• NIDIYA INDAH LESTARI • RESTU ABIYASA DEFINISI Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid merpoduksi hormon tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan thyrotoxocisis (barah, 2009). ETIOLOGI • Penyakit Graves -> autonium -> TSHr Stimulating Antibody • Adenoma Toksik • Struma multinodosa toksik (Plummer) -> sel kon memproduksi hormon tiroid • Tiroiditis. Kerusakan folikel tiroid -> cadangan hormon tiroid lepas ke sel sirkulasi • Hashimoto -> autoimun -> bloking antibody • Penyakit Tropoblastik • Pemakaian berlebihan yodium atau obat hormon tiroid • Obat amiodaron • Hipersekresi TSH FATOFISIOLOGI Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosisyang di akibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini disebabkan ikayan T3 dengan reseptor T3-Iinti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH atau TSH-like substance (TSI,TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebakan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik. Sebaiknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, implamasi,radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dakam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksokosis tanpa hipertiroidisme, biasanya sel / limiting disease (Djokomoeljanto, 2009). KLASIFIKA SI Terdapat dua tife hipertiroidisme spontan yang paling sering di jumpai yaiutu penyakit graves dan goitter nodulartoksik. Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan ekstra tiroidal ,dan keduanya meungkin tak nampak. Ciri ciri tiroidal berupa goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid. Dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, dan tidak tahan nafas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun, sering di sertai dengan nafsu makan yang meningkat, palpitasi dan takikardi, diare, dan kelemahan serta atropi otot. Manifestasi ekstratiroidal optalmopati di tandai dengan mata melotot, fisura palpebra melebar, kedipan berkurang, lig lag, dan kegagalan konvergensi. Goiter nodular toksik, lebih sering di temukan pada pasien lanjut usia sebagai komplikasi goiter nodular pronik, manipetasinya lebih ringan daripada penyakit graves ( schteingart, 2006). MANISFESTASI KLINIS 1. Umum : tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat, toleransi obat, hiperdefeksasi, lapar. 2. Gastrointestinal : makan banyak, haus, muntah, disfagia splenomegali. 3. muskular : rasa lemah. 4. Genitourania : Oligomenorea, omenorea, libido turun infertil, ginekomastis. 5. kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, hislky hair. 6. Psilkis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervosita, paralisis periodik disneu. 7. Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung. 8. Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar. 9. Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang PROGNOSIS Dubia ad bonam. Mortalitas klisis tiroid dengan pengobatan adekuat adalah 10- 15% (rani ., et., 2006). Individu dengan tes fungsi tieoid normal- tinggi, hipertiroidisme subklinis, dan hipertiroidisme klinis akan meningkatkan risiko antrium fibrilasi. Hipertiroidisme juga berhubungan dengan peningkatan resiko gagal jantung (6% dari pasien), yang mungkin menjadi sekunder untuk atrium fibrilasi atau takikardia yang mediasi cardiomyopathy. Gagal jantung biasanya reversible bila hipertiroidisme diterapi. Pada pasien dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelum nya, hipertiroidisme meningkatkan risiko kematian (rasio hazard [HR] = 1,57), dan bahkan mungkin pasa pasien tanpa jantung. Hal ini juga meningkatkan risiko stroke iskemik (HARI = 1,44) antara dewasa usia 18 sampai 44 tahun. Hipertiroidisme tidak diobati juga berpengaruh terhadap kepadatan mineral tulang yang rendah dan meningkatkan risiko fraktur pinggul ( Gandhour and reust, 2011).