Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan
kiridepan trakea, mensekresi tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai
efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga
menyekresikalsitonin, suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsiu.
Sekresitiroid terutama diatur oleh hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior.

Hormon yang paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalahtiroksin,


Akan tetapi, juga disekresi triiodotironin dalam jumlah sedang. Fungsi kedua
hormonini secara kualitatif sama, tetapi berbeda dalam kecepatan dan intensitas
kerja. Jika terjadi gangguan pada kelenjar tiroid ini dapat menimbulkan
kekurangan atau kelebihan produk yang dihasilkan yang akan mengakibatkan hal
yang tidak baik (kelainan seperti penyakit) sehingga dapat menggagu
pertumbuhan dan perkembangan serta proses metabolisme tubuh. Dengan
demikian alangkah baiknya jika kita mengetahui hal tersebut agar dapat
memahami fenomena-fenomena yang terjadi dan dapat mengetahui asuhan
keperawatan apa saja yang dapat diberikan utuk klien dengan gangguan kelenjar
tiroid tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hipertiroidisme?
2. Apa saja etiologi hipertiroidisme?
3. Bagaimana patofisiologi dari hipertiroidisme?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari hipertiroidisme?
5. Apa saja komplikasi yang bisa terjadi pada hipertiroidisme?
6. Pemeriksaan diagnostik apa saja yang dilakukan pada hipertiroidisme?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari hipertiroidisme?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme?
9. Bagaimana WOC dari hipertiroidisme?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipertiroidisme.
2. Untuk mengetahui etiologi dari hipertiroidisme.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari hipertiroidisme.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipertiroidisme.
5. Untuk mengetahui komplikasi yang bisa terjadi pada hipertiroidisme.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari hipertiroidisme.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipertiroidisme.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien hipertiroidisme.
9. Untuk mengetahui WOC dari hipertiroidisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertiroidisme

Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid


lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosismerupakan istilah yang
digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi
oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadianpada hipertiroid lebih banyak
pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun.

Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan.


Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsikelenjar tiroid hipofisis, atau
hipotalamus. Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan
terhadappengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan.

Kesimpulan menurut kelompok, Hipertiroidisme merupakan suatu


keadaan dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid yang ditemukan bila suatu
jaringan memberikan hormon tiroid belebihan.

2.2 Etiologi Hipertiroidisme

Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau


hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn
kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif
dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.

1. Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’

3
2. Penyebab Lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone

2.3 Patofisiologi Hipertiroidisme

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.


Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15
kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi
TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon
tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme

4
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor
otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita
mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas
normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.

2.4 Manifestasi Klinis Hipertiroidisme

1. Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan
kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskulerperifer resisten, tekanan
darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia,
kemungkinan gagal jantung, edema.
2. Sistem pernafasan
Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3. Sistem perkemihanRetensi cairan, menurunnya output urin.
4. Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein,
penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia,
muntah dan kram abdomen.
5. Sistem musculoskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6. Sistem integument
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas,
keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf

5
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak
stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata
kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada
keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna
sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.

2.5 Komplikasi Hipertiroidisme

1. Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan
karenapenumpukancairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata.
Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit jantungTerutama kardioditis dan gagal jantung.
Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama
jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
3. Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat,
derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan
keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang
tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan,
trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma
tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat
konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan
tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut
diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid, dexsamethasone dan
propylthiouracil oral.Beta blokers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi
sarap simpatik dan takikardi.

6
4. Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien
hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasanhormon
tiroiddalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi,
tremor, hipertermia, danapabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Hipertiroidisme


1. Pemeriksaan laboratorium
a. Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 –250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI
unit)T3serum mengukur kandungan T3bebas dan terikat, atau total
T3total, dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi
TSH dan T4. Meskipun kadar T3dan T4serum umumnya meningkat atau
menurun secara bersama-sama, namun kadar T4tampaknya merupakan
tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang
menyebabkan kenaikan kadar T4lebih besar daripada kadar T3.
b. Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 SI unit)Tes
yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4serum dengan teknik
radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif.T4terikat terutama dengan
TBG dan prealbumin : T3terikat lebih longgar. T4normalnya terikat
dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga
akan mengubah kadar T4.
c. Indeks T4bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI unit)
d. T3RU, meningkat (N: 24 – 34 %)
2. TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH

Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH
di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3dan T4tidak dapat
dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit
sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah
diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien
harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat
menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau
keinginan untuk buang air kecil.

7
3. Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titerantiglobulin antibodi tinggi (N: titer
< 1 : 100).
4. Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit
graves.
5. Ambilan Iodium Radioaktif

Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan


pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran padatiroid
dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan
mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil
penguraian dalam kelenjar tiroid.Tes ini mengukur proporsi dosis iodium
radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu
tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan
pemeriksaansederhana dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.Penderita
hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi
(mencapai 90% pada sebagian pasien).

6. Test penunjang lainnya


a. CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid.
Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur
pengambilan iodine oleh kelenjartiroid. Normalnya tiroid akan mengambil
iodine 5 – 35 % dari dosis yangdiberikan setelah 24 jam. Pada pasien
hipertiroid akan meningkat.
b. USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan
kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering
disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan
kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih
kecil.
7. EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial
fibrilasi dan perubahan gelombang P dan TG.

8
2.7 Penatalaksanaan Hipertiroidisme
1. Terapi Umum
a. Obat antitiroid Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan.
Contoh obatnya: propil tio urasil(PTU), karbimazol,-Pemberian
yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien
yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi. Cara ini dipilih untuk pasien
yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkanhanya dengan
bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk
pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari
semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.
2. Farmakoterapi
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a. Carbimazole (karbimasol) Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon
tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah
stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik untuk penyakit
hipertiroid.Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi
sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan padafungsi hati. Ciri-ciri
agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yangtidak sembuh-sembuh
dan juga mudah terkena infeksi
b. serta demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual,
muntah, dan sakit pada perutsebelah kanan, serta timbulnya warna kuning
pada bagian putih mata, kuku, dan kulit.
c. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason) Merupakan obat
hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti
peradangan.Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di
kelenjar tiroid (thyroiditis).
d. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil) Obat ini sebenarnya obat anti
parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejalaparkinson, seperti
gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di
dalampengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan
gemetar dan denyut jantungyang meningkat. Namun penggunaan obat ini
pada pasien dengan penyakit hipertiroid harusberhati-hati, bahkan
sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yangcepat

9
(takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120
kali permenit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu
propranolol, atenolol, ataupun verapamil.

3. Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi
bekatul. Para ahlimenemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin
B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh
kita. Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati
diabetes melitus, hipertensi, asma, kolesterol dan gangguan aliran pembuluh darah
jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga
dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi
darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

2.8 Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hipertiroidisme


A. Pengkajian Keperawatan
Data Subjektif . berikut yang harus di kaji:
1. Riwayat pengalaman perubahan status emosional atau mental
2. Mengalami sakit dada atau palpitasi
3. Mengalami dispnea ketika melakukan aktivitas atau istirahat
4. Riwayat perubahan pada kuku, rambut, kulit, dan banyak keringat
5. Mengeluh gangguan penglihatan dan mata cepat lelah
6. Perubahan asupan makanan dan berat badan
7. Perubahan eliminasi feses, frekuensi serta banyaknya.
8. Intoleransi terhadap cuaca panas
9. Mengeluh cepat lelah dan tidak mampu melakukan semua aktivitas
sehari- hari
10. Perubahan menstruasi atau libido
11. Pengetahuan tentang sifat penyakit, pengobatan, serta efek sampingnya
Data Objektif. Berikut hal yang harus dikaji :
1. Status mental : perhatian pendek, emosi labil, tremor dan hiperkinesia
2. Perubahan kardiovaskular : tekanan darah sistolik meningkat, tekanan
diastolic menurun, takikardia walaupun istirahat, distritmia dan murmur

10
3. Perubahan pada kulit : hangat, kemerahan, dan basah
4. Perubahan pada rambut : halus dan tipis
5. Perubahan pada mata : lid lag, glove lag, diplopia, dan penglihatan kabur
6. Perubahan nutrisi atau metabolic : berat badan menurun, nafsu makan
bertambah, serta kolesterol dan trigliserida serum menurun
7. Perubahan muskuleskeletal : otot lemah, tonus otot kurang, dan sulit
berdiri dari posisi duduk
Hasil pemeriksaan diagnostic yang harus di kaji adalah peningkatan t3 dan t4
serum dan penurunan TSH serum.

B. Diagnosis Keperawatan
Berikut diagnosis keperawat yang mungkin timbul :
1. Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan dan pengecilan
otot (perubahan metabolisme )
2. Penurunan curah jantung yang brhubungan dengan distrimia (kegiatan
simpatis meningkat )
3. Ketidak efektipan koping yang berhubungan dengan emosi labil dan
perhatian yang pendek
4. Perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan peningkatan kecepatan metabolisme tubuh .
5. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan peningkatan metabolisme
tubuh dan kegelisahan
6. Perubahan sensoris (penglihatan ) yang berhubungan denga gangguan
fungsi saraf optic dan otot ekstraokular (edema)
7. Deficit pengetahuan yang berhubungan denga kurang informasi tentang
sifat penyakit, uji diagnostic, dan pengobatan
8. Kepercayaan diri terganggu akibat perubahan pada penampilan, selera
makan yang berlebihan dan penurunan berat badan
Berikut hasil yang di harapkan :
1. Menunjukkan pengendalian intoleran terhadap aktivitas dan menigkatkan
kegiatan secara bertahap dalam 2- 3 bulan

11
2. Menunjukkan tanda- tand perfusi jaringan yang baik dan curah jantung
adekuat : status mental normal : tidak ada edema; denyut jangtung 20/
menit ; dan bunyi pernapasan yang normal
3. Menunjukkan koping yang efektif. Menilai sendiri rasa cemas pada skala
0-5, dengan tidak merasa cemas dan 5 merasa sangat cemas
4. Mengunkapkan 3 cara yang efektif untuk menanagani perasaan
5. Berat badan tidak berkurang dan berat badan kembali kepada berat badan
sebelum sakit
6. Tidak mengeluh saki mata dan diplopia
7. Pola tidur kembali pada sebelum ia sakit dan bias istirahat di siang hari
8. Dapat menjelaskan sifat penyakit, pengobatan yang ada, serta efek
samping dari pengobatab tersebut
9. Merasa percaya diri pada dirinya sendiri

C. Intervensi Keperawatan
1. Istirahat yang cukup
a. Lingkungan yang tenang dan nyaman
b. Massase ringan pada punggung sebelum tidur malam
c. Jelaskan pada pasien mengenai pentingnya untuk berbaring tengang
walaupun ia tidak bias tidur
2. Mempertahankan atau meningkatkan toleransi terhadap kegiatan
a. Istirahat di antara kegiatan
b. Hentikan kegiatan apabila merasa lelah
3. Mempertahankan nutrisi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan.
a. Mengkonsumsi makanan yang tinggi protei dan tinggi kalori
b. Pantau asupan nutrisi
c. Timbang berat badan setiap hari
d. Pantau asupan dan haluaran setiap 8 jam
4. Mempertahankan perawatan yang baik pada mata
a. Lakukan pengkajian visual setiap sif
b. Terapkan tindakan yang bias membantu perawatan mata
 Pakai kaca mata gelap
 Tinggikan bagian kepala tempat tidur

12
 Teteskan air mata buatan kepada kedua mata
 Tutup kedua kelopak mata dengan plester pada waktu tetentu
 Segera laporkan keluhan pasien
5. Bantu pasien untuk melakukan koping yang efektif untuknya, misalnya
music, meditasi distraksi dan messase pada punggung.
6. Penyuluhan kesehatan. Berikut hal yang harus di jelaskan kepada pasien
dan keluarganya :
a. Sifat penyakit dan bagaimana hipertiroidisme mengakibatkan tanda
dan gejala
b. Pengobatan, tindakan dan pembedahan
c. Hasil yang di harapkan dari pengobatan, tindakan, dan pembedahan
serta efek sampingnya
d. Obat yang digunakan pasien : dosis, cara pemberia, serta efek samping
e. Pasien dengan endemic goiter dan memakai iodium suplemen perlu di
beri informasi bahwaia memerlukan pemeriksaan medis secara teratur
untuk mengetahui secara dini timbulnya hipertiroidisme akibat iodium
f. Kewaspadaan radiasi pada pasien yang memakai pengobatan RAI

D. Evaluasi
1. Mengungkapkan adaya peningkatan tenanga; dapat melaksanakan aktivitas
hidup sehari- hari tanpa merasa lelah
2. Kecepatan nadi di bawah 80/menit saat istirahat
3. Mengunkapkan toleransi dapat di toleransi (skala 1-5)
4. Temperature 37,2 c atau kurang dari itu
5. Dapat menjelaskan dosis serta efek samping obat yang di pakainya
6. Berat badan bertambah per minggu sebanya 0,5 kg atau mempertahankan
berat badan sebelum ia sakit
7. Tidak ada keluhan tentang matanya
8. Dapat tidur dan istirahat.

13
2.9 WOC Hipertiroidisme

Tiroiditis Pnykt Graves ( antibody reseptor TSH Nodul


merangsang akti vitas tiroid ) tiroid
Toksik

Sekresi hormon tiroid


yg berlebihan

Hipertiroidisme

Gerakan
kelopak mata
Hipermetabolisme m↑ Aktivitas simpatik relative
berlebihan lambat thd
bola mata

Perubahan konduksi
P↓ Berat Ketdkseimbangan energi listrik jantung
dgn kebthan tubuh Infiltrasi limfosit,
Badan
sel mast ke jar
Kurang
Beban kerja orbital & otot2
informasi
jantung m↑ mata

Aritmia, takikardia Eksoftalmus


Kurang Perubahan nutrisi
pngthn krg dari kebutuhan
tubuh Kelelahan Resiko pe ↓ curah Resiko
jantung Kerusakan
integritas
jaringan

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana


didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu
kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan. Penyebab dari hipertiroidisme yaitu
adanya gangguan homeostatic yang disebabkan oleh produksi TSH yang
berlebihan atau adanya perubahan autonomic kelenjar tiroid menjadi hiperfungsi
kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Ada banyak gejala pada penderita
penyakit ini yakni gemetar,palpitasi,gelisah,penurunan berat badan yang
drastic,nafsu makan meningkat,emosional,dsb.

Setelah dilakukan askep diharapkan klien mampu mempertahankan curah


jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh, mengungkapkan secara
verbal tentang peningkatan tingkat energy, menunjukkan berat badan stabil,
mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus,
ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi, melaporkan pemahaman tentang
penyakitnya, Mempertahankan orientasi realitas umumnya, mengenali perubahan
dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan
manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
penyakit hipertiroidisme serta pengobatan dan penatalaksanaannya. Serta dapat
dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-
obatan sembarangan dan tidak mengkonsumsi yodium secara berlebihan karena
dapat terjadi radiasi pada leher dan organisme-organisme dapat menyebabkan
infeksi karena ada virus.

15
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta


Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran: Bandung
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
EGC : Jakarta.
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran,
ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Mansjoer Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.Jakarta : Media
Aesculapius
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medikal.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai