AUTOIMUN GRAVES
MATA KULIAH : SISTEM IMUN
DOSEN : MASTA HARO
Disusun oleh :
Henderjeta s
nur sobariah
PENDAHULUAN
Penyakit Graves merupakan penyakit kelenjar tiroid yang sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari. Tanda dan gejala penyakit Graves yang paling mudah dikenali
Patogenesis penyakit Graves sampai sejauh ini belum diketahui secara pasti.
Namun demikian, diduga faktor genetik dan lingkungan ikut berperan dalam
Tetapi, mengingat dasar penyakit Graves adalah penyakit autoimun yang belum
B. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengetian
Graves disease berasal dari nama Robert J. Graves, MD, circa tahun1830.
yang bisanya ditandai dengan produksi autoantibody yang mirip kerja TSH pada
kelenjar tiroid. Auto antibody igG ini, yang disebut tiroid stimulating immunoglobulin,
menstimulasi produksi TH, namun tidak dihammbat oleh kadar TH yang meningkat.
Kadar TSH dan TH rndah karena keduanya dihambat oleh kadar TH yang tinggi.
Penyebab penyakit graves tidak diketahui; akan tetapi, tampak terdapat predisposisi
(Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta, 1996. Hal 932)
adalah suatu penyakit otonium yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi
yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki
gejala-gejala khas dari hipertiroidisme dan gejala tambahan khusus yaitu pembesaran
(http://annasyalala.blogspot.co.id/2013/06/graves-disease.html)
2. Etiologi
Penyebab penyakit grave tidak diketahui ; akan tetapi tampak predisposisi genetic
pada penyakit auto imun. Reaksi silang tubuh terhadap penyakit virus mungkin
merupakan salah satu penyebabnya ( mekanisme ini sama seperti postulat terjadinya
produksi hormon kelenjar tiroid dan Kurang yodium dalam diet dan air minum yang
berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama mungkin dapat menyebabkan
klien-dengan.html)
Penyakit Graves disebabkan oleh terganggunya fungsi sistem imun tubuh. Pada
kondisi ini, antibodi yang diproduksi oleh tubuh yang seharusnya ditujukan kepada
virus atau benda asing lain sebagai pemicu penyakit, malah justru menyerang
reseptor yang terdapat pada sel dalam kelenjar tiroid di leher. Antibodi ini kemudian
mengganggu proses produksi hormon tiroid sehingga jumlahnya menjadi berlebihan
dan menyebabkan hipertiroidisme.
Beberapa faktor risiko juga dapat memicu penyakit Graves, antara lain:
Jenis kelamin. Dibandingkan pria, wanita memiliki faktor risiko yang lebih tinggi untuk
terserang penyakit.
Penyakit ini cenderung dialami oleh orang-orang yang berusia di bawah 40 tahun.
Sejarah penyakit Graves di dalam riwayat Beberapa gen yang diturunkan di dalam
keluarga yang memiliki sejarah penyakit ini menyebabkan anggota keluarga tersebut
menjadi lebih rentan terkena penyakit Graves.
Gangguan sistem kekebalan tubuh lain. Beberapa jenis gangguan lain pada sistem
kekebalan tubuh dapat menjadi pemicu penyakit ini, yaitu diabetes tipe 1 dan artritis
reumatoid (rheumatoid arthritis).
Stres secara emosional atau fisik. Peristiwa atau sakit yang menyebabkan stres dapat
turut memicu penyakit Graves pada orang dengan gen yang rentan terhadap
penyakit ini.
Trauma yang dialami oleh kelenjar tiroid, misalnya akibat prosedur operasi.
Kehamilan maupun paska persalinan khususnya pada perempuan dengan gen yang
rentan dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit Graves.
Adanya benjolan (nodule) abnormal yang berkembang pada kelenjar tiroid. Benjolan-
benjolan ini biasanya bukan kanker.
Kanker tiroid. Pada kasus yang langka, penderita kanker tiroid dapat memicu kondisi
ini.
(http://www.alodokter.com/penyakit-graves)
Tanda-tanda
Proptosis Graves ophtalmopaty merupakan penyebab paling umum dari proptosis
bilateral dan unilateral mempengaruhi sekitar 60 %.
Biasanya proptosis pada graves oftalmopti adalah bilateral mungkin juga
asimetris.Pasien yang diduga mengalami penyakit matatiroid harus diperiksa
eksophtalmusnya dengan menggunakan eksophtalmometer hertel. Pada proptosis
berat, penutupan kelopak mata yang tidak sempurna dapat menyebabkan kekeringan
korneadisertai ketidaknyamanan dan penglihatannya menjadi buram.
Gejala
Hormon tiroid memiliki peranan dalam berbagai sistem yang ada di dalam tubuh
manusia sehingga gejala dari penyakit ini dapat turut memengaruhi keberlangsungan
kesehatan tubuh dalam cakupan luas. Beberapa gejala umum penyakit Graves, yaitu:
Hiperaktivitas
Rambut rontok
Insomnia
Depresi
Gelisah
Terdapat dua kondisi khusus berdasarkan gejala khas yang muncul, yaitu oftalmopati
Graves yang mengenai area mata dan dermopati Graves yang mengenai kulit. Kondisi
oftalmopati Graves terjadi akibat adanya karbohidrat tertentu yang terakumulasi di
dalam kulit dan belum diketahui juga penyebab pastinya. Gangguan yang dialami
oleh sekitar 30 persen penderita penyakit Graves ini bergejala berikut:
Mata yang menonjol (exophthalmos)
Kehilangan penglihatan
4. Patofisiologi
Graves disease merupakan salah satu contoh dari gangguan autoimun hipersensitif
tipe II. Sebagian besar gambaran klinisnya disebabkan karena produksi autoantibodi
yang berikatan dengan reseptor TSH, dimana tampak pada sel folikuler tiroid ( sel
yang memproduksi tiroid). Antibodi mengaktifasi sel tiroid sama seperti TSH yang
gangguan mata karena tiroid) sering terjadi yang tampak pada ekspresi reseptor TSH
diketahui. Infeksi virus mungkin merangsang antibodi, dimana bereaksi silang dengan
reseptor TSH manusia. Ini tampak sebagai faktor predisposisi genetik dari Graves
disease, sebagian besar orang lebih banyak terkena Graves disease dengan aktivitas
katekolamin.
5. Melotot
6. Dapat terjadi eksoftalmus (penonjulan bola mata).
6. Pemeriksaan diagnostik
1) Tes fungsi tiroid, termasuk serum T3, T4, TSH dan perkiraan dari iodine
radioaktif Bidang visual / penglihatan ,dilakukan pada semua pasien yang diduga
mengalami neuropati optic dan berguna ketika menyertai pasien setelah permulaan
penanganan. Ultrasonografi, dapat mendeteksi perubahan pada otot ekstraokuler
yang tejadi pada kasus kelas 0 dan kelas 1 dan membantu diagnosis yang cepat.
Disamping dari ketebalan otot, erosi dinding temporal dariorbita, penekanan lemak
retroorbita dan inflamasi perineural dari saraf optic dapat juga di perlihatkan pada
beberapa kasus cepat.
2) Tomografy komputer, dapat terlihat proptosis, otot lebih tebal, saraf optik
menebal dan prolaps anterior dari septum orbital ( termasuk kelebihan lemak orbital
dan /atau pembengkakan otot).
3) MRI, beberapa pihak beranggapan MRI sebagai modalitas yang paling baik
untuk melihat neuropati optik kompresif yang masih ringan.
7. Penatalaksanaan
tiroid (OAT), yodium radioaktif dan tiroidektomi (eksisi pembedahan dari kelenjar
Beberapa ahli memberikan terapi kombinasi tiroksin dengan OAT dosis tinggi untuk
dengan pemberian tiroksin. Penambahan tiroksin selama terapi dengan OAT juga
akan menurunkan produksi antibodi terhadap reseptor TSH dan frekuensi kambuhnya
hipertiroid.
tahun atau lebih, hipertiroid yang kambuh setelah dioperasi, gagal mencapai remisi
sesudah pemberian OAT, tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT dan
pada adenoma toksik, goiter multinodular toksik. Digunakan I131 dengan dosis 5-
operasi adalah :
a. Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak mempan dengan OAT
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis tinggi.
e. Pada penyakit grave yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
8. Auhan keperawatan
Refenence
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3436/1/09E01858.pdf
(Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta, 1996. Hal 932)
(http://annasyalala.blogspot.co.id/2013/06/graves-disease.html)
(http://nurseberaksi.blogspot.co.id/2014/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html)