A.Definisi
Penyakit kelenjar tiroid termasuk penyakit yang sering ditemukan di masyarakat. Salah
satu penyakit pada kelenjar tiroid yaitu hipertiroid. Penyakit ini merupakan penyakit
hormonal yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes melitus.
Hipertiroid adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar hormon tiroid di dalam
darah yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Penyebab terbanyak yang dapat
menimbulkan keadaan hipertiroid adalah yaitu sekitar 60-90 persen dari seluruh kasus
hipertiroid di dunia (Haryono & Susanti, 2019 dalam Hermawan,2019)
Menurut (Haryono & Susanti, 2019 dalam Hermawan,2019) hipertiroid atau hipersekresi
hormone tiroid merupakan sebuah kelainan atau gangguan pada kelenjar tiroid. Pada
umumnya jenis kelamin perempuan lebih berpotensi untuk mengalami hipertiroid dari pada
pria. Gangguan hipertiroid muncul karena kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid lebih
dari yang di butuhkan tubuh, terkadang hal tersebut di katakan sebagai tirotoksikosis
B.Etiologi
Penyebab adanya Hipertiroid meliputi berbagai factor, namun pada kenyataan di
lapangan hanya ditemukan dua factor yang paling lazim, yaitu factor dari penyakit goiter
multinodilar toksik, dan penyakit graves. Penyabab lain dari Hipertiroidisme adalah efek dari
disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Selain itu, rendahnya HT akibat
malafungsi kelenjar tiroid yang diikuti dengan peningkatan pada TSH dan TRF karena adanya
umpan balik negative HT terhadap pelepasan keduanya juga merupakan penyebab adanya
Hipertiroidisme.
Pada kasus Hipertiroidisme lain yang disebabkan karena malafungsi di hipofisis akan
memperlihatkan kadar HT dan TSH yang rendah, dan TRH menjadi tinggi karena tidak
adanya umpan balik negative dari HT atau TSH. Sementara pada Hipertiroidisme yang
disebabkan oleh malafungsi di hipotalamus, akan memperlihatkan HT yang menurun, dan
diikuti dengan TSH dan TRH yang juga menurun. (Hermawan.,I. 2019)
C.Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan
penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat
dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Hipertiroid direkomendasikan oleh beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala;
bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak mengalami gejala-
gejala. Pada pasien-pasien yang lebih tua dari 70 tahun, tandatanda dan gejala-gejala yang
khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi lebih jelas ketika
derajat hipertiroid meningkat. Gejala gejala biasanya berkaitan dengan suatu peningkatan
kecepatan metabolisme tubuh.
D.Gejala Klinis
E.Pemeriksaan Diagnostik
• TSH serum (biasanya menurun)
• T3, T4 (Biasanya meningkat)
• Tes darah hormone tiroid
• X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor) (NANDA NIC NOC,
2013)
F.Penetalaksanaan Medis
Tatalaksana medis hipertiroidisme adalah dengan obat-obatan yang menghambat sintesis
hormon tiroid (misalnya PTU, methimazole), mencegah pelepasan hormon (misalnya iodida
kalium, natrium) atau menyamarkan tanda-tanda overaktivitas adrenergik (seperti
propranolol). Pasien hipertiroid juga memiliki defisiensi glukokortikoid relatif dan sebaiknya
diberi suplementasi. Sebagai tambahan, meskipun antagonis beta-adrenergik tidak
memengaruhi fungsi kelenjar tiroid, obat-obat tersebut menurunkan konversi perifer dari T4
menjadi T3. Iodin radioaktif menghancurkan fungsi sel tiroid dan dapat menyebabkan
hipotiroidisme. Iodin radioaktif tidak direkomendasikan bagi pasien-pasien yang sedang
mengandung. Adapun modalitas surgikal, seperti tiroidektomi subtotal, dapat digunakan
sebagai alternatif jika terapi medis gagal, tetapi jarang. Terapi tersebut hanya digunakan pada
pasien-pasien dengan goiter multinodular toksik yang besar atau adenoma toksik soliter.
Penyakit Graves’ biasanya ditatalaksana dengan obat-obatan antitiroid atau iodin radioaktif
(Jasmine.,N & Syahrul.,M.,Z.2019)
G.Pengkajian Data Dasar Keperawatan Kasus Penyakit
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid Tarwoto, dkk. (2012)
adalah sebagai berikut:
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang: riwayat penyakit tiroid, riwayat pengobatan dengan
radiasi, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala, infeksi, riwayat penggunaaan
obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi: aplikasi kesehatan, konsumsi dan pola makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
• Penurunan berat badan
• Peningkatan suhu tubuh
• Kelelahan
• Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
• Cepat lelah
• Intoleransi aktivitas
• Tremor
• Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
• Iritabilitas
• Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
Gangguan tajam penglihatan
Pandangan ganda.
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
• Amenore, menstruasi tidak teratur
• Menurunnya tidak subur, risiko aborsi spontan
• Menurunnya libido
• Menurunnya perkembangan fungsi seksual
• Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan kuburan
• Eksoftalmus
• Pembesaran tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil,
penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatka
gangguan tidur.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi dan pengamatan tiroid
Palpasi keberadaan tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran
dan kesimetrisan pada gondok pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran
normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan
kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun
ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan
kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, penglihatan penglihatan. Adanya iritasi
mata karena kesulitan menutup mata dengan sempurna harus dilakukan pengkajian.
d.Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti
kardioditis dan gagal jantung, oleh yang pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti
tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e.Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada refleks tendon dan
tremor, iritabilitas.
Hipertiroidisme
Cemas
Ansietas
I.Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan laju metabolik
yang berlebihan ditandai dengan berat badan menurun
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar pada status kesehatan ditandai dengan
khawatir terhadap kesehatan, nafsu makan menurun, BB menurun.
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh ditandai
dengan ungkapan negative tentang diri
Kasus :
Ny.M berusia 62 tahun tinggal di kota medan, jalan tembakau 15 no 19. Pekerjaan Ny. M
sehari hari nya adalah sebagai ibu rumah tangga. Ny.M menyatakan tidak memiliki alergi
terhadap makanan dan obat obatan. Ny. M datang ke rumah sakit dengan keluhan ada
benjolan dilehenya. Ny.M mengatakan benjolan tersebut sudah ada sejak 2 tahun yang lalu
tetapi pasien menanggapi nya biasa saja. Namun 2 bulan terakhir benjolan tersebut semakin
membesar dan memutuskan untuk berobat ke rumah sakit. Pasien juga mengatakan nafsu
makan menurun dan berat badan pasien menurun yang awalnya 52 kg menjadi 41 kg. Ny.M
juga mengatakan bahwa sangat cemas dengan penyakit yang dialami nya. Ny.M juga tidak
percaya diri jika bertemu dengan orang lain dikarenakan ada benjolan di lehernya.
K.Materi Pendidikan Kesehatan Klien dan Keluarga
a. Pendkes tentang pentingnya nutrisi bagi kebutuhan tubuh.
I. BIODATA
A.IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny M
Jenis Kelamin : Perempuan.
Umur : 62 tahun.
Status Perkawinan : Menikah
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Tembakau 15 no 19
Tanggal Masuk RS : 20 Mei 2013
No. Register : 862xxx.
Ruangan/ Kamar : Ruang rawat RSCM
Golongan Darah :O
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2013
Tanggal Operasi :-
Diagnosa Medis : Hipertiroid
B.PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. A
Umur : 67 tahun
Pendidikan: SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jln. Tembakau 15 no 19
Hubungan dengan pasien : Suami
Status perkawinan : Menikah
B. Quantity/ quality
1. Bagaimana dirasakan
Riwayat sesak atau sulit menelan disangkal. Nafsu makan menurun dan mual, muntah.
Riwayat radiasi disangkal, tidak ada keluhan dada berdebar.
2. Bagaimana dilihat
Pasien terlihat kurus dan BB menurun.
C. Region
1. Dimana lokasinyaDi leher depan sisi kanan
2. Apakah menyebar Tidak menyebar.
D. Severity (mengganggu aktivitas) Menggagu aktivitas pasien.
E. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) Mulai timbul sejak 2 tahun yang
lalu, dan menyebar sejak 2 bulan terakhir.
a. Bentuk : Bulat.
b. Ubun-ubun : Teraba.
c. Kulit kepala : Bersih
Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut merata, berwarna hitam dan
sedikit putih.
b. Bau : Tidak berbau.
c. Warna kulit : Putih
Wajah
a. Warna kulit : Putih
b. Struktur wajah : Lengkap, simetris
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan Mata simetris dan lengkap.
b. Palpebra
Membuka sempurna
c. Konjungtivita dan sklera
Konjungtiva anemis dan sklera putih.
d. Pupil
Isokor (mengecil saat ada cahaya).
e. Cornea dan iris
Normal
f. Visus
Rabun jauh.
g. Tekanan bola mata
Tidak ada tekanan.
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi
Ditemukan bentuk hidung normal dan tepat berada di tengah.
b. Lubang hidung
Bersih, mukosa hidung lembab, ketajaman penciuman normal
c. Cuping hidung (-)
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri
b. Ukuran telinga : Normal, sejajar dengan garis imajiner cantus mata
c. Lubang telinga : Bersih
d. Ketajaman pendenganran : Ketajaman pendengaran baik.
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Warna bibir : pink, agak pucat
b. Keadaan gusi dan gigi : Gusi baik, gigi sudah ada yg ompong
c. Keadaan lidah : Perasa pasien mengatakan dapat merasakan manis, pahit, asam,
dan manis.
6. Leher
a. Posisi trachea : Tepat berada di tengah
b. Thyroid : Ditemukan adanya pembengkakan/pembesaran tyroid di leher depan sisi
kanan
c. Suara : Terdengar jelas
d. Vena jugularis : Teraba
e. Denyut nadi karotis: Teraba
f. Pemeriksaan Fisik Fokus pada leher
Dextra :
Sekitarnya
saat menelan, ukuran 10x8x4
cm, konsistensi : padat, tepi rata, permukaan bernodul, batas tegas, dapat digerakkan,
nyeri tekan tidak ada Sinistra :
D.Pemeriksaan integumen
1. Kebersihan : Bersih
2. Kehangatan : Hangat
3. Warna : Putih
4. Turgor : Kembali <3 detik
5. Kelembaban : Lembab
6. Kelainan pada kulit : Tidak ada.
G.Pemeriksaan abdomen
1.Inspeksi
a. Bentuk abdomen : Simetris
b. Benjolan/ massa : Tidak ada
c. Bayangan pemb. darah : Tidak ada
2.Auskultasi
a. Peristaltik usus : 15x/ mnt
b. Suara tambahan : Tidak ada
3.Palpasi
a. Tanda nyeri tekan : Tidak ada
b. Benjolan/ massa : Tidak ada
c. Tanda ascites : Tidak ada
4.Perkusi
a. Suara abdomen : Timpani
b. Pemeriksaan ascites : Tidak ada
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan laju metabolik yang berlebihan
ditandai dengan berat badan menurun
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan besar pada status kesehatan ditandai dengan khawatir terhadap
kesehatan, nafsu makan menurun, BB menurun.
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh ditandai dengan ungkapan
negative tentang diri
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DAFTAR PUSTAKA
Syahrul, M. Z., & Jasmine, N. (2019). Tata Laksana Anestesi pada Sectio Caesar Pasien
G4P3A0H3 gravid aterm 38-39 minggu dengan Hipertiroid. Jurnal Kesehatan
Andalas, 8(1), 191-197.
Srikandi, P. R. (2020). HIPERTIROIDISMEE GRAVES DISEASE: CASE REPORT. Jurnal
Kedokteran RAFLESIA, 6(1), 30-35.
Hermawan, I. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST
TIROIDEKTOMI DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MARJAN BAWAH RSUD
DR. SLAMET GARUT TAHUN 2019.