Penyakit Grave’s merupakan suatu penyakit autoimun yang melibatkan kelenjar tiroid. Pada
penyakit ini ditemukan adanya autoantibodi di sistem sirkulasi yang mengaktifkan reseptor TSH
yang juga menjadi karakteristik penyakit ini. Gejala klinis yang ditimbulkan berupa
tirotoksikosis, pembesaran kelenjar tiroid, serta gejala-gejala opthalmologis. Tirotoksikosis
dapat menimbulkan berbagai macam gejala, salah satu gejalanyayang jarang ditemukan pada
penyakit grave’s adalah parese dan paralisis. Parese dan paralisis pada penyakit grave’s dapat
disebabkan oleh dua mekanisme, yaitu Thyroid Periodic Paralysis (TPP) dan Tiroid miopati.
Kedua mekanisme penyebab kelemahan tersebut disebabkan karena kadar hormon tiroid yang
tinggi.
Penyakit Graves adalah salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang menjadi penyebab
umum hipertiroid, yaitu sekitar 60- 80% dari seluruh kasus hipertiroid di dunia. Penyakit Graves
melibatkan thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang berikatan dengan thyroidstimulating
hormone receptor (TSHR) pada kelenjar tiroid. Penyakit Graves merupakan kelainan autoimun
terbanyak, yang mengenai 2 – 2,5% wanita dan 0,2 – 0,6% pria di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi
penyakit Graves mencapai 0,4%
Penyakit Graves sebagian besar terjadi pada individu dalam usia reproduksi. Gambaran klinis utama
pada penyakit Graves adalah keadaan hipertiroid. Pada penyakit Graves, hipertiroid akan diikuti adanya
pembesaran kelenjar tiroid (struma), kelainan pada mata (oftalmopati), dan kulit (dermopati). Ketiga hal
tersebut disebut dengan trias Graves
Penyakit Graves dapat menimbulkan gejala yang bervariasi. Gejala umumnya muncul ringan di awal
atau bahkan tidak terlihat, lalu secara bertahap berkembang menjadi semakin parah. Beberapa
gejalanya adalah:
Selain itu, risiko terserang penyakit Graves juga dapat dikurangi dengan mengubah gaya hidup menjadi
lebih sehat, seperti tidak merokok, menjaga berat badan ideal, serta berolahraga secara rutin.
Konsumsi obat penghambat hormon tiroid. Obat yang dikonsumsi bertujuan untuk
menurunkan kinerja kelenjar tiroid dalam memproduksi hormon tiroid.
Konsumsi obat penstabil tekanan darah. Obat golongan ini tidak memiliki fungsi menurunkan
kinerja kelenjar tiroid dalam memproduksi hormon, tetapi menghalangi efek dari hormon tiroid
di tubuh. Dapat digunakan untuk mengurangi rasa palpitasi, tremor, dan gelisah yang sering
dialami pasien dengan penyakit graves.
Radioaktif. Pengobatan dengan radioaktif dilakukan dengan konsumsi secara oral agar bisa
sampai di kelenjar tiroid melalui peredaran darah. Fungsinya adalah untuk menghancurkan sel
tiroid. Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk mengecilkan ukuran dari kelenjar tiroid dan
membuat kelenjar tiroid menjadi kurang aktif.
Pembedahan. Pembedahan dapat dilakukan dengan mengangkat sebagian atau seluruh
kelenjar tiroid.