Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di bagian depan leher, sedikit di bawah laring. Kelenjar ini berfungsi
untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein, dan mengatur sensitivitas
tubuh terhadap hormon lainnya.

Penyakit Graves adalah salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang
menjadi penyebab umum hipertiroidisme atau produksi hormon tiroid berlebih. Pada penderita
Graves, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh malah menyerang kelenjar
tiroid (autoimun). Penderita penyakit graves dapat menunjukkan gejala seperti rasa cemas, lekas
marah, rasa lelah dan kehilangan berat badan yang tidak diharapkan, bahkan penonjolan bola mata.
Kondisi ini sering terjadi pada wanita, terutama yang berusia 20-40 tahun. Perokok juga memiliki
risiko tinggi dari penyakit grave. Meskipun secara umum penyakit ini tidak mengancam jiwa,
penanganan diperlukan untuk mepertahankan kualitas hidup karena jumlah berlebihan dari hormon
tiroid di dalam tubuh mempengaruhi suasana hati dan bahkan dapat menyebabkan depresi pada
kasus berat.

1.2. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan
kelenjar endokrin : penyakit graves dari berbagai usia secara komperehensif berdasarkan
ilmu dan keterampilan yang dimiliki

2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep dasar penyakit graves
b. Memahami etiologi penyakit graves
c. Memahami patofisiologis penyakit graves
d. Mengetahui manifestasi klinik yang terjadi pada penyakit graves
e. Mengetahui tes diagnostik penyakit graves
f. Mengetahui komplikasi penyakit graves
g. Melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit graves

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Penyakit Graves

Penyakit graves juga disebut Goiter difus toksik atau penyakit basedow. Dari berbagai
literatur, diperoleh berbagai pengertian graves :

1. Penyakit graves adalah suatu penyakit yang disebabkan karena proses autoimun, dimana
terbentuknya antibodi yang disebut Thyroid Stimulating Immunoglobulin (TSI) yang
menempel pada sel-sel tiroid yang merangsang kelenjar tiroid untuk membuat hormon tiroid
yang sangat banyak ( Tarwoto, 2012:Hal.89)
2. Penyakit graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme akibat proses autoimun,
dimana antibodi IgG mengikat pada reseptor TSH (Weetman, AP.2005:hal.352)
3. Penyakit graves adalah penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, bercirikan pembesaran
kelenjar tiroid dan sekresi hormon tiroid yang berlebihan, serta keadaan dimana antibodi
berikatan dengan reseptor TSH dan menstimulasi kelenjar tiroid untuuk melepaskan T 3, T4
atau kedua-duanya secara berlebihan ( Lewis, Sharon.2014)

Dapat disimpulkan, penyakit Graves adalah suatu keadaan terganggu nya sistem imun akibat
proses autoimune, dimana sistem imun tersebut memicu pembentukan antibodi yang disebut
Thyroid Stimulating Immunoglobulin (TSI), dan berikatan dengan Thyiroid Stimulating
Hormone Reseptor (TSHR) yang menstimulasi kelenjat tiroid untuk memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan.

2.2 Etiologi

Penyakit graves merupakan penyakit salah satu autoimun, yang penyebabnya sampai
sekarang belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa faktor predisposisi yang turut
berperan dalam meningkatkan risiko penyakit graves, yaitu :
a. Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko terserang penyakit Graves dibanding pria.
b. Usia. Penyakit Graves lebih sering terjadi pada orang berusia di bawah 40 tahun.
c. Genetik. Riwayat penyakit Graves dalam keluarga dapat menyebabkan anggota
keluarga tersebut menjadi lebih rentan terserang penyakit Graves.
d. Menderita penyakit autoimun lain. Memiliki penyakit autoimun lain seperti diabetes
tipe 1 atau rheumatoid arthritis juga berisiko menimbulkan penyakit Graves pada
orang tersebut.
e. Stres secara emosional atau fisik. Sakit atau peristiwa yang menyebabkan stres,
dapat turut memicu penyakit Graves pada orang dengan gen yang rentan terhadap
penyakit ini.
f. Merokok. Merokok dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Bagi perokok yang
sedang menderita penyakit Graves, akan semakin

2.3 Patofisiologi

Kelenjar tiroid secara abnormal dirangsang oleh Thyroid Stimulating Immunoglobulin


(TSI). TSI merupakan antibodi yang diarahkan ke reseptor TSH dalam folikel thyroid. Antibodi

2
ini merangsang reseptor TSH pada kelenjar tiroid dan menyebabkan aktivitas kelenjar tiroid
yang berlebih sehingga produksi hormon tiroksin berlebihan.

2.4 Manifestasi Klinis

Trias Penyakit graves dan gejala yang khas berupa :

1. Hipertiroid atau tirotoxicosis (takikardi, atrium fibrilasi, tremor, badan menjadi kurus).
2. Eksopthalmus (bola mata keluar)
3. Goiter atau Siruma simetris diffuse (pembesaran kelenjar tiroid)
4. Pretibial Mixedema ( pembengkakan subcutan pada pergelangan kaki bawah bagian depan,
eritema, mengkilat.

Gejala lain dapat berupa keluhan diplopia, oftamoglepia, retraksi bola mata, proptosis,
kemosis, peka terhadap cahaya, mata berair, papiledema, ketajaman, penglihatan berkurang,
akropachi (jari tabuh) dan keluhan hipertiroidisme.

2.5 Test Diagnostik

Diagnosis penyakit Graves diawali dengan menanyakan gejala yang timbul serta riwayat
penyakit yang pernah diderita. Dokter akan memeriksa denyut nadi dan tekanan darah, serta
melihat tanda-tanda tremor. Dokter juga akan memeriksa kelenjar tiroid di leher, untuk
memeriksa apakah terjadi pembesaran. Beberapa tes lain yang dapat dijalankan adalah:

 Tes darah. Dokter akan melakukan tes darah untuk mengecek kadar hormon tiroid, dan
kadar hormon hipofisis atau pituitari yang mengatur produksi hormon dari kelenjar tiroid,
yaitu TSH (thyroid-stimulating hormone). Penderita Graves memiliki level TSH yang lebih
rendah dari batas normal, serta level hormon tiroid yang lebih tinggi.
 Tes serapan yodium radioaktif. Yodium diperlukan oleh tubuh dalam membuat hormon
tiroid. Sehingga dalam pemeriksaan ini akan menggunakan bantuan zat yodium radioaktif
dan melihat kadarnya di kelenjar tiroid melalui kamera khusus. Dokter akan memberi sedikit
3
yodium radioaktif dan mengukur kadarnya di kelenjar tiroid. Pemeriksaan ini akan
membantu dokter menentukan apakah hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit Graves atau
oleh penyakit lain.
 Tes pencitraan. Tes pencitraan dilakukan untuk melihat pembesaran pada kelenjar tiroid.
USG dapat menjadi pilihan bagi pasien yang tengah hamil. Bila diperlukan, dokter akan
menjalankan tes pencitraan lain, seperti CT scan atau MRI

2.6. Komplikasi

1. Gangguan Jantung

Penyakit graves yang tidak segera ditangani bisa berujung pada gangguan jantung. Mulai dari
perubahan struktur dan fungsi jantung, menurunnya kemampuan jantung dalam memompa
darah ke seluruh tubuh, hingga aritmia. Adalah sebuah kondisi yang menyebabkan masalah
pada irama jantung, entah berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, ataupun tidak teratur.

2. Krisis Tiroid (Thyroid Storm)

Kondisi ini menyebabkan tubuh memproduksi hormon tiroid secara cepat dan berlebihan. Hal
itu bisa terjadi karena hipertiroidisme yang tidak segera ditangani, sehingga berpotensi menjadi
kondisi yang berbahaya.

Gejala dari krisis tiroid termasuk diare, keringat berlebihan, tekanan darah rendah, demam,
muntah, kejang, dan mengigau. Kondisi ini pun dapat menyebabkan jantung berdebar, muncul
sakit kuning, hingga kehilangan kesadaran dan koma.

3. Osteoporosis

Pada beberapa kasus, penyebab graves bisa menyebabkan pengidapnya mengalami komplikasi
berupa keropos tulang atau osteoporosis. Pasalnya, jumlah hormon tiroid yang terlalu banyak
dapat memengaruhi proses penyerapan kalsium ke dalam tulang. Kemampuan tubuh dalam
menyerap kalsium yang dikonsumsi menjadi lebih rendah. Hal ini bisa menyebabkan kekuatan
tulang jadi berkurang sehingga lebih mudah rapuh dan mengalami gangguan lain.

4. Gangguan Kehamilan

Komplikasi yang dipicu penyakit graves juga memengaruhi kehamilan. Mulai dari
menyebabkan kelahiran prematur, disfungsi tiroid pada janin, dan perkembangan janin jadi
terhambat. Kondisi ini pun akan berdampak ke calon ibu, menyebabkan darah tinggi bagi ibu
hamil, gagal jantung, hingga risiko keguguran

2.7. Asuhan keperawatan penyakit graves

1. Pengkajian

A. Data demografi yang penting untuk dikaji adalah usia dan jenis kelamin.
B. Riwayat kesehatan
1. Riwayat keluarga dengan faktor genetik penyakit graves.

4
2. Riwayat kesehatan sekarang riwayat penyakit tiroid yang di alami, infeksi,riwayat
penggunaan obat-obatan seperti lithium dan merokok.
3. Riwayat sosial ekonomi kemampuan memelihara kesehatan konsumsi dan pola
makan porsi makan.
C. Keluhan utama
1. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
a. Penurunan berat badan meskipun porsi makan banyak
b. Peningkatan suhu tubuh
c. Kelelahan
2. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
a. Cepat lelah
b. Intoleran aktivitas
c. Insomnia
3. Kaji yang berhubungan dengan gangguan pernafasan
a. Iribilitas
b. Emosi tidak stabil seperti cemas, mudah tersinggung
4. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
a. Gangguan tajam penglihatan
b. Pemandangan ganda
5. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
a. Amenorhea, mens tidak teratur
b. Menurunya libido
c. Menurunya perkembangan fungsi seksual
d. Impoten
6. Kaji yang berhungan dengan penyakit greves
a. Eksoflamus
b. Pembesaran kelenjar tiroid
7. Pengakajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid baisanya menampakan suasana hati yang tidak stabil,
penurunan terhadap perhatian, sering juga didaptkan gangguan tidur.
8. Pemeriksaan
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat
kali dari ukuran normal.
Auskultasi adanya”bruit”
b. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler
dan peningkatan jaringan dibawah mata penekanan pada saraf mata dapat
mengakibatkan kerusakan pandangan seperti saraf mata dapat mengakibatkan
kerusakan pandangan sepertipenglihatan ganda tajam penglihatan adanya iritasi
mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna.
c. Pemeriksaan jantung komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid
Adalah gangguan jantung seperti kardiotis dan gagal jantung oleh karenya
pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah,takikardia, distrimia,
bunyi jantung pembesaran jantung

5
d. Muskulokaletal, baiasanya ditemukan otot, hiperaktif pada leflex tendon tremor,
iritabilitas.

2. Diagnosa Keperawatan
a.Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d Hipermetabolisme
Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
No Intervensi Keperawatan Rasional
.
1. Observasi, catat pola Dengan mengetahui pola konsumsi makanan
konsumsi makanan. pasien, perawat dapat menentukan langkah-langkah
untuk mempertahankan status gizi yang memadai.
2. Timbang Bb klien setiap Kemampuan untuk memenuhi metabolisme,
hari, pada waktu yang disesuaikan berdasarkan banyaknya kehilangan BB,
sama dan catat hasilnya. pemantuan secara berkala, diperlukan untuk
mendeteksi pennuruan BB lebih lanjut
3. Berikan makanan tinggi Hipertiroidisme menyebabkan peningkatan laji
kalori tinggi protein metabolisme, sehingga membutuhkan asupan
nutrisis dalam jumlah tinggi untuk mencegah
pemecahan otot dan penurunan berat badan.
Kehilangan BB lebih dari 10%-17% membutuhkan
harga 4000kcal.
4. Berikan snack atau Dengan memberikan makanan tambahan diantara
makanan tambahan seperti waktu makanan, diharapkan dapat mempertahankan
juice buah-buahan segar. asupan kalori yang memadai.
5. Kolaborasi dengan ahli Dengan berkonsultasi dengan ahli gizi, pasien dapat
gizi mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi untuk
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang memadai.

b. Gangguan Persepsi sensori: penglihatan b.d edema retro-orbital yang menekan saraf optic
dan memendeknya otot mata sebagai akibat dari optalmopati graves.
Tujuan: Klien tidak mengalami kehilangan penglihatan yang lebih buruk
No Intervensi Rasional
.
1. Observasi aktivitas visual, Terjadinya hipertiroidisme menyebabkan
fotopobia, keutuhan kornea kesulitan dalam fokus penglihatan sehingga
dan penutupan kelopak mata terjadi gangguan penglihatan.
2. Ajarkan teknik-teknik Dengan melakukan tindakan tersebut, dapat

6
melindungi mata dari cedera menurunkan risiko cedera, memberikan
dan menjaga ketajaman kenyamanan menhurangi edema periorbital
visual , seperti: sehingga meminimalkan risiko kehilangan
Gunakan kacamatarayhen penglihatan lebih lanjut.
bila terjadi potopobia
Kompres mata dengan sterile
water
Gunakan plaster non alergi ,
bila saat tidur kelopak mata
tidak menutup sempurna
Tidur dengan posisi kepala
ditinggikan
3. Kolaborasi dengan dokter Pemberian steroid dan diuretik bertujuan untuk
untuk pemberian obat steroid mengurangi edema orbital.
atau diuretik

c. Resiko penurunan curah jantung b.d peningkatan laju dan stroke volume sehingga waktu
pengisian distolik menurun.
Tujuan: Tidak terjadi penurunan curah jantung dan fungsi jantung kembali normal
No Intervensi Rasional
.
1. Observasi TD, Nadi, RR, Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan
suhu dan auskultasi bunyi meningkatnya laju jantung, stroke volume dan
jantung tiap 4 jam. kebutuhan jaringan akan oksigen sehingga
menyebabkan tekanan pada jantung.
2. Observasi edema perifer, Adanya edema perifer dan distensi vena jugular
distensi vena jugular. merupakan hasil dari hipertensi, aritmia, takikardia dan
CHF
3. Ciptakan suasana lingkungan Lingkungan fisik yang nyaman dan suasana psikologis
yang tenang dan bebas dari yang tenang dapat mengurangi rangsangan stress.
gangguan.
4. Ajarkan tindakan relaksasi Dengan adanya stress yang meningktan,
dam beri penjelasan tiap mengakibatkan meningkatnya kadar katekolamin
intervensi yang dilakukan sehingga meningkatkan beban kerja jantung.
untuk mengurangi stress
5. Bantu klien untuk Dengan adanya waktu istirahat dapat mengurangi
menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan kebutuhan jaringan dalam
7
waktu aktivitas dan istirahat. penggunaaan oksigen, mengurangi beban kerja
jantung.
6. Kolaborasi dengan dokter Dengan diberikannya obat anti tiroid pembentukan
untuk pemberian OAT hormon tiroid dapat dihambat, sehingga perangsangan
seperti Thionamide terhadap jantung dapat ditekan

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

8
Penyakit graves merupakan penyakit autoimun yang tidak dapat diketahui secara pasti
penyebabnya, kapan remisinya tercapai dan membutuhkan penekunan proses utoimun secara
terus menerus. Oleh karena itu, pengelolaan penyakit graves ini memerlukan evaluasi teratur
dan kerjasama dokter dengan pasien, termasuk ketaatan pasien minum obat, sehingga tujuan
pengobatan dapat tercapai.
3.2. SARAN
Penulis tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat makalah yang lebih baik
untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC

9
Doenges Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Guyton Hall, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC

10

Anda mungkin juga menyukai