Oleh:
Wa Ode Naafi Sari, S.Ked
Pendahuluan
• Graves Disease (GD) pada awalnya
digambarkan oleh dokter Irlandia, Robert
James Graves pada tahun 1835.
• Graves Disease atau biasa juga disebut
goiter difusa toksika), yang merupakan
penyebab tersering hipertiroidisme. Graves
Disease adalah suatu penyakit autoimumn
yang biasanya ditandai oleh produksi
autoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH
pada kelenjar tiroid.
Refarat |Graves’ Disease
Insiden
• Hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2008
mendapatkan 12,8 % laki-laki dan 14,7 %
perempuan memiliki kadar TSH rendah.
• Menurut hasil riskesdas 2013, hanya terdapat
0,4 % penduduk indonesia yang berusia diatas 15
tahun atau lebih yang berdasarkan wawancara
mengakui terdiagnosis hipertiroid. Jika pada
tahun 2013 jumah penduduk usia diatas 15
tahun sebanyak 176.689.336 jiwa, maka
terdapat lebih dari 700.000 orang terdiagnosis
hipertiroid,
• Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak pada
wanita dibandingkan pria, dan dapat terjadi pada
semua umur. Angka kejadian tertinggi terjadi pada
usia antara 20 tahun sampai 40 tahun
Refarat |Graves’ Disease
Insiden
Refarat |Graves’ Disease
Insiden
Refarat |Graves’ Disease
Etiologi
1. Faktor genetic. 15% penderita mempunyai hubungan
keluarga yang erat dengan penderita, gen yang
berperan dalam penyakit graves adalah gen dari HLA,
dan gen berhubungan dengan alotipe IgG rantai berat
(IgG heavy chain) yang disebut Gm
2. Faktor imunologis. Penyakit graves merupakan penyakit
autoimun yang ditandai oleh adanya antibodi yang
merangsang kelenjar tiroid (thyroid stimulating antibody
atau TSAb).
3. Trauma Psikis. Stress akut maupun kronik menimbulkan
supresi sistem imun lewat non antigen specific
mechanism, diduga karena efek kortisol dan CRH
ditingkat sel immun.
4. Radiasi Tiroid eksternal. Iradiasi memberi efek
bermacam-macam pada subset sel T, yang mendorong
disregulasi imun.
Refarat |Graves’ Disease
Faktor resiko
1. Faktor Genetik,
2. Faktor Imunologis,
3. Infeksi,
4. Faktor Trauma Psikis,
5. Iod Basedow,
6. Penurunan Berat Badan Secara Drastis,
7. Chorionic Gonadotropin,
8. Periode Post Partum,
9. Kromosom X, Dan
10. Radiasi Eksternal
Refarat |Graves’ Disease
Fisiologi Tiroid
Refarat |Graves’ Disease
Fisiologi Tiroid
Refarat |Graves’ Disease
Patogenesis
Hipertiroid
Refarat |Graves’ Disease
Diagnosis
•Diagnosis penyakit Graves (GD) yang
dibuat berdasarkan tanda-tanda, gejala,
dan hasil tes laboratorium tambahan.
Manifestasi dari penyakit ini adalah triad
Merseburger yang terdiri dari
tirotoksikosis, gondok difus, dan
ophthalmopathy (orbitopathy).
•Gejala-gejala hipertiroidisme berupa
manifestasi hipermetabolisme dan
aktifitas simpatis yang berlebihan.
Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak
tahan panas, keringat semakin banyak
bila panas, kulit lembab, berat badan
menurun walaupun nafsu makan
meningkat, palpitasi, takikardi, diare
dan kelemahan serta atrofi otot.
Refarat |Graves’ Disease
Diagnosis
Indeks Wayne atau Wayne’s score
Diagnosis
eksoftalmus
Refarat |Graves’ Disease
Diagnosis
Refarat |Graves’ Disease
Diagnosis
• Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati
dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas
pada tungkai bawah. Oftalmopati yang
ditemukan pada 50% sampai 80% pasien
ditandai dengan mata melotot, fissura palpebra
melebar, kedipan berkurang, lid lag
(keterlambatan kelopak mata dalam mengikuti
gerakan mata) dan kegagalan konvergensi
Refarat |Graves’ Disease
Diagnosis
1. Pemeriksaan Laboratorium : Pada penyakit
Graves, kadar TSH rendah dan bahkan
kadang-kadang tidak terdeteksi.
Diagnosis
Refarat |Graves’ Disease
Diagnosis
Penyakit graves dapat ditegakkan dengan
cara sebagai berikut:
Komplikasi
Krisis tiroid (Thyroid storm) merupakan
eksaserbasi akut dari semua gejala
tirotoksikosis yang berat sehingga dapat
mengancam kehidupan penderita.
REFERENSI
Corwin. E J. 2000. Patofisiologi, Edisi 1, EGC, Jakarta,.
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Prof.Dr.Ahmad H. Asdie, Sp.PD-KE, Edisi 13, Vol.5: EGC,
Jakarta.
https://emedicine.medscape.com/article/120619-overview diakses tanggal 25 Februari 2019. Pukul 15.45 WITA
https://ghr.nlm.nih.gov/condition/graves-disease diakses tanggal 25 Februari 2019. Pukul 16.05 WITA
Kahaly , GJ, Bartalena, L,Hegedüs, L, Leenhardt, L, Poppe, K, Simon H. Pearce. 2018. 2018 European Thyroid Association
Guideline for the Management of Graves’ Hyperthyroidism. Eur Thyroid J, 7:167–186
Price A.S. & Wilson M.L., Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Alih Bahasa Anugerah P., Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Situasi Dan Anaisis Penyakit Tiroid. Infodatin: 7-8.
Shahab A, 2002, Penyakit Graves (Struma Diffusa Toksik) Diagnosis dan Penatalaksanaannya, Bulletin PIKKI: Seri
Endokrinologi-Metabolisme, Edisi Juli 2002, PIKKI, Jakarta, 2002
Sherwood, L. 2014. Fisiologi m anusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Stein JH, 2000. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Nugroho E, Edisi 3, EGC, Jakarta,
Subekti, I, Laurentius, A, Pramono. 2018. Current Diagnosis and Management of Graves Disease. Acta Med Indones - Indones J
Intern Med: 50 (2): 117.
Subekti, I, Makalah Simposium Current Diagnostic and Treatment Pengelolaan Praktis Penyakit Graves, FKUI, Jakarta, 2001
Weetman P. A. 2000. Grave’s Disease. The New England Journal of Medicine. Massachusetts Medical Society.
Refarat |Graves’ Disease