Pembimbing
dr. H. Agus F Razak, Sp. M
2.Merokok
4.Polimerfisme genetik
1.Hanya gejala
5.Kornea ( lagoftalmus)
6.Kehilangan pengihatan
Patogenesis
Patogenesis penyakit Graves masih belum diketahui secara pasti. Meski
demikian, patogenesis diperkirakan berkaitan dengan gangguan imunologik,
baik humoral maupun seluler.
Diperkirakan terdapat dua komponen patogenik pada penyakit Graves, yaitu
:
kompleks imun tiroglobulin-anti tiroglobulin berikatan dengan otot- otot
ekstra okuler, sehingga menimbulkan miositis.
zat-zat penyebab eksoftalmos bekerja dengan imunoglobulin oftalmik untuk
menyingkirkan thyroid stimulating hormone dari membran retro orbita, yang
menyebabkan peningkatan lemak retro orbita
Pada penyakit mata tiroid, dapat terjadi perubahan-
perubahan sebagai berikut :
1.Hipertropi otot ekstraokuler
2.Infiltrasi seluler
3.Proliferasi emak orbita
Manifestasi Klinis
Oftalmopati tiroid biasanya self-limited dalam waktu satu tahun atau lebih, kemudian
menjadi stabil. Oftalmopati yang stabil dapat tereaktivasi, namun hal ini jarang terjadi.
Penderita berada dalam rentang usia dekade ke-3 hingga ke-4, dan perempuan lebih
banyak daripada laki-laki. Manifestasi Klinis yang ditemukan pada oftalmopati Graves
bervariasi bergantung pada stadium yang diderita.
Gejala yang dikeluhkan pasien antra lain, mata kering (dry eyes), bengkak pada
kelopak mata, proptosis, diplopia, penurunan tajam penglihatan, penurunan lapangan
pandang, kelainan pada penglihatan warna (diskromatopsia), fotopsia, dan nyeri atau
tekanan pada mata.
Pasien juga mengeluhkan gejala sistemik yang merupakan manifestasi dari
tirotoksikosis, antara lain takikardia atau yang dirasakan pasien sebagai palpitasi,
gugup dan irritable, diaphoresis dan tidak tahan panas, penurunan berat badan
dengan nafsu makan yang baik, kelemahan dan lelah (fatigue).
Diagnosis
o Diagnosis ditentukan berdasarkan manifestasi klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
o Diagnosis Oftalmopati pada Hipertiroid (Graves disease) mudah dilakukan
apabila ditemukan bersamaan dengan gejala hipertiroidisme. Apabila
ditemukan kelainan mata tanpa disertai gejala klinis hipertiroidisme, maka
akan menjadi lebih sulit menentukan diagnosis, terutama bila hasil
pemeriksaan laboratorium juga ditemukan dalam batas normal
Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaaan Oftalmologi
1. Retraksi palpebra
2. Eksoftalmos
3. Miopati Restriktif
Dapat terdengar bruit pada saat auskultasi, hal ini disebabkan oleh hiperaktivitas
kelenjar tiroid.
Kelemahan otot,
Pembedahan :
Dekompresi Orbita
Pembedahan Strasbismus
Pembedahan pemanjangan palpebra ( Lid Lengthening Surgery )
Blepharoplasty
Prognosis
Apabila tercapai keadaan eutiroid, terjadi perbaikan retraksi palpebra hingga
90% dan 30 % miopati restriktif membaik namun proptosis jarang
menunjukkan adanya perbaikan. Pasien dengan klinis yang signifikan
menunjukkan perjalanan klinis selama 12 hingga 24 bulan sampai menjadi
tenang.
Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki, hipertiroid yang tidak terkontrol
dan adanya riwayat penggunaan steroid berhubungan dengan
meningkatnya kebutuhan akan pembedahan strabismus dan atau
dekompresi. Adanya diplopia simtomatik dimana terdapat gangguan gerak
vertikal dengan atau tanpa komponen horizontal, adanya neuropati optik,
dan tekanan intraokular lebih dari 21 mmHg juga merupakan penanda
penyakit yang lebih berat
Kesimpulan
Kelainan mata tiroid dapat menyertai hipertiroidisme. Banyak istilah
yang digunakan untuk menyatakan keadaan ini, namun istilah oftalmopati
Graves lebih sering dipakai. Proses inflamasi pada kelainan mata tiroid
berhubungan dengan hipertiroidisme Graves dan abnormalitas imun kelenjar
tiroid. Patogenesis penyakit Graves sampai saat ini masih belum diketahui.
Penatalaksanaan oftalmopati tiroid terdiri atas pengobatan medis,
pembedahan, dan radiasi. Prognosis oftalmopati tiroid ditentukan oleh
beberapa faktor seperti jenis kelamin, hipertiroid tidak terkontrol, riwayat
penggunaan steroid, dan adanya diplopia, neuropati optik, dan tekanan
intraokular
Terima Kasih