Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas
kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah
hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri
dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini
pasangan lansia. Seiring dengan berjalannya waktu, pria mengalami masa tua, lemah, dan sakit-
sakitan. Demikian juga dengan potensi seksualnya yang menurun. Potensi seksual pada pria
kadang menjadi masalah yang sangat menggangu bagi kehidupannya sehingga timbul kurang
percaya diri
Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah
periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah
seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah,
termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah
masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh
perasaan usia tua atau merasa tua.
Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan
48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama
mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite
dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70
tahun(Alexander and Allison,1995). Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:
Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup
lanjut, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan.
Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan
pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya. Mengingat bahwa
kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita lansia yang
ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup.
Saat ini jumlah wanita di Indonesia yang memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) diatas
45 tahun lebih meningkat dan pada usia tersebut wanita masih berharap dapat melakukan
hubungan seksual secara normal. Karena faktor usia, hubungan seksual pada lansia

1
umumnya memiliki frekuensi yang relatif rendah, sehingga diperlukan suatu penelaahan
tentang masalah seksual pada lansia.
Fenomena sekarang, tidak semua lansia dapat merasakan kehidupan seksual yang
harmonis. Ada tiga penyebab mengapa kehidupan seksual tidak harmonis. Pertama,
komunikasi seksual diantara pasangan tidak baik. Kedua, pengetahuan seksual tidak
benar. Ketiga karena gangguan fungsi seksual pada salah satu maupun kedua pihak bisa
karena perubahan fisiologis maupun patologis. Agar kualitas hidup lansia tidak sampai
terganggu karena masalah seksual, maka setiap disfungsi seksual harus segera diatasi
dengan cara yang benar dan ilmiah. Yang perlu diperhatikan dalam penanganan disfungsi
seksual ialah pertama kita harus menentukan jenis disfungsi seksual dengan tepat,
mencari penyebabnya, memberikan pengobatan sesuai penyebab dan untuk memperbaiki
fungsi seksual seperti dijelaskan dalam makalah ini.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa yang dimaksud dengan pengertian lansia.?
b. Bagaiamana perubahan fisik pada lansia.?
c. Bagaimana perubahan fisiologis sistem reproduksi pada lansia.?
d. Bagaimana perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses
menua.?
e. Bagaimana masalah-masalah yang dapat timbul dalam lansia akibat perubahaqn
fisiologis tersebut.?

1.3 Tujuan penulisan


a. Agar mahasiswa/i S1 keperawatan semester 7 mampu menjelaskan pengertian dari
usia lanjut
b. Agar mahasiswa/i S1 keperawatan semester 7 mampu menyebutkan perubahan-
perubahan fisik yang terjadi pada lansia
c. Agar mahasiswa/i S1 keperawatan semester 7 mampu menjelaskan perubahan
fisiologis pada sistem reproduksi perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang
diakibatkan oleh proses menua
d. Agar mahasiswa/i S1 keperawatan semester 7 mampu menjelaskan
e. Agar mahasiswa/i S1 keperawatan semester 7 mampu menyebutkan masalah-masalah
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada lansia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usia Lanjut


Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial
(BKKBN 1998). Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia
adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan
banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat Dari aspek sosial,
penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk
lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan
mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta
luasnya hubungan sosial yang semakin menurun.

2.2. Perubahan Fisik Pada Usia Lanjut


Perubahan fisik pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem
organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, reproduksi,
endokrin dan integumen.
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang
lebih besar dibandingkan dengan periode periode usia sebelumnya. Kita akan mencatat
rentetan perubahan perubahan dalam penurunan fisik yang terkait dengan penuaan, dengan

3
penekanan pentingnya perkembangan perkembangan baru dalam penelitian proses penuaan
yang mencatat bahwa kekuatan tubuh perlahan lahan menurun dan hilangnya fungsi tubuh
kadangkala dapat diperbaiki.
Terdapat sejumlah perubahan fisik yang terjadi pada periode lansia yaitu:
 Perubahan fisik bukan lagi pertumbuhan tetapi pergantian dan perbaikan sel-
sel tubuh.
 Pertumbuhan dan reproduksi sel-sel menurun.
 Penurunan dorongan seks.

2.3 Perubahan fisiologis sistem Repruduksi pada lansia


Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari
pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :
a. Fase Desire
Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan kultural,
kecemasan akan kemampuan seks.  Hasrat pada lansia wanita mungkin menurun
seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi. Interval untuk meningkatkan
hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun secara
bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.
b. Fase Arousal
 Lansia wanita : pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan
flushing, elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-
otot; iritasi uretra dan kandung kemih.
 Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu
kuat; penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan
testoteron; elevasi testis ke perineum lebih lambat
c. Fase Orgasmic
 Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit
konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.
 Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan
jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.
d. Fase pasca orgasmic
Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai
timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi.

4
2.5 Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses
menua menurut Kaplan :

Fase tanggapan seksual Pada wanita lansia Pada pria lansia


Terutama dipengaruhi oleh Interval untuk meningkaatkan
penyakit baik dirinya sendiri hasrat melakukan kontak seksual
atau pasangan, masalah meningkat;hasrat sangat
hubungan antar keduanya, dipengaruhi oleh penyakit;
Fase Desire harapan kultural dan hal-hal kecemasan akan kemampuan seks
tentang harga diri. Desire pada dan masalah hubungan antara
lansia wanita mungkin menurun pasangan. Mulai usia 55 th
dengan makin lanjutny usia, testosteron menurun bertahap yang
tetapi hal ini bisa bervariasi. akan mempengaruhi libido.
M embutuhkan waktu lebih lama
Pembesaran payudara untuk ereksi; ereksi kurang begitu
berkurang, semburat panas kuat; testosteron menurun; 
dikulit menurun; elastisitas produksi sperma menurun bertahap
dinding vagina menurun; iritasi mulai usia 40 tahun, elevasi testis
Fase arousal
uretra dan kandung kemih ke perinium lebih lambat dan
meningkat;otot-otot yang sedikit; penguasaan atas ejakulasi
menegang pada fase ini biasany membaik.
menurun.

Tanggapan orgasmik mungkin


Kemampuan mengontrol ejakulasi
kurang intens disertai sedikit
membaik; kekuatan kontraksi otot
Fase orgasmik(fase kontraksi; kemampuan untuk
dirasakan berkurang; jumlah
muskular) mendapatkan orgasme multipel
kontraksi menurun; volume
berkurang dengan makin
ejakulasi menurun.
lanjutnya usia.
Periode refrakter memanjang
Mungkin terdapat periode
secara fisiologis, dimana ereksi
Fase pasca orgasmik refrakter, dimana pembangkitan
dan orgasme berikutnya lebih
gairah secara segera lebih sukar.
sukar terjadi.

5
Disfungsi seksual pada lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat
banyak penyebab lainnya seperti:

a. Penyebab iatrogenic
Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang mungkin
membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi terhadap fungsi seksual.
b. Penyebab biologik dan kasus medis
Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung atau tidak
dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi seksual psikogenik

Beberapa masalah umum yang sering timbul dalam gangguan seksual pada lansia adalah
sebagai berikut :

a. Gangguan hasrat
b. Tahap pemanasan
c. Orgasme
d. Rasa nyeri
e. Sakit fisik
f. Obat dan alkohol
g. Gangguan yang tidak khusus

 Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia
Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna
berangsur-angsur mengalami atrofi.
 Vagina
Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun
pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan berhenti
berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub mukosa tidak
lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis. Perubahan ini sampai
batas tertentu dipengaruhi oleh keberlangsungan koitus, artinya makin lama
kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan
genitalia eksterna.
 Uterus

6
Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan
dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan
fibrotik.Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata
dengan dinding jaringan.
 Ovarium
Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya
menjadi“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan  akibat dari ovulasi
yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi  rata lagi seperti anak
oleh karena tidak terdapat  folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia
interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium.Bila ovarium berhenti
berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang
pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.
 Payudara (Glandula Mamae)
Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk,
dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh
karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja.Kelenjar pituari
anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula
kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh
serupa akromegali ringan.Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang
menghilang.Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.Rambut ketiak,
pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar
adrenal dan bukan kelenjar ovarium.Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan
berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.
 Monopouse
Menopause pada wanita merupakan bagian universal dan ireversibel dari
keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi, dengan hasil
akhir seorang wanita tidak lagi mengalami menstruasi. Seorang wanita
dikatakan menopause minimal 12 bulan setelah menstruasinya yang terakhir,
ditandai dengan gejala-gejala vasomotor dan urogenital, misalnya kering
vagina dan dispareunia. Masa sekitar 12 bulan itu dinamakan klimakterium.
Sementara sebelum benar-benar menopause, 5-10 tahun sebelumnya gejala-
gejala vasomotor dan mens yang ireguler ini sudah mulai muncul, dinamakan
fase perimenopause.Menopause itu sendiri terjadi secara fisiologis akibatnya

7
hilang atau berkurangnya sensitivitas ovarium terhadap stimulasi
gonadotropin, yang berhubungan langsung dengan penurunan dan disfungsi
folikuler. Oosit di dalam ovarium akan mengalami atresia ketika siklus
reproduksi wanita. Selain itu folikel juga mengalami penurunan kualitas dan
kuantitas folikel secara kritis setelah 20-25 tahun sesudah menarche. Itu
sebabnya pada fase perimenopause dapat terjadi siklus menstruasi yang
ireguler. Selain itu iregularitas menstruasi juga terjadi akibat fase folikuler
pada fase siklus menstruasi yang juga memendek.

Perubahan-Perubahan Fisiologis pada Wanita berkaitan dengan bertambahnya usia:

a. Penurunan Sekresi estrogen setelah menopause


b. Hilangnya kelenturan/elastisitas jaringan payudara
c. Cerviks yang menyusut ukurannya
d. Dinding vagina atropi ukurannya memendek
e. Berkurangnya pelumas vagina
f. Matinya steroid seks secara tidak Iangsung mempengaruhi aktivitas seks
g. Perubahan “ageing” meliputi penipisan bulu kemaluan, penyusutan bibir kemaluan,
penipisan selaput lendir vagina dan kelemahan utot perinael
h. Klimakterium Pada  Wanita  Lansia

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, dapat di bedakan
menjadi 3 bagian yaitu :

 Fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ
kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi.
 Rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama
bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti
binatang.
 Sosial, Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang
merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.

Pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain
dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda.

8
Juga sebagai pihak yang lebih tua tanpa harus berhubungan badan, msih banyak cara
lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang
menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan
sexualitas dalam pengalaman sex.
 Pria
Masalah seksual pada pria sering diartikan sebagai gangguan fungsi seksual pada salah
satu atau lebih aspek fungsi seksual. Gangguan fungsi seksual terjadi pada dorongan
seksual, reaksi organ kelamin terhadap rangsangan sampai pada orgasme sebagai puncak
reaksi seksual.
Gangguan fungsi seksual pada pria lansia disebabkan oleh :
Faktor fisik dapat berupa kelainan lokal pada organ kelamin atau penyakit sistemik.
Faktor psikis adalah hal-hal kejiwaan yang mengurangi atau menghilangkan reaksi
seksual pada seseorang. Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
 Produksi testoteron menurun secara bertahap.
Penurunan ini mungkin juga akan menurunkan hasrat dan kesejahteraan. Testis
menjadi lebih kecil dan kurang produktif. Tubular testis akan menebal dan
berdegenerasi. Perubahan ini akan menurunkan proses spermatogenesis, dengan
penurunan jumlah sperma tetapi tidak mempengaruhi kemampuan untuk
membuahi ovum.
 Kelenjar prostat biasanya membesar.
Hipertrofi prostate jinak terjadi pada 50% pria diatas usia 40 tahun dan 90% pria
diatas usia 80 tahun. Hipertrofi prostat jinak ini memerlukan terapi lebih lanjut.
 Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan ereksi
yang sempurna mungkin juga tertunda.
Elevasi testis dan vasokongesti kantung skrotum berkurang, mengurangi intensitas
dan durasi tekanan pada otot sadar dan tak sadar serta ereksi mungkin kurang
kaku dan bergantung pada sudut dibandingkan pada usia yang lebih muda. Dan
juga dibutuhkan stimulasi alat kelamin secara langsung untuk untuk menimbulkan
respon. Pendataran fase penggairahan akan berlanjut untuk periode yang lebih
lama sebelum mencapai osrgasme dan biasanya pengeluaran pre-ejakulasi
berkurang bahkan tidak terjadi.
 Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari.
Intensitas sensasi orgasme menjadi berkurang dan tekanan ejakulasi serta jumlah
cairan sperma berkurang. Kebocoran cairan ejakulasi tanpa adanya sensasi

9
ejakulasi yang kadang-kadang dirasakan pada lansia pria disebut sebagai ejakulasi
dini atau prematur dan merupakan akibat dari kurangnya pengontrolan yang
berhubungan dengan miotonia dan vasokongesti, serta masa refrakter memanjang
pada lansia pria. Ereksi fisik frekuensinya berkurang termasuk selama tidur.
 Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang
tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
 Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya 12
sampai 48 jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya
membutuhkan beberapa menit saja.
 Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi.
Hal ini tampaknya berhubungan dengan semakin menurunnya potensi seksual.
Oleh karena itu, jarang atau seringnya ereksi pada pagi hari dapat menjadi ukuran
yang dapat dipercaya tentang potensi seksual pada seorang pria. Penelitian
Kinsey, dkk menemukan bahwa frekuensi ereksi pagi rata-rata 2,05 perminggu
pada usia 31-35 tahun dan hal ini menurun pada usia 70 tahun menjadi 0,50
perminggu.
Masalah-masalah seksual lain yang sering pula terjadi pada lansia pria diantaranya:
 Disfungsi Ereksi (Impotensia)
 Male Hypogonadism
 Andropause

2.5 Masalah-masalah seksual lain yang sering pula terjadi pada lansia
 Hilangnya dorongan atau gairah seksual
Baik wanita maupun pria dapat mengalami penurunan atau kehilangan
dorongan seksual/gairah seksual. Sering terkesan gangguan seksual lebih
umum dialami oleh wanita padahal banyak pula pria yang mengalami masalah
tersebut. Ada dua jenis hilangnya dorongan seksual yaitu primer dan sekunder.
Yang dimaksud hilangnya dorongan seksual primer adalah bila tidak ada
dorongan seksual sejak semula, sedangkan sekunder bila pria mengalami
kehilangan dorongan seksual, padahal sebelumnya normal.
Hilangnya dorongan seksual ini dapat disebabkan oleh faktor fisik maupun
psikis. Penyebab psikis antara lain perasaan bersalah karena telah
berselingkuh, stres berkepanjangan. Sedangkan penyebab fisik yang dapat

10
menyebabkan hilangnya dorongan seksual antara lain gangguan
hormon( menurunnya kadar hormon testosteron dan hormon tiroid), kepayahan
yang berlebihan (seperti pada penyakit hati, penyakit jantung, penyakit ginjal
dan penyakit paru), konsumsi obat penenang dan narkotik.
 Klimakterium
Klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopau seseorang wanita,
dimana terjadi perubahan fisik maupun mental yang disebabkan terutama
karena terjadinya penurunan hormonal secra pelan dan pasti pada wanita
tersebut. Pada fase ini seorang wanita akan mengalami "kekacauan" pola
menstruasi, serta terjadi perubahan Psikologis dan perubahan fisik.
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa
senium. Berlangsung 6 tahun sebelum menopouse dan berakhir 6-7 tahun
setelah menopouse
Tanda-tanda Klimakterium :
 Menstruasi tidak lancar atau tidak teratur
 Haid banyak ataupun sangat sedikit
 Sakit kepala terus menerus
 Berkeringat Neuralgia
 Menopause
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara
alamiah. Setiap wanita pasti mengalami masa menopause (Fitria, 2007).
Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45
tahun, mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi
kebutuhan hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh mengalami
kemunduran dalam memproduksi hormon, antara lain kemunduran kelenjar
tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin untuk metabolisme umum dan
kemunduran kelenjar para tiroid yang mengatur metabolisme kalsium.
Penurunan produksi hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan
psikis. (BKKBN, 2012).
 Senium
Fase Senium dialami oleh wanita berumur diatas 60 tahun dengan kondisi
mampu beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik
menonjol. Secara patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang

11
terutama tulang paha sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan
keropos. Disamping itu juga terjadi gejala kemunduran
IntelectualQuotient(lQ) yang ditandai dengan cepat lupa ,ingatan berkurang,
tidak terasa bila berkemih dan buang air besar,serta sulit melakukan aktivitas
ditempat tidur.
 Andropause
Andropause merupakan istilah kenyamanan/kemudahan penyebutan bagi laki-
laki yang mengalami penuaan dengan segala konsekuensi dan gejala-gejala
yang ditimbulkannya dibidang fisik,sosial dan mentalnya. Ada pula yang
memakai istilah menopausepria. Istilah tersebut tidak tepat,terutama karena
kalau pause pada wanita kesuburannya berhenti pada laki-laki tidak berhenti
tetapi hanya mengalami kemunduran secara bertahap dan pasti.
Pada pria akan mengalami masa andropause, karena terjadi perubahan bentuk faali
pada organ reproduksi pria secara bertahap dengan tingkat umur yang bervariasi.
Penurunan sekresi hormon androgen atau testosteron yang berpengaruh pada
kesuburan dimulai umur 50 tahun, ada juga di atas 60 tahun). Munurunnya kadar
testosteron akan berpengaruh pada penurunan gairah seksual (libido), menurunnya
daya sensitivitas terhadap rangsangan, penurunan daya orgasme serta menderita
disfungsi ereksi atau impoten.
 Disfungsi ereksi (impotensi)
Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi
penis yang cukup untuk melakukan hubungan seksual. Ada pria yang sejak semula
tidak pernah mencapai ereksi, kelainan ini disebut disfungsi ereksi primer.
Penderita disfungsi ereksi primer tidak pernah berhasil melakukan hubungan
seksual. Sedangkan bila penderita sudah pernah berhasil melakukan hubungan
seksual, tetapi kemudian gagal karena suatu sebab yang mengganggu ereksinya
disebut disfungsi ereksi sekunder. Disfungsi ereksi ini bisa disebabkan oleh faktor
psikis dan fisik. Apapun penyebab disfungsi ereksi, baik faktor psikis maupun
faktor fisik, pada akhirnya terjadi hambatan dalam relaksasi otot polos korpus
kavernosum penis sehigga darah tidak dapat mengalir masuk, sehingga akibatnya
ereksi tidak terjadi. Hal inilah yang menjadi dasar hambatan ereksi pada disfungsi
ereksi (impotensi)

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa usia lanjut merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.Dengan
bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik juga fungsinya mulai terjadi
penurunan. Penurunan ini bisa berlangsung secara perlahan bahkan bisa terjadi secara
cepat tergantung dari kebiasaan hidup pada masa usia muda.
Perkembangan Reproduksi Usia Lanjut :
 Wanita
Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia.Dengan berhentinya produksinya
hormon estrogen, genitalia interna daneksterna berangsur-angsur mengalami
atrofi.
 Pria
 Beberapa perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah :
a. Produksi testoteron menurun secara bertahap
b. Kelenjar prostat biasanya membesar
c. Respon seksual terutama fase penggairahan (desire), menjadi lambat dan
ereksi yang sempurna mungkin juga tertunda
d. Fase orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari
e. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna
yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme
menurun.
f. Kemampuan ereksi kembali setelah ejakulasi semakin panjang
g. Ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang terjadi
3.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa S1 keperawatan dan setiap yang membaca
makalah ini dapat mengerti dan memahami tentang perubahan fisiologis sistem
reproduksi pada lansia dan serta dapat menerapkan asuhan keperawatan secara
profesional disetiap memberikan pelayanan kesehatan.

13
14

Anda mungkin juga menyukai