PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esofagus,
pembuluh darah besar, dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea
sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Arteri
karotis komunis, arteri jugularis interna, dan nervus vagus terletak
bersama di dalam sarung tertutup do laterodorsal tiroid. Nervus rekurens
terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus
simpatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan
prevertebralis.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin.
Bentuk aktif hormon ini adalah triiodotironin yang sebagian besar berasal
dari konversi hormon tiroksin di perifer, dan sebagian kecil langsung
dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh
kadar hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormon) yang
dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara
langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya oleh kadar hormon tiroid
dalam sirkulasi, yang bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap
lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi hormon pelepas tirotropin
dari hipothalamus. Hormon tiroid mempunyai pangaruh yang bermacam-
macam terhadap jaringan tubuh yang berhubungan dengan metabolisme
sel.
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler.
Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum,
mungkin melalui pengaruhnya terhadap tulang.
Hormon tiroid memang suatu hormon yang dibutuhkan oleh
hampir semua proses tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga
1
perubahan hiper atau hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai peristiwa.
Efek metaboliknya antara lain adalah termoregulasi, metabolisme protein,
metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, dan vitamin A.
Status tiroid seseorang ditentukan oleh kecukupan sel atas hormon
tiroid dan bukan kadar normal hormon tiroid dalam darah. Ada beberapa
prinsip faal dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormon
yang aktif adalah free-hormon. Kedua bahwa metabolisme sel didasarkan
adanya free T3 bukan free T4. ketiga bahwa distribusi enzim deyodinasi I,
II, dan III (DI, DII, DIII) di berbagai organ tubuh berbeda, dimana DI
banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid. DII utamanya di otak,
hipofisis dan DIII hampir seluruhnya di jaringan fetal (otak, plasenta).
Hanya DI yang direm oleh PTU.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hipotiroid ?
2. Apa pengertian hipertiroid ?
3. Apakah Etiologi dari hipertiroid ?
4. Jenis-jenis hipotiroid dan hipertiroid ?
5. Apa Manifestasi klinis Hipotiroid dan Hipertiroid?
6. Apa Patofisiologi Hipotiroid dan Hipertiroid ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan medis dan komplikasi Hipotiroid dan
Hipertiroid ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. HIPERTIROID
Definisi
Etiologi
Tirotoksikosis dapat terjadi karena faktor genetik dan imunologi, yang meliputi :
3
protein, lipid, dan karbohidrat, terutama melalui lintasan katabolik. Kalsitonin
mengeluarkan kalsium dari dalam darah dan memasukkannya ke dalam tulang.
4
Eksoftalmos (tanda khas tetapi sering tidak ditemukan pada banyak pasien
haipertiroidisme)
Tanda dan gejala lain yang sering ditemui mengingat tirotoksikosis pada
dasarnyamemberikan pengaruh yang besar pada semua sistem tubuh yang lain,
meliputi :
5
Peningkatan frekuensi pernapasan, rasa sesak pada saat melakukan
aktivitas fisik (dispnea d’effort) dan beristirahat yang mungkin terjadi
karena dekompensasi jantung serta peningkatan penggunasn oksigrn
oleh sel (sisterm respiratorius)
Asupan oral yang berlebihan disertai penurunan berat badan; mual dan
muntah akibat peningkatan motilitas GI serta peristalsis, peningkatan
defekasi; feses yang lembek atau pada penyakit yang berat, diare,
pembesaran hati (sistem GI)
Kelemahan, rasa capat lelah, dan atrofi otot; koeksistensi yang kadang-
kadang terjadi bersama miastenia gravis dan mungkin disebabkan oleh
paralisis lokalisata yang berkaitan dengan hipokalemia; dan kadang-
kadang akropaki (pembesaran jaringan lunak yang disertai perubahan
tulang yang ada di bawahnya karena pembentukan tulang yang baru)
(sistem muskuloskeletal)
Oligomenore atau amenore, penurunan fertilitas, peningkatan insidensi
abortus spontan (wanita), ginekomastia akibat peningkatan kadar
estrogen (laki-laki) penurunan libido (laki-laki maupun perempuan)
(sistem reproduksi)
Eksoftalmos akibat efek kombinasi penumpukan mukopolisakarida
dengan cairan di dalam jaringan retro orbita, yang mendorong bola
mata menonjol keluar dan menimbulkan retraksi kelopak mata
sehingga timbul gejala mata mendelik yang khas; inflamasi yang
kadang-kadang terjadi pada konjungtiva, kornea, atau otot-otot leher;
diplopia; dan peningkatan lakrimasi (oftamologi)
Komplikasi
6
Hipotiroidisme sesudah terapi radioiodin
Diagnosis
Obat-obat antitiroid
Pemberian dosis tunggal I [3] peroral
Pembedahan
Terapi yang tepat bergantung pada
Intensitas tirotoksikosis
Penyebab
Usia dan paritas pasien
Berapa lama pembedahan akan ditunda (jika pasien merupakan kandidat
yang tepat bagi pembedahan)
Terapi antitiroid meliputi pemberian obat-obat antitiroid pada anak, dewasa muda,
dan ibu hamil dan pasien yang menolak pembedahan atau terapi I [3] . Obat-obat
7
antitiroid sebaiknya diberikan pada pasien penyakit Graves dengan awitan baru
karena banyak diantara pasien ini mengalami remisi spontan. Obat antitiroid juga
digunakan untuk mengoreksi keadaan tirotoksik dalam persiapan sebelum
menjalani terapi I [3] atau pembedahan. Pilihan terapi meliputi :
8
dalam jumlah kecil terdapat dalam air susu ibu yang dengan cepat dapat
menimbulkan tirotoksikosis pada neonatus
Pemberian dosis tunggal preparat I[3] per oral (terapi pilihan bagi pasien
yang tidak berencana mempunyai anak; pasien dengan usia reproduktif
harus memberikan informed consentsebelum mendapatkan terapi ini
karena preparat I [3] akan tertimbun di dalam gonad).
9
Penanganan oftalmopati meliputi :
pemakaian obat topikal, seperti suspensi prednison asetat tetapi mungkin
memerlukan dosis kortikostiroid yang tinggi
preparat penyekat saluran kalsium, seperti diltiazem dan verapamil untuk
menyekat efek perifer yang ditimbulkan oleh hormon tiroid
terapi radiasi (eksoftalmos yang berat menimbulkan penekanan pada
nervus optikus dan isi orbital).
Pertimbangan khusus
10
jika pasien dalam keadaan hamil, beritahukan untuk mengawasi
kemungkinan tanda-tanda abortus spontan selama trimester pertama dan
segera melapor bila tanda-tanda tersebut timbul.
anjurkan pasien untuk tirah baring dan pertahankan kamar pasien sejuk,
tenang, dan gelap.
pasein yang mengalami dispnea akan merasa paling nyaman bila
mengambil posisi duduk tegak atau posisi fowler yang tinggi.
ingat, keadaan gugup yang ekstrim dapat menimbulkan prilaku yang aneh.
Tentramkan perasaan pasien dan keluarganya dengan menjelaskan bahwa
perilaku semacam itu mungkin akan mereda setelah terapi dilakukan. Jika
perlu berikan obat-obat sedatif.
Untuk menaikkan berat badan, terapkan diet seimbang dengan pemberian
enam porsi makanan perhari. Jika pasien menderita edema, anjurkan ia
menjalani diet rendah natrium.
Bila preparat iodida merupakan bagian dalam terapi, campurkan preparat
tersebut dengan susu, jus, atau air untuk mencegah iritasi GI dan berikan
melalui sedotan agar tidak timbul perubahan warna gigi.
Awasi timbulnya tanda-tanda tiroid storm (takikardia, hiperkinesis,
demam, muntah, hipertensi).
Periksa asupan dan haluaran dengan cermat untuk memastikan hidrasi
yang memadai dan keseimbangan cairan.
Pantau dengan ketat tekanan darah, frekuensi, serta irama jantung dan
suhu tubuh. Jika pasien mengalami demam tinggi, turunkan suhu tubuhnya
dengan tindakan hipotermia yang tepat. Pertahankan infus dan berikan
obat sebgaimana diinstruksikan.
Jika pasien menderita eksoftalmus atau oftamologi lain, anjurkan ia
mengenakan kacamata gelap atau menutup matanya agar terlindung dari
cahaya, sering basahai konjungtiva dengan obat tetes mata isotonik.
Ingatkan pasien yang menderita retraksi palpebra yang berat agar
menghindari gerakan fisik mendadak yang dapat menyebabkan palpebra
terselip dibelakang bola mata.
11
Hindari palpasi kelenjar tiroid secara berlebihan agar tidak terjadi tiroid
storm.
Terapi obat dan terapi I [3] memerlukan pemantauan yang cermat dan
edukasi pasien yang komprehensif :
Sesudah terapi I [3] dilaksanakan, katakan pasien agar tidak berdahak atau
batuk dengan bebas karena air liurnya akan mengandung bahan radioaktif
selama 24 jam. Tekankan perlunya pengukuran ulang kadar T4 serum.
Pasien tersebut tidak boleh melanjutkan kembali terapi antitiroid.
Jika pasien menggunakan PTU dan metimazol, pantau hitung darah
lengkap secara berkala untuk mendeteksi leukopenia, trombositopenia, dan
agranulositosis, instrusikan pasien agar minum obat sesudah makan untuk
12
mengurangi iritasi GI dan menghindari pemakaian obat batuk yang dijual
bebas karena banyak obat batuk ini mengandung yodium.
Katakan kepadanya agar melaporkan gejala demam, pembesaran
limfonodus servikal, nyeri tenggorok, nyeri dalam mulut dan tanda-tanda
lain diskrasia darah serta ruam atau erupsi pada kulit yang merupakan
tanda-tanda hipersensitivitas.
Awasi keadaan pasien yang memakai propranolol untuk mendeteksi tanda-
tanda hipotensi (rasa pening, penurunan haluaran urine). Anjurka ia agar
bangkit secara berlahan-lahan sesusah duduk atau berbaring guna
mencegah sinkop ortostatik.
Instruksikan pasien yang menggunakan obat antitiroid atau preparatI [3]
untuk melaporkan setiap gejala hipotiroidisme.
13
2. HIPOTIROID
Definisi
KEWASPADAAN KLINIS
Etiologi
14
Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis, terjadi
autoantibodi mengahancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis autoimun
kronis yang disertai oenyakit gondok dinamakan tiroiditis Hashimoto.
Penyebab proses autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas tidak
memainkan peranan dan subtipe antigen leukosit manusia yang spesifik
dikaitkan dengan risiko yang lebih besar.
Diluar kelenjar tiroid, antibodi dapat mengurangi efek hormon tidoid melalui
dua cara. Pertama, antibodi dapat menyekat reseptor TSH (thyroid-stimualting
hormone) dan mencegah produksi TSH. Kedua antibodi antiroid yang
sitotoksik dapat menyerang sel-sel tiroid. Tiroiditis subakut, tiroiditis tanpa
rasa nyeri, dan tiroiditis pascapartum merupakan keadaaan yang sembuh
sendiri dan biasanya diikuti episode hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis
yang tidak diobati pada dewasa kemungkinan akan menjadi nyata dengan
insidensi sebesar 5% hingga 20% pertahun.
15
Anoreksia, distensi abdomen, menoragia, penurunan libido, infertilitas,
ataksia, dan nistagmus; refleks dengan berkurangnya waktu relaksasi
(khususnya pada tendon Achilles)
Progresivitas penyakit yang berlanjut menjadi koma miksedema;
biasanyaprogresivitas ini berjalan secara berangsur-angsur tetapi dapat
pula terjadi secara tiba-tiba pada keadaan stres yang memperburuk
hipotiroidisme yang berat atau lama, termasuk keadaan stupor yang
progresif, hipoventilasi, hipoglikemia, hipotremia, hipotensi, dan
hipotermia.
Komplikasi
Gagal jantung
Koma miksedemia
Infeksi
Megakolon
Psikosis organik
Infertilitas
Diagnosis
16
Kenaikan kadar kolesterol, trigliserida, dan alkali fosfatase dalam serum
darah
Anemia normositik normokromik
Kadar natrium serum yang rendah, penurunan pH, dan peningkatan
tekanan persial karbon dioksida yang menunjukkan asidosis respiratorik
(koma miksedema).
Penanganan
Penanganan meliputi :
terapi sulih hormon tiroid secara bertahap dengan preparat sintetik T4 dan
kadang-kadang dengan T3
pembedahan eksisi, kemoterapi, atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar
tiroid.
Pertimbangan khusus
17
Penanganan koma miksedema memerlukan perawatan suportif:
18
B. Asuhan Keperawatan
SIRKULASI
ELIMINASI
INTEGRITAS EGO
MAKANAN/CAIRAN
19
Tanda :pembesaran tiroid, goiter, edema non-pitting terutama daerah
pretibial
NEURONSENSORI
Tanda : bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku,
seperti, bingung, diorientasi, gelisah, peka
rangsang.delirium, piskosis, stupor, koma, tremor halus
pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-
sentak. Hiperaktif reflex tendon dalam (RTD).
NYERI/KENYAMANAN
PERNAPASAN
KEAMANAN
SEKSUALITAS
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
20
Gejala :adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid
riwayat hipotiroidisme, terapi hormon tiroid atau pengobtan
antitiroid, di hentikan terhadap pengobtan antitiroid,di
lakukan pembedahan tiroidektomi sebagian. Riwayat
pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia,
gngguan jantung atau pembedahan jantung penyakit yang
baru terjadi (pneumonia). Trauma,pemeriksaan ronsen foto
dengan zat kontras.
Rencana pemulangan :
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes ambilan RAI : Meningkatkan pada penyakit graves dan toksik goiter noduler,
menurun pada tiroiditis.
Tiroglobulin : Meningkat
Situmasi TRH : dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat
setelah pemberian TRH.
21
Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
Elektrolit : hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek
dilusi dalam terapi cairan pengganti hipokalemia terjadi
dengan sendiriannya pada kehilangan melalui
gastrointestinal dan dieresis
PRIOORITAS KEPERAWATAN
TUJUAN PEMULANGAN
22
DIAGNOSA KEPERAWATAN : CURAH JANTUNG, PENURUNAN,RISIKO
TINGGI TERHADAP
TINDAKAN/ INTERVENSI
Mandiri
Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk, dan berdiri jika memungkinkan.
Dada atau angina yang dikeluarkan pasien. Kaji nadi atau denyut jantung saat
pasien
23
.tidur.
Auskultasi suara jantung. Perhatikan adanya bunyi jantung tambah, adanya irama
gallop dan murmur sistolik.
Pantau EKG,catat atau perhatikan kecepatan atau irama jantung dan adanya
disritmia.
Auskultasi suara napas. Perhatian adanya suara yang tidak normal ( seperti
krekelas). Pantau suhu. Berikan lingkungan yang sejuk, batasi penggunaan linen/
pakaian, kompres dengan air hangat.
Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membrane kering, nadi
lemah, pengisian kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.
Timbang berat badan setiap hari. Sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas
yang tidak perlu.
Observasi efek samping dari antagonis adrenergic, misalnya penurunan nadi dan
tekanan darah yang drastic, tanda-tanda adanya kongesti vaskuler / CHF, atau
henti jantung.
Kolaborasi
Berikan cairan melalui IV sesuai dengan indikasi. Hipotensi umum atau ortostatik
dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan
penurunan volume sirkulasi . besarnya tekanan nadi merupakan refleksi
kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem
pembuluh darah.
Memberikan ukuran volume sirkulasi yang langsung dan lebih akurat dan
mengukur fungsi jantung secara langsung pula.
24
Merupakan tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau
iskemia.
TINDAKAN /INTERVENSI
Kolaborasi
25
adrenergic dan konversi dari T4 ke T3. Catatan : jika terjadi bradikardia yang
berat, mungkin di perlukan untuk pemberian atropine.
Digoksin (lanoksin )
Digitalis mungkin diperlukan pada GJK sebelum terapi penyekat beta adrenergic
dapat di berikan dengan aman.
Furosemid ( Lasix)
26
Dieresis mungkin di perlukan jika terjadi GJK . catatan hal ini mungkin juha
efektif dalam menurukan kadar kalsium jika ada gngguan pada neuromuskuler.
Aseminofen ( Tylenol ).
Obat pilihan untuk menurukan suhu tubuh dan berhubungan dengan kebutuhan
metabolisme aspirin merupakan kontraindikasi karena ini secara nyata akan
meningkatakan kadar sirkulasi hormon tiroid binding protein.
Sedative , barbiturat.
Relaksan otot.
Kolaborasi
27
Dapat menunjukkan pengaruh ketidakanseimbangan elektrolit atau iskemia yang
pencerminkan suplai oksigen pada otot jantung tidak adekuat pada keadaan
peningkatan metabolisme.
28
Mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
energy, menunjukan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam melakukan aktivitas.
Mandiri
Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan
aktivitas.
Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil ini
Kolaborasi
29
Nadi secara luas meningkatkan dan bahkan saat istirahat, takikardia (di atas 160
x/menit) mungkin akan ditemukan kebutuhan dan konsumsi oksigen akan di
tingkatakan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi
hipoksia saat melakukan aktivitas.
Peningkatan kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah
untuk terangsang, agitasi emosi yang berlebihan.
Mengerti bahwa tingah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap
situasi saat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk beresspons secara positif
dan berikan dukungan pada pasien. Untuk mengatasi keadaan keadaan (gugup),
hiperaktif, dan insomnia
30
Menunjukan berat badan yang stabil di sertai dengan nilai laboratorium yang
normal dan terbatas dari tanda-tanda malnutrisi.
Mandiri
Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum/ nyeri setiap hari serta
laporkan adanya penurunan.dorongan pasien untuk makan dan meningkatkan
jumlah makan dan juga makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus ( mis,
the,kopi, dan makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (
mis,apel/jambu).
Kolaborasi
Penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup
merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
31
Di berikan untuk memenuhi kalori yang di perlukan dan mencegah atau
mengobati hipoglikemia di lakukan dalam mengendalikan glukosa darah jika
kemungkinan ada peningkatan.
Kemungkinan di buktikan oleh ( tidak dapat diterapkan adanya tanda- tanda dan
gejala-gejala membuat diagnose aktual)
Mandiri
Mandiri
Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika terbangun dan tutup
dengan penutup mata selama tidur sesuai kebutuhan.
Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada
indikasi.instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika
32
memungkinkan.berikan kesempatan paien untuk mendiskusikan perasaannya
tentang perubahan gambaran atau bentuk ukuran tubuh untuk meningkatkan
gambaran diri.
Kolaborasi
Melindungi kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan
sempurna karena edema atau karena fibrosis bantalan lemak.
Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat
memperberat eksoftalmus.memperbaiki sirkulasi dan mempertahankan gerakan
mata.bola mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik, hal
ini dapat di kurangi dengan menggunakan tata risa, menggunakan kaca mata.
Sebagai lubrikasi mata di berikan untuk menurunkan radang yang berkembang
dengan cepat. Dapat menurunkan tanda/ gejala atau mencegah keadaan yang
semakin memburuk dapat menurunkan edema pada keadaan ringan penutukan
mata mungkin di perlukan terutama untuk melindungi komea hingga edema
teratasi atau meningkatkan ruang dalam sinus aktivitas dan otot yang berdekatan
mungkin dapat mengembalikan mata pada posisi yang lebih normal
33
Faktor fisiologis; status hipermetabolik ( stimulasi SSP) efek pseudokatekolamin
dari hormon tiroid
Mandiri
Kolaborasi
34
Peningkatan pengerluaran penyetakat beta –adrenergik pada daerah reseptor,
bersama dengan efek –efek kelibihan hormon tiriod menimbulkan manifestasi
klinik dari peristiwa kelebihan katekolamin ketika sadar epinefrin/norepinefrin
dalam keadaan normal.menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa
walaupun perasaan pasien di luar control,lingkungannya tetap aman menghindari
respons pribadi pada ucapan yang tidak tepat atau tindakan mencegah konflik atau
reaksi yang berlebihan terhadap situasi yang penuh dengan stres. Memberikan
informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/keselahan interpretasi yang
dapat berperanan pada reaksi ansietasi atau ketakutan.
35
HASIL YANG DI HARAPKAN /KRITERIA EVALUASI-PASIEN AKAN:
Mandiri
Memberikan tindakan yang aman seperti bantalan pada penghalang tempat tidur
,pengikatan yang lembut,supervise yang ketat.anjurkan keluarga atau orang
terdekat lainnya untuk mengunjungi pasien. Memberikan dukungan sesuai dengan
kebutuhan.
Kolaborasi
36
menentang. Meningkatkan petunjuk orientasi yang kontinu untuk membantu
pasien dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien. Catatan: tingkah
laku pasien yang agitasi dan/atau psikotik dapat menyulut konflik atau
pertentangan keluarga.
37
2. Asuhan keperawatan Hipotiroid
Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain:
a. Identitas pasien :
- Nama -Umur - Jenis kelamin -Pekerjaan -Berat badan -Tinggi badan.
b. Keluhan utama :
c. Riwayat kesehatan :
d. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti:
1. Pola makan
2. Pola tidur
3. Pola aktivitas
38
8) Psikologis dan emosional ; apatis, igitasi, depresi, paranoid, menarik
diri/kurang percaya diri, dan bahkan maniak.
f. Pemeriksaan Penunjang :
1) Pemeriksaan kadar T3 dan T4 pada pasien yaitu : Kadar T3 15pg/dl, dan
kadar T4 20µg/dl.
2) Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal) : Kadar TSH pada pasien tersebut yaitu <0,005µIU/ml,
g. Pemeriksaan USG : Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi
yang tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul h.
h. Analisis Data :
1) Gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berdasarkan gangguan transmisi
impuls sensorik sebagai akibat oftalmopati .
2) Penurunan curah jantung berdasarkan penurunan volume sekuncup sebagai
akibat bradikardi, hipotensi.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan penurunan
kebutuhan metabolisme, dan napsu makan yang menurun.
4) Pola nafas tidak efektif berdasarkan penurunan tenaga/ kelelahan, ekspansi
paru yang menurun, dispnea.
39
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
g. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
h. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
v 3.3 Intervensi
40
2. Anjurkan pasien untuk memberitahu perawat segera bila pasien mengalami
nyeri dada, karena pada pasien dengan hipotiroid kronik dapat berkembang
arteiosklerosis arteri koronaria.
3. Kolaborasi pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejalah-gejalah.
Obat yang sering digunakan adalah levotyroxine sodium.
Observasi dengan ketat adanya nyeri dada dan dispenia. Pada dosis awal
pemberian obat biasanya dokter memberikan dosis minimal, yang kemudian
ditingkatkan secara bertahap setiap 2 – 3 minggu sampai ditemukan dosis yang
tepat untuk pemeliharaan.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga cara penggunaan obat serta tanda-tanda
yang harus diwaspadai bila terjadi hipertiroid akibat penggunaan obat yang
berlebihan.
41
1. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan
yang dapat ditolerir.
2. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
3. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan
stress.
4. Pantau respon pasien terhadap peningkatan aktivitas.
42
Intervensi :
1. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan
gas darah arterial.
2. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
3. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
4. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan
ventilasi jika diperlukan.
43
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertiroid adalah produksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini
mengakibatkan aktivitas metabolik meningkat, berat badan turun,
gelisah, tremor, diare, frekuensi jantung meningkat dan pada
hipertiroidisme berlebihan, ejalanya adalah toksisitas hormon.
Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik
(penyakin grave). Grjalanya berupa pembengkakan jaringan dibawah
kantong mata, sehingga bola mata menonjol.
Penatalaksanaan hipertiroidisme adalah melalui pengangkatan
kelenjar tiroid melalui pembedahan atau dengan iodium radio aktif,
yang diarahkan pada kelenjar dan untuk menghancurkan jaringan.
B. Saran
Makalah ini tidak membahas secara keseluruhan tentang
hipertiroidisme dan Hipotiroidisme. Dengan kata lain makalah ini
masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu saya mengajak
pembaca untuk mencari sumber lain yang sesuai dengan materi dalam
makalah ini.
44
DAFTAR PUSTAKA
45