Genetik Tingkat Pendidikan Status Sosial Status Ekonomi Gaya Hidup Nilai dan Keyakinan Lingkungan Ketersediaan layanan kesehatan 1. Faktor Fisik ◦ Perkawinan dengan kesehatan fisik mempunyai hubungan yang positif (Ross dkk, 1990) ◦ Pernikahan diartikan dengan menggabungkan kekuatan dari dua sumber (istri dan suami) ◦ Contoh: suami yg belum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan setelah menikah suami terlihat gemuk ◦ Peningkatan pelayanan kesehatan. 2. Faktor Psikis ◦ Meningkatkan perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberi penguatan atau dukungan ◦ Suami akan merasa tenang dan terarah setelah beristri begitupun sebaliknya. ◦ Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan kecemasan pada istri setelah menikah, hal ini dimungkinkan karena bertambah beban yang dialami istri setelah bersuami 3. Faktor sosial ◦ Kecenderungan semakin tinggi pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya ◦ Tingginya pendapatan yg diterima akan berakses pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yg akan dipilih dan bagaimana berespon terhadap penyakit ◦ Status sosial yg rendah menyebabkan keluarga mengesampingkan kebutuhan kesehatan karena harus memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu 4. Faktor Budaya 1. Keyakinan dan praktek kesehatan 2. Nilai-nilai keluarga 3. Peran, kekuatan, dan pola komunikasi keluarga 4. Koping Keluarga Keluarga ◦ Pendidikan keluarga rendah, sehingga terkadang sulit menerima masukan baru dan sering mempertahankan kebiasaan dari nenek moyang mereka yang tidak sehat ◦ Keterbatasan sumberdaya keluarga (keuangan, sarana, dan prasarana ◦ Kebiasaan-kebiasaan yang melekat ◦ Sosial budaya yang tidak menunjang Perawat ◦ sarana dan prasarana yang tidak menunjang ◦ Kondisi alam (geografis yang sulit) terutama di daerah luar jawa yang sulit dijangkau ◦ Kesulitan komunikasi (kendala bahasa) ◦ Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur keluarga. Keluarga sebagai Konteks ◦ Fokus utama adalah individu ◦ Keluarga adalah latar belakang atau fokus sekunder ◦ Pertanyaan yg bisa dipakai dlm konteks ini adalah: ◦ “siapakah dikelurga anda yang dapat dijadikan pengawas saat anda minum obat Keluarga sebagai Klien ◦ Keluarga menjadi fokus utama perawatan ◦ Individu menjadi latar belakang ◦ Setiap anggota keluarga dikaji dan diberikan layanan kesehatan Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan adanya anggota keluarga (Ny.M) yang mengalami sakit jiwa Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An.K 5 Thn di Keluarga Tn.X 55 Thn, dengan gizi buruk Keluarga sebagai sistem ◦ Fokus utama perawatan adalah keluarga namun dipandang dari interaksi antar individu di dalamnya ◦ Interaksi dlm keluarga menjadi target intervensi ◦ Jika maslah terjadi pada satu bagian keluarga maka akan berefek pada yg lain Keluarga sebagai komponen Sosial ◦ Kesehatan keluarga dipandang sebagai bagian dari lingkungan sosial ◦ Contoh: ◦ Bagaimana Lingkungan memandang keluarga saat anggotanya ada yg sakit jiwa 1. Keluarga Pra Sejahtera ◦ Keluarga yg belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran, agama, pangan, sandang, dan kesehatan 2. Keluarga Sejahtera Tahap 1 ◦ Keluarga yg telah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologis, seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi keluarga, interaksi dgn lingk tempat tinggal dan transportasi 3. Keluarga Sejahtera tahap II ◦ Keluarga yg disamping dpt memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan secara psikologisnya, akan tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan perkembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi 4. Keluarga Sejahtera Tahap III ◦ Keluarga yg telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta peran serta secara aktiif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan sebagainya 5. Keluarga Sejahtera Tahapan IV ◦ Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan serta telah dapat pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat 1. Keluarga pra sejahtera ◦ Melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing ◦ Makan dua kali sehari atau lebih ◦ Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan ◦ Rumah (sebagian besar lantai bukan tanah) ◦ Kesehatan (bila anak sakit atau PUS ingin ber KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan) 2. Keluarga sejahtera I Bila keluarga sudah mampu melaksanakan indikator pada keluarga pra sejahtera tetapi belum mampu melaksanakan indikator sebagai berikut ◦ Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut masing- masing ◦ Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk paling kurang sekali dalam seminggu ◦ memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir ◦ Luas lantai tiap penghuni rumah 8 meter ◦ Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing ◦ Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan yang tetap ◦ Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga yang berumur 10 s.d 60 tahun ◦ Anak usia sekolah (7 s.d 10 tahun) bersekolah ◦ Anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur saat ini memakai kontrasepsi 3. Keluarga sejahtera II bila sudah mampu melaksanakan indikator pada keluarga pra sejahtera tetapi belum mampu untuk melaksanakan indikator sebagai berikur: ◦ Upaya keluarga untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan agama ◦ Keluarga mempunyai tabungan ◦ Makan bersama paling kurang sekali sehari ◦ Ikut dalam kegiatan masyarakat ◦ Rekreasi bersama ◦ Memperoleh berita dari surat kabar, TV, dll ◦ Anggota keluarga mampu memiliki serta menggunakan alat trasportasi 1. Tingkat kemandirian I (Keluarga Mandiri Tingkat I (KM-I) ◦ Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat ◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
2. Tingkat kemandirian I (Keluarga Mandiri Tingkat II
(KM-II) ◦ Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat ◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan ◦ Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar ◦ Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan ◦ Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif 3. Tingkat kemandirian III (Keluarga Mandiri Tingkat III (KM-III) ◦ Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat ◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan ◦ Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar ◦ Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan ◦ Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif ◦ Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran 4. Tingkat kemandirian IV (Keluarga Mandiri Tingkat IV (KM-IV) ◦ Menerima petugas kesehatan masyarakat ◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan ◦ Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar ◦ Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan ◦ Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif ◦ Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran ◦ Melakukan tindakan promotif secara aktif Tingkat Kemandirian No. Kriteria Keluarga I II III IV Menerima petugas Perawatan Kesehatan 1 Masyarakat 2 3 4 5 6 7