Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH HIPERSENSITIVITAS DAN AUTOIMUN

(Penyakit Graves)

Dosen pengampu :

Disusun oleh :

Salsa Quthrunnada 051201097

PROGRAM STUDI S1 FARMASI REGULER

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2022
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang menyebabkan tubuh
menghasilkan hormon tiroid secara berlebihan (hipertiroidisme). Penyakit ini dapat
menimbulkan beragam gejala, di antaranya jantung berdebar, penurunan berat badan,
serta tangan gemetar. Kelenjar tiroid bertugas untuk memproduksi hormon yang
mengatur beberapa fungsi tubuh, seperti sistem saraf, perkembangan otak, serta suhu
tubuh. Pada penderita penyakit Graves, kelenjar tiroid memproduksi hormon lebih
banyak dari yang dibutuhkan. Meskipun banyak gangguan lain yang dapat
menyebabkan hipertiroidisme, penyakit Graves merupakan penyebab paling umum dari
kondisi tersebut. Penyakit Graves paling sering terjadi pada wanita dan orang yang
berusia kurang dari 40 tahun. Namun, pada dasarnya penyakit ini bisa dialami oleh siapa
saja.
Penyakit Graves merupakan salah satu penyakit tiroid autoimun dan merupakan
penyebab terbanyak dari hipertiroidisme. Sekitar 80% kasus hipertiroid didunia
disebabkan oleh Graves. Selain penyakit Graves, Tiroiditis Hasimoto adalah penyakit
autoimun lain yang sering ditemui. Hipertiroid adalah suatu gangguan yang melibatkan
hasil sintesis dan sekresi dari hormon tiroid oleh kelenjar tiroid, yang menyebabkan
kondisi hipermetabolisme dari tirotoksikosis. Hipertiroid ditandai dengan adanya kadar
serum Tiroid Stimulating Hormone (TSH) yang rendah dengan adanya peningkatan dari
kadar Triiodotironin (T3) dan atau free Thyroxine (fT4). Hipertiroid sendiri merupakan
penyakit endokrin metabolik yang menempati urutan kedua terbesar setelah diabetes
melitus. Selain Graves penyebab hipertiroid lainnya adalah struma multinodusa toksik
(Penyakit Plummer) sebanyak 40%, dan adenoma toksika. 1,2, 3,4,5 Penyakit Graves
secara klasik ditandai dengan adanya hipertiroidism dan diffus goiter, Graves juga dapat
dihubungkan dengan oftalmopati dan kadang dermopati.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme penyakit graves?
2. Bagaimana kondisi penyakit graves di Indonesia?
3. Bagaimana cara menangani penyakit graves?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme penyakit graves.
2. Untuk mengetahui kondisi penyakit graves di Indonesia.
3. Untuk mengetahui cara menangani penyakit graves.
II. PEMBAHASAN
Hipertiroid merupakan salah satu penyakit metabolik. Hipertiroid menempati
urutan kedua sebagai penyakit metabolik setalah penyakit diabetes melitus. Penyakit
Graves merupakan salah satu penyebab hipertiroidisme terbanyak pertama. Penyakit
Graves merupakan salah satu penyakit autoimun yang mengenai kelenjar tiroid ( Subekti,
I dan Pramono, L.A. 2018 ). Penyakit Graves ditandai oleh munculnya gondok,
takikardia, dan eksotalamus.
Ada 3 autoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu tiroglobulin (Tg), thyroidal
peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH- R). Disamping itu terdapat pula suatu protein
dengan BM 64 kiloDalton pada permukaan membran sel tiroid dan sel-sel orbita yang
diduga berperan dalam proses terjadinya perubahan kandungan orbita dan kelenjar tiroid
penderita penyakit Graves.
Oftalmus Graves terjadi karena melibatkan limfosit sitotoksik dan antibodi
sitotoksik lain yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan dengan
tiroglobulin atau TSH-R pada fibroblast, otot-otot bola mata dan jaringan tiroid. Sitokin
yang terbentuk dari limfosit akan menyebabkan inflamasi fibroblast dan miositis orbita,
sehingga menyebabkan pembengkakan otot-otot bola mata, proptosis dan diplopia.
Gejala eksotalamus disebabkan karena IgG bekerja pada jaringan ikat disekitar Orbita
yang memiliki protein yang menyerupai reseptor TSH yang mengakibatkan pengaktifan
sitokin dan pembentukan glikosisaminoglikan yang hidrofil pada jaringan fibroblast yang
berakibat peningkatan tekanan osmotik pada Orbita dan cairan menumpuk sehingga
mata bengkak.( Desty, 2016)
Penyakit Graves merupakan  penyakit autoimun yang disebabkan thyroid-
stimulating antibodies (TSAb). Penyakit Graves berbeda dari penyakit imun lainnya
karena memiliki manifestasi klinis yang spesifik, seperti hipertiroid, vascular goitre,
oftalmopati, dan yang paling jarang infiltrative dermopathy. Penyakit Graves disebabkan
TSAb ( thyrhoid-stimulating antibodies).  TSAb ini berikatan dan mengaktifkan TSHr
( thyrtropin reseptor) pada sel tiroid yang mensintesis dan melepaskan hormon tiroid.
Itulah sebabnya jumlah hormon tiroid meningkat dan menyebabkan hipertiroidisme.

TSAb ini dihasilkan melalui proses imun karena adanya antigen. Pada penyakit
Graves sel APC menganggap sel kelenjar tiroid sebagai antigen. Kemudian
dipresentasikan pada sel T helper melalui HLA. Selanjutnya T helper merangsang sel B
untuk memproduksi antibodi berupa TSAb. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah
mempunyai korelasi yang erat dengan aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme
autoimunitas merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya hipertiroidisme,
oftalmopati, dan dermopati pada penyakit Graves.
Hipertiroidisme, konsentrasi hormon tiroid yang berlebihan dalam jaringan,
merupakan salah satu penyakit tiroid utama di Indonesia. Pada tahun 2007, prevalensi
hipertiroidisme di Indonesia lebih tinggi pada perempuan (14,7%) dibandingkan laki-laki
(12,8%) dan mencapai 6,9%, dengan kadar TSH kurang dari 0,55 IU/mL.
Terapi penanganan penyakit Graves mencakup beberapa metode, yaitu dengan
obat antitiroid dan terapi menggunakan iodida-131. Pasien penyakit Graves dapat diterapi
dengan obat antitiroid yaitu seperti methimazole ataupun propanolol. Propanolol biasanya
digunakan sebagai terapi tambahan pada tirotoksikosis. (Weetman AP, 2011). Obat
antitiroid bekerja dengan menghambat penyatuan iodin terhadap tirosil dan menghambat
penyatuan iodotirosil menjadi iodotirosil. Hambatan ini dalam bentuk pembentukan
sintesis hormon yang akan mengurangi cadangan sehingga mengurangi ekskresinya. Lalu
terapi iodida-131 sebagai agen RAI. Pemberiannya santan sederhana dan efektif dan tidak
menimbulkan nyeri. (Noor WH dan Saraswati MR. 2013). Diagnosis penyakit Graves
dapat ditegakkan pada pemeriksaan fisik seperti opthamopathy dan
dermopathy ( Jameson JL et al, 2010). Diagnosis Graves dapat dilakukan dengan TSH
serum, kadar hormon tiroid nebas, iodine radioaktif, scanning dan thyrtropin TRAb.

III. PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit Graves merupakan penyebab utama dari hipertiroidisme dimana lebih
banyak ditemukan pada wanita dibanding pria, Penyakit Graves disebabkan oleh  TSAb
( thyrhoid-stimulating antibodies) dan mengaktifkan TSHr ( thyrtropin reseptor)  dan
akhirnya menyebabkan dan  mensintesis hormon tiroid yang banyak yang berbahaya bagi
tubuh.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Desty. 2016. Ny. Z Usia 47 Tahun dengan Penyakit Graves. J Medula Unila. Vol 4(3)

araswati, Niluh Ayu Sri, and Welly Salutondok. "Hipertiroidisme: Sebuah Studi Laporan
Kasus." Wellness And Healthy Magazine 4.1 (2022): 9-18.

Srikandi, Putri Rahayu. "HIPERTIROIDISMEE GRAVES DISEASE: CASE REPORT."


Jurnal Kedokteran Raflesia 6.1 (2020): 30-35.

Noor WH, Saraswati MR 2013. Terapi penyakit graves dengan sodium iodida-131.
Denpasar: E-jurnal Medika Udayana.

Legawa NDB. 2014. Seorang penderita penyakit graves dengan tetraparesis: sebuah
laporan kasus. E-jurnal Medika Udayana.

Anda mungkin juga menyukai