1. MADA HENDRA Y
2. MARIA ARDIANAN
3. TUTIK SETYOWATI
4. AULIA DAMAS T
5. LUKI SANTOSO
6. HIRONIMUS
7. SOLE BOIMAU
8. FUNIA BETTY
DEFINISI
Penyakit Graves adalah penyakit otoimun
dimana tiroid terlalu aktif, menghasilkan
jumlah yang berlebihan dari hormon tiroid
dan kelainannya dapat mengenai mata dan
kulit. Penyakit Graves merupakan bentuk
tirotoksikosis yang tersering dijumpai dan
dapat terjadi pada segala usia, lebih sering
terjadi pada wanita dibanding pria. Sindroma
ini terdiri dari satu atau lebih dari gambaran
tirotoksikosis, goiter, ophtalmopathy
(exopthalmus), dermopathy (pretibial
myxedema)
ETIOLOGI
Penyakit Graves merupakan suatu
penyakit otoimun yaitu saat tubuh
menghasilkan antibodi yang menyerang
komponen spesifik dari jaringan itu
sendiri, maka penyakit ini dapat timbul
secara tiba-tiba dan penyebabnya masih
belum diketahui.
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Genetik
2. Wanita lebih sering terkena penyakit ini karena modulasi
respons imun oleh estrogen.
3. Status gizi dan berat badan lahir rendah sering dikaitkan
dengan prevalensi timbulnya penyakit autoantibodi tiroid.
4. Stress juga dapat sebagai faktor inisiasi untuk timbulnya
penyakit lewat jalur neuroendokrin.
5. Merokok dan hidup di daerah dengan defisiensi iodium.
6. Toxin, infeksi bakteri dan virus. Bakteri Yersinia
enterocolitica yang mempunyai protein antigen pada
membran selnya yang sama dengan TSHR pada sel folikuler
kelenjar tiroid diduga dapat mempromosi timbulnya penyakit
Graves terutama pada penderita yang mempunyai faktor
genetik.
7. Periode post partum dapat memicu timbulnya
gejala hipertiroid.
8. Pada sindroma defisiensi imun (HIV), penggunaan
terapi antivirus dosis tinggi highly active
antiretroviral theraphy (HAART) berhubungan
dengan penyakit ini dengan meningkatnya jumlah
dan fungsi CD4 sel T.
9. Multipel sklerosis yang mendapat terapi Campath-
1H monoclonal antibodi secara langsung,
mempengaruhi sel T yang sering disertai kejadian
hipertiroid.
10. Terapi dengan interferon
Tiroiditis Penyakit Graves Nodul tiroid
toxic
Gerakan kelopak
Sekresi hormon tiroid berlebih
mata relative
lambat terhadap
Hipermetabolisme Hipertiroidisme bola mata
3. Oftalmopati Graves
Dalam mengobati morbus graves, sering kita melupakan
ophtalmopati graves (OG). OG mengganggu kualitas hidup
pasien. Meskipun patogenesisnya sudah sedikit terungkap,
pengobatan belum memadai. OG ringan cukup diberi
pengobatan lokal (air mata artifisial dan salep, tetes mata obat
penghambat Beta, kacamata hitam, prisma, mata waktu malam
ditutup , dan hindari rokok). Pada OG yang lebih berat,
dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif. Kalau OG aktif,
modus pengobatan ialah glukokortikoid dosis besar,
radioterapi orbital atau dekompresi orbital. Apabila keadaan
berat namun inaktif dianjurkan dekompresi.
KASUS
Tanggal MRS : 4 Juni 2016 Jam Masuk : 09.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 4 Juni 2016 No. RM : 11490738
Jam Pengkajian : 11.00 WIB Diagnosa : Hipertiroid /
Graves Disease
IDENTITAS
Nama : Ny. R
Umur : 35 Tahun
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pedidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Garum, Blitar
Sumber Biayar : BPJS
KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan merasa malu karena matanya
melotot (exsotalamus) dan gatal gatal seluruh tubuh
2 Sabtu Gangguan rasa nyaman b/d Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Anjurkan pasien menggunakan teknik
4/6/16 gejala terkait penyakit selama 30 menit di harapkan gangguan reaksasi dan distraksi misalnya menonton tv
rasa nyaman berkurang dengan kriteria dan nafas dalam
hasil: 2. Jelaskan kepada pasien tentang gatal-gatal
1. Gatal gatal berkurang yang timbul ketidak nyamanan
2. Status kenyaman meningkat 3. Bantu paien mengenal situasi yang
menimbulkan ketidaknyamanan
4. Kolaborasikan dengan tim medis dalam
pemberian terapi
Inerson
Methyl Pretisolon
Sahobion
Rencana Intervensi 3
Hari/ NOC NIC
NO Tgl/Jam DIAGNOSA ( Nursing outcome Classiication) (Nursing Intervention Classificati)
KEPERAWATAN
3 Sabtu Resiko kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan permukaan kulit tetap
4/6/16 integritas kulit keperawatan selama 30 menit kering dan bersih
diharapkan kerusakan kuit tidak 2. Batasi pnggunaan sabun dengan pH
terjadi dengan kritria hasil : tinggi
1. Mampu memberikan 3. Anjurkan pasien utuk tidak
perlindugan pada kulit dan menggaruk kulit
pencegahan komplikasi 4. Koaborasikan dengan tim medis
dalam pemberian terapi
Inerson
Methyl prethnisolon
IMPLEMENTAS DAN EVALUASI KEPERAWATAN 1
Sabtu 2 11.35 1. Menganjurkan pasien menggunakan 12.05 S =Klien mengatakan masih terasa
4/6/16 WIB teknik reaksasi dan distraksi misalnya WIB gatal -gatal pada tubuhnya
menonton tv dan nafas dalam O=
2. Menjelaskan kepada pasien tentang Pasien tampak menggaruk -
gatal gatal yang timbul garuk tubuhnya
ketidaknyamanan TD = 110/80 mmHg
3. Membantu pasien mengenal situasi yang N = 80 x/menit
menimbulkan ketidaknyamanan S = 36,5 C
4. Melakukan kolaborasi dengan tim RR = 20 x/menit
medis dalam pemberian terapi A = Masalah Teratasi sebagian
Inerson P = Hentikan Intervensi
Methyl pretisolon Anjurkan klien untuk
Sahobion melanjutkan intervensi yang
diajarkan perawat di rumah
Rutin minum obat
Rutin kontrol
IMPLEMENTAS DAN EVALUASI KEPERAWATAN 3
1. Menganjurkan permukaan kulit tetap S = Klien mengatakan masih
Sabtu 3 12.10 kering dan bersih terasa gatal -gatal pada
4/6/16 2. Membatasi pnggunaan sabun dengan tubuhnya
pH tinggi O=
3. Menganjurkan pasien utuk tidak Pasien tampak menggaruk -
menggaruk kulit garuk tubuhnya
4. Melakukan kolaborasi dengan tim TD = 110/80 mmHg
medis dalam pemberian terapi N = 80 x/menit
Inerson S = 36,5 C
Methyl prethnisolon RR = 20 x/menit
Kulit kemerahan
Kien tampak menggaruk
tubuhnya
A = Masalah Teratasi sebagian
P = Hentikan Intervensi
Anjurkan klien untuk
melanjutkan intervensi yang
diajarkan perawat di rumah
Rutin minum obat
Rutin kontrol
Terima Kasih