Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROIDISME

A.Definisi

Hipertiroid adalah keadaan tiotoksikosis yang disebabkan oleh


hiperfungsi/ hipersekresi hormon- hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga
terdapat hormon-hormon tiroid berlebihan dalam sirkuiasi darah (Bare &Suzanne, 2002)

Hipertiroid adalah sindrom klinis atau lebih tepat dikatakan merupakan


suatu kelompok sindrom yang disebabkan oleh peninggian hormon tiroksin yang
tidak terikat (bebas) dalam sirkulasi darah ( Dongoes, 2001)

Hipertiroid adalah suatu sindrom akibat dari overaktivitas kelenjar tiroid


dan peningkatan hormon tiroid dalam darah dan jaringan tubuh (Guyton, 2006)

Jadi dapat disimpulkan bahwa hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan


suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini
berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan
bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Hipertiroidisme adalah
keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat
dari fungsi tiroid yang berlebihan.Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah
keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga
menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah. Krisis tiroid
merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat mengancam
jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit Graves atau
Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus: infeksi,
operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi,
penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru,
penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.

1
B. Anatomi Dan Fisiologi

i. Anatomi

2
ii. Fisiologi

Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke
dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat
metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam
serum karena reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia
lebih kuat karena memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak
reseptor pada protein pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah
hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah
reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium
terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini
dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi
diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua
diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut
tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus
dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering
disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid
terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan
triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)

3
C.Penyebab

Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon, yaitu triiodotiroin (T3) dan tiroksin
(T4). Setiap hormon berfungsi untuk mengatur sel dan cara kerja tubuh. Umumnya,
kelenjar tiroid akan memproduksi hormon dalam jumlah yang tepat. Namun dalam
kondisi tertentu, produksi hormon dapat dilakukan secara berlebih, terutama tiroksin
(T4).

Banyaknya hormon tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid dalam tubuh bisa
disebabkan oleh berbagai hal, seperti penyakit Graves, obat amiodaron, suplemen
iodine, nodul tiroid, kanker tiroid, tiroiditis, kehamilan atau tumor adenoma hiposisis.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kondisi yang dapat menyebabkan
kelenjar tiroid menjadi sangat aktif memproduksi hormon tiroksin:

 Penyakit Graves
Hipertiroidisme kebanyakan disebabkan oleh penyakit Graves, yaitu suatu
kondisi yang terjadi akibat kelainan sistem autoimun yang menyerang tubuh dan
meningkatkan produksi hormon tiroksin pada kelenjar tiroid. Penyakit Graves
bisa muncul pada usia berapa pun, terutama pada wanita usia 20-40 tahun.
Belum diketahui kondisi apa yang menyebabkan kelainan autoimun terjadi,
tetapi faktor lingkungan dan keturunan dianggap berperan pada kemunculan
kelainan ini. Selain hipertiroidisme, penyakit Graves juga dapat mengakibatkan
penglihatan menjadi tidak nyaman dan kabur. Hal tersebut ditandai dengan bola
mata yang terlihat menonjol keluar.
 Tiroiditis
Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, atau saat tubuh memproduksi antibodi yang dapat merusak
kelenjar tiroid. Kerusakan ini dapat menyebabkan kebocoran hormon tiroksin
yang pada akhirnya menyebabkan hipertiroidisme.
 Nodul tiroid
Nodul tiroid adalah gumpalan yang terbentuk di dalam kelenjar tiroid tanpa
sebab yang jelas. Meski bersifat jinak dan tidak menyebabkan kanker, nodul bisa
mengandung jaringan tiroid yang abnormal.Gumpalan ini berdampak kepada
peningkatan produksi tiroksin dalam tubuh dan berakibat pada hipertiroidisme,
khususnya pada penderita berusia diatas 60 tahun.
 Efek samping obat
Untuk memproduksi hormon tiroksin, kelenjar tiroid membutuhkan iodine yang
terkandung di dalam makanan. Hormon tiroksin akan menjadi terlalu banyak
dan akhirnya menyebabkan hipertiroidisme jika seseorang mengonsumsi
suplemen iodine atau obat yang mengandung zat tersebut (contohnya
amiodarone). Amiodarone merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
detak jantung yang tidak beraturan (aritmia). Umumnya, hipertiroidisme akan
membaik saat pengobatan dihentikan. Namun, proses penurunan kadar hormon
akan memakan waktu beberapa bulan.
4
 Kanker tiroid
Kanker tiroid tergolong sangat langka. Jika sel-sel yang mengalami keganasan
mulai menghasilkan banyak hormon tiroksin, maka penderitanya bisa
mengalami hipertiroidisme. Kondisi ini umumnya menyerang penderita berusia
30 tahun ke atas dan dapat dipulihkan.
 Kehamilan
Saat hamil, wanita mengalami peningkatan kadar hormon human chorionic
gonadotropin (hCG). Hormon ini dapat memicu terjadinya hipertiroidisme,
khususnya pada kehamilan kembar dan pada kasus hamil anggur, di mana
terdapat kadar hCG yang tinggi.
 Tumor adenoma pada kelenjar hipofisis
Ini merupakan tumor jinak yang tumbuh pada kelenjar hipofisis atau pitutary,
yaitu kelenjar yang terletak di dasar otak. Tumor tersebut dapat mempengaruhi
tingkat produksi hormon tiroid.

Selain jenis kelamin dan keturunan, terdapat faktor lain yang bisa meningkatkan risiko
seseorang mengalami hipertiroidisme. Seseorang yang memiliki penyakit autoimun,
seperti diabetes tipe 1 dan penyakit Addison, lebih berisiko terkena kondisi ini. Perokok
juga akan berisiko menderita penyakit Graves yang secara tidak langsung meningkatkan
risiko terjadinya hipertiroidisme

5
D. Tanda Dan Gejala

i.Tanda

 Berat badan turun tanpa alasan yang jelas.


 Hiperaktif. Penderita menjadi tidak akan bisa diam dan dipenuhi perasaan
cemas.
 Mudah marah dan emosional.
 Insomnia atau kesulitan untuk tidur pada malam hari.
 Konsentrasi menurun.
 Berkeringat secara berlebihan dan sensitif terhadap suhu panas.
 Libido menurun.
 Otot terasa lemas.
 Diare.
 Kemandulan.
 Siklus menstruasi menjadi tidak teratur, jarang, atau berhenti sekaligus.
 Pada penderita diabetes, hipertiroidisme bisa menyebabkan rasa haus dan sangat
lelah.

ii.Gejala

 Detak jantung cepat (tachycardia) - biasanya lebih dari 100 kali per menit
 Detak jantung tidak teratur (arrhytmia)
 Berdebar-debar jantung Anda (jantung berdebar)
 Nafsu makan meningkat
 Gugup, cemas dan mudah tersinggung
 Tremor - biasanya gemetar di tangan dan jari Anda
 Peningkatan kepekaan terhadap panas
 Perubahan pola usus, terutama lebih sering buang air besar
 Kelenjar tiroid yang membesar (gondok), yang mungkin muncul sebagai
pembengkakan

6
E. Pemeriksaan Penunjang

a. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun


pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu
dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain
harus dijalankan.

b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme,
mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon
tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang
berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid
akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).

c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau
seluruh kelenjar.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Konservatif
Tata laksana penyakit Graves
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih,
pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
6) Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala
hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan
struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
7
5) Krisis tiroid
Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien
menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200
mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah
eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta
Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs. Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya
dan dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-
24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan di nilai apakah tejadi remisi.
Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam
keadaan eutiroid, walaupun kemidian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b. Tiroidektomi.
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar

8
G.Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan

i. Pengkajian

iii. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan


No Intervensi
keperawatan Kriteria Hasil
1. Resiko tinggi teradap NOC : NIC :
penurunan curah · Cardiac Pump Cardiac Care
jantung berhubungan effectiveness v Evaluasi adanya nyeri dada (
dengan hipertiroid · Circulation intensitas,lokasi, durasi)
tidak terkontrol, Status v Catat adanya disritmia jantung
keadaan · Vital Signv Catat adanya tanda dan gejala penurunan
hipermetabolisme, Status cardiac putput
peningkatan beban v Monitor status kardiovaskuler

9
kerja jantung v Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
v Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
v Monitor balance cairan
v Monitor adanya perubahan tekanan darah
v Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
v Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
v Monitor toleransi aktivitas pasien
v Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
v Anjurkan untuk menurunkan stress

Fluid Management
· Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
· Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
· Pasang urin kateter jika diperlukan
· Monitor status hidrasi ( kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
· Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin )
· Monitor status hemodinamik
termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
· Monitor vital sign sesuai indikasi
penyakit
· Monitor indikasi retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP , edema, distensi
vena leher, asites)
· Monitor berat pasien sebelum dan
setelah dialisis
· Kaji lokasi dan luas edema
· Monitor masukan makanan / cairan
dan hitung intake kalori harian
· Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi cairan sesuai program
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan
· Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
program
· Berikan cairan IV pada suhu ruangan
· Dorong masukan oral

10
· Berikan penggantian nesogatrik
sesuai output
· Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
· Tawarkan snack ( jus buah, buah
segar )
· Batasi masukan cairan pada keadaan
hiponatrermi dilusi dengan serum Na <
130 mEq/l
· Monitor respon pasien terhadap terapi
elektrolit
· Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul meburuk
· Atur kemungkinan tranfusi
· Persiapan untuk tranfusi

Fluid Monitoring
· Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminaSi
· Tentukan kemungkinan faktor resiko
dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan
renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi
hati, dll )
· Monitor berat badan
· Monitor serum dan elektrolit urine
· Monitor serum dan osmilalitas urine
· Monitor BP<HR, dan RR
· Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
· Monitor parameter hemodinamik
infasif
· Catat secara akutar intake dan output
· Monitor membran mukosa dan turgor
kulit, serta rasa haus
· Catat monitor warna, jumlah dan
· Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
· Monitor tanda dan gejala dari odema
· Beri cairan sesuai keperluan
· Kolaborasi pemberian obat yang dapat
meningkatkan output urin
· Lakukan hemodialisis bila perlu dan
catat respons pasien

Vital Sign Monitoring


§ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

11
§ Catat adanya fluktuasi tekanan darah
§ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
§ Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
§ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
§ Monitor kualitas dari nadi
§ Monitor adanya pulsus paradoksus
§ Monitor adanya pulsus alterans
§ Monitor jumlah dan irama jantung
§ Monitor bunyi jantung
§ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
§ Monitor suara paru
§ Monitor pola pernapasan abnormal
§ Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
§ Monitor sianosis perifer
§ Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
§ Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

2 Kelelahan NOC : NIC :


berhubungan v Endurance Energy Management
dengan hipermetabolikv Concentration v Observasi adanya pembatasan klien dalam
dengan peningkatanv Energy conservation melakukan aktivitas
kebutuhan energy v Nutritional status v: Dorong anal untuk mengungkapkan
energy perasaan terhadap keterbatasan
Kriteria Hasil : v Kaji adanya factor yang menyebabkan
v Memverbalisasikan kelelahan
peningkatan energiv Monitor nutrisi dan sumber energi
dan merasa lebih tangadekuat
baik v Monitor pasien akan adanya kelelahan
v Menjelaskan fisik dan emosi secara berlebihan
penggunaan energiv Monitor respon kardivaskuler terhadap
untuk mengatasi aktivitas
kelelahan v Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien

3 Risiko tinggi terhadap NOC : NIC :


perubahan nutrisi v Nutritional Status : Nutrition Management
kurang dari kebutuhan food and Fluid§ Kaji adanya alergi makanan
berhubungan dengan Intake § Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
peningkatan Kriteria Hasil : menentukan jumlah kalori dan nutrisi
metabolism v Adanya peningkatan yang dibutuhkan pasien.

12
(eningkatan nafsu berat badan sesuai§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makan atau pemasukan dengan tujuan intake Fe
dengan penurunanvBerat badan ideal§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan
berat badan ). sesuai dengan protein dan vitamin C
tinggi badan § Berikan substansi gula
v Mampu § Yakinkan diet yang dimakan mengandung
mengidentifikasi tinggi serat untuk mencegah konstipasi
kebutuhan nutrisi § Berikan makanan yang terpilih ( sudah
v Tidak ada tanda dikonsultasikan dengan ahli gizi)
tanda malnutrisi § Ajarkan pasien bagaimana membuat
v Tidak terjadi catatan makanan harian.
penurunan berat§Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
badan yang berarti kalori
§ Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
§ Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
§ BB pasien dalam batas normal
§ Monitor adanya penurunan berat badan
§ Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
§ Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
§ Monitor lingkungan selama makan
§ Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
§ Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
§ Monitor mual dan muntah
§ Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
§ Monitor makanan kesukaan
§ Monitor pertumbuhan dan perkembangan
§ Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor kalori dan intake nuntrisi
§ Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
§ Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

4 Ansietas berhubungan NOC : NIC :


dengan faktor v Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan

13
fisiologis; status v Coping kecemasan)
hipermetabolik. Kriteria Hasil : · Gunakan pendekatan yang
v Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi · Nyatakan dengan jelas harapan
dan terhadap pelaku pasien
mengungkapkan · Jelaskan semua prosedur dan apa yang
gejala cemas dirasakan selama prosedur
v Mengidentifikasi, · Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan keamanan dan mengurangi takut
dan menunjukkan· Berikan informasi faktual mengenai
tehnik untuk diagnosis, tindakan prognosis
mengontol cemas · Dorong keluarga untuk menemani
v Vital sign dalam anak
batas normal · Lakukan back / neck rub
v Postur tubuh,· Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi wajah,· Identifikasi tingkat kecemasan
bahasa tubuh dan· Bantu pasien mengenal situasi yang
tingkat aktivitas menimbulkan kecemasan
menunjukkan · Dorong pasien untuk mengungkapkan
berkurangnya perasaan, ketakutan, persepsi
kecemasan · Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
· Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :


mengenai kondisi,vKowlwdge : disease Teaching : disease Process
prognosis dan process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
kebutuhanpengobatan v Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
berhubungan dengan Behavior penyakit yang spesifik
tidak mengenal sumber Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
informasi. v Pasien dan keluarga bagaimana hal ini berhubungan dengan
menyatakan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
pemahaman tentang tepat.
penyakit, kondisi,3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
prognosis dan muncul pada penyakit, dengan cara yang
program tepat
pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan
v Pasien dan keluarga cara yang tepat
mampu 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
melaksanakan dengna cara yang tepat
prosedur yang6. Sediakan informasi pada pasien tentang
dijelaskan secara kondisi, dengan cara yang tepat
benar 7. Hindari harapan yang kosong
v Pasien dan keluarga8. Sediakan bagi keluarga informasi
mampu tentang kemajuan pasien dengan cara
menjelaskan yang tepat

14
kembali apa yang9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
dijelaskan mungkin diperlukan untuk mencegah
perawat/tim komplikasi di masa yang akan datang
kesehatan lainnya dan atau proses pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

15

Anda mungkin juga menyukai