1. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi kelebihan sekresi hormon
tiroid. Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah. Seperti kebanyakan
kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol pada wanita. Kelainan ini
menyerang wanita empat kali lebih banyak daripada pada pria, terutama wanita muda yang
berusia antara 20 dan 40 tahun.
PATOFISIOLOGI
Hipertiroidisme mungkin terjadi karena overfungsi keseluruhan kelenjar, atau kondisi yang
kurang umum, mungkin disebabkan oleh fungsi tunggal atau multiple adenoma kanker tiroid.
Juga pengobatan miksedema dengan hormon tiroid yang berlebihan dapat menyebabkan
hipertiroidisme. Bentuk hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit Graves’ (goiter difus,
toksik) yang mempunyai tiga tanda penting: (1) hipertiroidisme, (2) pembesaran kelenjar tiroid
(goiter), dan (3) eksoptalmos (protrusi mata abnormal). Penyakit Graves’ merupakan kelainan
autoimun yang dimediasi oleh antibody IgG yang berikatan dengan reseptor TSH aktif pada
permukaan sel-sel tiroid.
Penyebab lain hipertiroidisme dapat mencakup goiter nodular toksik, adenoma toksik
(jinak), karsinoma tiroid, tiroiditis subakut dan kronis, dan ingesti TH.
Patofisiologi dibalik manifestasi penyakit hipertiroid Graves’ dapat dibagi ke dalam dua
kategori: (1) yang sekunder akibat rangsangan berlebih system saraf adrenergic dan (2) yang
merupakan akibat tingginya kadar TH yang bersirkulasi.
1. Sistem integumen seperti diaphoresis, rambut halus dan jarang, dan kulit lembab.
2. Sistem pencernaan seperti berat badan menurun, nafsu makan meningkat dan diare.
3. Sistem muskuloskletal seperti kelemahan.
4. Sistem pernafasan seperti dispnea dan takipnea
5. Sistem kardiovaskular seperti palpitasi, nyeri dada, sistolik meningkat, tekanan nadi
meningkat, takikardi, dan disritmia.
6. Metabolik seperti peningkatan laju metabolism tubuh, intoleran terhadap panas dan suhu
sub febris.
7. Sistem neurologi seperti mata kabur, mata lelah, insomnia, infeksi atau ulkus kornea,
sekresi air mata meningkat, konjungtiva merah, fotopobia, tremor, hiperrefeks tendon.
8. Sistem reproduksi seperti amenore dan volume menstruasi berkurang.
9. Psikologis/emosi seperti gelisah, iritabilitas, gugup, emosi labil, dan perhatian meyempit.
2. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah penurunan sekresi hormone kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon-
hormon tiroid.
PATOFISIOLOGI
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada pengobatan
tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar tiroid dan atropi kelenjar
tiroid yang bersifar idiopatik.
Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30 sampai 60 tahun, empat kali
lipat angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme kongenital dijumpai satu
orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk
meningkatkan sekresinya sebagai respons terhadap rangsangan hormone TSH. Penurunan sekresi
hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolism basal yang akan mempengaruhi semua
sistem tubuh. Proses metabolic yang dipengaruhi antara lain:
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolism lemak dimana akan terjadi
peningkatan kadar kolestrol dan trigliserida sehingga klien berpotensi mengalami
aterosklerosis. Pembentukan eritrosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya
hormon tiroid memungkinkan klien mengalami anemi.
1. Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal.
2. Sistem pulmonary seperti hipoventilasi, pleural efusi, dan dispnea.
3. Sistem kardiovaskular seperti bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, dan hipotensi.
4. Metabolik seperti penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, dan intoleransi
terhadap dingin.
5. Gastrointestinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan, obstipasi, dan distensi
abdomen.
6. Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat, gangguan
memori, dan perhatian kurang.
7. Sistem muskuloskletal seperti nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat.
Rumahorbo, H. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: