Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

HIPERTENSI

Disusun Oleh :

Yenti lasroha

NIM : 170322109

Dosen pembimbing :

Ns.Sahrudi, S.Kep., M. Kep, Sp.KMB


1. Pengertian Penyakit
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormon
tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakan keadaan kurang
aktifnya kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormon tiroid tidak terjadi
atau mengalami penurunan. Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan
fungsi hormon tiroid yang dikikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem
metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid,
yang dapat terjadi kongenital atau seiring perkembangan usia. Pada kondisi
hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan konsentrasi hormon tiroid dalam
darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon).

2. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
1) Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone
yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid,
pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi
kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.
2) Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai
dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating
hormone (TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu malfungsi dari
pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer
terhadap hormone tiroid.
3) Hipotiroid tertier / pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor / lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah
pada "goiter belt" dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air
yang berkurang dan iodine. Sporadik goiter tidak menyempit ke area
geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
 Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah.
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik,
bayam, kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung
goitogenik glikosida.
 Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).

3. Manifestasi klinis
1) Kulit dan rambut
 Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal.
 Pembengkakan tangan, mata dan wajah.
 Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk.
 Tidak tahan dingin.
 Pertumbuuhna kuku buruk, kuku menebal.
2) Muskuloskeletal
 Volume otot bertambah, glosomegali.
 Kejang otot, kaku, paramitoni.
 Artralgia dan efusi synovial.
 Osteoporosis.
 Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda.
 Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis.
 Kadar fosfatase alkali menurun.
3) Neurologik
 Letargi dan mental menjadi lambat.
 Aliran darah otak menurun.
 Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon).
 Ataksia (serebelum terkena).
 Gangguan saraf (carfal tunnel).
 Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu.
4) Kardiorespiratorik
 Bradikardi, disritmia, hipotensi.
 Curah jantung menurun, gagal jantung.
 Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang).
 Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan mendatar/inverse.
 Penyakit jantung iskemic.
 Hipotensilasi.
 Efusi pleural.
 Dispnea.
5) Gastrointestinal
 Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi.
 Obstruksi usus oleh efusi peritoneal.
 Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa.
6) Renalis
 Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun.
 Retensi air (volume plasma berkurang).
 Hipokalsemia.
7) Hematologi
 Anemia normokrom normositik.
 Anemia mikrositik/makrositik.
 Gangguan koagulasi ringan.
8) Sistem endokrin
 Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan hiperprolektemi.
 Gangguan fertilitas.
 Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap.
insulin akibat hipoglikemia
 Gangguan sintesis kortison, k.liren kortison menurun.
 Insufisiensi kelenjar adernal autoimun.
 Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, derpesi, paranoid,menarik diri,
perilaku maniak.
 Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan
(moonface), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal,
sensitifitas terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi
wajah kosong dan lemah.

4. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan pada
pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis kelenjar
tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi penderita
hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat angka
kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital dijumpai
satu orang pada empat ribu kelahiran hidup. Jika produksi hormon tiroid tidak
adekuat maka kelenjar tiroid akan berkompensasi untuk meningkatkan
kompensesi untuk meningkatkan sekresinya sebagai sebagai respons terhadap
rangsangan hormone TSH. Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan
menurunkan laju metabolisme basal yang akan mempengaruhi semua system
tubuh. Proses metabolik yang dipengaruhi antara lain :
1) Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria).
2) Penurunan motolitas usus.
3) Penurunan detak jantung.
4) Gangguan fungsi neurologic.
5) Penurunan produksi panas.
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak dimana
akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga klien
berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans hidropilik di
rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Pembentukan erosit yang tidak optimal sebagai dampak dari menurunnya
hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.

5. Pathway

Virus Hasimoto Malfungsi hipotalamus Malfungsi hipofisis

Tiroiditis

Malfungsi kelenjar tiroid TRH ↓ dan TSH ↓ TRH ↑ dan TSH ↓

TRH ↑ dan TSH ↑

Hormon tiroid ↓ Hormon tiroid ↓ Hormon toroid ↓

Etiologi Hipotiroid

Laju metabolisme ↓
↓ fungsi fungsi ATP otot sekresi ↓ ↓ fungsi ↓ suplai
pernapasan & ADP ↓ kekurangan system darah

O2 produksi pencernaan ke alat

Kalor ↓ peristaltik reproduksi

Depresi suplai O2 proses oksidasi suhu usus ↓


ventilasi ke otak ↓ anaerob tubuh ↓ kerja organ

reproduksi ↓

asam laktat ↑ Konstipasi

Dispnea Sinkope Jarang libido ↓

berkeringat

Sesak Napas Myalgia Impoten

reaksi autoimun

retinitis

↓ pembiasan cahaya

Rabun senja
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme didapatkan
hasil sebagai berikut :
1) T3 dan T4 serum menurun.
2) TSH meningkat pada hipotiroid primer.
3) TSH rendah pada hipotiroid sekunder.
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH mendatar.
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat.
4) Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus.
5) Peningkat kolestrol.
6) Pembesaran jantung pada sinar X dada.
7) EKG menunjukan sinus bradikardi rendahnya voltase kompleks QRS dan
gelombang T datar atau inverse.

7. Penatalaksanaan / Terapi
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin sebelumnya,
dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat diketahui dari anamnesa
dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pada pasien
yang baru dicurigai adanya hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan
pemeriksaan konsentrasi FT4 dan TSH, juga perlu ditentukan apakah
hipotiroidismenya tersebut ringan, sedang atau berat. Pada hipotiroidisme yang berat,
ditandai adanya koma miksedema, gangguan status mental, gagal jantung atau
konsentrasi hormone tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi ditunda
sampai kondisi hipotiroidisme beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan
menggantikan kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral
(lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang
lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan). Pengobatan
pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena dosis
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan
secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum
sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik
sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan
tumor susunan saraf pusat, maka dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau
pembedahan.Penggantian hormon tiroid : levotiroksin ( Syinthroid), liotironin
(Cytomel), tiroglobulin, liotrix (Thyrolar), aktivitas : berhati-hati dengan olahraga
kontak atau pekerjaan fisik yang berat dan monitoring tanda vital, asupan / keluaran
cairan dan hasil laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium).

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena
itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali
sebanyak mungkin informasi antara lain :
1) Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis
kelenjar teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan
dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan,
sembuh, atau bertambah buruk.
2) Riwayat penyakit  dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan
adanya hubungan atau menjadi predisposisi.
3) Riwayat kesehatan klien dan keluarga.
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yangmenderita penyakit yang sama.
c. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :
1) Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea.
2) Sistem pencernaan : anoreksia, opstipasi, distensi abdomen.
3) Sistem kardiovaslkuler : Bradikardi, distrimia, cardiomegaly.
4) Sistem musculoskeletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot
lambat.
5) Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori.
6) Sistem reproduksi : perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan
libido.
7) Metabolik : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
2) Pemeriksaan Fisik
(Bickley, Lynn S. 2008. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates.
Jakarta: EGC)
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah
kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur
tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
c. Perbesaran jantung.
d. Disritmia dan hipotensi.
e. Parastesia dan reflek tendon menurun.
2. Diagnosa Keperawatan
(Amin, Huda dan Kusuma, Hardi 2016. Asuhan Keperawatan Praktis)
1) Hipotermi b.d penurunan metabolism.
2) Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan penurunan proses kognitif.
3) Konstipasi b.d penurunan fungsi gastrointestinal.
4) Ketidakefektifan pola nafas b.d depresi ventilasi.
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d lambatnya laju
metabolisme tubuh.

3. Intervensi keperawatan
(Amin, Huda dan Kusuma, Hardi 2016. Asuhan Keperawatan Praktis)

Diagnosa Batasan
No Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan Karakteristik
1 Hipotermi b.d - Kulit Dingin - Mempertahanka - Mempertahanka

penurunan - Bantalan kuku n suhu tubuh n atau mencapai

metabolisme sianosis pasien suhu tubuh

- Hipertensi setidaknya 36oC dalam batas

- Pucat normal

- Penurunan suhu - Kaji ulang TTV

tubuh dibawah

rentang normal

2 Intoleransi - Ketidak nyamanan - Mampu - Bantu klien

aktivitas b.d atau dispnea saat melakukan untuk


kelelahan dan beraktivitas aktivitas sehari- mengidentifikas

penurunan - Melaporkan hari (ADLs) i aktivitas yang

proses kognitif keletihan atau secara mandiri mampu

kelemahan secara - Mampu dilakukan

verbal berpindah tanpa - Bantu untuk

- Aritmia bantuan alat mengidentifikas

i aktivitas

konsisten yang

sesuai dengan

kemampuan

fisik, psikologi

dan social

- Bantu untuk

mengidentifikas

i aktivitas yang

disukai

- Bantu klien

untuk membuat

jadwal latihan

diwaktu luang

- Monitor respon
fisik, emosi,

sosial dan

spiritual
3 Konstipasi b.d - Nyeri abdomen - Mempertahankan - Monitor tanda

penurunan - Penurunan volume bentuk feses dan gejala

fungsi feses lunak setiap 1-3 konstipasi

gastrointestinal - Nyeri saat defekasi hari - Monitor feses :

- Feses keras dan - Bebas dari frekuensi,

berbentuk ketidaknyamana konsistensi dan

n dan konstipasi volume

- Mengidentifikasi - Dukung intake

indikator untuk cairan

mencegah - Mendorong

konstipasi meningkatkan

- Feses lunak dan asupan cairan,

berbentuk kecuali

dikontraindikasi

kan

- Anjurkan

pasien/keluarga

untuk dia tinggi

serat
4 Ketidakefektifa - Perubahan - Mendemonstrasi - Posisikan pasien

n pola nafas kedalaman kan batuk efektif untuk

b.d depresi pernapasan dan suara nafas memaksimalkan

ventilasi - Penurunan yang bersih, ventilasi

ventilasi semenit tidak ada - Pertahankan

- Penurunan sianosis dan jalan nafas yang

kapasitas vital dispneu paten

- Dispneu - Menunjukan - Observasi

- Pernapasan cuping jalan nafas yang adanya tanda-

hidung paten tanda

- TTV dalam hipoventilasi

rentang normal - Monitor TD,

nadi, RR

sebelum, selama

dan setelah

aktivitas

- Identifikasin

penyebab dari

perubahan vital

sign
5 Ketidakseimba - Penurunan berat - Adanya - Monitor jumlah

ngan nutrisi badan dengan peningkatan niutrisi dan


kurang dari asupan makanan berat badan kandungan

kebutuhan adekuat sesuai dengan kalori

tubuh b.d - Menghindari tujuan - Kaji

lambatnya laju makanan - Berat badan ideal kemampuan

metabolisme - Mengeluh sesuai dengan pasien untuk

tubuh gangguan sensasi tinggi badan mendapatkan

rasa - Mampu nutrisi yang

mengidentifikasi dibutuhkan

kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien

- Tidak ada tanda- untuk

tanda malnutrisi meningkatkan

- Menunjukkan protein dan

peningkatan vitamin C

fungsi - Ajarkan pasien

pengecapan dari bagaimana

menelan membuat

catatan

makanan harian

- Kolaborasi

dengan ahli gizi

untuk
menentukan

jumlah kalori

dan nutrisi yang

dibutuhkan

pasien

Daftar Pustaka

Black, Joyce M dan Hokanson, Jane Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah Edisi


8.Elsevier : Singapore

Chang, Esther.2010.Patofisiologi:Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.Jakarta : EGC

Hartono, Andri. 2012. Medikal Bedah Buku Saku Keperawatan Pasien dengan
Gangguan Fungsi Endokrin. Tangerang Selatan : BINAPURA AKSARA
publisher.

Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Nanda NIC-


NOC Edisi
1.Mediaction : Jogja

Huda, Amin dan Kusuma, Hardhi.2016.Asuhan Keperawatan Praktis Nanda NIC-


NOC Edisi
2.Mediaction : Jogja

Wilkinson, Judith dan Ahern, Nancy R.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai