Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hipotiroidisme adalah penyakit yang diakibatkan oleh penurunan sirkulasi
hormone tiroid. Dalam 95% kasus, penyebabnya adalah adanya masalah pada kelenjar
tiroid, dan pada 5% kasus berhubungan dengan disfungsi kelenjar pituitary. Insuffisiensi
hormone tiroid berpengaruh pada semua sel tubuh dan organ, serta memperlambat laju
metabolic, dan respon pada semua sistem. Gejala hipotiroidisme sulit terdiagnosa dan di
Amerika mulai tampak sekitar 20% pada orang dewasa diatas 60tahun (linda, dkk. 2010)
Koma Miksidema merupakan stadium lanjut dari Hipotiroidisme yang jarang,
dan umumnya menyerang pasien usia lanjut, dan lebih banyak terjadi pada wanita dari
pada laki-laki. Keadaan ini merupakan komplikasi yang jarang terjadi dengan angka
kematian >50%. Identifikasi dini terhadap gejala dan penanganan segera dapat
menurunkan angka mortalitas miksidema, meskipun tetap tinggi dibandingkan dengan
beberapa penyakit lain. Koma Miksidema jarang ditemukan sebagai penyakit tunggal di
unit perawatan kritis. (Linda, dkk. 2010)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Koma Miksidema ?
2. Apa Etiologi dari Koma Miksidema ?
3. Bagaimana Patofisiologi pada Koma Miksidema ?
4. Apa saja Manifestasi Klinis pada Koma Miksidema ?
5. Apa saja Pemeriksaan Diagnostik Koma Miksidema ?
6. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Koma Miksidema ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan pada Koma Miksidema ?
8. Apa saja Komplikasi yang terjadi pada Koma Miksidema ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Koma Miksidema ?

C. TUJUAN MASALAH
Agar mahasiswa mampu memahami mengenai :
1. Pengertian Koma Miksidema
2. Etiologi Koma Miksidema
3. Patofisiologi Koma Miksidema
4. Manifestasi Klinis Koma Miksidema
5. Pemeriksaan Diagnostik Koma Miksidema
6. Pemeriksaan Penunjang Koma Miksidema
7. Penatalaksanaan Koma Miksidema
8. Komplikasi Koma Miksidema
9. Asuhan Keperawatan Koma Miksidema
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Koma Miksedema


Miksedema adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena kadar
hormon tiroid dalam darah berkurang. Karena kurang aktifnya kelenjar tiroid dalam
menghasilkan hormon tiroid atau hormon tiroid yang dihasilkan terlalu sedikit
(Hipotiroidisme). Miksedema merupakan bentuk hipotiroid terberat, pasien menjadi
letargi dan bisa berlanjut pada keadaan stupor atau Koma Miksedema (John A. Boswick,
1988).
Koma Miksedema adalah keadaan yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan koma (Elizabeth J. Corwin, 2009).

B. Etoilogi
Koma miksidema diakibatkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi Kelenjar Tiroid, maka kadar Hormon Tiroid (HT)
yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH) dan
Tiroid Releaxing Hormon (TRH) karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada
hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi
hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari
hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT.
Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan
rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH. Penurunan Hormon Tiroid dalam darah
menyebabkan laju metabolism basal turun, yang mempengaruhi semua sistem tubuh.
Faktor yang memicu terjadinya koma miksidema secara tiba-tiba terutama pada penderita
hipotiroidisme, antara lain :
1. Obat-obatan (sedative, narkotika, dan obat anesthesi).
2. Faktor infeksi.
3. Stroke.
4. Trauma.
5. Gagal Jantung.
6. Perdarahan saluran pencernaan.
7. Hypotermia
8. Kegagalan pengobatan gangguan kelenjar tiroid.

C. Patofisiologi
Koma miksedema merupakan bentuk lanjut hipotiroid yang berat yang disebabkan
berkurangnnya keluarnya hormon tiroid. Hipotiroidisme terjadi karena respons tubuh
terhadap T3 atau T4 berlebihan atau keduanya. Koma miksedema merupakan hipotiroid
sekunder yang terjadi akibat defisiensi sekresi TSH hipofisis bisa diakibatkan karena
kelenjar tiroid mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan
atau ablasi radioisotop, atau akibat destruksi oleh antibodi autoimun yang beredar dalam
sirkulasi. Selain itu pada hipotiroidisme sekunder mengalami tumor hipofisis dan
defisiensi hormon-hormon trofik hipofisis lainnya sehingga menyebabkan letargi, edema
periorbital, dengan pembengkakan wajah, suara parau, kulit dingin, kasar, kering,
bradikardi, keterlambatan intelektual dan aktivitas motorik, serta intoleransi dingin.

D. Manifestasi Klinis
1. Sistem neuromuskuler terjadi kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan
yang lambat dan canggung.
2. Sistem Kardiovaskuler, terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran
jantung (jantung miksedema), dan penurunan curah jantung.
3. Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori
5. Penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cerna.
6. Sistem pencernaan terjadi konstipasi.
7. Sistem pernafasan, terjadi sesak nafas saat aktifitas, pembengkakan pada lidah dan
apnea pada tidur yang diamati.
8. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi siklus menstruasi menjadi tidak
teratur bagi perempuan. Kesulitan dalam hamil dan wanita hamil mungkin
keguguran.
9. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala, alis tumbuh tipis, rapuh dan mudah
rontok.
10. Akibat lebih jauh karena hipotirodisme ini adalah keadaan yang disebut miksidema
yang ditandai muka oedema terutama pada sekitar bibir, hidung dan kelopak mata,
terjadi bradikardia, hypotermia tanpa menggigil, hypotensi, hypoventilasi dan
penurunan kesadaran sampai koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberi
hormon tiroid dan stabilisasi semua gejala.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini :
Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
1) TSH (Tiroid Stimulating Hormone) sangat meningkat
2) FT4 (Tiroksin) rendah
3) Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
4) Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
5) Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
6) Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah yang mengukur kadar Hormon Tiroid (T3 dan T4), Tiroid
Stimulating Hormon, dan Tiroid Releasing Hormon akan dapat mendiagnosis
kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
2) Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan:
 T4 serum rendah, TSH meningkat
 Respon dari TSH ke TRH meningkat
 Cholesterol meningkat
 Hiponatremia, konsentrasi pCO2 meningkat (Hipoksemia)
 Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
3) Pemeriksaan EKG dan enzim-enzim jantung diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan fungsi jantung (sinus bradikardi dan tegangan rendah).
4) Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan
refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanya rontok,
rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya
membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan
perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
G. Penatalaksanaan
1) Monitor secara teratur gas-gas darah, dan pasien-pasien koma miksedema biasanya
membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanis.
2) Penyakit-penyakit yang berhubungan seperti infeksi atau gagal jantung dicari dan
harus diobati dengan terapi yang tepat.
3) Cairan intravena harus diberikan dengan hati-hati dan asupan cairan bebas berlebihan
harus dihindarkan karena pasien-pasien dengan koma miksedema mengabsorpsi
semua obat-obatan dengan buruk, pemberian levotiroksin harus secara intravena.
4) Pasien-pasien ini mempunyai deplesi tiroksin serum yang sangat jelas dan sejumlah
besar tempat-tempat pengikatan yang kosong, pada globulin pengikat tiroksin harus
menerima dosis muatan awal tiroksin intravena, diikuti dengan suatu dosis harian
intravena yang kecil.
 Suatu dosis awal sejumlah 300-400 mikrogram levotiroksin diberikan intravena,
 Diikuti oleh 50 mikrogram levotiroksin intravena setiap hari.
Petunjuk klinis adanya perbaikan adalah peningkatan suhu tubuh dan kembalinya
fungsi serebral yang normal dan fungsi pernapasan. Jika diketahui pasien
memiliki fungsi adrenal normal sebelum koma, dukungan adrenal mungkin tidak
diperlukan. Namun, bila tidak ada data tersedia, kemungkinan adanya penyerta
insufisiensi adrenal (berhubungan dengan penyakit adrenal autoimun atau
insufisiensi) bisa terjadi. Pada kasus ini, kortisol plasma harus diukur atau, jika
waktu memungkinkan (30 menit), uji stimulasi kosintropin harus dilakukan .
Dukungan adrenal penuh harus diberikan, seperti:
 Hidrokortison hemisuksinat 100 mg intravena,
 Diikuti dengan 50 mg intravena tiap 6 jam,
 Tapering doses setelah 7 hari.
5) Dukungan adrenal dapat dihentikan lebih dini jika kortisol plasma praterapi sekitar 20
μg/dL atau 1 lebih besar atau hasil stimulasi kosintropin dalam batas normal. Bila
memberikan levotiroksin intravena dosis besar ada risiko bawaan mempresipitasi
angina, kegagalan jantung, atau aritmia pada pasien-pasien tua dengan dasar penyakit
arteri koronaria. Jadi, jenis terapi ini tidak dianjurkan untuk pasien-pasien rawat jalan
dengan miksedema adalah lebih baik untuk memulai dengan perlahan-lahan dan
kemudian sampai, dosis seperti disebut di atas.
Dosis penggantian Levotiroksin

Umur Dosis Levotiroksin (Μg/Kg/Hari)

0-6 bulan 8-10


7-11 bulan 6-8
1-5 tahun 5-6
6-10 tahun 3-4
11-20 tahun 2-3
Dewasa 1-2

Dussault J, Fisher DE. 1991. Hypothyroidisme in Infants and Children In: Warner
and Ingbar’s The Thiroid 6th ed. Lippincott.

Miksedema / Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh
eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma.
Penatalaksanaan dilakukan untuk stabilisasi semua gejala dan mencegah terjadinya
kematian. Dalam keadaan darurat (misalnya koma miksedema), obat yang diberikan antara
lain :
1. 500 μg tiroksin i.v sesegera mungkin diikuti dengan
2. 100 μg T4 setiap hari danHidrocortison 100 μg i.v tiap 8 jam

H. Komplikasi
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi
(perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermi tanpa menggigil,
hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hingga koma. Kematian
dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi semua gejala.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMA MIKSEDEMA

1. Pengkajian
a) Identitas Klien
Biodata klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat tempat tinggal, pekerjaan,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
b) Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :
1. Sistem pulmonari.
2. Sistem pencernaan.
3. Sistem kardiovaslkuler.
4. Sistem muskuloskeletal.
5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis.
6. Sistem reproduksi.
7. Metabolik.
c) Riwayat kesehatan klien dan keluarga
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama.
d) Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :
1. Pola makan
2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
3. Pola aktivitas.
e) Pemeriksaan fisik mencakup
 Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan
pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
 Nadi lambat dan suhu tubuh menurun.
 Perbesaran jantung.
 Disritmia dan hipotensi.
 Parastesia dan reflek tendon menurun.
f) Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan
lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas
beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kekurangan suplai O2
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d Suplai O2 ke otak menurun
3. Hipotermi b.d pembentukan kalor tubuh menurun
4. Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d nafsu makan menurun
5. Konstipasi b.d penurunan gastrointestinal
6. Intoleransi aktivitas b.d penurunan energi otot

3. Intervensi Keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas b.d kekurangan suplai O2
Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
Kriteria Hasil :
- Nilai dasar frekuensi pernapasan pasien tetap pada 5 kali/menit
- Pasien merasa nyaman tanpa adanya depresi pernapasan
- Hasil auskultasi menunjukkan tidak ada suara nafas tambahan
Intervensi Rasional

1) Pantau frekuensi; kedalaman, pola 1) Mengidentifikasi hasil pemeriksaan


pernapasan; oksimetri denyut nadi dasar untuk memantau perubahan
dan gas darah arterial selanjutnya dan mengevaluasi
2) Dorong pasien untuk napas dalam efektifitas intervensi.
dan batuk 2) Mencegah aktifitas dan meningkatkan
3) Berikan obat (hipnotik dan sedatip) pernapasan yang adekuat
dengan hati-hati 3) Pasien hipotiroidisme sangat rentan
4) Pelihara saluran napas pasien terhadap gangguan pernapasan
dengan melakukan pengisapan dan akibatgangguan obat golongan
dukungan ventilasijika diperlukan hipnotik-sedatif
4) Penggunaan saluran napas artifisial
dan dukungan ventilasi
mungkindiperlukan jika terjadi
depresi pernapasan

2) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d Suplai O2 ke otak menurun


Tujuan : Mengefektifkan perfusi jaringan serebral
Kriteria Hasil :
 Pasien mempertahankan atau meningkakan tingkat kesadaran saat ini
 Pasien mempertahankan keseimbangan asupan dan haluaran
Intervensi Rasional

1) Lakukan pengkajian neurologis setiap 1) Untuk menskrining perubahan


1 sampai 2 jam pada awalnya, tingkat kesadaran dan status
kemudian setiap 4 jam bila pasien neurologis
sudah stabil 2) Untuk mendeteksi secara dini
2) Ukur tanda-tanda vital setiap 1 sampai tanda-tanda penurunan tekanan
2 jam pada awalnya, kemudian setiap perfusi serebral atau peningkatan
4 jam bila pasien sudah stabil TIK
3) Ukur suhu pasien minimal 4 jam 3) Hipotermia menyebabkan
4) Bila pasien kemungkinan mengalami penurunan tekanan perfusi serebral
gangguan jalan napas, gunakan 4) Untuk mencegah mual dan muntah
antimimetik atau persiapan yang memungkinkan terjadinya
nasogastrik peningkatan TIK dan aspirasi
5) Lakukan rerhabilitasi fisik dan 5) Untuk meningkatkan kemampuan
okupasi pasien dalam berfungsi secara
mandiri

3) Hipotermi b.d pembentukan kalor tubuh menurun


Tujuan : Pasien tidak mengalami hipotermi
Kriteria Hasil :
 Suhu ubuh normal
 Kulit terasa hangat dan dingin
 Denyut jantung dan tekanan darah tetap dalam rentang normal
 Pasien tidak menggigil
 Pasien mengungkapkan rasa nyamannya

Intervensi Rasional

1) Pantau suhu tubuh minimal setiap 4 1) Untuk mengevaluasi keefektifan


jam atau lebih sering intervensi
2) Pantau dan catat denyut dan irama 2) Tekanan darah dan denyut nadi
jantung, tekanan darah, dan kecepatan menurun pada hipotermi. Selama
pernapasan min. Setiap 4 jam penghangatan, pasien mungkin
3) Berikan tindakan pendukung, seperti menjadi syok hipovolemik. Fibrilasi
menempatkan pasien pada tempat ventrikular dan henti jantung dapat
tidur yang hangat dan menyelimutinya terjadi, kemungkinan ditandai
dengan selimut hangat, membuka baju dengan nadi yang tidak teratur
yang basah, membungkus semua 3) Tindakan tersebut melindungi
permukaan dari besi atau plastik yang pasien dari kehilangan panas
kontak dengan tubuh pasien

4) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d nafsu makan menurun
Tujuan : Nutrisi pasien seimbang
Kriteria Hasil :
 Berat badan pasien bertambah
 Nafsu makan bertambah

Intervensi Rasional
1) Beri kesempatan pasien mendiskusikan 1) Untuk membantu mengkaji
alasan untuk tidak makan penyebab gangguan makanan
2) Observasi dan catat asupan pasien (cair 2) Untuk mengkaji zat gizi yang
dan padat) dikonsumsi dan suplemen yang
3) Tentukan makanan kesukaan pasien dan diperlukan
usahakan untuk mendapatkan makan 3) Untuk meningkatkan nafsu
tersebut. Tawarkan makanan yang makan pasien
merangsang indra penghidu, penglihatan, 4) Untuk mengidentifikasi adanya
dan taktil kenaikan atau penurunan BB
4) Timbang berat badan pasien setiap hari

5) Konstipasi b.d penurunan gastrointestinal


Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
Kriteria Hasil :
 Asupan cairan dan serat pasien dapat dikaji
 Pasien melaporkan keinginan defekasi, bila memungkinkan
 Pasien melaporkan pengeluaran feses yang mudah dan tuntas

Intervensi Rasional
1) Dorong peningkatan asupan cairan 1) Meminimalkan kehilangan panas.
2) Berikan makanan yang kaya akan 2) Meningkatkan massa feses dan
serat. frekuensi buang air besar.
3) Ajarkan kepada klien, tentang jenis - 3) Untuk peningkatan asupan cairan
jenis makanan yang banyak kepada pasien agar . feses tidak
mengandung air keras
4) Pantau fungsi usus. 4) Memungkinkan deteksi konstipasi
5) Dorong klien untuk meningkatkan dan pemulihan kepada pola
mobilisasi dalam batas-batas toleransi defekasiyang normal.
latihan. 5) Meningkatkan evakuasi feses.

6) Intoleransi aktivitas b.d penurunan energi otot


Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian.
Kriteria Hasil :
 Pasien menyatakan keinginannya untuk meningkatkan aktivitas
 Pasien menyatakan mengerti tentang kebutuhannya untuk meningkatkan aktivitas
secara bertahap
Intervensi Rasional
1) Atur interval waktu antar aktivitas 1) Mendorong aktivitas sambil
untuk meningkatkan istirahat dan memberikan kesempatan untuk
latihan yangdapat ditolerir. mendapatkan
2) Bantu aktivitas perawatan mandiri
ketika pasien berada dalam keadaan 2) istirahat yang adekuat
lelah. 3) Memberi kesempatan pada pasien
3) Berikan stimulasi melalui untuk berpartisipasi dalam aktivitas
percakapan dan aktifitas yang tidak perawatan mandiri.
menimbulkan stress. 4) Meningkatkan perhatian tanpa terlalu
4) Pantau respons pasien terhadap menimbulkan stress pada pasien.
peningkatan aktititas. 5) Menjaga pasien agar tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan atau kurang.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koma miksedema adalah eksaserbasi (perburukan) semua gejala
hipotyroidisme yang mengancam nyawa, ditandai dengan hipotermia tanpa menggigil,
hipotensi, hipoglikemia, Koma miksedema adalah eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotyroidisme yang mengancam nyawa, ditandai dengan hipotermia tanpa
menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran yang
menyebabkan, (Elizabeth corwin,2000). Koma ini tercetus pada pasien hypotiroid
kronis karena berbagai hal, diantaranya adalah hipotermi ( terpajan dingin ), infeksi,
hipoglikemia, obat-obatan ( narkotik, sedative ), reaksi alergi, stress metabolik
lainnya.
B. Saran
Sebagai calon perawat hendaknya kita memberikan health education pada
klien hipotiroid tentang koma miksedema sehingga dapat mengetahui faktor pencetus
dan dapat dihindari. Penanganan asuhan keperawatan dibutuhkan pengetahuan serta
keterampilan yang memadai. Dukungan psikologik dari perawat dan keluarga sangat
berguna untuk lain.

Anda mungkin juga menyukai