Anda di halaman 1dari 28

Keperawatan Keluarga

Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep


 Genetik
 Tingkat Pendidikan
 Status Sosial
 Status Ekonomi
 Gaya Hidup
 Nilai dan Keyakinan
 Lingkungan
 Ketersediaan layanan kesehatan
1. Faktor Fisik
◦ Perkawinan dengan kesehatan fisik mempunyai
hubungan yang positif (Ross dkk, 1990)
◦ Pernikahan diartikan dengan menggabungkan
kekuatan dari dua sumber (istri dan suami)
◦ Contoh: suami yg belum menikah terlihat kurus
maka beberapa bulan setelah menikah suami
terlihat gemuk
◦ Peningkatan pelayanan kesehatan.
2. Faktor Psikis
◦ Meningkatkan perasaan nyaman karena saling
memperhatikan, saling memberi penguatan atau
dukungan
◦ Suami akan merasa tenang dan terarah setelah
beristri begitupun sebaliknya.
◦ Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan
kecemasan pada istri setelah menikah, hal ini
dimungkinkan karena bertambah beban yang
dialami istri setelah bersuami
3. Faktor sosial
◦ Kecenderungan semakin tinggi pendapatan yang
diterima semakin baik taraf kehidupannya
◦ Tingginya pendapatan yg diterima akan berakses
pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan,
jenis pelayanan kesehatan yg akan dipilih dan
bagaimana berespon terhadap penyakit
◦ Status sosial yg rendah menyebabkan keluarga
mengesampingkan kebutuhan kesehatan karena
harus memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu
4. Faktor Budaya
1. Keyakinan dan praktek kesehatan
2. Nilai-nilai keluarga
3. Peran, kekuatan, dan pola komunikasi keluarga
4. Koping Keluarga
 Keluarga
◦ Pendidikan keluarga rendah, sehingga terkadang
sulit menerima masukan baru dan sering
mempertahankan kebiasaan dari nenek moyang
mereka yang tidak sehat
◦ Keterbatasan sumberdaya keluarga (keuangan,
sarana, dan prasarana
◦ Kebiasaan-kebiasaan yang melekat
◦ Sosial budaya yang tidak menunjang
 Perawat
◦ sarana dan prasarana yang tidak menunjang
◦ Kondisi alam (geografis yang sulit) terutama di
daerah luar jawa yang sulit dijangkau
◦ Kesulitan komunikasi (kendala bahasa)
◦ Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur
keluarga.
 Keluarga sebagai Konteks
◦ Fokus utama adalah individu
◦ Keluarga adalah latar
belakang atau fokus sekunder
◦ Pertanyaan yg bisa dipakai
dlm konteks ini adalah:
◦ “siapakah dikelurga anda yang
dapat dijadikan pengawas saat
anda minum obat
 Keluarga sebagai Klien
◦ Keluarga menjadi fokus
utama perawatan
◦ Individu menjadi latar
belakang
◦ Setiap anggota keluarga
dikaji dan diberikan
layanan kesehatan
 Koping keluarga tidak efektif berhubungan
dengan adanya anggota keluarga (Ny.M) yang
mengalami sakit jiwa
 Pemenuhan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh pada An.K 5 Thn di Keluarga Tn.X 55
Thn, dengan gizi buruk
 Keluarga sebagai
sistem
◦ Fokus utama perawatan
adalah keluarga namun
dipandang dari interaksi
antar individu di
dalamnya
◦ Interaksi dlm keluarga
menjadi target intervensi
◦ Jika maslah terjadi pada
satu bagian keluarga
maka akan berefek pada
yg lain
 Keluarga sebagai
komponen Sosial
◦ Kesehatan keluarga
dipandang sebagai bagian
dari lingkungan sosial
◦ Contoh:
◦ Bagaimana Lingkungan
memandang keluarga saat
anggotanya ada yg sakit
jiwa
1. Keluarga Pra Sejahtera
◦ Keluarga yg belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, seperti kebutuhan akan
pengajaran, agama, pangan, sandang, dan
kesehatan
2. Keluarga Sejahtera Tahap 1
◦ Keluarga yg telah dapat memenuhi kebutuhan
dasar minimal, tetapi belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan sosial psikologis, seperti
kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana,
interaksi keluarga, interaksi dgn lingk tempat
tinggal dan transportasi
3. Keluarga Sejahtera tahap II
◦ Keluarga yg disamping dpt memenuhi kebutuhan
dasarnya, juga telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan secara psikologisnya, akan tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
perkembangan seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi
4. Keluarga Sejahtera Tahap III
◦ Keluarga yg telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis
dan kebutuhan pengembangannya, namun belum
dapat memberikan sumbangan yang maksimal
terhadap masyarakat, seperti secara teratur
memberikan sumbangan dalam bentuk material
dan keuangan untuk kepentingan sosial
kemasyarakatan serta peran serta secara aktiif
dengan menjadi pengurus lembaga
kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial,
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan
sebagainya
5. Keluarga Sejahtera Tahapan IV
◦ Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis, maupun yang bersifat pengembangan
serta telah dapat pula memberikan sumbangan
yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat
1. Keluarga pra sejahtera
◦ Melaksanakan ibadah menurut agama yang
dianut masing-masing
◦ Makan dua kali sehari atau lebih
◦ Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
◦ Rumah (sebagian besar lantai bukan tanah)
◦ Kesehatan (bila anak sakit atau PUS ingin ber KB
dibawa ke sarana/petugas kesehatan)
2. Keluarga sejahtera I
Bila keluarga sudah mampu melaksanakan
indikator pada keluarga pra sejahtera tetapi
belum mampu melaksanakan indikator
sebagai berikut
◦ Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara
teratur menurut agama yang dianut masing-
masing
◦ Makan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk
paling kurang sekali dalam seminggu
◦ memperoleh pakaian baru dalam satu tahun
terakhir
◦ Luas lantai tiap penghuni rumah 8 meter
◦ Anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir,
sehingga dapat melaksanakan peran dan fungsinya
masing-masing
◦ Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun ke
atas mempunyai penghasilan yang tetap
◦ Bisa baca tulis latin bagi seluruh anggota keluarga
yang berumur 10 s.d 60 tahun
◦ Anak usia sekolah (7 s.d 10 tahun) bersekolah
◦ Anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih
pasangan usia subur saat ini memakai kontrasepsi
3. Keluarga sejahtera II bila sudah mampu
melaksanakan indikator pada keluarga pra
sejahtera tetapi belum mampu untuk
melaksanakan indikator sebagai berikur:
◦ Upaya keluarga untuk meningkatkan dan
menambah pengetahuan agama
◦ Keluarga mempunyai tabungan
◦ Makan bersama paling kurang sekali sehari
◦ Ikut dalam kegiatan masyarakat
◦ Rekreasi bersama
◦ Memperoleh berita dari surat kabar, TV, dll
◦ Anggota keluarga mampu memiliki serta
menggunakan alat trasportasi
1. Tingkat kemandirian I (Keluarga Mandiri Tingkat I
(KM-I)
◦ Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan

2. Tingkat kemandirian I (Keluarga Mandiri Tingkat II


(KM-II)
◦ Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
◦ Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
◦ Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
dengan yang dianjurkan
◦ Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
3. Tingkat kemandirian III (Keluarga Mandiri
Tingkat III (KM-III)
◦ Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
◦ Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
◦ Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
dengan yang dianjurkan
◦ Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara
aktif
◦ Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
4. Tingkat kemandirian IV (Keluarga Mandiri
Tingkat IV (KM-IV)
◦ Menerima petugas kesehatan masyarakat
◦ Menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan
◦ Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan
secara benar
◦ Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai
dengan yang dianjurkan
◦ Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara
aktif
◦ Melaksanakan tindakan pencegahan sesuai anjuran
◦ Melakukan tindakan promotif secara aktif
Tingkat Kemandirian
No. Kriteria Keluarga
I II III IV
Menerima petugas Perawatan Kesehatan
1
Masyarakat
2
3
4
5
6
7

Anda mungkin juga menyukai