Anda di halaman 1dari 28

HIPOTIROID

KELOMPOK 1
ANATOMI FISIOLOGI
KELENJAR TIROID
STRUKTUR
kelenjar tiroid terdiri dari folikel sferik
dengan diameter 50-500 μm. Terletak
dibawah anterior leher yang terdiri dari
sel folikuler . Sel folikuler
menghasilkan hormon T4 (tiroksin)
dan T3 (triodotironin).
sel para folikuler menghasilkan hormon
tyrocalsitonin yang berperan dalam
pengaturan kalsium
Metabolisme hormon T3 dan T4

Hormon T3 , dua sampai empat kali lebih poten dari hormon T4, bekerja lebih cepat
mempunyai efek beberapa jam, dalam sirkulasi hanya sekitar 20% yang berasal dari
kelenjar. tiroid, sekitar 80% berasal dari deiodinasi T4. Oleh sebab itu hormon T3
merupakan hormon efektif dan aktual. Perubahan T3 mjd T4 ( terjadi di hati & ginjal)
dikatalisis oleh 5-deiodinase dalam mikrosom yg mengambil 5-iodin dari cincin luar
T4. Rasio T3 dan T4 dalam plasma 1 : 100 keduanya terikat pada 3 protein yg berbeda
(terutama T4) :
1) Globulin mengikat Tiroksin ( TBG) mengangkut dua pertiga dari T4
2) Prealbumin pengikat tiroksin ( TBPA)
3) Albumin serum , mengangkut sisa T4. (Hanya sedikit T3 &T4 yg terikat dalam sirkulasi )
Dalam mempertahankan konsentrasi T3 & T4 tetap konstan diatur oleh TSH sedangkan
sintesis & pelepasannya diransang oleh TRH ( Tiroliberin)
Definisi

Hipotiroid merupakan suatu kelainan pada kelenjar tiroid yang mengakibatkan kelenjar tersebut
tidak dapat menghasilkan hormon dalam jumlah yang cukup.

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di bagian depan tenggorokan. Hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar tiroid mengatur berbagai proses metabolisme tubuh termasuk suhu
tubuh, kecepatan pembakaran kalori tubuh, serta detak jantung.

Hipotiroid menyebabkan metabolisme tubuh berjalan lambat, penurunan produksi panas, dan
penurunan konsumsi oksigen di jaringan.
Klasifikasi Hipotiroid

 Berdasarkan disfungsi organ yang terjadi ;


Hipotiroid primer
Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sentral

 Berdasarkan gejala yang terjadi


Subklinikal hipotiroid
Etiologi

Kekurangan Iodium adalah penyebab terbanyak hipotiroid di seluruh dunia, karena iodium
dibutuhkan untuk sintesis dan sekresi TH. Kekurangan iodium dapat disebabkan oleh obat-
obattan goitrogenik tertentu (yang menghambat sintesis TH) ; litium karbonat (untuk gangguan
jiwa bipolar) dan obat-obattan antitiroid, senyawa goitrogenik dalam makanan seperti lobak,
rutabaga dan kedelai.

Hipotiroid Primer : pada kasus ini kadar TH darah, rendah. Sedangkan kadar TSH (Thyroid
Stimulating Hormone) tinggi, yang mengindikasikan bahwa hipofisis berusaha menstmulasi tiroid
untuk memproduksi TH, tetapi tiroid sendiri tidak merespon. Kasus ini adalah bentuk utama dari
hipotiroid primer autoimun, yang disebut sebagai Hashimoto’s disease (penyakit Hashimoto)

Hipotiroid Sekunder : terjadi jika terdapat insufisiensi stimulasi dari tiroid yang normal, mengakibatkan
kadar TSH yang menurun. Keadaan ini juga bisa terjadi sebagai permulaan malfungsi dari hipofisis
atau hipotalamus atau resistensi perifer pada TH. Jika hal ini terjadi maka kedua hormon TSH dan TH
serum pada level yang rendah.
Hipotiroid Sentral : terjadi jika hipotalamus tidak dapat memproduksi TRH (Thyroid
Releasing Hormone) dan selanjutnya tidak mampu menstimulasi hipofisis untuk menyekresi
TSH. Hal ini bisa karena tumor atau lesi destruktif lainnya pada daerah hipotalamus.

Hipotiroid Subklinikal : terjadi ketika TSH meningkat, tetapi kadar T4 normal atau seikit
menurun. Menifestasi klinisnya adalah hipotiroid ringan dengan gangguan jantung minimal.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis

 Hipotiroid Ringan :
mungkin mengalami manifestasi yang samar yang mungkin tidak terdeteksi seperti
kedinginan, letargi, kulit kering, sering lupa, depresi, BB bertambah, konstipasi akibat
penurunan peristasltik. Pada hipotiroid yang memburuk, kelenjar tiroid membesar
sebagai usaha meningkatkan produksi T4.
 Mixedema (buruk) :
terjadi pada klien yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati secara adekuat dan
mengalami tekanan seperti infeksi, penggunaan obat, kegagalan respirasi, gagal
jantung dan trauma. Ditandai dengan kulit kering, edema yang tidak ada pitting edema
dan lebih sering didaerah pretibial dan muka, mungkin juga mengalami
hiperkolesterolemia, hiperlipidemia, proteinemia sebagai akibat perubahan dalam
sintesis T4.
 Koma Mixedema (komplikasi) :
status kegawatdaruratan ditandai dengan penurunan drastis laju metabolisme,
hipoventilasi yang berkelanjutan ke asidosis respiratorik, hipotermia dan hipotensi.
Sistem Manifestasi Klinis

Kardiovaskuler HR dan SV : CO
kebutuhan o2 miokardium
resistensi vaskuler perifer
kemugkinan hipertensi
hiperlipidemia
hiperkolesterolemia
suara jantung yang jauh
Gastrointestinal peristaltis
anoreksia
kemungkinan BB meningkat
konstipasi
metabolisme protein
peningkatan lipid serum
ambilan glukosa yang lambat
absorpsi glukosa
Muskuloskeletal gerakan yang lambat
Integumen kering, kasar, bersisik
rambut yang rontok
kuku tebal dan rapuh
muka tidak ekspresif
edema periorbital
kulit bengkak tebal : area muka dan pretibial
intoleransi dingin
Neurologi refleks tendon
kelemahan, somnolen
bicara lambat dan tenang
apatis, depresi, paranoid
ingatan jangka panjang terganggu
letargi
Reproduksi perempuan : menoragia, anovulasi, menstruasi
non regular, penurunan libido
laki-laki : penurunan libido, impotensi
Pemeriksaan Diagnostik

 Untuk mendiagnosis hipotiroidisme primer, kebanyakan dokter hanya mengukur jumlah TSH
(Thyroid-stimulating hormone) yang dihasilkan oleh kel. hipofisis.

 Level TSH yang tinggi menunjukkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yg
adekuat (terutama tiroksin(T4) dan sedikit triiodotironin(fT3).

 Tetapi untuk mendiagnosis hipotiroidisme sekunder dan tertier tidak dapat dgn hanya
mengukur level TSH.

 Oleh itu, uji darah yang perlu dilakukan (jika TSH normal dan hipotiroidisme masih disuspek),
sbb:
1. free triiodothyronine (fT3)
2. free levothyroxine (fT4)
3. total T3
4. total T4
5. 24 hour urine free T3
Penatalaksanaan Medis

Hipotiroid diobati dengan menggantikan TH, seperti :


 PREPARAT TIROID
meningkatkan kadar TH darah, yang meningkatkan laju metabolic pasien. Akibatnya curah
jantung, konsumsi oksigen dan suhu tubuh meningkat.
 Levotiroksin natrium (T4) (levoxyl, levothroid, synthroid)
mempercepat eliminasi factor pembekuan-vitamin K yang memperkuat efek warfarin.
Resiko perdarahan pasien meningkat jika dosis warfarin tidak di kurangi dengan benar.

Dosis ditentukan pada pilihan obat-obattan dan derajat kerusakan tiroid pasien, sensitivitas
terhadap TH, usia, ukuran tubuh dan kesehatan.

Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah, karena
dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan
secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang
hidup penderita.
ASKEP HIPOTIROID
Pengkajian

 Identitas pasien : nama, usia, status, pekerjaan, alamat, agama


 Keluhan utama :
 Riwayat kesehatan : riwayat hipertiroid dan terapi medikasi atau iodium radioaktif,
pembedahan tiroid, terapi kanker kepala atau leher dengan radiasi, diet, penggunaan
garam beriodium, eliminasi fekal, depresi, nyeri otot atau sendi, intoleransi dingin, kesulitan
bernapas, periode menstruasi berat.
 Antropometri : BB , TB
 Pemeriksaan Fisik :
1. TTV ; TD, HR, RR, Suhu
2. Kulit ; inspeksi warna kulit, palpasi kulit, kaji tekstur, kelembapan dan
adanya lesi
3. Kuku dan Rambut ; kaji tekstur, distribusi dan kondisi kulit dan rambut. Warna kuku dan
permukaan kuku
4. Wajah ; inspeksi simetrisitas dan bentuk wajah, inspeksi posisi mata
5. Kelenjar Tiroid ; palpasi ukuran dan konsistensi kelenjar tiroid
6. fungsi motorik ; kaji reflex tendon dalam, dikaji dengan palu reflex dan meliputi reflekd
bisep, reflex brakioradialis, reflex bisep, reflex patella, dan reflex achilles
6. Fungsi motorik ; kaji reflex tendon dalam, dikaji dengan palu reflex dan meliputi reflekd
bisep, reflex brakioradialis, reflex bisep, reflex patella, dan reflex achilles
7. kardiovaskuler ; bradikardi, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap aktifitas
menurun, hipotensi.
8. Pulmonary ; hipoventilasi, pleural efusi, dispenia

 Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan kadar T4
20µg/dl.
2) Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akanterjadi peningkatan
TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal) :
Kadar TSH pada pasien tersebut yaitu <0,005µIU/ml,
3) Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat
tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.
Contoh Analisa Data
No
Data Masalah Etiologi

DS: Klien mengatakan aktivitasnya


dibantu oleh keluarga
DO:
- Pemeriksaan fisik :
TTV:
1
Intoleransi aktivitas Penurunan kognitif
TD: < 80/120 mmHg
HR: < 80x/mnt
RR: > 20x/mnt
T: < 36,5oC
- Adanya maksidema
DS:
- Klien mengeluh suka sesak
- Klien mengeluh suara parau
DO:
2 Pola Napas Tidak Efektif Depresi ventilasi
- Pasien terlihat menggunakan otot bantu
pernapasan
- Observasi RR: > 20x/mnt
- Hasil rontgen thorax : efusi pleura.
DS: px mengatakan badannya tidak tahan
dingin
3 DO: Perubahan suhu tubuh Hipotiroidisme

- KU: lemah , kesadaran apatis,


- S: < 36,5oC
Diagnosa Keperawatan

1.Intoleransi aktivitas b.d penurun kognitif


2.Pola nafas tidak efektif b.d depresi ventilasi
3.Perubahan suhu tubuh b.d hipotiroidisme
Intervensi keperawatan

1. Intoleransi aktivitas b.d penurun kognitif


Tujuan & kriteria hasil
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam pasien mengalami peningkatan toleransi aktivitas.
Dengan KH:
 Beraktivitas dalam perawatan mandiri
 Melaporkan penurunana tingkat kelelahan
 Memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan
 Berpartisipasi dalam aktivitas dan berbagai kejadian dalam lingkungan
 Berpartisipasi dalam peristiwa dan aktivitas keluarga
 Melaporkan tidak adanya rasa nyeri dada, peningkatan kelelahan atau gejala sesak napas
yang menyertai peningkatan aktivitas
intervensi

 Atur interfal waktu antar-aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latiha yang dapat
ditolerir
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat
yang adikuat
 Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan-mandiri
 Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menibulkan stress pada pasien
 Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang
2. Pola nafas tidak efektif b.d depresi ventilasi
Tujuan & kriteria hasil
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, perbaikan sttus respiratorius dan pemeliharaan
pola nafas yang normal. Dengan KH:
 Memperlihatkan perbaikan status pernafasan dan pemeliharaan pola pernafasan yang
normal
 Menunjukan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi yang normal
 Menarik nafas dalam dan batuk ketika dianjurkan
 Menunjukan suara nafas yang normal tanpa bising tambahan pada auskultasi
 Menjelaskan rasional penggunaan obat yang berhati-hati
 Berpartisipasi pada saat dilakukan pengisapan dan ventilasi
intervensi

 Pantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya
dan mengevaluasi efektivitas intervensi
 Dorong pasien untuk nafas dalam dan batuk
Rasional : Mencegah atelektasis dan meningkatkan pernafasan yang adekuat
 Berikan obat (Hipnotik dan Sedatif) dengan hati-hati
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentang terhadap gangguan pernafasan akibat
penggunaan obat golongan Hipnotik-Sedatif
 Pelihara saluran nafas pasien dengan maelakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika
diperlukan
Rasional : Penggunaan saluran nafas Artisifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika
terjadi depresi pernafasan
3. Perubahan suhu tubuh b.d hipotiroidisme
Tujuan & kriteria hasil
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, pemeliharaan suhu tubuh pasien normal.
Dengan KH:
 Mengalami berkurangnya rasa nyaman dan intoleransi terhadap hawa dingin
 Mempertahankan suhu tubuh dasar
 Melaporkan rasa hangat yang adekuat dan berkurangnya gejala menggigil
 Menggunakan tambahan lapisan pakaiaan atau tambahan selimut
 Menjelasakan rasional untuk menghindari sumber panas dari luar
intervensi

 Berikan tambahan lapisan pakaiaan atau tambahan selimut


Rasional : Menimalkan kehilangan panas
 Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal panas, selimut
listrik atau penghangat)
Rasional : Mengurangi resiko vasodilatasi perifer dan kolabs vaskuler
 Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunanny-a dari nilai dasar suhu normal
pasien
Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema
 Lindungi terhadap pajanan hawa dingin dan hebusan angin
Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan
panas

Anda mungkin juga menyukai