HIPERTENSI
Disusun Oleh :
Yenti lasroha
NIM : 170322109
Dosen pembimbing :
2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
1) Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone
yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi
kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2) Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai
dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating
hormone (TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari
pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer
terhadap hormone tiroid.
3) Hipotiroid tertier / pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor / lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah
pada "goiter belt" dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air
yang berkurang dan iodine. Sporadik goiter tidak menyempit ke area
geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah.
Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik,
bayam, kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida.
Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).
3. Manifestasi klinis
1) Kulit dan rambut
Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal.
Pembengkakan tangan, mata dan wajah.
Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk.
Tidak tahan dingin.
Pertumbuuhna kuku buruk, kuku menebal.
2) Muskuloskeletal
Volume otot bertambah, glosomegali.
Kejang otot, kaku, paramitoni.
Artralgia dan efusi synovial.
Osteoporosis.
Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda.
Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis.
Kadar fosfatase alkali menurun.
3) Neurologik
Letargi dan mental menjadi lambat.
Aliran darah otak menurun.
Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon).
Ataksia (serebelum terkena).
Gangguan saraf (carfal tunnel).
Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu.
4) Kardiorespiratorik
Bradikardi, disritmia, hipotensi.
Curah jantung menurun, gagal jantung.
Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang).
Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan mendatar/inverse.
Penyakit jantung iskemic.
Hipotensilasi.
Efusi pleural.
Dispnea.
5) Gastrointestinal
Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi.
Obstruksi usus oleh efusi peritoneal.
Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa.
6) Renalis
Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun.
Retensi air (volume plasma berkurang).
Hipokalsemia.
7) Hematologi
Anemia normokrom normositik.
Anemia mikrositik/makrositik.
Gangguan koagulasi ringan.
8) Sistem endokrin
Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan hiperprolektemi.
Gangguan fertilitas.
Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap.
insulin akibat hipoglikemia
Gangguan sintesis kortison, k.liren kortison menurun.
Insufisiensi kelenjar adernal autoimun.
Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, derpesi, paranoid,menarik diri,
perilaku maniak.
Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan
(moonface), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal,
sensitifitas terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi
wajah kosong dan lemah.
4. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada
pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar
tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi penderita
hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat angka
kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital dijumpai
satu orang pada empat ribu kelahiran hidup. Jika produksi hormon tiroid tidak
adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan
kompensesi untuk meningkatkan sekresinya sebagai sebagai respons terhadap
rangsangan hormone TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan
menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua system
tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain :
1) Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria).
2) Penurunan motolitas usus.
3) Penurunan detak jantung.
4) Gangguan fungsi neurologic.
5) Penurunan produksi panas.
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana
akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien
berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidropilik di
rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Pembentukan erosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya
hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.
5. Pathway
Tiroiditis
Etiologi Hipotiroid
Laju metabolisme ↓
↓ fungsi fungsi ATP otot sekresi ↓ ↓ fungsi ↓ suplai
pernapasan & ADP ↓ kekurangan system darah
reproduksi ↓
berkeringat
reaksi autoimun
retinitis
↓ pembiasan cahaya
Rabun senja
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme didapatkan
hasil sebagai berikut :
1) T3 dan T4 serum menurun.
2) TSH meningkat pada hipotiroid primer.
3) TSH rendah pada hipotiroid sekunder.
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH mendatar.
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat.
4) Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus.
5) Peningkat kolestrol.
6) Pembesaran jantung pada sinar X dada.
7) EKG menunjukan sinus bradikardi rendahnya voltase kompleks QRS dan
gelombang T datar atau inverse.
7. Penatalaksanaan / Terapi
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin sebelumnya,
dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat diketahui dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada pasien
yang baru dicurigai adanya hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan
pemeriksaan konsentrasi FT4 dan TSH, juga perlu ditentukan apakah
hipotiroidismenya tersebut ringan, sedang atau berat. Pada hipotiroidisme yang berat,
ditandai adanya koma miksedema, gangguan status mental, gagal jantung atau
konsentrasi hormone tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi ditunda
sampai kondisi hipotiroidisme beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan
menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral
(lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang
lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan
pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan
secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum
sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik
sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan
tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.Penggantian hormon tiroid : levotiroksin ( Syinthroid), liotironin
(Cytomel), tiroglobulin, liotrix (Thyrolar), aktivitas : berhati-hati dengan olahraga
kontak atau pekerjaan fisik yang berat dan monitoring tanda vital, asupan / keluaran
cairan dan hasil laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium).
3. Intervensi keperawatan
(Amin, Huda dan Kusuma, Hardi 2016. Asuhan Keperawatan Praktis)
Diagnosa Batasan
No Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Karakteristik
1 Hipotermi b.d - Kulit Dingin - Mempertahanka - Mempertahanka
- Pucat normal
tubuh dibawah
rentang normal
i aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan
fisik, psikologi
dan social
- Bantu untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
disukai
- Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
- Monitor respon
fisik, emosi,
sosial dan
spiritual
3 Konstipasi b.d - Nyeri abdomen - Mempertahankan - Monitor tanda
mencegah - Mendorong
konstipasi meningkatkan
berbentuk kecuali
dikontraindikasi
kan
- Anjurkan
pasien/keluarga
serat
4 Ketidakefektifa - Perubahan - Mendemonstrasi - Posisikan pasien
nadi, RR
sebelum, selama
dan setelah
aktivitas
- Identifikasin
penyebab dari
perubahan vital
sign
5 Ketidakseimba - Penurunan berat - Adanya - Monitor jumlah
mengidentifikasi dibutuhkan
peningkatan vitamin C
menelan membuat
catatan
makanan harian
- Kolaborasi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dibutuhkan
pasien
Daftar Pustaka
Hartono, Andri. 2012. Medikal Bedah Buku Saku Keperawatan Pasien dengan
Gangguan Fungsi Endokrin. Tangerang Selatan : BINAPURA AKSARA
publisher.