HIPERTIROID
Disusun untuk memenuhi sebagian syarat Program
Internsip Dokter Indonesia
Oleh :
dr. Personaldi
Pembimbing:
dr. Widya Syafitri. Sp.PD
Pendamping:
dr. Azharul Yusri, Sp.OG
dr.Aisah Bee
RSUD KEPULAUAN MERANTI
1
PENDAHULUAN
spesifik. Kemungkinan adanya peranan faktor genetik. Tetapi dewasa ini, viral atau
bakteri infeksi dipercaya sebagai salah satu pemicu timbulnya reaksi autoimun
tersebut4,6,7.
Menurut Martin A Walter hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan
dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh
komplikasi kardiovaskuler. Komplikasi hipertiroid pada mereka yang berusia lanjut
dapat mengancam jiwa sehingga apabila gejalanya berat harus segera dibawa ke
rumah sakit3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Definisi
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar
dalam sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar
tiroid yang hiperaktif1. Menurut Haznam tirotoksikosis adalah suatu keadaan
hipermetabolisme dari tubuh, dimana jaringan-jaringan tubuh dipengaruhi oleh dan
memberi respon terhadap hormon-hormon tiroid yang berlebihan dalam darah.
Tirotoksikosis bukanlah suatu penyakit tetapi suatu sindrom yang biasa disebabkan
oleh beberapa kelainan2. Sementara menurut Martin A Walter hipertiroid adalah
kondisi umum yang berkaitan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas,
khususnya yang disebabkan oleh komplikasi kardiovaskuler. Komplikasi hipertiroid
pada mereka yang berusia lanjut dapat mengancam jiwa sehingga apabila gejalanya
berat harus segera dibawa ke rumah sakit3.
Epidemiologi
Prevalensi hipertiroidisme pada praktek umum dapat mengenai 25-30 dalam
10.000 wanita, sedang di rumah sakit didapatkan 3 kasus dalam 10.000 pasien. Di
USA 3 kasus dari 10.000 wanita. Perbandingan antara wanita dan pria adalah 10:1.
Dengan insiden terbanyak antara umur 30-40 tahun4. Di RSU Dr.Soetomo Surabaya
periode 2001-2005 didapatkan perbandingan antara penderita wanita dan pria adalah
10:1 dengan jumlah penderita wanita sebanyak 174 orang dan pria 17 orang. Insiden
terbanyak didapatkan antara umur 31-40 tahun yaitu 62 wanita5.
Etiologi
4
Patogenesis
Kelenjar tiroid terletak di depan dan disamping bagian atas trakea. Terdiri dari
2 lobus, kiri dan kanan yang saling berhubungan dengan isthmus. Masing-masing
lobus mempunyai tebal sekitar 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjang 4 cm. Berat seluruh
kelenjar sekitar 20 gram2.
Pembentukan hormon-hormon tiroid tergantung dari jumlah yodium eksogen
yang masuk ke dalam tubuh. Sumber utama untuk memelihara keseimbangan yodium
yang normal adalah yodium dari makanan dan air minum. Yodium masuk dalam
tubuh sebagai organic iodine dan kemudian diabsorpsi dalam intestinum sebagai
anorganic iodide. Banyaknya yodium dalam bentuk anorganic iodide atau ionic
5
5. Metabolisme lipid
6. Konversi provitamin A
7. Pertumbuhan syaraf otak dan perifer
8. Sintesa hormon gonadotropin, reseptor beta adrenergik
protease, maka terdapat T4 bebas dan T3 bebas (free T4 dan free T3) dalam
kelenjar tiroid. Kini T4 dan T3 dapat dilepas ke dalam darah.
Cara keluarnya hormon tiroid dari tempat penyimpanannya di sel belum
diketahui secara sempurna, tetapi jelas dipengaruhi oleh TSH. Hormn ini melewati
membran basal, fenestra sel kapiler, kemudian ditangkap oleh pembawanya dalam
sistem sirkulasi yaitu thyroid binding protein. Produksi sehari T4 80-100 mg
sedangkan T3 26-39 mg.
Gambaran Klinis
Manifestasi klinis tergantung dari berat ringannya tirotoksikosis, umur
penderita dan ada atau tidak adanya penyakit pada organ lain seperti jantung.
Basedow (1840) pernah melaporkan kasus-kasus yang menderita struma,
gejala-gejala jantung (palpitationes kordis, aritmia kordis) dan eksoftalmus. Demikian
pula pada Graves, sehingga ketiga gejala-gejala tersebut dikenal sebagai trias dari
Graves. Tetapi pada waktu itu mereka belum mengetahui hubungan antara ketiga
gejala tersebut dan belum mengetahui bahwa penyakit itu disebabkan oleh
hiperfungsi dari kelenjar tiroid sehingga terdapat hormon-hormon tiroid berlebihan
dalam darah.
Gejala-gejala utama adalah menurunnya berat badan dan tenaga berkurang
tetapi nafsu makan tidak perlu berkurang. Penderita juga banyak berkeringat dan
kurang tahan terhadap panas. Palpitationes kordis adalah suatu gejala yang sering
ditemukan. Penderita biasanya juga mengeluh tremor. pemarah dan cepat
tersinggung.
Keluhan tentang membesarnya leher dan berubahnya bentuk mata bervariasi.
Retraksi dari konjungtiva palpebralis dan tidak bisa menutup mata seluruhnya sering
kali mendahului gejala eksoftalmus. Jika terdapat struma yang agak besar mungkin
menelan menjadi sukar dan suara menjadi serak. Dalam kasus-kasus yang lebih berat
bisa terdapat vomitus dan diare disertai menurunnya berat badan dengan cepat2.
Hipertiroidisme pada usia lanjut memerlukan perhatian khusus, sebab gejala
dan tanda sistem kardiovaskular sangat menonjol dan kadang-kadang berdiri sendiri.
10
pada
anak
menyebabkan
gangguan
pertumbuhan,
peningkatan tinggi badan serta biasanya disertai dengan pematangan tulang yang
cepat. Manifestasi klinis pada anak sering ditemukan sampai beberapa tahun sebelum
diagnosis ditegakkan. Rata-rata waktu antara timbulnya gejala pertama sampai
diagnosis ditegakkan sekitar 1 tahun4.
Gastrointestinal
Muskular
Genitourinaria
disfagia, splenomegali
Rasa lemah
Oligomenorea, amenorea,
Kulit
ginekomasti
Rambut rontok, berkeringat, kulit basah, silky hair dan
11
libido
turun,
infertil,
onikolisis
Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas.
Paralisis periodik dispneu, hipertensi, aritmia, palpitasi,
gagal jantung
Limfositosis, anemia, splenomegali
Leher membesar, osteoporosis, epifisis cepat menutup dan
nyeri tulang
Diagnosis
Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh kecurigaan klinis. Untuk
ini telah dikenal indeks Wayne dan New Castle yang didasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Kemudian diteruskan dengan pemeriksaan penunjang untuk
konfirmasi diagnosis anatomis, status tiroid dan etiologi1.
Nilai
Tanda
Ada
Tidak
+1
+2
+2
-5
1. Tiroid teraba
2. Bising tiroid
3. Exoptalmus
4. Kelopak mata
+3
+2
+2
+1
-3
-2
-
+5
+3
+2
+3
-3
-3
+4
+1
+2
+1
+4
-2
-2
-1
-
-3
< 80 x/menit
12
80-90 x /menit
>90 x/menit
11. Berat badan turun
+3
+3
Indeks Wayne5 :
Eutiroid : <10
Hipertiroid : >20
Untuk fase awal penentuan diagnosis, perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada
pemantauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tetap tersupresi padahal
keadaan membaik1.
Diagnosis Banding
Untuk membuat diagnosis tirotoksikosis perlu diagnosis banding dengan
keadaan bukan tirotoksikosis, yaitu dengan2 :
1. Hipertiroidisme sekunder karena terlalu banyak TSH
Tumor hipofisis
2. Hipertiroidisme oleh :
Adenoma toksik
Tiroiditis subakut
13
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : TSH , T3 atau FT3, T4 atau FT4
2. Tyroid scan : Menunjukkan struma difusa
3. EKG dan Foto Thorak
Terapi
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (dengan obat anti tiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal). Ada 3 metode
yang dapat dilakukan4 :
2. Sebagai obat untuk kontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
3. Sebagai persiapan untuk tiroidektomi
4. Pengobatan pada wanita hamil dan usia lanjut.
5. Pasien dengan krisis tiroid
Obat anti tiroid umumnya diberi dengan dosis besar pada mulanya sampai
eutiroid tercapai, baru kemudian diberi dosis maintenance untuk mempertahankan
eutiroid tersebut.
50-200
5-20
5-20
15
b. Tiroidektomi
Prinsip umumnya operasi baru dikerjakan bila keadaan pasien eutiroid, klinis
maupun biokimiawi. Operasi dilakukan dengan tiroidektomi subtotal dupleks
mensisakan jaringan seujung ibu jari atau lobektomi total termasuk istmus dan
tiroidektomi subtotal lobus lain. Operasi yang tidak dipersiapkan dengan baik
membawa resiko terjadinya krisis tiroid dengan mortalitas amat tinggi1.
Pengobatan dengan metode operatif dilakukan atas indikasi4 :
1. Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak mempan dengan
OAT.
2. Wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis besar
3. Alergi terhadap OAT, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif
4. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik
5. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik. Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardi, agitasi, tremor, hipertermia
dan apabila tidak diobati mengakibatkan kematian9.
Prognosis
Hipertiroid yang disebabkan oleh struma multinodular toksik dan toksik
adenoma bersifat permanen dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Setelah
kenormalan fungsi tiroid tercapai dengan obat-obat antitiroid, direkomendasikan
untuk menggunakan yodium radioaktif sebagai terapi definitifnya10,11.
17
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny. Hayati
Umur
: 35 tahun
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jl Kelapa Gading
No RM
: 030836
MRS
: 28 Agustus 2015
Tgl Periksa
: 28 Agustus 2015
ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama : Dada terasa berdebar-debar sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit (SMRS)
RPS:
Sejak 3 bulan SMRS pasien mengeluhkan dada sering terasa berdebar-debar,
nafas terasa sesak, badan terasa mudah lelah. Pasien sering merasa kepanasan
sekalipun saat udara dingin. Pasien sering merasa gemetaran, nafsu makan meningkat
namun berat badan terasa jauh menurun dalam beberapa bulan terakhir. Pasien tidak
ada mengeluhkan sering haus atau pun sering BAK pada malam hari.
1 minggu SMRS pasien telah datang berobat ke Poli Interna RSUD Meranti
dengan keluhan yang sama. Lalu diberi obat pulang PTU 3x 100 mg, propanolol 2x
5mg, aprazolam 1x 0,25 mg.
18
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada anggota keluarga lain menderita keluhan
yang sama
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: Komposmentis.
Tekanan darah
: 130/60 mmHg,
Nadi
: 132 x/menit
Frekuensi nafas
: 26 x/menit
Suhu
: 39,1C.
19
Leher
Mulut
Thorak
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Atas
Bawah : Akral hangat, udem (-), reflek fisiologis (+/+), reflek patologis (-/-).
INDEKS WAYNE
Gejala subyektif
Nilai
Gejala objektif
Nilai
+1
Tiroid teraba
-3
Berdebar
+2
Bising tiroid
-2
Kelelahan
+2
Exoptalmus
+5
Retraksi palpebra
Keringat berlebihan
+3
Lid lag
Gugup
+2
Gerak hiperkinetik
+4
+3
Tremor jari
Tangan kering
+1
+2
+3
+3
Atrial Fibrilasi
Skor 25.
Skor Burch-Wartofsky
Suhu 39,1 C
: 20
Pemicu (-)
Disfungsi Kardiovaskular takikardi : 5
Gagal jantung kongestif (-) : 0
Atrial fibrilasi (-) : 0
Total : 25 Impending tirotoksikosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan darah : (28 Agustus 2015)
Hb 9,5 mg%, eritrosit 5,62 jt/mm3, leukosit 3500/mm3,trombosit 419.000/mm3
GDS 110 mg/dl, total kolesterol 135 mg/dl, ureum 19 mg/dl, kreatinin 0,5 mg/dl,
SGOT 175 u/L, SGPT 141 u/L .
Elektrolit :Natrium 155 mmol, kalium 6 mmol, klorida 108 mmol
Urin lengkap: nitrit (+), bakteri (+)
Hasil periksa hormon tiroid di Pekanbaru (9 Agustus 2015):
T3 5,85 nmol/L (normal 0,95-2,5), T4 17,61ug/dl (normal 4,6-9,3), FT4 58,87 pmol/L
(normal 10,6-19,5), TSH <0,05 uUl/ml (normal 0,25-5)
Rontgen thoraks PA: Jantung dan paru tidak tampak adanya kelainan.
22
RESUME
Ny Hayati 35 tahun dengan keluhan dada terasa berdebar sejak 1 hari SMRS, nafas
sesak, gampang lelah, kepanasan, gugup, nafsu makan meningkat, BB turun,
underweight.Sering kencing, nyeri pada ari-ari. TD 130/60 mmHg, HR 132x/menit,
RR 26 x/menit. T 39,1 C. Indeks Wayne 19, skor Burst-Wartofsky 25, T3 5,85 nmol/L
(normal 0,95-2,5), T4 17,61ug/dl (normal 4,6-9,3), FT4 58,87 pmol/L (normal 10,619,5), TSH <0,05 uUl/ml (normal 0,25-5). SGOT 175 u/L, SGPT 141 u/L. Urin
lengkap: nitrit (+), bakteri (+)
DIAGNOSIS KERJA
: Hipertiroid
ISK
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAN
02 3 lpm
Diet Jantung II
23
Parasetamol 4 x 500 mg
Ciprofloxacin 2x 500 mg
Aprazolam 1x 0,25 mg
Dulcolax k//p
FOLLOW UP
Tanggal 29 Agustus 2015
S: Pasien merasa berdebar-debar, mata kuning (+), BAK kuning teh pekat (-)
Riwayat sakit kuning (+)
O : KU sedang, kesadaran komposmentis,
TD 100/60 mmHg, RR 22 x/menit, HR 84 x/menit, T afebris
Sklera subikterik, konjuntiva tidak anemis, JVP tidak meningkat.
Paru : Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : suara jantung normal, teratur, bising jantung (-)
Abdomen : NTE (-)
Ekstremitas : udem (-/-)
A: Struma nodosa toksika
Suspek Penyakit Jantung Tiroid ?
Suspek Hepatitis
ISK
Gangguan ansietas?
24
25
P: Tyrozol 3x10 mg, propanolol 2x10 mg, curvit 1x1 tab, aprazolam 0-0-0,5 mg,
Sistenol kp
BAB IV
PEMBAHASAN
27
Pemberian infus, oksigen, diet jantung II, parasetamol. Dulcolax, aprazolam, dan
furosemid merupakan terapi simtomatik.
DAFTAR PUSTAKA
29
4.
Viviroy,
Penyakit
Grave,
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-
makalah/kedokteran/buku-penyakit-autoimmune.
[diakses
16
November
2008].
5. Reksoprawiro S. Aspek Bedah pada Penyakit Tiroid. Dalam: EndokrinMetabolik Kapita Selekta Tiroidologi Seri I. Surabaya: Airlangga University
Press, 2006: 1-4, 90.
6. Djokomoeljanto R, Kelainan Kelenjar Tiroid: Fokus pada Terapi Penyakit
Graves dan Nodul Tiroid, http://internafkunanorid.htm. [diakses 16 November
2008]
7. Tumer HE. Hipertiroidisme. Dalam: Davey P, editors. At a Glance Medicine.
Jakarta: Erlangga. 2006: 274-5.
8. Schteingart DE. Gangguan Kelenjar Tiroid. Dalam: Price SA, Wilson LM,
editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC,
2006; 60: 1229-30.
9. Corwin EJ, Sistem Endokrin. Dalam: Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC,
2000: 265.
10. Gardner, David G. Hyperthyroidism. In: Greenspan`s Basic and Clinical
Endocrinology. United State America: McGraw Hill Companies, 2004: 248.
30
11.
31