Anda di halaman 1dari 4

Step 5: Sasaran belajar

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Anatomi hipertiroid


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi, etiologi dan faktor
resiko hipertiroid
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi hipertiroid
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosis dan diagnosis
banding hipertiroid
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang komplikasi hipertiroid
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tatalaksana dan edukasi
hipertiroid
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang AIK pada skenario

Step 6: Belajar Mandiri

Step 7: Diskusi Sasaran Belajar

1. Anatomi Hipertiroid
Berdasarkan letak anatomi hipertiroid dibagi menjadi hipertiroid primer apabila kelainan terjadi
di kelenjar tiroid dan hipertiroid sekunder apabila letak kelainan di luar kelenjar tiroid. Kelainan
ini bisa timbul secara spontan ataupun akibat asupan hormontiroid yang berlebihan.

2. Definisi Hipertiroid
Hipertiroid atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif, terjadi ketika kelenjar tiroid
melepaskan terlalu banyak hormon dalam aliran darah sehingga mempercepat metabolism
tubuh. Hipertiroid cenderung terjadi karena faktor keturunan dalam keluarga, serta sering
terjadi pada perempuan di usia muda.
Etiologi Hipertiroid
Berbagai kondisi dapat menyebabkan hipertiroidisme, seperti penyakit Graves, hingga
gangguan autoimun. Pada penyakit Graves, sistem kekebalan tubuh akan menyerang
kelenjar tiroid dengan antibodi, yang mengakibatkan pelepasan terlalu banyak hormon.
Selain penyakit Graves, ada beberapa penyebab lain dari hipertiroidisme, seperti: 
 Adanya tumor pada area testis atau ovarium. 
 Konsumsi obat dengan kandungan yodium tinggi, misalnya amiodarone. 
 Terlalu banyak konsumsi makanan yang mengandung iodium tinggi, seperti makanan
laut, produk susu, dan telur. 
 Benjolan, seperti toxic nodular tiroid, atau adanya tumor jinak pada kelenjar tiroid
atau kelenjar pituitari (hipofisis).

Faktor Resiko Hipertiroid


Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang untuk
terkena hipertiroidisme, antara lain:
 Jenis Kelamin. Wanita jauh lebih mungkin untuk memiliki hipertiroidisme daripada
pria. Para ahli percaya ini mungkin ada hubungannya dengan hormon.
 Kehamilan. Kehamilan dapat merangsang hipertiroidisme pada beberapa orang, yang
dapat menyebabkan komplikasi bagi orang tua dan janin.
 Usia. Seseorang dianggap berisiko lebih tinggi untuk hipertiroidisme sebagai orang
dewasa yang lebih tua, terutama setelah usia 60 tahun.
 Genetika. Riwayat keluarga hipertiroidisme biasanya menunjukkan peningkatan
kemungkinan mengembangkan kondisi tersebut.
 Asupan Yodium Berlebih. Asupan yodium berlebih dari obat atau makanan tertentu
juga dapat meningkatkan risiko hipertiroidisme. 
 Mengidap Kondisi Kesehatan Lain. Orang dengan diabetes tipe 1, insufisiensi
adrenal primer, atau anemia pernisiosa dianggap lebih berisiko.

3. Patofisiologi Hipertiroid
Patofisiologi hipertiroid dapat melalui berbagai mekanisme, tergantung penyakit
dasarnya. Hipertiroid bisa terjadi melalui mekanisme autoimun yang menghasilkan
autoantibodi terhadap thyroid stimulating hormone receptor (TSHR-Ab). Autoantibodi
ini akan menstimulasi sintesis dan sekresi hormon tiroid secara berlebihan.
Mekanisme autoimun ini terjadi pada Grave’s disease. Autoantibodi juga akan bereaksi
dengan thyroid derived thyroglobin di mata, yang akan menyebabkan reaksi inflamasi dan
penumpukan cairan sehingga terjadi eksoftalmus.

4. Diagnosis Hipertiroid
 Anamnesis
Gejala klinis hipertiroid meliputi cemas, emosi yang labil, lemah, tremor,
palpitasi, heat intolerance, dan penurunan berat badan walaupun nafsu makan
bertambah. Gejala lainnya meliputi peningkatan frekuensi defekasi, frekuensi miksi,
oligomenore atau amenore pada perempuan, serta ginekomastia dan disfungsi
ereksi pada pria.

 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital akan ditemukan takikardia, pulsus defisit, dan
hipertensi sistolik. Temuan pemeriksaan fisik lain meliputi kulit teraba hangat dan
lembap, rambut tipis dan halus, tremor, kelemahan otot proksimal, dan hiperrefleks.
Tanda eksoftalmus, edema konjungtiva dan periorbita, pergerakan kelopak mata yang
terbatas atau terhambat (lid lag), serta myxedema pretibial hanya dijumpai
pada Grave’s disease.

 Pemeriksaan Penunjang
a) Kadar Hormon Tiroid
b) Deteksi Antibodi
c) Pemeriksaan Scintigraphy
d) Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis Banding Hipertiroid


a) Hipotiroid
b) TNG (Toxic Nodular Goiter)
c) Goiter, Diffuse Toxic
d) Thyroid Papillary Carcinoma
5. Komplikasi Hipertiroid
Jika dibiarkan tanpa penanganan, hipertiroidisme dapat menyebabkan sejumlah
komplikasi, seperti:
 Masalah Jantung
Hipertiroidisme dapat menimbulkan beberapa masalah pada jantung. Contohnya
seperti detak jantung yang cepat, gangguan irama jantung yang disebut fibrilasi atrium
yang meningkatkan risiko stroke, dan gagal jantung kongestif. 
 Tulang Rapuh
Hipertiroidisme yang tidak diobati juga dapat menyebabkan tulang lemah dan rapuh
(osteoporosis). Kondisi ini dapat dipicu oleh berkurangnya kemampuan tubuh untuk
memasukkan kalsium ke dalam tulang akibat tingginya hormon tiroid. Padahal,
kekuatan tulang bergantung pada jumlah kalsium dan mineral lain yang
dikandungnya. 
 Masalah Mata
Mereka yang mengidap oftalmopati Graves dapat mengembangkan beberapa masalah
mata. Contohnya termasuk mata menonjol, merah atau bengkak, kepekaan terhadap
cahaya, dan penglihatan kabur atau ganda. Masalah mata yang parah dan tidak diobati
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.
 Kulit Merah dan Bengkak
Dalam kasus yang jarang terjadi, pengidap penyakit Graves mengembangkan
dermopati Graves. Kondisi ini akan memengaruhi kulit, menyebabkan kemerahan dan
bengkak, terutama pada tulang kering dan kaki.
 Krisis Tirotoksik
Hipertiroidisme juga berpeluang menyebabkan krisis tirotoksik sebagai
komplikasinya. Perlu diketahui bahwa krisis tirotoksik merupakan peningkatan gejala
yang tiba-tiba. Kondisi ini dapat menyebabkan demam, denyut nadi yang cepat, dan
bahkan delirium. Jika pengidap hipertiroidisme mengalaminya, ia perlu segera
mencari perawatan medis.

6. Tatalaksana Hipertiroid
Obat antitiroid yang digunakan adalah propylthiouracil, carbimazole, dan methimazole.
Mekanisme kerja golongan obat ini adalah menghambat oksidasi dan organifikasi iodine
melalui inhibisi enzim tiroid peroksidase dan menghambat proses coupling iodotirosin
menjadi T4 dan T3.

Edukasi Hipertiroid
Penderita hipertiroid harus memahami penyebab kondisi ini, disertai penjelasan pilihan
terapi. Kasus Grave’s disease dapat diterapi dengan obat antitiroid, ablasi radioaktif
iodine, atau pembedahan. Sementara, pada pasien toksik adenoma atau toksik
multinodular goitre harus memilih ablasi radioaktif iodine dan pembedahan.

7. AIK pada Skenario


Dalam Islam, marah adalah perbuatan yang dilarang karena dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain. Al Quran dan hadits menganjurkan umat Islam untuk senantiasa menahan
marah.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 133-134 sebagai berikut:
Artinya: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

Anda mungkin juga menyukai