GRAVE’S DISEASE
Disusun Oleh :
201410330311145
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Saya menyadari referat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan
saran saya harapkan demi memperbaiki kekurangan atau kekeliruan yang mungkin ada.
Semoga referat ini bermanfaat bagi rekan dokter muda khususnya dan masyarakat umum
pada umumnya. Akhir kata, penulis mengharapkan tugas ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Wassalamualaikum WR.WB.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
(hipertiroid) yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dapat terjadi
pada semua umur, sering ditemukan pada wanita dari pada pria. Tanda dan gejala
penyakit Graves yang paling mudah dikenali ialah adanya struma (hipertrofi dan
sering disertai oftalmopati, serta disertai dermopati, meskipun jarang (Subekti, 2001;
Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti.
Namun demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
penyakit autoimun yang biasanya ditandai oleh produksi autoantibodi yang memiliki
kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-
gejala khas dari hipertiroidisme dan gejala tambahan khusus yaitu pembesaran
kelenjar tiroid / struma difus, oftamopati (eksoftalmus / mata menonjol) dan kadang-
kadang dengan dermopati (Subekti, 2001; Corwin, 2001; Stein, 2000; Harrison,
2000).
2.2 Etiologi
TSH receptor (TSHR) pada sel tiroid yang mensintesis dan melepaskan hormon
tiroid. Faktor- faktor resiko antara lain : faktor genetik, faktor imunologis, infeksi,
faktor trauma psikis, penurunan berat badan secara drastis, chorionic gonadotropin,
2.3 Patofisiologi
antigen yang berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang
disintesis akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga
4
akan merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R
antibody. Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat
antibodi sitotoksik lain yang terangsang akibat adanya antigen yang berhubungan
dengan tiroglobulin atau TSH-R pada fibroblast, otot-otot bola mata dan jaringan
tiroid. Sitokin yang terbentuk dari limfosit akan menyebabkan inflamasi fibroblast
a. No signs or symptoms
5
d. Proptosis (>22 mm)
f. Corneal involvement
g. Sight Loss
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda apakah seseorang menderita hipertiroid atau tidak juga dapat
dilihat atau ditentukan dengan indeks wayne atau indeks newcastle yaitu sebagai
berikut.
• Tes Laboratorium
6
• Sidik tiroid
Jarang dikerjakan untuk graves, kecuali apabila gondok sulit teraba atau teraba
waktu melakukan sidik tiroid, yang ditandai dengan satu atau lebih nodul (cold
nodul) atas dasar kelenjar toksik difus. Hal ini terjadi karena graves terdapat pada
gondok non toksik. Meskipun demikian tidak boleh dilupakan untuk menyingkirkan
kemungkinan keganasan.
2.6 Tatalaksana
mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid, serta perlu dilakukan pemeriksaan kadar hormon
tiroid (T4 dan T3). Ada pula tiga jenis pengobatan terhadap hipertiroidisme akibat
penyakit Graves, yaitu: Obat anti tiroid, Pembedahan dan Terapi Yodium Radioaktif.
Pilihan pengobatan tergantung pada beberapa hal antara lain berat ringannya
tirotoksikosis, usia pasien, besarnya struma, ketersediaan obat antitiroid dan respon
atau reaksi terhadapnya serta penyakit lain yang menyertainya (Subekti, 2001;
Shahab, 2002).
1. Obat – obatan
7
a. Obat Antitiroid : Golongan Tionamid
Terdapat 2 kelas obat golongan tionamid, yaitu tiourasil dan imidazol. Tiourasil
dipasarkan dengan nama propiltiourasil (PTU) dan imidazol dipasarkan dengan nama
metimazol dan karbimazol. Obat golongan tionamid lain yang baru beredar ialah
palpitasi, tremor, cemas, dan intoleransi panas melalui blokadenya pada reseptor
adrenergik. Di samping efek antiadrenergik, obat penyekat beta ini juga dapat,
konversi T4 ke T3. Dosis awal propranolol umumnya berkisar 80 mg/hari (Price dan
tergantung pada jumlah 131I yang ditangkap dan tingkat radiosensitivitas kelenjar
tiroid. Oleh karena itu mungkin dapat terjadi hipofungsi tiroid dini (dalam waktu 2 –
6 bulan) atau lebih lama yaitu setelah 1 tahun. 131I dengan cepat dan sempurna
diabsorpsi melalui saluran cerna untuk kemudian dengan cepat pula terakumulasi di
8
makin besar dosis yang diberikan makin cepat dan makin tinggi angka kejadian
Dengan dosis I131 yang moderat yaitu sekitar 100 μCi/g berat jaringan tiroid,
didapatkan angka kejadian hipotiroidisme sekitar 10% dalam 2 tahun pertama dan
3. Pembedahan
Tiroidektomi subtotal merupakan terapi pilihan pada struma yang besar. Sebelum
(biasanya selama 6 minggu). Disamping itu, selama 2 minggu pre operatif, diberikan
larutan Lugol atau potassium iodida, 5 tetes 2 kali sehari, yang dimaksudkan untuk
mengurangi vaskularisasi kelenjar dan mempermudah operasi. Sampai saat ini masih
terdapat silang pendapat mengenai seberapa banyak jaringan tiroid yangn harus
diangkat (Subekti, 2001). Tiroidektomi total biasanya tidak dianjurkan, kecuali pada
pasein dengan oftalmopati Graves yang progresif dan berat. Namun bila terlalu
9
2.7 Prognosis
Krisis tiroid (Thyroid storm) merupakan eksaserbasi akut dari semua gejala
fetus. Propanolol dapat digunakan untuk mengobati gejala hipertiroid akut dan
tidak digunakan untuk terapi lini pertama untuk wanita hamil dengan Graves namun
dibutuhkan dosis obat anti tiroid yang besar, 3) tidak ada respon dengan obat anti
tiroid dan pasien mengalami hipertiroid tidak terkontrol. Sebelum operasi harus
menerima terapi solusio kalium iodida (50 – 100 mg/hari) selama 10 – 14 hari
sebelum operasi untuk menurunkan vaskularisasi kelenjar tiroid dan dapat diberikan
propanolol.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ulkus Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi penyakit diabetes yang
sering. Ulkus Kaki diabetes menjadi masalah di bidang sosial dan ekonomi yang
deformitas struktur kaki menjadi faktor utama penyebab ulkus diabetes. Perawatan ulkus
diabetes pada dasarnya terdiri dari 3 komponen utama, yaitu debridement, pengurangan
beban tekanan pada kaki, dan penanganan infeksi. Balutan yang efektif dan tepat
membantu penanganan optimal. Keadaan sekitar luka harus dijaga kebersihan dan
kelembapannya. Diagnosis dini dan penanganan tepat merupakan hal yang penting untuk
11
DAFTAR PUSTAKA
Sp.PD-KE, Edisi 13, Vol.5, EGC, Jakarta, 2000: hal 2144 – 2151
6. Noer HMS, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3, Balai Penerbit Fakultas
7. Price A.S. & Wilson M.L., Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Alih Bahasa
Anugerah P., Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995: hal 1049 – 1058, 1070 – 1080
9. Juli 2002, PIKKI, Jakarta, 2002: hal 9 – 18 Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar
10. Stein JH, Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Nugroho E, Edisi 3, EGC,
12