KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Hipertiroidisme merupakan keadaan atau sindrom klinis karena adanya kelainan atau perubahan
fisiologis dan biokimia yang kompleks dari jaringan, sebagai akibat kenaikan kadar hormon
tiroid dalam sirkluasi. Hipertiroidisme menunjukan aktifitas kelenjar tiroid yang berlebihan
dalam mensintesis hormon tiroid, sehingga meningkatkan metabolisme dijaringan perifer. (Nur
& Ledy, 2016)
Menurut Le Mone (2106) hipertiroidisme (disebut juga tirotoksikosis) adalah gangguan yang
disebabkan oleh kelebihan pengiriman TH ke jaringan. Karena efek utama TH adalah
meningkatkan metabolisme dan sintesis protein, hipertiroidisme mempengeruhi semua sistem
organ utama tubuh. Peningkatan laju metabolik dan perubahan curah jantung, aliran darah
peifer, konsumsi oksigen, dan suhu tubuh serupa dengan yang dijumpai pada peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatis.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan
leher yang memproduksi hormone tiroid dan hormone calcitonin, melekat pada tulang
sebelah kanan trakea dan melekat pada dinding laring, kelenjar ini terdiri atas 2 lobus
destra dan lobus sinistra yang saling berhubungan, masing-masing lobus yang tebalnya 4
cm dan lebarnya 2,5 cm.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroksin. Pembentukkan hormone tiroid
tergantung dari jumah iodium eksogen
yang masuk ke dalam tubuh. Sumber
utama untuk menjaga keseimbangan
yodium adalah yodiaum dalam makanan
dan minuman.
Hormon-hormon tiroid diproduksi
oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid
bertempat pada bagian bawah leher,
dibawah Adam’s apple. Kelenjar
membungkus sekeliling saluran udara
(trachea) dan mempunyai suatu bentuk
yang menyerupai kupu-kupu yang
dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan
diletatkan oleh suatu bagian tengah
(isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti dan garam) dan menggunakan untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting
adalah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronie (T3) mewakili 99,9% dan 0,1% dari masing-
masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek
yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3.
Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah
ke T3, hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.
D. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY
Peningkatan hormon tiroid karena beberapa penyebab akan terdampak pada seluruh
sistem tubuh. Peningkatan hormon tiroid juga menyebabkan hiperplasia sel sehingga
ukuran kelenjar tiroid akan membesar 2-3x dari pada ukuran normal.
Hipertiroidisme pada graves disertai dengan eksoftalmus (oftalmopati)
E. KLASIFIKASI
Ada beberapa pembagian dari hipertiroidisme, menurut Smeltzer. 2002 :
a. Hipertiroidisme Primer (tiroidal)
Hiperturoidisme primer ini mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri.
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipertiroidisme tipe ini.
b. Hipertiroidisme Sentral (Hipertiroidisme Sekunder/Pituitaria)
Adalah disfungsi tiroide yang disebabkan oleh kelenjar hipofisis, hipotalamus atau
keduanya.
c. Hipertiroidisme Tertier (Hipotalamus)
Ditimbulkan oleh kelainan hipotalamus yang mengakibatkan sekresi TSH tidak
adekuat akibat penurunan stimulasi TRH.
d. Kretinisme
Adalah difisiensi tiroid yang diderita saat lahir. Pada keadaan ini, ibu mungkin juga
menderita difisiensi tiroid.
e. Miksedema
Adalah penumpukan mukopolisakarida dalam jaringan supkutan dan intersisial
lainnya. Meskipun meksedema terjadi pada hipertiroidisme yang sudah berlangsung
lama dan berat. (Smeltzer. 2002)
F. MANISFETASI KLINIK
a. Kelambanan berfikir lambat dan gerakan yang canggung dan lambat.
b. Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema) dan
penurunan curah jantung.
c. Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
d. Intoleransi terhadap suhu dingin.
e. Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
absorpsi zat gizi yang melewati usus.
f. Konstipasi.
g. Perubahan fungsi reproduksi.
h. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh.
(Corwin. 2009)
G. KOMPLIKASI
a. Krisis tiroid/tirotoksikosis
b. Hipertermia
c. Gagal Jantung
d. Edema paru
e. Syok
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Serum T3 terjadi peningkatan
2) Serum T4 mengalami peningkatan
3) Indeks T4 bebas men
b. Test Penunjang Lainnya
I. PENATALAKSANAAN
Gangguan kelenjar tiroid berupa hipertiroidisme dapat diobati dengan beberapa cara
berikut:
a. Terapi Obat
b. Pengobatan dengan yodium radioaktif
c. Pembedahan
d. Terapi oftalmopati akibat tiroid
Atau
a. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi sulit hormone teroid secara bertahap dengan preparat sintetik T4 dan
kadang-kadang dengan T3
2. Pembedahan eksisi, kemoterapi atau radiasi jika terdapat tumor kelenjar tiroid.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Modifikasi Aktivitas
Penderita hipertiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan letargi
sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, resiko komplikasi akibat imobilitas akan
meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan latihan dan berperan dalam
berbagai aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status kardiovaskuler
dan pulmoner yang terjadi akibat hipertiroidisme.
2. Pemantauan yang berkelanjutan
Pemantauan TTv dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama
penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi: kemunduran status fisik
serta mental, tanda-tanda serta gejala yang menunjukkan peningkatan laju
metabilik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi system
kardiovaskuler dan pernafasan dan keterbatasan atau komplikasi miksedema yang
berkelanjutan.
3. Pengaturan Suhu
Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoeransi yang
ekstrim terhadap bawa ingin meskipun berada dalam ruangan bersuhu nyaman
atau panas. Ekstra pakaian dan selimut dapat diberikan dan pasien harus
dilindungi terhadap hembusan angina. Jika pasien ingin menggunakan bantal
pemanas atau selimut listrik untuk mengurangi gangguan rasa nyaman dan gejala
menggigil, perawat harus menjelaskan bahwa penggunaan alat ini harus dihindari
karena beresiko menyebabkan vasodilatasi perifer, kehilangan panas tubuh yang
lebih lanjut dan kolabs vaskuler.
4. Dukungan Sosial
Setelah kondisi hipertiroidisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah
berkurang, pasien dapat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagaia akibat dari
progresifitas serta intensitas gejala yang timbul. Pasien dan keluarga harus
diberitahu bahwa semua gejala tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenali
sering terjadi dan merupakan bagian dari kelainan itu sendiri. Pasien dan keluarga
mungkin memerlukan bantuan dan konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi
emosional yang muncul.
5. Penyuluhan/pendidikan
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter
meskipun gejala sudah membaik. Intruksi tentang diet diberikan untuk
meningkatkan penurunan berat badan begitu pengobatan dimulai, untuk
mempercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat pelambatan proses mental
pada hipertioridisme, maka anggota keluarga harus diberitahu dan dijelaskan
tentang tujuan terapu, program pengobatan serta efek samping yang harus
dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua instruksi dan pedoman harus
disampaikan pula secara tertulis kepada pasien, keluarga dan perawat. (Kowalak
Welsh & Mayer. 2011)
J. EPIDEMIOLOGI
K. PROGNOSIS
2. Keadaan
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Tingkat kesadaran : Apatis
c. Observasi tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/50 mmHg
- Suhu : 37,4C
- Nadi : 116 x/menit
- Respirasi : 24 x/menit
d. Berat bada : 58 kg
e. Tinggi badan : 143 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
- Inspeksi : tidak terdapat lesi, lecet dan jaringan parut, kulit tampak bersih dan
tidak adam kelainan-kelainan pada kulit seperti mokula, papula, ulcus, eritema, fistula
dan eksoreasi.
- Palpasi : kulit teraba dingin, kelembaban kulit kurang, tekstur kulit halus dan
tidak ada oedema pada kulit.
b. Kepala
- Inspeksi : bentuk muka dan tengkorak kepala simetris, penyebaran rambut
jarang serta halus, tidak ada luka pada kulit kepala dan rambut tampak bersih.
- Palpasi : tidak ada pembengkakan/ benjolan, tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada massa.
c. Muka
- Inspeksi : simetris, bentuk muka oval, tidak ada gerakan abnormal, dan
ekspresi wajah datar.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mata
- Inspeksi : tidak ada edema dan radang, berwarna putih dan kelihatan pucat,
pupil tampak isokor, posisi mata tampak simetris antara kiri dan kanan. Pasien sulit
menggerakkan mata.
- Palpasi : nyeri tekan (+) dan tekanan intra okuler (TIO) (+)
e. Hidung
- Inspeksi : simetris, tidak ada pembengkakan dan tidak ada sekresi, tulang
hidung tidak mengalami pembengkakan dan tidak mengalami selaput lender.
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.
f. Telinga
- Inspeksi : telinga bagian luar simetris dan tidak ada serumen/cairan, nanah.
g. Mulut
- Inspeksi : gigi tampak bersih, tidak ada lubang gigi, lidah tampak kotor, bibir
tampat pucat, mulut tidak berbau.
h. Tenggorokan
- Warna mukosa pucat, tidak ada nyeri tekan dan terasa nyeri saat menelan.
i. Leher
- Inspeksi : kelenjar thyroid membesar, ada benjolan/pembengkakan pada leher,
tidak ada distensi vena jugularis.
- Palpasi : kelenjar thyroid terada, kaku kuduk positif, tidak ada kelenjar limfe,
terdapat benjolan, dan mobilisasi leher normal.
j. Thorax dan pernafasan
- Inspeksi : bentuk dada normal, pengembangan diwaktu bernafas simetris
antara kiri dan kanan, ada reetraksi.
- Palpasi : tidak add nyeri tekan,, vocal fremitus adanya getaran dinding dada.
- Perkusi : suara perkusi jaringan paru normal
- Askultasi : vesikuler dan tidak terdapat wheezing, suara ucapan normal.
k. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis terlihat pada ICS 5 linea media clavicularis kiri.
- Palpasi : iktus kordis teraba dan frekuensi jantung meningkat.
- Perkusi : jantung dalam batas normal.
- Auskultasi : irama jantung tidak teratur/distritmia, bising jantung murmur.
l. Payudara dan aksila
- Inspeksi : payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang, tidak
terdapat eodema, tidak terdapat lesi serta vaskularisasi normal, areola mammae agak
kecoklatan, tidak ada benjolan, aksila dan klavikula tidak ada pembengkakan atau
tanda kemerah-merahan.
- Palpasi : tidak ada keluaran serta nyeri tekan.
m. Abdomen
- Inspeksi : umbilicus tidak menonjol, tidak ada pembendungan pembuluh
darah vena, tidak ada benjolan, warna kulit normal.
- Palpasi : tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran pada
organ hepar.
- Perkusi : typamni
- Auskultasi : peristaltic keras dan panjang.
n. Genetalia dan Anus
- Inspeksi : tidak ada prolapses uteri, benjolan kelenjar bartolini, secret vagina
jernih.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Pengkajian Fokus
a. Aktivitas/Istirahat
Tanda dan gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah gangguan koordinasi,
kelelahan berat, atrofi otot.
b. Sirkulasi
Tanda dan gejala : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis palpitasi, nyeri dada (angina)
c. Eliminasi
Tanda dan gejala : urine dalam jumlah banyak, perdarahan dalam feses, diare.
d. Integritas ego
Tanda dan gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik, emosi
labil, (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
e. Makanan dan cairan
Tanda dan gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat
makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tiroid, goiter,
edema non pitting terutama daerah pretibial
f. Neurosensori
Tanda : bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku seperti :bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada
tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif, reflex tendon dalam
(RTD).
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : nyeri orbital, fotofobia.
h. Pernafasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis
tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan
Tanda: suhu meningkat diatas 374oc, diaphoresis, kulit halus, hangat dan kemerahan,
rambut tipis, mengkilap dan lurus, eksoftalmus retraksi, iritasi pada konjungtiva dan
berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
j. Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme,
terapi hormone tiroid/pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi
sebagian
(Doenges, M. E.2009. “Rencana Asuhan Keperawatan”. Jakarta : EGC)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol, keadaan
hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi, peka
rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan metabolisme
(peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan)
4. Kerusakan integritas jaringan mata berhubungan dengan perubahan mekanisme
perlindungan dari mata ; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5. Cemas berhubungan dengan factor biologis, status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek
pseudokatekolamin dari hormon tiroid.
(Wijaya dan Putri. 2013)
C. NCP