg/kgBB dibagi 1-2 dosis terbagi.
• Pemberian terapi harus dititrasi sampai tercapai kondisi eutiroid.
• Pemberian Air susu ibu (ASI) tetap disarankan.
Pemantauan
• Fungsi tiroid harus diukur setiap minggu sampai stabil dan sesudahnya diperiksa setiap
2 minggu.
• Perlu dievaluasi terhadap gangguan perkembangan, kraniosinostosis, dan mikrosefali.
• TRAb Setiap tahun.
Hipertiroid pada anak (penyakit Grave)
• Terapi medikamentosa
- Obat antitiroid diberikan sebagai terapi pilihan utama pada anak
dengan PG.
» Methimazole (MMI): dosis 0,2 – 0,5 mg/kg hari dalam jangka
waktu 1-2 tahun
» Titrasi dosis dengan pedoman fungsi tiroid.
» Sebelum pemberian obat anti-tiroid, periksa darah tepi lengkap,
fungsi hepar (bilirubin, transaminase dan alkali fosfatase).
» Hentikan obat jika anak mengalami demam, atralgia, luka-luka di mulut, faringitis
atau malaise, dan dilakukan pengukuran
hitung lekosit.
- Apabila tidak mengalami remisi dalam 2 tahun lakukan dievaluasi
erhadap kepatuhan pengobatan, efek samping obat, dan dievaluasi kembali pengobatan
yang diberikan. Dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tiroidektomi.
- Jika dalam keadaan tidak tersedia MMI, maka bisa diberikan PTU dengan dosis awal
5-7mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis dengan pengawasan ketat terutama terkait dengan
fungsi hati.
- PTU harus dihentikan jika kadar transaminase meningkat 2-3 kali lipat di atas kadar
normal dan gagal membaik dalam 1 minggu setelah diulang tes tersebut.
• Terapi simtomatik
- Beta adrenergic blocker (misal propranolol, atenolol, metoprolol)
direkomendasikan untuk anak dengan hipertiroid yang denyut
jantungnya > 100x/menit.
- Beta adrenergic blocker bisa dihentikan ketika kadar hormon tiroid
sudah mencapai normal.
- Dosis propanolol: 0.5 – 2 mg/kg/hari.
• Terapi pembedahan
- Jika pembedahan dipilih sebagai terapi untuk anak dengan PG,
maka dilakukan near-total tiroidektomi
- Pembedahan harus dilakukan oleh ahli bedah tiroid yang
berpengalaman.
- Setelah terapi pembedahan anak memerlukan terapi sulih atau
pengganti hormon tiroid seumur hidup.
• Radioterapi
- Radioterapi dilakukan dengan 131I, belum termasuk first line therapy
di Indonesia. Tujuan radioterapi adalah menjadikan penderita hipotiroid. Dosis
radioterapi sesuai dengan protokol yang berlaku pada masing-masing pemberi
pelayanan radioterapi.
Pemantauan
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan 4-6 minggu sesudah terapi awal dan setiap
pergantian dosis. Ulang tiap 2-3 bulan jika dosis sudah sesuai.
• TSH seringkali masih tersupresi sampai waktu yang cukup lama sehingga penyesuaian
dosis berdasarkan (fT4 atau fT3).
• Sesudah terapi obat antitiroid selama 2 tahun dan anak masih melanjutkan terapi, maka
pemantauan laboratorium dilakukan tiap 6-12 bulan.
• Pemantauan jangka panjang hingga dewasa diperlukan meskipun telah terjadi remisi
atau telah menjalani pembedahan dan terapi iodine radioaktif.
• Prognosis :
- 30% anak yang diobati obat antitiroid mencapai remisi dalam 2
tahun.
- 75% pasien relaps dalam 6 bulan setelah henti obat, sedangkan
hanya 10% relaps setelah 18 bulan.
Krisis tiroid
• Terapi awal terdiri dari:
- Mencari penyebab dan mengobati pencetus.
- Menurunkan secara cepat konsentrasi serum hormon tiroid dan
mengganggu aksi perifer hormon tiroid.
• Terapi pilihan pertama adalah PTU karena memblok konversi T4 ke
T3.
- PTU 100-200 mg tiap 4-6 jam oral atau melalui NGT.
• Iodides (SKKI) 8-10 tetes tiap 8 jam untuk menghambat pelepasan hormon yang
belum terbentuk dari kelenjar, harus diberikan paling
tidak 1 jam sesudah pemberian PTU.
• Propanolol 2mg/kgBB/hari per oral akan memblok efek adrenergik dari
hormon tiroid dan menghambat konversi T4 menjadi T3.
• Glukokortikoid :
- Hidrokortison 2 mg/kgBB IV bolus, dilanjutkan dengan 36-45mg/ m2/hari, dibagi
dalam 6 dosis. Atau
- Hidrokortison 5mg/kgBB (hingga 100mg) IV setiap 6-8 jam. Atau
- Dexametason 0,1-0,2 mg/kgBB/hari dibagi dalam setiap 6-8 jam

TIROIDITIS

Kriteria Diagnosis
Rekomendasi
1. Diagnosis tiroiditis Hashimoto ditegakkan berdasarkan:
a. Adanya struma difus, dengan atau tanpa disertai manifestasi klinis
hipotiroid
b. Ditemukannya antitiroid peroksidase (antithyroid peroxidase antibody/anti-TPO) anti-
thyroglobulin antibody (ATA), atau antibodi reseptor TSH (TSH receptor antibody=
TRAb). Penanda autoimun yang paling sering ditemukan adalah anti-TPO (dilaporkan
dapat hingga 90% kasus). Perlu diingat bahwa 10–15% penduduk positif untuk anti-
TPO antibody.
2. Diagnosis hipotiroid pada pasien tiroiditis Hashimoto ditegakkan jika ditemukan
penurunan kadar FT4 dan peningkatan kadar TSH.
3. Ultrasonografi tiroid berguna untuk menilai ukuran dan struktur kelen- jar tiroid, dan
ada tidaknya nodul.
4. Sidik tiroid bukan merupakan alat diagnostik utama tiroiditis Hashi- moto, tetapi
terindikasi pada kasus yang meragukan.
5. Aspirasi jarum halus (fine-needle aspiration biopsy) tidak direkomendasi- kan untuk
dikerjakan pada pasien dengan tiroiditis Hashimoto.
Penjelasan
Setiap anak dengan kecurigaan hipotiroid didapat perlu dilakukan pemeriksaan kadar
TSH, kadar FT4, dan salah satu antibodi tiroid (anti- TPO, ATA atau TRAb). Penanda
antibodi tiroid yang positif mengkonfirmasi diagnosis tiroiditis Hashimoto. Hasil
pemeriksaan antibodi tiroid yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis tiroiditis
Hashimoto. Pada 10-15% pasien tiroiditis Hashimoto tidak ditemukan antibodi terhadap
tiroid. Pada sebagian besar pasien didapatkan titer anti-TPO dan ATA positif sehingga
anti-TPO dan ATA merupakan penanda diagnostik yang terbaik untuk tiroiditis
Hashimoto. Pada tiroiditis Hashimoto kadang juga ditemukan kondisi hipotiroid
subklinis yang ditandai dengan kadar TSH meningkat sedangkan kadar FT4 masih
dalam rentang normal. Penurunan kadar FT4 dengan peningkatan kadar TSH
memastikan diagnosis hipotiroid primer.
Ditemukannya nodul pada penderita Hashimoto baik saat diagnosis maupun saat
monitoring tahunan adalah 13% dan 0.07% diantaranya ternyata termasuk keganasan.
USG dapat membedakan apakah nodul itu padat atau kistik dan berguna untuk
membantu pelaksanaan biopsi jarum halus pada nodul berukuran kecil.
Gambaran yang ditemukan pada USG adalah adanya pembesaran tiroid yang difus
dengan pola echo parenkimal hipoekoik dan heterogen kasar. Adanya mikronodul
diskrit hipoekoik menunjukkan adanya tiroiditis kronik. USG doppler menunjukkan
gambaran vaskularisasi parenkim tiroid yang menurun atau normal. Gambaran USG
pasien tiroiditis Hashimoto tidak mengalami perubahan dan akan menetap seumur hidup
pasien.
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
tiroiditis Hashimoto adalah biopsi aspirasi jarum halus untuk mengetahui histologi
kelenjar tiroid. Kumar dkk. menyatakan bahwa biopsi jarum halus terindikasi pada
keadaan kecurigaan diagnosis tiroiditis Hashimoto dengan antibodi antitiroid yang
negatif. Indikasi lain biopsi aspirasi jarum halus jika tidak terdapat fasilitas untuk
pemeriksaan imunologis.
Pemeriksaan penunjang lain seperti pemeriksaan darah tepi lengkap hanya dilakukan
atas indikasi. Pada kurang lebih 30-40% pasien hipotiroid menderita anemia akibat
menurunnya eritropoesis, sedangkan 15% lainnya menderita anemia defisiensi besi.
Diagnosis Banding
1. Pembesaran struma pada tiroiditis Hashimoto harus dibedakan dengan struma
nontoksik dan karsinoma tiroid.
a. Pada palpasi konsistensi struma nontoksik cenderung lebih lunak daripada tiroiditis
Hashimoto.
b. Pada remaja, tiroiditis Hashimoto dapat tidak disertai peningkatan titer antibodi
sehinggga biopsi kelenjar tiroid perlu dilakukan.
2. Untuk membedakan tiroiditis Hashimoto dengan karsinoma dapat di- lakukan
berdasarkan manifestasi klinis.
a. Struma dengan keganasan biasanya ditemukan nodul tiroid, keras pada perabaan,
melekat pada stuktur sekitarnya dan terdapat tanda kompresi nervus laringeus rekuren.
b. Pemeriksaan USG yang mencurigakan adanya keganasan padat, hipoechogen,
mikrokalsifikasi, batas tidak jelas, aliran darah tinggi internodular, subkapsular, dan
klinis adanya limfadenopati.
c. Pada pemeriksaan sidik tiroid, karsinoma tiroid tampak sebagai cold nodul sedangkan
pada tiroiditis Hashimoto ambilan radioaktif rendah secara menyeluruh.
Tata Laksana
Rekomendasi
1. Jika terdapat kecurigaan tiroiditis Hashimoto direkomendasikan untuk melakukan
rujukan ke dokter spesialis anak konsultan endokrinologi.
2. Tiroiditis Hashimoto dengan hipotiroid harus diterapi dengan le- votiroksin (L-
tiroksin), dengan dosis awal 1-2 μg/kgBB/hari
3. Tiroditis Hashimoto dengan hipotiroid subklinis:
a. Jika kadar TSH <10 μU/mL tidak direkomendasikan untuk pemberian terapi dengan
levotirokin.
b. Jika kadar TSH >10 μU/mL direkomendasikan untuk diterapi dengan levotiroksin.
Penjelasan
Terapi pilihan untuk tiroiditis Hashimoto dengan hipotiroid adalah: levotiroksin (L-
tiroksin) per oral. Keputusan untuk memberikan terapi pada anak dengan peningkatan
ringan TSH dan kadar T4 normal masih kontroversial. Banyak anak dengan peningkatan
TSH ringan (<10 μU/mL) memperlihatkan fungsi tiroid yang normal tanpa terapi. Anak
dengan kadar TSH >10 μU/mL harus diterapi dengan L-tiroksin walaupun sebagian
besar anak dengan peningkatan TSH antara 10-20 μU/mL tidak menunjukkan gejala
klinis selain goiter. Pemberian L-tiroksin juga dikatakan dapat mengurangi ukuran
struma. Pada 50-90% pasien, ukuran struma menurun rata-rata sebesar 30% setelah
terapi selama 6 bulan.
D. Pemantauan
Rekomendasi
1. Untuk menentukan cukup tidaknya dosis obat yang diberikan, harus dilakukan
pemantauan kemajuan klinis maupun fungsi tiroid meliputi pemeriksaan FT4 atau T4
total (TT4) dan TSH secara periodik.
2. Darah untuk pemeriksaan laboratorium sebaiknya diambil paling cepat 4 jam setelah
pemberian levotiroksin.
3. Pemantauan laboratorium sebaiknya dilakukan setiap 2 bulan setelah perubahan terapi
levotiroksin sampai ditemukan dosis yang tepat. Pe- mantauan selanjutnya dapat
dilakukan setiap 6 bulan.
4. Pemantauan TSH dan FT4 dilakukan seumur hidup.
5. Pemantauan anti-TPO setiap terbukti hipotiroid.
6. Pemantauan tumbuh kembang setiap kontrol terutama kecepatan per- tumbuhan dan
perbaikan berat badan.
7. Pemantauan klinis menghilangnya gejala-gejala hipotiroid.
8. Pemeriksaan USG minimal 1 tahun sekali apabila masih terdapat goiter.
Penjelasan
Pada awal terapi, pemeriksaan fungsi tiroid harus diulang setiap 2 bulan. Berat badan
biasanya akan menurun dalam 6 bulan pertama setelah terapi dimulai dan kecepatan
tumbuhnya bertambah. Pemantauan dilakukan seumur hidup karena adanya
kemungkinan klinis dan laboratorium normal dan dapat terjadi relaps.
E. Ringkasan Rekomendasi
1. Tiroiditis Hashimoto merupakan penyakit autoimun.
2. Tiroiditis Hashimoto dengan hipotiroid harus diterapi dengan le- votiroksin.
3. Tiroditis Hashimoto tanpa hipotiroid, diterapi dengan levotiroksin jika kadar TSH
>10 μU/mL.
4. Pemantauannya dilakukan seumur hidup.

KELAINAN TIROID PADA KEHAMILAN

Hormon tiroid memainkan peran penting selama kehamilan baik dalam perkembangan bayi
dan dalam menjaga kesehatan ibu. Kehamilan memiliki efek yang cukup besar pada fungsi
tiroid maternal. Pembesaran tiroid ringan dinilai sebagai komponen kehamilan yang normal.
Peningkatan ukuran mencerminkan perubahan fisiologis yang disebabkan oleh kehamilan

Selama trimester pertama kehamilan, kadar serum Tyroid Stimulating Hormone (TSH)
maternal secara signifikan lebih rendah daripada tingkat prakehamilan sebagai akibat dari
reaktivitas silang human chorionic gonadotropin (hCG), yang disekresikan oleh plasenta, ke
reseptor TSH pada kelenjar tiroid. Titer autoantibodi tiroid menurun sepanjang kehamilan
sebagai akibat dari penekanan imun yang melekat pada kehamilan. Sebagai akibat dari
perubahan kadar hormon tiroid yang terjadi secara alami selama kehamilan.

Hipertiroid Pada Kehamilan

Hipertiroid didefinisikan oleh tingginya kadar hormon tiroid yang disebabkan oleh
peningkatan sintesis dan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid. Istilah "tirotoksikosis", di
sisi lain, digunakan untuk menggambarkan "kelebihan hormon tiroid", dan dapat disebabkan
oleh peningkatan sintesis hormon tiroid dalam kelenjar tiroid (hipertiroidisme), tetapi juga
dapat terjadi tanpa adanya hipertiroidisme

Hipertiroidisme berlebihan dapat dibagi menjadi beberapa sub-tipe dari etiologi yang
mendasarinya, dan tiga subtipe yang paling umum adalah penyakit Graves, goiter toksik
multinodular, dan adenoma toksik soliter.

Keadaan Hipertiroid dalam kehamilan dapat berdampak juga terhadap kehamilan itu sendiri
dan janin yang dikandung. Dampak yang dapat timbul pada ibu antara lain preeklamsia,
kematian dan gagal jantung kongstif, sedangkan dampak pada janin prematuritas, IUGR,
keguguran, tiroksikosis, hipotiroid dan goiter.

TATALAKSANA

Terdapat berbagai macam tatalaksana untuk hipertiroid dalam kehamilan, terapi yang
digunakan untuk mengatasi hipertiroid dalam kehamilan meliputi:

•Obat Adrenegic Beta Blocker

Penggunaan obat adrenergic beta blocker seperti propranolol dengan dosis 20-40 mg setiap 6-
8 jam ditujukan untuk menghilangkan gejala adrenergik yang ditimbulkan akibat hipertiroid.
Gejalanya berupa tremor, takikardi, gelisah.

•Obat Anti Tiroid


Untuk mengatasi hipertiroid dapat digunakan obat anti tiroid. Obat ini bekerja dengan
menghambat sintesis hormon tiroid. Sintesis ini dihambat dengan mereduksi iodin
organifikasi dan kopling dari MIT dan DIT pada jalur sintesis hormone tiroid. Obat golongan
ini adalah Propylthiouracil (PTU) dan Methimazole (MMI). Penggunaan obat anti-tiroid
Propylthiouracil (PTU) hanya terbatas pada trimester pertama, setelah itu penggunaan
Methimazole direkomendasikan.

•Tindakan Pembedahan

Pembedahan pada kehamilan lebih beresiko dibandingkan dengan terapi obat.Hal ini
berkaitan engan abortus spontan atau persalinan prematur.

Metode pembedahan juga direkomendasikan bila terdapat efek hepatotoksik obat anti tiroid.
Waktu yang paling tepat melakukan operasi sub total tiroidektomi adalah saat trimester ke 2.

Hipotiroid pada kehamilan

Seperti pada hipertiroid, diagnosis untuk hipotiroid sulit untuk ditegakkan pada wanita hamil.
Wanita dengan hipotiroid mempunyai insiden yang tinggi untuk terjadinya preeklampsia,
solusio plasenta, berat badan bayi lahir rendah dan stillbirth di cegah dengan pemberian terapi
levothyroxin yang lebih awal.

Gejala : hipotiroid adalah : penurunan aktivitas, letargi menyeluruh , tidak tahan dingin,
sering mengalami kram otot, konstipasi, rambut rontok, kuku yang rapuh dan kulit kering,
riw operasi tiroidektomi

Tanda :

- Kelenjar tiroid biasanya membesar, tetapi sering sulit raba.

- Bradikardi dan hipotermia sering didapatkan.

- Carpal tunnel syndrome

- reflek tendo yang lemah

- kasus yang berat sering didapatkan myxedema, somnolen, bicara lambat, kurang
konsentrasi, ataxia

cerebral, asites, illeus, efusi pleura dan perikardial, non pitting edema pada tangan , muka dan
nyeri persendian
LO 3. KEGANASAN PADA KELENJAR TIROID

Kanker tiroid adalah kanker yang menyerang kelenjar tiroid. Kanker tiroid akan menyebabkan
pertumbuhan sel-sel di kelenjar tiroid menjadi tidak terkendali. Salah satu penyakit tiroid yang bisa
meningkatkan risiko terjadinya kanker tiroid adalah penyakit gondok.
Kanker tiroid merupakan penyakit yang jarang terjadi. Penderita yang mengalami kanker
tiroid sering kali tidak merasakan gejala apa pun pada awalnya. Jika ukuran kelenjar tiroid
sudah cukup besar, bisa tampak benjolan atau pembengkakan pada bagian depan leher.

Gejala Kanker Tiroid


Kanker tiroid jarang menimbulkan gejala di awal. Namun, seiring pertumbuhan sel dan
jaringan, akan muncul benjolan di bagian depan leher. Benjolan tersebut tidak mudah
digerakkan, terasa kencang, tidak terasa sakit, dan cepat membesar.
Selain benjolan pada bagian leher, ada beberapa gejala lain yang mucul setelah kanker
memasuki stadium lanjut, antara lain:

• Batuk
• Nyeri di leher
• Sakit tenggorokan
• Suara serak yang tidak membaik setelah beberapa minggu
• Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian lebher
• Sulit menelan
• Sulit bernapas

Jika sel-sel kanker meningkatkan produksi hormon tiroid, kanker tiroid akan
menyebabkan hipertiroidisme yang memiliki gejala berupa jantung berdebar, tangan tremor
atau gemetar, penurunan berat badan, gelisah, mudah marah, mudah berkeringat, rambut
rontok, dan diare.

Penyebab Kanker Tiroid


Penyebab pasti kanker tiroid masih belum diketahui. Namun, kondisi ini diduga disebabkan
oleh mutasi genetik. Mutasi genetik akan membuat pertumbuhan sel-sel kelenjar tiroid
menjadi tidak terkendali dan merusak jaringan yang ada di sekitarnya.
Walaupun penyebab kanker tiroid belum dapat dipastikan, ada beberapa faktor yang
diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, yaitu:

• Mengalami penyakit tiroid


Seseorang yang menderita penyakit tiroid, seperti peradangan kelenjar tiroid
(tiroiditis) dan penyakit gondok, lebih berisiko mengalami kanker tiroid.
• Memiliki riwayat paparan radiasi
Paparan radiasi yang dialami selama masa kanak-kanak, misalnya saat
melakukan radioterapi, juga akan meningkatkan risiko terjadinya kanker tiroid.
• Memiliki riwayat kanker tiroid dalam keluarga
Risiko terjadinya kanker tiroid akan meningkat jika seseorang memiliki keluarga yang
pernah menderita kanker ini.
• Menderita kelainan genetik tertentu
Beberapa kelainan genetik, seperti familial adenomatous polyposis (FAP), multiple
endocrine neoplasia, dan sindrom Cowden, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
kanker tiroid.
• Berjenis kelamin wanita
Wanita dikatahui lebih rentan mengalami penyakit ini daripada laki-laki.
• Memiliki kondisi medis tertentu
Ada beberapa kondisi medis yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker tiroid,
di antaranya akromegali dan obesitas.

Diagnosis Kanker Tiroid


Nanti akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami oleh pasien, riwayat kesehatan
pasien, serta riwayat penyakit yang ada di keluarga pasien.
Selanjutnya, akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya pada bagian leher untuk
memeriksa benjolan atau pembengkakan pada bagian tersebut.
Untuk memastikan diagnosis, akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:

• Tes darah, untuk mengetahui kadar hormon tiroid, seperti T3, T4, dan TSH di dalam
darah.
• Biopsi, untuk menentukan apakah kelenjar tiroid mengalami kanker atau tidak serta
untuk mengindentifikasi jenis sel yang mengalami keganasan.
• Pemindaian dengan USG, CT Scan, dan MRI, untuk mengidentifikasi benjolan yang
ada di leher dan ada tidaknya penyebaran (metastasis) kanker tiroid ke bagian tubuh
lain.
• Pemindaian dengan PET scan, untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar atau
belum.
• Tes genetik, untuk mengidentifikasi kelainan genetik yang mungkin berkaitan atau
menyebabkan terjadinya kanker tiroid.

Tahapan perkembangan kanker tiroid


Berdasarkan jenis sel yang berubah menjadi ganas, kanker tiroid dapat dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu papiler (jenis yang paling sering), folikuler, meduler, dan anaplastik. Jika dibagi
berdasarkan stadium dan tahapan perkembangannya, kanker tiroid dapat dibagi menjadi 4
stadium yang berdasarkan klasifikasi TNM (tumor, nodul, dan metastasis).

Pengobatan Kanker Tiroid


Jika pasien sudah dipastikan menderita kanker tiroid, akan segera memberikan pengobatan
sesuai jenis dan stadium kanker yang diderita pasien. Berikut ini adalah beberapa langkah
pengobatan untuk menangani kanker tiroid:

• Operasi tiroidektomi
Operasi tiroid dilakukan untuk mengangkat kelenjar tiroid, baik sebagian
(hemitiroidektomi) atau seluruhnya (tiroidektomi total). Pemilihan jenis operasi akan
disesuaikan dengan jenis dan ukuran kanker tiroid, serta apakah sel kanker sudah
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
• Terapi pengganti hormon
Terapi pengganti hormon tiroid diberikan kepada pasien yang menjalani tiroidektomi
total, karena bila kelenjar tiroid diangkat seluruhnya, otomatis produksi hormon tiroid
juga akan terhenti.
Setelah tiroidektomi total, terapi pengganti hormon perlu diberikan seumur hidup. Tes
darah secara berkala juga perlu dilakukan untuk memantau kadar hormon tiroid di
dalam tubuh dan menyesuaikan dosis terapi pengganti hormon tiroid.
• Pengaturan kadar kalsium
Operasi pengangkatan kelenjar tiroid sering kali mempengaruhi kelenjar paratiroid
yang terletak dekat dengan kelenjar tiroid. Hal ini akan mempengaruhi
kadar kalsium dalam darah.
Oleh karena itu setelah dilakukan operasi pengangkatan tiroid akan dilakukan
pemantauan kadar kalsium dalam darah. Jika diperlukan akan diberikan suplementasi
kalsium secara rutin.
• Terapi iodium radioaktif
Pengobatan ini berfungsi untuk menghancurkan sel-sel kanker di kelenjar tiroid.
Terapi ini juga bertujuan untuk mencegah agar sel kanker tidak muncul lagi setelah
menjalani operasi.
• Radioterapi
Dalam prosedur ini, alat yang mengeluarkan gelombangradioaktif akan diarahkan ke
kelenjar tiroid. Pengobatan ini biasanya dilakukan untuk mengatasi kanker tiroid
tahap lanjut atau kanker tiroid anaplastik.
• Kemoterapi
Pemberian obat-obat kemoterapi biasanya akan dilakukan untuk mengatasi kanker
tiroid anaplastik yang sudah menyebar hingga ke bagian tubuh lain.

Komplikasi Kanker Tiroid


Sel-sel kanker dapat mengalami penyebaran (metastasis). Metastasis kanker tiroid dapat
terjadi pada beberapa bagian tubuh, seperti paru-paru, tulang, dan otak.
Selain itu, pertumbuhan kanker tiroid dapat menyebabkan komplikasi lainnya, yaitu cedera
pada pita suara dan kesulitan bernapas.

Pencegahan Kanker Tiroid


Kanker tiroid tidak bisa dicegah. Namun, Anda dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan
secara rutin jika mengalami penyakit tiroid atau pernah mendapatkan paparan radiasi.
Selain itu, untuk menurunkan risiko terkena kanker tiroid, Anda dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang dan menjaga berat badan tetap ideal.

Anda mungkin juga menyukai